Anda di halaman 1dari 34

PRODUKSI BIOHIDROGEN MELALUI FERMENTASI BAKTERI

FOTOSINTETIK Rhodobium marinum DAN ISOLAT SANUR

MUHAMMAD SIDIQ HABIBI

PROGRAM STUDI BIOKIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
ABSTRAK
MUHAMMAD SIDIQ HABIBI. Produksi Biohidrogen melalui Fermentasi Bakteri
Fotosintetik Rhodobium marinum dan Isolat Sanur. Dibimbing oleh DJAROT
SASONGKO HAMI SENO dan DWI SUSILANINGSIH.

Bioenergi merupakan energi terbarukan dan prospektif untuk dikembangkan.


Pengembangan bioenergi ini tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar minyak, tetapi juga dapat meningkatkan keamanan pasokan energi
nasional. Biohidrogen merupakan salah satu bentuk bioenergi yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber bahan bakar, kaperluan industri, dan nuklir. Penelitian ini bertujuan
memproduksi gas hidrogen melalui fotofermentasi bakteri Rhodobium marinum dan
konsorsium bakteri isolat Sanur dengan memanfaatkan glukosa 1% sebagai substrat.
Fotofermentasi ini dilakukan dengan cara kultur bakteri R. marinum dan isolat Sanur
(OD = 1) disentrifugasi pada 6000 rpm selama 20 menit. Kemudian masing-masing
peletnya diresuspensi dengan 75 ml media produksi yang mengandung glukosa 1%
dalam botol serum 100 ml dan dipasang pada bioreaktor (120 rpm, 30ºC, cahaya lampu
TL 60 watt). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri R. marinum mampu
memanfaatkan glukosa 1% untuk memproduksi gas hidrogen sebanyak 127.311 ml dari
205.25 ml total gas yang dihasilkan (62%) dengan kecepatan produksi 3.81
mmolH2jam-1L-1medium. Konsorsium bakteri isolat Sanur juga mampu memproduksi
103.61 ml gas hidrogen dari 165.25 ml total gas yang dihasilkan (63%) dengan
kecepatan produksi 2.8 mmol H2jam-1L-1medium.
ABSTRACT

MUHAMMAD SIDIQ HABIBI. Biohydrogen Production by Fermentation of


Photosynthetic Bacteria Rhodobium marinum and Sanur Isolate. Under the direction of
DJAROT SASONGKO HAMI SENO and DWI SUSILANINGSIH.

Bioenergy is renewable energy and prospective to be developed. It is not only can


reduce our dependence of fueloil, but also can increase safety of national stock energy.
Biohydroen is a type of bioenergy which used as fuel cell, industry necessity, and
nuclear. This research have focus on production of hydrogen gas by photofermentation
of Rhodobium marinum and bacteria consortium of Sanur isolate using glucose 1% as a
substrate. This photofermentation was done with R. marinum and Sanur isolate were
centrifuged (6000 rpm, 20 minutes). Then each pellet was resuspented in 75 ml
production medium which containing glucose 1% on 100 ml serum bottles and be seted
on bioreactor (120 rpm, 30ºC , TL light 60 watts). The result shown that R. marinum
ability to used glucose 1% to produce 127.311 ml hydrogen gas of 205.25 gas completly
that produced (62%) with production rate is 3.81 mmolH2h-1L-1medium. Bacteria
consortium of Sanur isolate also can produce 103.61 ml hydrogen gas of 165.25 ml gas
completly that produced (63%) with production rate is 2.8 mmolH2h-1L-1medium.
PRODUKSI BIOHIDROGEN MELALUI FERMENTASI BAKTERI
FOTOSINTETIK Rhodobium marinum DAN ISOLAT SANUR

MUHAMMAD SIDIQ HABIBI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
5

Judul Skripsi : Produksi Biohidrogen melalui Fermentasi Bakteri Fotosintetik


Rhodobium marinum dan Isolat Sanur
Nama : Muhammad Sidiq Habibi
NIM : G44104003

Disetujui
Komisi Pembimbing

Drs. Djarot Sasongko Hami Seno, M.S Dr. Dwi Susilaningsih, M. Pharm
Ketua Anggota

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA


Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Tanggal Lulus:
6

PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan atas karunia yang diberikan oleh Allah
SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul
Produksi Biohidrogen melalui Fermentasi Bakteri Fotosintetik Rhodobium
marinum dan Isolat Sanur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2008 sampai
September 2008 di Laboratorium Bioproses, Pusat Penelitian Bioteknologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong; Jalan Raya Bogor Km 46
Cibinong, Bogor.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Djarot Sasongko Hami
Seno, MS dan Dr. Dwi Susilaningsih, M. Pharm selaku pembimbing atas segala
arahan, bimbingan, dan fasilitas selama penelitian, serta kepada Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah mendanai penelitian ini. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bu Mega, Mas Anam, Mas Swastika, Mas
Asep, Mas Diki, Mbak Umi, Mbak Dian, Mbak Lina, Mbak Lia, Mbak Riesa,
Yestyani Ana Anggraeny, dan seluruh staf di Laboratorium Bioproses, Pusat
Penelitian Bioteknologi LIPI, serta teman-teman PS Biokimia khususnya
angkatan 41 atas segala bantuan dan kerjasamanya. Ucapan terma kasih yang tak
terhingga kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Maret 2009

Muhammad Sidiq Habibi


7

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bumiayu pada tanggal 21 September 1984 sebagai
anak keenam dari pasangan Bapak Mahmuri dan Ibu Tarsem. Tahun 2004 penulis
lulus dari SMUN 1 Bumiayu dan pada tahun yang sama penulis diterima masuk di
Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa aktif di IPB, penulis menjadi staf Departemen
Biokimia Tumbuhan Community of Research and Education in Biochemistry
(CREB’s) pada periode 2005-2006, dan Koordinator Dewan Pengawas CREB’s
bidang keilmuan pada periode 2006-2007. Penulis juga pernah menjadi wakil
ketua Tim Ekonomi DKM Al-Ghifari IPB pada periode 2006-2007. Penulis aktif
berpartisipasi dalam perlombaan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang
didanai DIKTI, diantaranya PKM-Teknologi dengan judul Pemanfaatan Zeolit
dan Khitosan dalam Pengolahan Bahan Baku Air Minum (2007), PKM-Penelitian
degan judul Khitosan sebagai Bahan Antibakteri (2008), PKM-Teknologi dengan
judul Kertas Antibakteri Berbasis Khitosan (2008), dan PKM-Teknologi dengan
judul Teknologi Desalinisasi Air Laut Menggunakan Campuran Khitosan, Zeolit,
dan Arang Aktif (2008). Penulis juga menjadi finalis Pemilihan Peneliti Remaja
Indonesia VII yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia
(LIPI) pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis berhasil menjadi
peserta program Iptek Remaja yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara
Riset dan Teknologi, Republik Indonesia. Penulis juga pernah melaksanakan
Praktik Lapangan (PL) di Laboratorium Bioproses, Pusat Penelitian Bioteknologi-
LIPI Cibinong selama periode Juli sampai Agustus 2007, dan menulis karya
ilmiah yang berjudul Produksi Biohidrogen melalui Fermentasi Bakteri
Fotosintetik Rhodobium marinum dan Isolat Sanur.
8

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
Biohidrogen................................................................................................. 1
Mikroorganisme Penghasl Gas hidrogen .................................................... 2
Proses Produksi Biohidrogen ...................................................................... 3
Fermentasi ................................................................................................... 3
Kromatografi Gas ........................................................................................ 4
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ............................................................................................ 5
Metode Percobaan ....................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Bakteri Fotosintetik R. marinum dan Isolat Sanur ................ 6
Kandungan Gula Total ................................................................................... 7
Gas Hasil Fermentasi................................................................................... 8
Analisis Gas Hasil Fermentasi dengan Kromatografi Gas .......................... 8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ........................................................................................................ 8
Saran .............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 9
LAMPIRAN ......................................................................................................... 11
9

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Fotofermentasi bakteri fotosintetik ................................................................ 3
2 Pertumbuhan bakteri R. marinum dan isolat Sanur ........................................ 7
3 Kadar gula media produksi selama proses fermentasi................... ................ 7
4 Hubungan kadar gula medium dan OD bakteri R. marinum dan isolat Sanur 7
5 Gas total yang dihasikan selama fotofermentasi ............................................... 8
6 Jumlah gas hasil fermentasi ............................................................................ 8

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Alur penelitian ................................................................................................ 12
2 Kuantifikasi media lenglap dengan fungsinya ............................................... 13
3 Fotobioreaktor sederhana produksi hidrogen ................................................. 13
4 Hubungan OD bakteri dan pH medium terhadap waktu ................................ 14
5 Kurva standar gula total ................................................................................. 14
6 Data hasil pengukuran gula total sampel ........................................................ 14
7 Data hasil pengamatan gas produk fotofermentasi......................................... 15
8 Data hasil pengukuran gas H2 produk fotofermentasi dengan GC ................. 16
9 Gas hidrogen yang dihasilkan selama fotofermentasi ..................................... 17
10 Korelasi kadar gula total dan jumlah gas H2 terhadap waktu fermentasi ....... 19
11 Kromatogram hasil analisis gas hidrogen sampel produk fermentasi dengan
menggunakan GC ........................................................................................... 20
1

PENDAHULUAN proses fermentasi atau fotoproduksi untuk


merombak substrat organik (limbah atau
Laju pertumbuhan penduduk dan tingkat nonlimbah) menjadi energi hidrogen (Sirait
ekonomi yang semakin meningkat, serta 2007).
perkembangan teknologi yang semakin pesat Salah satu mikroorganisme yang mampu
dari waktu ke waktu mengakibatkan dunia memproduksi hidrogen adalah bakteri
(termasuk Indonesia) membutuhkan energi fotosintetik, seperti Rhodobium marinum dan
yang sangat besar. Bahan bakar fosil seperti Rhodobacter sphaeroides (Kawaguchi 2005).
minyak bumi dan batu bara merupakan Bakteri fotosintetik mampu mengubah
sumber energi utama. Permintaan akan bahan senyawa organik menjadi gas hidrogen
bakar tersebut yang semakin meningkat dengan adanya energi cahaya.
menyebabkan terjadinya eksplorasi dan Banyak tantangan teknis yang dihadapkan
eksploitasi sumber energi berbahan bakar fosil pada masa transisi dari bahan bakar berbasis
secara besar-besaran. Eksploitasi energi yang fosil ke bahan bakar berbasis biohidrogen ini,
berlebihan dari sumber daya alam terutama mulai dari produksi dengan kuantitas
minyak bumi selama ini menyebabkan memadai, penyimpanan, transmisi, dan
menipisnya kandungan minyak bumi tersebut, distribusinya (Dunn 2002). Oleh karena itu,
menimbulkan kerusakan lingkungan, penelitian ini menjadi salah satu bagian dari
perubahan iklim global, dan krisis energi di transisi menuju penggunaan bahan bakar
seluruh dunia (Bockris 2002). berbasis biohidrogen.
Krisis energi dan kerusakan lingkungan ini Penelitian ini bertujuan memproduksi
memerlukan penanganan serius. Usaha biohidrogen dengan menggunakan glukosa
mengurangi dampak negatif terhadap 1% sebagai bahan baku substrat fermentasi
lingkungan dan pengembangan sumber energi oleh bakteri fotosintetik Rhodobium marinum
alternatif termasuk bioenergi terus diupayakan dan isolat Sanur (koleksi Biotechnology
dan dilakukan. Bioenergi merupakan energi culture collection (BTCC)). Hipotesisnya
terbarukan yang berasal dari biomassa (Liu & adalah fermentasi bakteri fotosintetik
Shen 2004). Bioenergi ini adalah salah satu Rhodobium marinum dan isolat Sanur (koleksi
bentuk energi alternatif yang prospektif untuk BTCC) dengan substrat glukosa 1% dapat
dikembangkan. Pengembangan bioenergi ini menghasilkan biohidrogen.
tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak yang harganya
terus melambung, tetapi juga dapat
meningkatkan keamanan pasokan energi
TINJAUAN PUSTAKA
nasional. Perhatian masyarakat dunia yang Biohidrogen
semakin meningkat pada penggunaan bahan
bakar yang ramah lingkungan menjadikan Hidrogen dikenal luas sebagai sumber
pengembangan bioenergi sangat strategis dan energi yang bersih dan efisien. Gas ini
memiliki kandungan energi tertinggi (143
perlu direalisasikan (Sirait 2007). Oleh karena
itu, energi alternatif yang dapat diperbaharui Gjton-1) per unitnya dan merupakan bahan
(renewable energy) dan aman lingkungan bakar yang tidak terikat secara kimia dengan
(green energy) sangat dibutuhkan dan sangat karbon (Purwanto 2005). Dengan demikian,
penting untuk diupayakan serta dioptimalkan pembakaran hidrogen tidak akan
menimbulkan efek rumah kaca, penipisan
pengolahan dan penggunaannya.
Hidrogen merupakan salah satu pilihan lapisan ozon, atau hujan asam. Hal tersebut
dikarenakan proses pembakarannya di udara
energi alternatif karena mudah dikonversi dan
hanya menghasilkan uap air dan energi panas
tidak merusak lingkungan baik dalam proses
pembuatan maupun penggunaannya. Hidrogen (Nath & Das 2004).
Hidrogen merupakan sumber energi
adalah unsur paling ringan, sangat mudah
alternatif yang bisa diproduksi dari sumber
terbakar, dan paling banyak terdapat di alam
semesta. Unsur ini dikandung oleh air dan yang terbarukan, seperti biomassa.
Biohidrogen adalah hidrogen yang diproduksi
semua senyawa organik serta makhluk hidup
melalui proses biologis atau dari biomassa
(Mohsin 2007).
Biohidrogen adalah hidrogen yang (Zaborsky et al. 1998). Selain sumber
penghasilnya melimpah, biohidrogen juga
diproduksi melalui proses biologis atau dari
ramah lingkungan. Hidrogen dapat diproduksi
biomassa. Biohidrogen dapat dikembangkan
di Indonesia karena bahan bakunya cukup oleh mikroba melalui dua cara, yaitu
tersedia. Biohidrogen diproduksi dengan perubahan secara fotobiologis dan melalui
teknik fermentasi (Sirait 2007). Teknik yang
memanfaatkan organisme bakteri melalui
2

pertama hanya dapat dilakukan pada siang khusus. Reaksi biofotolisis dari organisme ini
hari, yaitu ketika adanya matahari. Hal ini adalah sebagai berikut (Zaborsky et al. 1998):
dikarenakan mikroba fotosintetik
menggunakan energi dari sinar matahari Cahaya
sebagai sumber energi mereka. Akan tetapi, H2O 0.5 O2 + H2 ? G = - 242 kJ
teknik yang kedua dapat berlangsung pada
siang maupun malam hari (dalam keadaan Bakteri anaerob tidak menggunakan air
gelap). Hal ini tergantung pada tipe mikroba sebagai senyawa penghasil biohidrogen
yang digunakan dalam fermentasi. Sebagian namun menggunakan senyawa organik.
besar bakteri aerob dan anaerob memproduksi Keuntungan dari bakteri ini adalah reaksi
biohidrogen dengan pendekatan fotosintesis pembentukan hidrogen yang cepat dan tidak
dan fermentasi (fotofermentasi) (Rahman et memerlukan energi matahari. Kelemahan dari
al. 1997). bakteri ini dalam memproduksi gas hidrogen
Beberapa keunggulan dari Biohidrogen adalah hasil dekomposisi/penguraian senyawa
antara lain: dapat diperbarui (renewable organik tersebut meninggalkan asam-asam
energy) dan ramah lingkungan (green energy) organik seperti asam asetat, asam butirat, dan
(Zaborsky et al. 1998), hasil samping lain-lain. Asam organik tersebut menjadi
pembakarannya berupa uap air sehingga tidak masalah baru jika tujuan dari produksi adalah
menimbulkan efek rumah kaca, hujan asam, untuk menanggulangi limbah (Zaborsky et al.
dan penipisan lapisan ozon (Nath & Das 1998).
2004), proses produksi dapat berlangsung Bakteri fotosintetik membutuhkan
pada tekanan dan suhu normal (Purwanto senyawa organik untuk memproduksi
2005), biaya produksi lebih rendah hidrogen dan energi cahaya untuk membantu
dibandingkan dengan cara fisik dan kimia reaksi energi yang terlibat dalam produksi
(Nakashimada 2004), dan dapat hidrogen. Keuntungan bakteri ini
memanfaatkan limbah dan sampah organik dibandingkan pada sianobakteri yaitu energi
sebagai substrat fermentasi (Liu & Shen yang dibutuhkan untuk produksi hidrogen
2004). Adapun kendala yang dihadapi untuk lebih kecil karena adanya peran senyawa
energi alternatif ini adalah persetujuan publik, organik. Senyawa organik yang dapat
penanaman modal yang besar dan harga digunakan oleh bakteri ini sebagai substrat
hidrogen saat ini yang masih jauh lebih mahal untuk produksi hidrogen adalah asam lemak,
dibandingkan bahan bakar lainnya. Namun gula, tepung, selulosa, dan lainnya (Sirait
demikian, hidrogen dapat diproduksi dengan 2007). Bakteri fotosintetik dalam
teknologi yang lebih murah dan mudah, yaitu memproduksi hidrogen melibatkan substrat
dengan memanfaatkan organisme bakteri senyawa organik, fotosistem I, feridoksin, dan
melalui proses fermentasi atau fotoproduksi, enzim nitrogenase. Reaksi produksi hidrogen
untuk merombak substrat organik (limbah dan dari substrat glukosa oleh bakteri fotosintetik
nonlimbah) menjadi energi hidrogen (Sirait adalah sebagai berikut (Zaborsky et al. 1998):
2007).
Glukosa + 2H2O 6CO2 +12H2 ?G=-33.8 kJ
Mikroorganisme Penghasil Gas Hidrogen
Ada berbagai macam mikroorganisme
Hidrogen yang diproduksi oleh mikroalga yang dapat menghasilkan biohdrogen (Miyake
dan bakteri disebut biohidrogen. Bakteri dan 1998, diacu dalam Zaborsky et al. 1998), baik
mikroalga yang sering digunakan untuk yang fotosintetik maupun yang
penelitian tersebut adalah bakteri anaerob dan nonfotosintetik. Bakteri yang termasuk
mikroorganisme fotosintetik seperti bakteri fotosintetik antara lain Rhodopseudomonas
fotosintetik dan sianobakteria. Sianobakteria Rhodobacter, Anabaena, Chlamydomonas,
dapat menguraikan air menjadi hidrogen dan Chromatium, dan Thiocapsa. Sedangkan yang
oksigen dengan bantuan energi cahaya (Sirait termasuk nonfotosintetik antar lain Klebsiella,
2007). Keuntungan organisme ini dalam Clostridium, Enterobacter, Azotobacter,
memproduksi hidrogen adalah tidak Metanobacteria, dan Eschericia coli. (Miyake
menggunakan senyawa organik sebagai 1998, diacu dalam Zaborsky et al. 1998).
substrat tetapi menggunakan sinar matahari. Salah satu contoh bakteri fotosintetik
Kelemahannya adalah produksi hidrogennya adalah Rhodopseudomonas marina atau yang
lambat, sistem reaksinya membutuhkan energi lebih dikenal dengan nama Rhodobium
yang besar, dan pemisahan gas hidrogen dan marinum. Bakteri ini termasuk bakteri gram
oksigen membutuhkan penanganan yang negatif, berbentuk batang, bergerak,
fotoheterotrop anaerob fakultatif, dan
3

memproduksi warna merah (Hirashi et al. dari asam organik menjadi gas hidrogen (H2)
1995). Rhodobium marinum (R. Marinum) dan karbon dioksia (CO2) (Gambar 1).
diisolasi dari laut pada tahun 1995 (Sirait Fotosistem bakteri ini tidak menghasilkan
2007). Enzim yang terlibat pada fotosintetik oksigen (O2) sehingga tidak menghambat
produksi hidrogen oleh bakteri ini adalah kerja enzim nitrogenase, mengingat enzim
enzim nitrogenase. Isolat Sanur merupakan nitrogenase sensitif terhadap oksigen
konsorsium bakteri fotosintetik yang diisolasi (Akkerman 2002).
dari air laut pantai Sanur, Bali. Bakteri
dominan yang ada dalam isolat ini adalah R.
marinum sehingga isolat tersebut berwarna
merah.
Telah dilaporkan beberapa penelitian
mengenai produksi gas hidrogen
menggunakan bakteri fotosintetik, di
antaranya: Rhodobium Marinum A-150 pada
substrat asam laktat (Kawaguchi 2001),
Rhodobacter sphaeroides pada limbah cair
pabrik susu (Turkaslan 1998, diacu dalam
Sirait 2007), dan Rhodobacter sphaeroides
pada limbah cair tahu (Zhu 1999). Penelitian-
penelitian yang telah dilakukan tersebut
merupakan acuan dari penelitian ini, sehingga
dapat disimpulkan bahwa bakteri fotosintetik
merupakan pilihan utama di dalam Gambar 1 Fotofermentasi bakteri fotosintetik
pemanfaatan limbah hasil perkebunan yang (Akkerman 2002). Keterangan:
mengandung asam-asam organik. PS = fotosistem, C = plastosianin,
Q = kuinon, dan Cyt = sitokrom.
Proses Produksi Biohidrogen
Fermentasi
Gas hidrogen yang diproduksi oleh
bakteri fotosintetik dihasilkan melalui proses Fermentasi merupakan proses penting
fotofermentasi. Fotosistem pada bakteri dalam kehidupan sehari-hari manusia.
fotosintetik hanya melibatkan satu fotosistem Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere
(PS1). Fotosistem terjadi dalam membran yang artinya mendidihkan. Hal ini
intraseluler. Fotosistem pada bakteri ini tidak berdasarkan pengamatan sehari-hari bahwa
cukup kuat untuk memecah air. Pada kondisi dalam proses fermentasi minuman beralkohol
anaerob, bakteri fotosintetik dapat dengan akan menghasilkan buih yang kemudian satu
baik menggunakan asam organik sederhana komponennya diketahui sebagai gas
seperti asam asetat sebagai donor elektron karbondioksida. Fermentasi secara umum
(Sirait 2007). dapat dinyatakan sebagai proses katabolisme,
Elektron yang dilepaskan dari senyawa suatu pemecahan senyawa organik yang
organik akan dipompakan oleh sejumlah besar kompleks menjadi bentuk yang lebih
pembawa elektron (diantara kuinon dan sederhana. Aplikasi proses ini dapat dilihat
plastosianin). Selama transport elektron, pada produksi minuman beralkohol atau
proton dipompakan melewati membran produk yang bersifat asam (seperti asam asetat
(dalam kompleks protein sitokrom bc1) atau cuka) (Hidayat 2006). Pengetahuan
sehingga terjadi gradien proton. Gradien mengenai proses ini berkembang pesat sejak
proton yang terjadi digunakan oleh enzin ATP penelitian Louis Pasteur mengenai proses
sintase untuk menghasilkan ATP. Energi ATP fermentasi yang terjadi dalam pembuatan wine
yang terbentuk dapat digunakan untuk (anggur). Penelitian mengenai proses ini
transport lebih jauh elektron ke elektron berkembang pesat semenjak tumbuhnya
akseptor feridoksin (Fd) (Chen et al. 2005). industri minuman beralkohol dan industri
Jika molekul nitrogen tidak ada, maka antibiotik.
enzim nitrogenase dapat mereduksi proton Aplikasi metode ini diawali dengan
menjadi gas hidrogen (H2) dibantu dengan pembuatan bir sekitar 6.000 tahun sebelum
energi dalam bentuk ATP dan elektron yang Masehi. Pembuatan roti dengan bantuan
diperoleh dari feridoksin (Fd) (Chen et al.. khamir atau ragi diperkirakan sudah terjadi
2005). Secara keseluruhan fotosistem bakteri sejak 4.000 tahun sebelum Masehi (Pelczar &
fotosintetik ini mengubah komponen utama Chan 1986). Pembuatan produk fermentasi
4

kecap dan tauco di Cina telah dilakukan sejak berfungsi untuk mengadsorpsi atau
722 SM. Fermentasi anggur mulai mempartisi komponen.
berkembang kira-kira abad ke-17 dengan Peralatan kromatografi gas terdiri atas
menggunakan bakteri Acetobacter injektor, kolom, detektor, pemanas (oven),
menghasilkan asam asetat (asam cuka) amplifier, rekorder, gas pembawa, dan
(Hidayat 2006). Kemudian pada tahun 1817 pengatur aliran dan tekanan (Black &Read
mulai diproduksi enzim dari tumbuhan dan 1997). Injektor berfungsi sebagai tempat
jaringan hewan yang dapat memecah zat pati masuknya sampel yang dirancang sedemikian
menjadi maltosa. Begitu juga enzim dari rupa sehingga sampel dapat langsung masuk
khamir yang dapat memecahkan sukrosa ke dalam kolom dengan perantaraan gas
menjadi glukosa dan fruktosa ditemukan pada pembawa. Kolom berfungsi memisahkan
tahun 1817. komposisi sampel menjadi komponen-
Fermentasi terbagi menjadi dua komponennya sehingga dapat terelusi dalam
berdasarkan kebutuhan akan oksigen, yaitu waktu yang berbeda. Detektor berfungsi untuk
fermentasi aerobik dan anaerobik. Fermentasi mendeteksi komponen yang keluar dari
aerobik adalah fermentasi yang prosesnya kolom. Pemanas berfungsi untuk memanaskan
memerlukan oksigen. Keberadaan oksigen injektor, kolom dan detektor untuk injektor,
membuat mikroorganisme dapat mencerna kolom dan detektor yang dilengkapi dengan
glukosa menghasilkan air, karbondioksida dan thermostate. Amplifier berfungsi untuk
sejumlah besar energi. Fermentasi dalam memperbesar sinyal arus listrik yang berasal
proses anaerobik tidak memerlukan oksigen. dari detektor. Rekorder berfungsi sebagai
Ada berbagai produk (metabolit) yang bisa pencatat hasil dalam bentuk kromatogram.
dihasilkan dalam proses fermentasi, antara Gas pembawa berfungsi sebagai pembawa gas
lain berbagai jenis asam (asam laktat, asetat, sampel. Gas pembawa yang umum digunakan
asam butirat), alkohol, etanol, protein, dan adalah Helium (He), Nitrogen (N2) dan Argon
ester (Dunn 1959). Produk suatu hasil (Ar) (Black &Read 1997). Pengatur aliran dan
fermentasi dapat diubah lebih lanjut melalui tekanan berfungsi sebagai pengatur tekanan
proses fermentasi lain untuk menghasilkan yang dapat menentukan kecepatan alir gas
produk akhir yang lain, seperti gas hidrogen. pembawa.
Ada tiga jenis sistem fermentasi yang Prinsip kerja pada GC, yaitu sampel
dioperasikan dalam proses bioteknologi, yaitu diinjeksikan ke dalam injektor kemudian
sistem diskontinu (batch), kontinu, Dan diangkut oleh gas pembawa masuk ke dalam
semikontinu (fed-batch) (Smith 1985). Pada kolom yang berisi padatan sebagai fase diam
sistem diskontinu, pemberian medium, nutrisi, (Black & Read 1997). Fase diam memiliki
dan bakteri dilakukan hanya di awal sifat dapat berinteraksi dengan komponen-
fermentasi (tidak ada penambahan medium, komponen dalam sampel sehingga dapat
nutrisi, dan bakteri selama fermentasi menghambat laju alir masing-masing
berlangsung). Sedangkan pada sistem kontinu, komponen. Besarnya hambatan untuk masing-
pemberian medium dan nutrisi serta masing komponen berbeda-beda sehingga
pengeluaran sejumlah fraksi dari volume sesampai di ujung kolom tidak bersamaan
kultur terjadi secara terus-menerus. Sistem melainkan satu persatu (Black & Read 1997).
semikontinu adalah suatu sistem fermentasi Komponen yang keluar dari kolom dilewatkan
yang medium atau substratnya ditambahkan ke detektor sedangkan sinyal dari detektor
secara kontinu selama fermentasi berlangsung dikirim melalui amplifier ke rekorder dan
tanpa mengeluarkan sesuatu dari sistem dicatat sebagai kromatogram.
(Smith 1985). Agar peralatan kromatografi gas bisa
bekerja dengan maksimal, maka perlu
dilakukan optimasi suhu seperti suhu injektor,
Kromatografi Gas (GC)
kolom, dan detektor (Sudarmadji et al. 1997).
Analisis kromatografi gas adalah suatu Injektor selain berfungsi untuk tempat
metode analisis pemisahan komponen kimia masuknya sampel, juga berfungsi untuk
secara fisika. Komponen - komponen yang mengubah sampel yang berfase cair atau padat
akan dipisahkan didistribusikan di antara dua menjadi gas tanpa terjadi dekomposisi. Pada
fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase umumnya suhu injektor kira-kira 50 oC lebih
gerak dapat berupa gas atau cairan dan fase tinggi dari titik didih komponen sampel yang
diam dapat berupa padatan atau cairan (Black mempunyai titik didih paling tinggi. Bila titik
& Read 1997). Fase gerak berfungsi didih komponen belum diketahui, dapat
membawa sampel sedangkan fase diam dilakukan secara coba-coba (trial), dengan
memulai suhu injektor rendah kemudian
5

dinaikkan. Jika diperoleh puncak-puncak model 2240, kromatografi gas (GC) HP 5890,
kromatogram lebih baik berarti suhu neraca analitik, botol schott, vorteks, dan
percobaan pertama terlalu rendah sehingga autopipet.
perlu dicoba kembali dengan cara menaikkan
suhu secara bertahap hingga mendapatkan Metode Percobaan
kondisi yang tepat. Namun demikian, suhu
Media Tumbuh Bakteri Fotosintetik R.
injektor tidak boleh terlalu tinggi sebab ada
marinum dan Isolat Sanur (Uchino 2006)
kemungkinan terjadinya dekomposisi
(penguraian komponen yang hendak Mula-mula dibuat media dasar dengan
dianalisis) (Sudarmadji et al. 1997). komposisi: 0.3 g ekstrak ragi, 1 g natrium
Kolom merupakan perangkat yang suksinat, 0.5 g amonium asetat, 5 ml larutan
memiliki peranan penting dalam proses feri sitrat (0.1%), 0.5 g KH2PO4, 0.5 g
analisis dengan metode kromatografi sehingga MgSO4.7H2O, 0.4 g NaCl, 0.4 g NH4Cl, 0.05
pemilihan jenis kolom yang tepat dan kondisi g CaCl2.2H2O, 1 ml trace element solution
yang optimal sangat diperlukan. Pada SL-6 (komposisi: 100 mg ZnSO4.7H2O, 30
umumnya suhu kolom dibuat kurang lebih mg MnCl2.4H2O, 300 mg H3BO3, 200 mg
sama dengan titik didih rata-rata dari seluruh CoCl2.6H2O, 10 mg CuCl2.2H2O, 20 mg
komponen dalam sampel (Black & Read NiCl2.6H2O, dan 30 mg Na2MoO4.2H2O,
1997). Kontrol suhu pada detektor sangat dalam 1L akuades). Kemudian media dasar ini
diperlukan terutama untuk detektor yang dilarutkan dalam 1 L akuades dan diaduk
sensitivitasnya dipengaruhi oleh adanya hingga homogen serta disesuaikan pH-nya
fluktuasi suhu. Pada umumnya suhu detektor hingga 6,8. Setelah itu, media tersebut
dijaga 20-50 oC lebih tinggi dari suhu kolom, disterilisasi (autoklaf 121ºC selama 15 menit).
hal ini agar uap sampel tidak terkondensasi Media steril ini setelah dingin kemudian
(Black & Read 1997). ditambahkan 0.5 ml etanol, 10 ml MEM Vit.
Solution 100X, dan 5 ml larutan Na2S (1.5 g
Na2S.9H2O dilarutkan dalam 100 ml akuades
BAHAN DAN METODE dalam botol serum bertutup karet butil. Udara
dalam botol tersebut dibebaskan dengan
Bahan dan Alat memasukkan gas N2 (1800 kg/cm2 selama 30
Bahan-bahan yang digunakan antara lain menit). Setelah itu disterilisasi dalam autoklaf
biakan bakteri fotosintetik Rhodobium 121ºC selama 15 menit, kemudian diatur pH-
marinum NBRC (NITE Biological Resource nya hingga pH 7.3 dengan menambahkan
Center) No. 100434, biakan bakteri H2SO4 2N steril. Larutan dikocok untuk
fotosintetik isolat Sanur yang merupakan menghindari pengendapan hingga dihasilkan
koleksi Biotechnology culture collection larutan akhir berwarna kuning transparan).
(BTCC), Larutan NaOH 0.6 N, larutan HCl Media tumbuh ini siap digunakan.
0.3 N, Akuades, air steril (mili-Q),
D(+)Glukosa (Merck), ekstrak ragi, K2HPO4, Kultivasi Bakteri R. marinum dan Bakteri
KH2PO4, MgSO4.7H2O, MnCl2.4H2O, Isolat Sanur (Sirait 2007)
FeSO4.7H2O, NaCl, natrium suksinat, Sebanyak 2 ml suspensi bakteri R.
amonium asetat, larutan feri sitrat (0.1%), marinum dan bakteri isolat Sanur masing-
NH4Cl, CaCl2.2H2O, ZnSO4.7H2O, H3BO3, masing ditambahkan ke dalam tabung betutup
CoCl2.6H2O, CuCl2.2H2O, NiCl2.6H2O, yang berbeda yang sudah berisi 8 ml media
Na2MoO4.2H2O, etanol, larutan stok glukosa tumbuh. Kemudian dikocok hingga merata.
1000 ppm, amonium sulfat, larutan MEM Setelah itu, diinkubasi pada suhu 30 ºC di
Vit. 100X, EDTA.2Na, Na2S.9H2O, NaHCO3, inkubator goyang selama 3 hari. Optical
kertas aluminium foil, plastik tahan panas, density (OD) suspensi bakteri tersebut diukur
karet, asam sulfat pekat, larutan fenol 5%, setiap hari hingga hari ke-3 (dari jam ke-0
kertas saring, dan kapas. sampai jam ke-76) dengan menggunakan
Peralatan yang digunakan adalah penangas spektrofotometer UV-Vis pada panjang
air, spektrofotometer UV-Vis (Beckman DU gelombang 660 nm. Kemudian 10 ml suspensi
650), sentrifus (Jouan MR 1812), autoklaf bakteri tersebut disuntikkan ke dalam 100 ml
(Everlight TA-630), laminar air flow cabinet, media kultur. Kultur bakteri ini diinkubasi
shaker, rak tabung, tabung reaksi, falcon 50 pada suhu 30 ºC di inkubator goyang selama 3
ml, gelas piala, kertas saring, labu Erlenmeyer hari. Kultur tersebut siap dipanen untuk
(100 ml, 250 ml, 300 ml, dan 500 ml), pH digunakan dalam fermentasi produksi
meter HM-30G, Sensor hidrogen H2 Scan hidrogen.
6

Fermentasi Bakteri Fotosintetik untuk 2.5 mL larutan H2SO4 lalu dikocok dengan
Produksi Gas Hidrogen (Zaborsky et al. vortex. Setelah dikocok lalu didiamkan 10
1998, Kawaguchi 2001) menit dan diletakkan di dalam water bath
dengan suhu 40 0C selama 20 menit. Kadar
Fermentasi produksi hidrogen ini
glukosa (gula total) dalam sampel dianalisis
dilakukan secara fotofermentasi dengan
dengan diukur absorbansinya menggunakan
sistem fermentasi diskontinu (batch). Kultur
spektrofotometer Vis 490 nm. Sebelumnya
bakteri R. Marinum dan bakteri isolat Sanur
dibuat standar glukosa dengan konsentrasi 10,
(umur 3 hari) disentrifugasi pada 6000 rpm
20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 200 ppm.
selama 20 menit. Kemudian peletnya masing-
masing diresuspensi dengan 20 ml media Analisis Gas Hidrogen dengan
produksi (sebanyak 2 mg EDTA.2Na Kromatografi Gas (GC) (Susilaningsih et
dimasukkan ke dalam botol schoot 1 L. al. 2008)
Kemudian ditambahkan 2.8 mg H3BO3, 0.75
Pengukuran produk fermentasi (gas H2)
mg Na2MoO4.2H2O, 0.24 mg ZnSO4.7H2O,
dilakukan menggunakan GC dengan metode
2.1 mg MnCl2.4H2O, 0.04 mg CuCl2.2H2O, 10
detektor TCD (thermal conductivity detector).
mg FeSO4.7H2O, 0.75 mg CaCl2.2H2O, 200
Kolom yang digunakan adalah kolom
mg MgSO4.7H2O, dan akuades hingga volume
poropak, dengan temperatur injektor, detektor,
akhir menjadi 1 L. Kemudian media ini
dan kolom masing-masing adalah 150, 250,
disterilisasi dalam autoklaf 121ºC selama 15
dan 80 0C. Gas pembawa yang digunakan
menit). Sebanyak 10% (v/v) suspensi bakteri
adalah gas nitrogen (N2). Sebanyak 1 ml
tersebut dimasukkan ke dalam botol serum
sampel diinjeksikan ke dalam kolom
100 ml yang sudah berisi 66 ml media
kemudian hasilnya dapat dilihat pada layar
produksi, 0.75 ml buffer fosfat 16 % steril,
monitor setelah lima menit.
dan 0.75 ml larutan MEM vit. Sol 100X.
Setelah itu, dikocok hingga homogen dan
dipasang sedemikian rupa pada inkubator HASIL DAN PEMBAHASAN
goyang (120 rpm, suhu 30 ºC) dan diberi
cahaya dari empat lampu TL (60 watt) selama Pertumbuhan Bakteri Fotosintetik
48 jam (2 hari). R. marinum dan Isolat Sanur
Pengambilan Sampel (Susilaningsih et al.
2008) Pertumbuhan bakteri R. Marinum dan
isolat Sanur diamati dengan cara mengukur
Tiap botol serum tersebut pada jam ke-0 optical density (OD) bakteri tersebut pada
dikonfirmasi kondisi pH, OD, dan kadar gula panjang gelombang 660 nm dengan alat
totalnya dengan cara diambil 1 ml medium spektrofotometer. Kurva pertumbuhan baketri
dan dipindahkan dalam effendorf 1 ml dari R. Marinum dan isolat Sanur menunjukkan
tiap botol. Setiap dua jam sekali pada bahwa fase pertumbuhan logaritma atau
masing-masing botol juga dilakukan eksponensial bakteri tersebut terjadi pada jam
pengukuran pertambahan volume gas yang ke-2 hingga jam ke-18. Kedua bakteri tersebut
dihasilkan dengan cara melihat langsung kemudian mengalami fase stasioner sampai
perubahan volume air dalam tabung ukur jam ke-30 (Gambar 2, data pada lampiran 4).
(penampung gas) yang disebabkan oleh Hasil percobaan pertumbuhan bakteri R.
adanya tekanan gas hasil fotofermentasi. marinum dan isolat Sanur juga menunjukkan
Kemudian 1 ml gas tersebut diambil dengan bahwa kedua bakteri tersebut dapat tumbuh
menggunakan sirynge khusus untuk diukur pada media dengan substrat glukosa 1%.
gas hidrogennya dengan alat kromatografi gas Media tersebut ber-pH 6-7. Hal tersebut sesuai
(GC). dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pengukuran Kadar Glukosa (Gula Total) Kawaguchi et al. (2001), yaitu efek pH
dengan Metode Phenol-Sulphuric Acid terhadap pertumbuhan bakteri fotosintetik dan
(Asam Fenol Sulfat) (Dubois et al. 1956) aktivitas enzim nitrogenase yang merupakan
enzim yang berperan dalam pembentukan gas
Hasil pengambilan sampel dari jam ke-0 hidrogen, hasil penelitian tersebut menyatakan
sampai jam ke-40 disentrifugasi pada 6000 bahwa pH optimal untuk pertumbuhan bakteri
rpm selama 5 menit. Supernatan kemudian R. marinum adalah pH 6-7.
diencerkan 100 kali. Kemudian diambil 0.5 Pertumbuhan mikrob dapat ditandai
mL dari larutan hasil pengenceran tersebut ke dengan peningkatan jumlah dan massa sel.
dalam tabung reaksi kecil, setelah itu Pertumbuhan bakteri membentuk pola
ditambahkan fenol 5% sebanyak 0.5 mL dan pembelahan biner (Pelczar & Chan 1986).
7

Kurva pertumbuhan bakteri terdiri atas fotosintetik Rubrivivax gelatinosus L31


beberapa fase, yaitu fase lag, fase log, fase mampu mendegradasi glukosa sebesar 69.2%
stasioner, dan fase kematian. untuk produksi biohidrogen. Sirait (2007) juga
Pertumbuhan bakteri dimulai dari fase melaporkan bahwa gula total dapat dikonversi
lamban atau lag. Ciri-ciri fase ini adalah tidak menjadi biohidrogen sebesar 52.74% oleh
ada pertumbuhan populasi, sel mengalami bakteri fotosintetik R. marinum.
perubahan komposisi kimiawi, bertambah Bakteri R. marinum dan isolat Sanur
ukurannya, dan substansi intraselulernya memanfaatkan gula sebagai substrat sehingga
bertambah. Fase berikutnya adalah fase menghasilkan produk berupa gas hidrogen
pertumbuhan logaritma atau eksponensial. Sel dari proses fermentasi tersebut. Kandungan
dalam fase ini membelah dengan laju yang gula yang terdapat pada masing-masing media
konstan, massa menjadi dua kali lipat dengan produksi mengalami penurunan selama
laju yang sama, aktivitas metabolik seimbang, fermentasi berlangsung seiring dengan
dan pertumbuhan seimbang yang ditandai peningkatan OD bakteri (Gambar 4, data dan
dengan bertambahnya populasi secara teratur. perhitungan pada lampiran 4 & 6).
Fase pertumbuhan selanjutnya adalah fase Penurunan kadar gula secara drastis pada
stasioner. Fase ini ditandai dengan habisnya media yang berisi R. marinum terjadi sampai
nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri untuk jam ke-22, proporsional dengan pertumbuhan
pertumbuhannya. Hal ini ditandai dengan bakteri tersebut yang sedang mengalami fase
diproduksinya senyawa atau produk racun logaritmik hingga jam ke-22. Hal yang sama
yang menyebabkan beberapa sel bakteri mati juga terjadi pada media yang berisi isolat
sedangkan yang lain tumbuh dan membelah Sanur, penurunan kadar gula media secara
secara teratur sehingga jumlah sel yang hidup drastis dan pertumbuhan bakteri mencapai
menjadi tetap. Fase selanjutnya adalah fase fase logritmik juga terjadi sampai jam ke-22.
kematian atau penurunan pertumbuhan yang Glukosa 1%
ditandai dengan sel-sel bakteri menjadi lebih
cepat mati daripada terbentuknya sel-sel baru 12000
[Gula Total] (ppm)

10000
(Pelczar & Chan 1986).
8000

Kurva Pertumbuhan Bakteri 6000


4000
0.6 2000
O D 660 n m

0
0.4
0 22 34 40
0.2 Waktu (Jam )
Kontrol R. marinum Isolat Sanur
0
Gambar 3 Kadar gula media produksi selama
0

18

22

30

34

38

60

78

Waktu (jam ) proses fermentasi.


Isolat Sanur R.marinum
Rhodobium marinum
Gambar 2 Pertumbuhan bakteri R. Marinum 10000 3
dan isolat Sanur. 2.5
[Gula Total]

8000
OD 660

2
(ppm)

6000
1.5
Kandungan Gula Total 4000
1
2000 0.5
0 0
Hasil penentuan kadar gula selama 0 22 34 40
fermentasi (Gambar 3, data dan perhitungan Waktu (jam)
pada lampiran 6) menunjukkan bahwa
kandungan gula pada media produksi yang Isolat Sanur
berisi bakteri R. marinum menurun drastis dari
15000 2.5
8626 ppm pada jam ke-0 menjadi 3147 ppm
[Gula Total]

2
OD 660

pada jam ke-40. Demikian juga pada media 10000


(ppm)

1.5
1
produksi yang berisi bakteri isolat Sanur, 5000
0.5
kandungan gula menurun drastis dari 9811 0 0
ppm pada jam ke-0 menjadi 2961.5 ppm pada 0 22 34 40
Waktu (jam)
jam ke-40. Bakteri R. marinum mampu
Kadar Gula OD
mendegradasi gula dalam media produksi
sebesar 63.52%, sedangkan isolat Sanur Gambar 4 Hubungan kadar gula medium dan
mampu mendegradasi hingga 69.46%. Li dan OD bakteri R. marinum dan isolat
Fang (2008) melaporkan bahwa bakteri Sanur.
8

Gas Hasil Fermentasi dengan menggunakan substrat glukosa


mampu menghasilkan gas hidrogen dengan
Produk yang dihasilkan dari fermentasi kecepatan rata-rata 5.3 ml H2 jam-1L-1
ini berupa gas. Gas yang dihasilkan dari medium. Bakteri fotosintetik Rubrivivax
fermentasi bakteri fotosintetik R. marinum gelatinosus L31 mampu menghasilkan gas
adalah gas H2 dan CO2 (Zaborsky et al. 1998). hidrogen dari substrat glukosa dengan
Total gas yang dihasilkan oleh bakteri R. kecepatan rata-rata 4.1 ml H2 jam-1L-1 medium
marinum dalam penelitian ini adalah 205.25 (Li & Fang 2008).
ml, sedangkan total gas yang dihasilkan oleh Isolat Sanur yang merupakan konsorsium
isolat sanur adalah 165.25 ml. Gas pada media bakteri fotosintetik strain lokal sangat
yang berisi bakteri R. marinum mulai potensial untuk dikembangkan dan
diproduksi pada jam ke-2 dan berakhir pada dimanfaatkan dalam produksi biohidrogen.
jam ke-18. Media yang berisi bakteri isolat Adanya bakteri fotosintetik strain lokal
Sanur mulai memproduksi gas pada jam ke-6 tersebut diharapkan mampu meningkatkan
sampai jam ke-20 (Gambar 5). Gas hasil produktivitas gas biohidrogen (bioenergi)
fermentasi, baik yang dihasilkan oleh bakteri nasional sehingga dapat menunjang keamanan
R. marinum maupun oleh bakteri isolat Sanur pasokan energi nasional.
tersebut kemudian dianalisis dengan GC untuk
mengetahui jumlah gas hidrogen yang
Gas Hasil Fermentasi
dihasilkan.
250 205,25

Vo lu m e G as (m l)
Gas Total Hasil Fotofermentasi 200 165,25
150 127,311
50 103,61
Volume Gas (ml)

40 100
30
20 50
10
0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 R. marinum Isolat sanur
Waktu (jam )
Bakteri
R. marinum Isolat Sanur Gas Produk Hidrogen

Gambar 6 Jumlah gas hasil fermentasi.


Gambar 5 Gas total yang dihasilkan selama
fotofermentasi. SIMPULAN DAN SARAN
Analisis Gas Hasil Fermentasi dengan GC
Simpulan
Gas hasil fermentasi bakteri R. marinum Bakteri fotosintetik R. marinum dan isolat
dan isolat Sanur dianalisis dengan Sanur mampu memproduksi gas biohidrogen
menggunakan kromatografi gas (GC) HP melalui proses fotofermentasi menggunakan
5890 dengan metode thermal conductivity glukosa 1% sebagai substrat. Gas hidrogen
detector (TCD). Metode ini khusus digunakan yang diproduksi oleh bakteri R. marinum
untuk mendeteksi gas yang dihasilkan namun dalam fotofermentasi tersebut adalah 127.311
tidak dapat digunakan untuk mendeteksi asam ml dari 205.25 ml total gas yang dihasilkan
volatil dan cairan yang mudah menguap (62%), dengan kecepatan produksi 3.81 mmol
lainnya. H2 jam-1 L-1 medium. Isolat Sanur mampu
Berdasarkan hasil analisis GC, gas hasil memproduksi gas hidrogen sebanyak 103.61
fermentasi terdiri atas gas hidrogen (H2) dan ml dari 165.25 ml total gas yang dihasilkan
CO2. Gambar 6 menunjukkan bahwa gas (63%), dengan kecepatan produksi 2.8 mmol
hidrogen yang dihasilkan oleh R. marinum H2 jam-1 L-1 medium .
dengan substrat glukosa 1% adalah 127.311
ml (62% dari total gas yang dihasilkan), setara Saran
dengan 3.81 mmol H2 jam-1 L-1 medium.
Penelitian optimasi produksi biohidrogen
Konsorsium bakteri isolat Sanur dengan
perlu dilakukan dengan melihat pengaruh
substrat glukosa 1% juga dapat menghasilkan
konsentrasi glukosa, suhu optimum, OD
gas hidrogen sebanyak 103.61 ml (63% dari
bakteri optimum, dan instalasi fotobioreaktor
total gas yang dihasilkan), setara dengan 2.8
yang lebih baik untuk menghasilkan
mmol H2 jam-1 L-1 medium. Ike et al. (1999)
biohidrogen yang maksimum.
melaporkan bahwa bakteri R. marinum
9

DAFTAR PUSTAKA effect using a kinetic model. J Bioscience


and Bioenginering 94: 62-69.
Akkerman I, M Janssen, J Rocha, RH
Wijffels. 2002. Photobiological hydrogen Kawaguchi Y et al. 2005. Effect of Innoculum
production photochemical efficiency and Conditioning on Hydrogen Fermentation
bioreactor design. J Hydrogen Energy and pH Effect on Bacterial Community
27: 1195-1208. Relevant to Hydrogen Production. Osaka:
Kumamoto.
Black RM, Read RW. 1997. Application of
liquid chromatography atmospheric Li RY, Fang HHP. 2008. Hydrogen
pressure chemical ionization mass production characteristics of
spectrometry and tandem mass photoheterotrophic Rubrivivax
spectrometry to the analysis and gelatinosus L31. Int J Hydrogen Energy
identification of degradation products of 33: 974-980.
chemical warfare agents. J
Chromatography A 759: 79-92. Liu G, Shen J. 2004. Effect of culture and
medium condition on hydrogen
Bockris J. 2002. The origin of ideas on a production of starch using anaerobic
hydrogen economy andits solution to the bacteria. J Bioscience and bioenginering
decay of the environment. Int J Hydrogen 98: 251-256.
Energy 27: 31-40.
Nakashimda Y, Nishio N. 2004. High rate
Dunn CG, Prescott. 1959. Industrial production of hydrogen/mathane from
microbiology. New York: Mc Graw Hill. various substrat and wastes. Adv.
Biochem. Engin. Biotechnol 90:63-67.
Dunn S. 2002. Hydrogen futures: toward a
sustainable energy system. Int J Nath K, Das D. 2004. Improvement of
Hydrogen Energy 26: 13-28. fermentative hydrogen production:
various approaches. Appl Microbiol
Hidayat MA. 2006. Fermentasi asam laktat Biotechnol 65: 520-529.
oleh Rhizopus oryzae pada substrat
singkong hasil hidrolisis asam [skripsi]. Pelczar MJJr, Chan ECS.1986. Dasar-Dasar
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Mikrobioligi. Volume ke-1, 2.
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS,
Bogor. Angka SL, penerjemah; Jakarta: UI Pr.
Terjemahan dari: Elements of
Hirashi A et al. 1995. A new genus of marine Microbiology.
budding phototropic bakteria, Rhodobium
gen Nov., which includes Rhodobium Purwanto J. 2005. Optimasi konsentrasi
orienties sp. Nov and Rhodobium gliserol dan pH untuk produksi
marinum comb. Nov. J Systematic biohidrogen oleh Enterobacter aerogenes
Bacteriology 45:226-234. AY-2 [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Ike A et al. 1999. Photoproduction of Institut Pertanian Bogor.
hydrogen from row starch using a
halophilic bacterial community. J Biosci Rahman MA, Furutani Y, Nakashimada Y,
Bioeng 88: 72-78. Kakizono T, Nishio N. 1997. Enhanced
hydrogen production in altered mixed
Kawaguchi H, K Hashimoto, K Hirata, K acid fermentatuion of gluose by
Miyamoto. 2001. Hydrogen production Enterobacter aerogenes. J Ferm Bioeng
from algal biomass by a mixed culture of 83: 358-363.
R.. marinum A-501 and Lactobacillus
amylovorus. J Boscience and Sirait LR. 2007. Produksi gas hidrogen dari
Bioenginering 91:27-282. limbah cair tahu dengan bakteri
fotosintetik Rhodobium marinum [tesis].
Kawaguchi et al. 2002. Effect of algal Depok: Sekolah Pascasarjana, Universitas
extract on H2 production by a Indonesia.
photosintetic bacterium Rhodobium
marinum A-501: analysis of stimulating
10

Smith JE. 1985. Prinsip Bioteknologi. Sumo


UF, Sumantri B, Subono A, penerjemah;
Jakarta: Gramedia. Terjemahan dari:
Biotechnology Principles.

Sudarmadji et al. 1997. Prosedur Analisa


untuk Bahan Makanan dan Peranian.
Yogyakarta: Liberty.

Susilaningsih et al. 2007. Produksi bioenergi


gas hidrogen dari biomassa limbah
pertanian dan perkebunan melalui proses
ermentasi aerobik dengan konsorsium
bakteri [laporan penelitian]. Bogor: Puslit
Bioteknologi, LIPI.

Zaborsky et al. 1998. BioHydrogen. New


York: Plennum Press.

Zhu HT et al. 1999. Hydrogen production


from tofu waste water by Rhodobacter
sphaeroides immobilized agar gels. Int J
Hydrogen Energy 24 : 305-310
11

LAMPIRAN
12

Lampiran 1 Alur penelitian

Kultivasi bakteri Rhodobium


marinum atau Isolat Sanur
dalam media cair

Glukosa 1% (b/v)

Pemanenan

Media lengkap produksi H2

Cahaya
Lampu TL 60 W, 48 jam

Fermentasi (2 hari, inkubator


goyang 120 rpm, suhu 30ºC)

Sampling dari jam ke-0


hingga jam ke-40

Analisis OD, Volume gas yang


terbentuk, pH, dan kadar gula total

GC

H2
13

Lampiran 2 Kuantifikasi media lengkap dengan fungsinya

Bahan mg / 1000 ml Fungsi


Natrium suksinat 1000 Sumber karbon dan energi pada pre culture
Glukosa 1000 Sumber karbon dan energi pada main culture
K2HPO4 750 Buffer pH, sumber K
KH2PO4 850 Buffer pH, sumber P
(NH4)2SO4 40 Sumber N dan S
MgSO4.7H2O 200 Sumber Mg dan S
CaCl2.2H2O 0.75 Sumber Ca dan Cl
Co(NO3)2.6H2O 290 Sumber Co dan N
Fe(NH4)2SO4.6H2O 10 Sumber Fe, N, dan S
Na2MoO4.2H2O 0.75 Sumber Na dan Mo
MnCl2.4H2O 2.1 Sumber Mn dan Cl
H3BO3 2.8 Mikroelemen
Cu(NO3)2.3H2O 0.04 Sumber Cu dan N
Na2EDTA.2H2O 2 Mikroelemen
Nicotinic acid 0.025 Mikroelemen
Ekstrak khamir 0.3 Sumber vitamin dan faktor pertumbuhan
HCl 3N Pengkondisian pH asam
NaOH 3N Pengkondisian pH basa
NaCl Jenuh Pengikat H2
Nitrogen Penekan O2 pada medium

Lampiran 3 Fotobioreaktor untuk produksi hidrogen

Keterangan:
Fotofermentasi berlangsung selama dua hari pada suhu 30ºC dengan kecepatan
inkubator goyang 120 rpm, volume media 75/ 125 ml, panjang selang 1 meter,
dan diberi cahaya lampu TL 4 x 15 watt.
14

Lampiran 4 Hubungan OD bakteri dan pH medium terhadap waktu

Jam Ke- R. marinum Isolat Sanur


OD pH OD pH
0 1.6325 7 1.0555 7
22 2.287 5 1.9465 5
34 2.384 5 1.9545 5
40 2.275 5 1.9415 5

Lampiran 5 Kurva standar gula total


[Gula Total ] (ppm) Absorban
10 0.1044
20 0.2326
40 0.4457
60 0.6776
80 0.8622
100 0.9799
120 1.3014
200 2.0036

2.5
Absorbansi (490 nm)

y = 0.01x + 0.0419
2 R2 = 0.9956
1.5
1
0.5

0
0 50 100 150 200 250
[Gula Total] (ppm )

Lampiran 6 Data hasil pengukuran gula total sampel


faktor pengenceran
Sampel Jam Ke- Absorban (fp) [Gula Total] (ppm)
Kontrol 0 1.165 100 11231
22 1.165 100 11231
34 1.164 100 11221
40 1.163 100 11211
R. marinum 0 0.9045 100 8626
22 0.39595 100 3540.5
34 0.38375 100 3418.5
40 0.3566 100 3147
Isolat Sanur 0 1.023 100 9811
22 0.4757 100 4338
34 0.382 100 3401
40 0.33805 100 2961.5
15

Lampiran 6 (Lanjutan)

Contoh perhitungan pengukuran gula total sampel (kotrol jam ke-0):

Absorbans 0 . 0419
Gula total faktor pengencera n ( fp )
0 , 01
1,165 0 , 0419
100
0 , 01
11231 ppm

Lampiran 7 Data hasil pengamatan gas produk fotofermentasi

Substrat : Glukosa 1%
Bakteri : R. marinum dan Isolat sanur
[Glukosa] awal : 10,000 mg/L
OD awal: 1.7 dan 1.1
pH awal : 7
Intensitas Cahaya : 60 W, 48 jam
Volume Reaktor : 75/125 ml
Panjang Selang : 1 meter
Kecepatan Inkubator Goyang : 120 rpm
Temperatur : 30ºC

Sampling Volume Gas (ml)


Jam Ke- Kontrol R. marinum Isolat Sanur
0 0 0 0
2 0 14 0
4 0 31 7.5
6 0 36.5 33.75
8 0 39 37.5
10 0 35 30.5
12 0 22.25 19.5
14 0 12.75 19.5
16 0 13.25 10
18 0 0 7
20 0 0 0
Total 0 205.25 165.25

a Gas hasil fotofermentasi diamati dan diukur


volumenya secara langsung dengan melihat
perubahan volume air (larutan NaCl jenuh) dalam
b tabung ukur (penampung gas). Jumlah gas yang
dihasilkan sama dengan selisih volume air awal
dalam tabung ukur (a) dengan volume air saat
sampling dalam tabung ukur tersebut (b).
16

Lampiran 8 Data hasil pengukuran gas H2 produk fotofermentasi dengan GC

Kondisi GC untuk analisis hidrogen


GC HP 5890
Detektor TCD
Kolom Poropak
Temperatur kolom 80 ºC
Temperatur injektor 150 ºC
Temperatur detektor 250 ºC
Gas pembawa N2

% Hidrogen (GC)
Sampling Luas area puncak
Jam Ke- Kontrol Standar H2 R. marinum Isolat Sanur R. marinum Isolat Sanur
0 0 0 0 0 0 0
2 0 739487 484533.5 0 65.5 0
4 0 739487 322831.5 0 43.67 0
6 0 739487 453970 246956 61.4 33.26
8 0 739487 456377 433867.5 61.72 58.67
10 0 739487 294793.5 342124.5 39.86 46.27
12 0 739487 110768.5 572176 14.98 77.37
14 0 739487 430907.5 418995 58.27 56.66
16 0 739487 420900 387283 56.92 52.37
18 0 739487 0 285180.5 0 38.56
20 0 0 0 0 0 0

Contoh perhitungan (sampel R. marinum jam ke-2):

luas area puncak pada kromatogram sampel


% Hidrogen 100 %
luas area puncak pada kromatogram s tan dar hidrogen
484533.5
100 %
739487
65.5 %
17

Lampiran 9 Gas hidrogen yang dihasilkan selama fotofermentasi

Sampling Rata-rata volume gas Hidrogen yang dihasilkan (ml)


Jam Ke- Kontrol R. marinum Isolat Sanur
0 0 0 0
2 0 9.17 0
4 0 13.54 0
6 0 22.41 11.22
8 0 24.01 22.962
10 0 23.63 19.365
12 0 13.33 17.374
14 0 11.112 15.478
16 0 10.050 13.545
18 0 0 3.675
20 0 0 0
Total 0 127.311 103.61
Kecepatan rata-
rata (ml/jam) 0 7.956 5.756

Contoh perhitungan (sampel R. marinum jam ke-2):

Volume gas H 2 % hidrogen (lampiran 8) volume gas produk fotofermentasi (lampiran 7)


65.5 % 14 ml
9.17 ml

Jumlah mol hidrogen yang dihasilkan dari fotofermentasi dihitung dengan


menggunakan persamaan:

PV
n
RT

Keterangan:
n Jumlah mol
P Tekanan (atm)
V Volume gas ( L)
R 0.082
T Suhu ( K )

Bakteri Rhodobium marinum:

1 atm 127.311 ml
n
0.082 301
5.15 mmol
18

Lampiran 9 (Lanjutan)

Jumlah mol hidrogen yang dihasilkan dari fotofermentasi bakteri R. marinum


adalah
5.15 mmol
1L
75 ml 18 jam
1000 ml
mmol
3.81
L jam

Isolat Sanur:
1 atm 103.610 ml
n
0.082 301
4.20 mmol

Jumlah mol hidrogen yang dihasilkan dari fotofermentasi bakteri isolat Sanur
adalah
4.20 mmol
1L
75 ml 20 jam
1000 ml
mmol
2.8
L jam
19

Lampiran 10 Korelasi kadar gula total dan jumlah gas H2 terhadap waktu
fermentasi

Rhodobium marinum

35 10000
9000
30
Volume Gas hidrogen

8000

[Gila Total] (ppm)


25 7000
20 6000
(ml)

5000
15 4000
10 3000
2000
5
1000
0 0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jam Ke-

Isolat Sanur

35 12000

30 10000
Volume Gas Hidrogen (ml)

25
[Gula total] (ppm)
8000
20
6000
15
4000
10

5 2000

0 0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jam Ke-

Keterangan: Gas hidrogen Gula Total


20

Lampiran 11 Kromatogram hasil analisis gas hidrogen sampel produk fermentasi


dengan menggunakan GC

Standar hidrogen
21

Lampiran 11 (Lanjutan)

Standar CO2
22

Lampiran 11 (Lanjutan)

Sampel R. marinum ulangan 1


23

Lampiran 11 (Lanjutan)

Sampel R. marinum ulangan 2


24

Lampiran 11 (Lanjutan)

Sampel isolat Sanur ulangan 1


25

Lampiran 11 (Lanjutan)

Sampel isolat Sanur ulangan 2

Anda mungkin juga menyukai