Produksi Biohidrogen Melalui Fermentasi Bakteri PDF
Produksi Biohidrogen Melalui Fermentasi Bakteri PDF
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia
Disetujui
Komisi Pembimbing
Drs. Djarot Sasongko Hami Seno, M.S Dr. Dwi Susilaningsih, M. Pharm
Ketua Anggota
Diketahui
Tanggal Lulus:
6
PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan atas karunia yang diberikan oleh Allah
SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul
Produksi Biohidrogen melalui Fermentasi Bakteri Fotosintetik Rhodobium
marinum dan Isolat Sanur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2008 sampai
September 2008 di Laboratorium Bioproses, Pusat Penelitian Bioteknologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong; Jalan Raya Bogor Km 46
Cibinong, Bogor.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Djarot Sasongko Hami
Seno, MS dan Dr. Dwi Susilaningsih, M. Pharm selaku pembimbing atas segala
arahan, bimbingan, dan fasilitas selama penelitian, serta kepada Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah mendanai penelitian ini. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bu Mega, Mas Anam, Mas Swastika, Mas
Asep, Mas Diki, Mbak Umi, Mbak Dian, Mbak Lina, Mbak Lia, Mbak Riesa,
Yestyani Ana Anggraeny, dan seluruh staf di Laboratorium Bioproses, Pusat
Penelitian Bioteknologi LIPI, serta teman-teman PS Biokimia khususnya
angkatan 41 atas segala bantuan dan kerjasamanya. Ucapan terma kasih yang tak
terhingga kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bumiayu pada tanggal 21 September 1984 sebagai
anak keenam dari pasangan Bapak Mahmuri dan Ibu Tarsem. Tahun 2004 penulis
lulus dari SMUN 1 Bumiayu dan pada tahun yang sama penulis diterima masuk di
Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa aktif di IPB, penulis menjadi staf Departemen
Biokimia Tumbuhan Community of Research and Education in Biochemistry
(CREB’s) pada periode 2005-2006, dan Koordinator Dewan Pengawas CREB’s
bidang keilmuan pada periode 2006-2007. Penulis juga pernah menjadi wakil
ketua Tim Ekonomi DKM Al-Ghifari IPB pada periode 2006-2007. Penulis aktif
berpartisipasi dalam perlombaan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang
didanai DIKTI, diantaranya PKM-Teknologi dengan judul Pemanfaatan Zeolit
dan Khitosan dalam Pengolahan Bahan Baku Air Minum (2007), PKM-Penelitian
degan judul Khitosan sebagai Bahan Antibakteri (2008), PKM-Teknologi dengan
judul Kertas Antibakteri Berbasis Khitosan (2008), dan PKM-Teknologi dengan
judul Teknologi Desalinisasi Air Laut Menggunakan Campuran Khitosan, Zeolit,
dan Arang Aktif (2008). Penulis juga menjadi finalis Pemilihan Peneliti Remaja
Indonesia VII yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia
(LIPI) pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis berhasil menjadi
peserta program Iptek Remaja yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara
Riset dan Teknologi, Republik Indonesia. Penulis juga pernah melaksanakan
Praktik Lapangan (PL) di Laboratorium Bioproses, Pusat Penelitian Bioteknologi-
LIPI Cibinong selama periode Juli sampai Agustus 2007, dan menulis karya
ilmiah yang berjudul Produksi Biohidrogen melalui Fermentasi Bakteri
Fotosintetik Rhodobium marinum dan Isolat Sanur.
8
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
Biohidrogen................................................................................................. 1
Mikroorganisme Penghasl Gas hidrogen .................................................... 2
Proses Produksi Biohidrogen ...................................................................... 3
Fermentasi ................................................................................................... 3
Kromatografi Gas ........................................................................................ 4
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ............................................................................................ 5
Metode Percobaan ....................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Bakteri Fotosintetik R. marinum dan Isolat Sanur ................ 6
Kandungan Gula Total ................................................................................... 7
Gas Hasil Fermentasi................................................................................... 8
Analisis Gas Hasil Fermentasi dengan Kromatografi Gas .......................... 8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ........................................................................................................ 8
Saran .............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 9
LAMPIRAN ......................................................................................................... 11
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Fotofermentasi bakteri fotosintetik ................................................................ 3
2 Pertumbuhan bakteri R. marinum dan isolat Sanur ........................................ 7
3 Kadar gula media produksi selama proses fermentasi................... ................ 7
4 Hubungan kadar gula medium dan OD bakteri R. marinum dan isolat Sanur 7
5 Gas total yang dihasikan selama fotofermentasi ............................................... 8
6 Jumlah gas hasil fermentasi ............................................................................ 8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Alur penelitian ................................................................................................ 12
2 Kuantifikasi media lenglap dengan fungsinya ............................................... 13
3 Fotobioreaktor sederhana produksi hidrogen ................................................. 13
4 Hubungan OD bakteri dan pH medium terhadap waktu ................................ 14
5 Kurva standar gula total ................................................................................. 14
6 Data hasil pengukuran gula total sampel ........................................................ 14
7 Data hasil pengamatan gas produk fotofermentasi......................................... 15
8 Data hasil pengukuran gas H2 produk fotofermentasi dengan GC ................. 16
9 Gas hidrogen yang dihasilkan selama fotofermentasi ..................................... 17
10 Korelasi kadar gula total dan jumlah gas H2 terhadap waktu fermentasi ....... 19
11 Kromatogram hasil analisis gas hidrogen sampel produk fermentasi dengan
menggunakan GC ........................................................................................... 20
1
pertama hanya dapat dilakukan pada siang khusus. Reaksi biofotolisis dari organisme ini
hari, yaitu ketika adanya matahari. Hal ini adalah sebagai berikut (Zaborsky et al. 1998):
dikarenakan mikroba fotosintetik
menggunakan energi dari sinar matahari Cahaya
sebagai sumber energi mereka. Akan tetapi, H2O 0.5 O2 + H2 ? G = - 242 kJ
teknik yang kedua dapat berlangsung pada
siang maupun malam hari (dalam keadaan Bakteri anaerob tidak menggunakan air
gelap). Hal ini tergantung pada tipe mikroba sebagai senyawa penghasil biohidrogen
yang digunakan dalam fermentasi. Sebagian namun menggunakan senyawa organik.
besar bakteri aerob dan anaerob memproduksi Keuntungan dari bakteri ini adalah reaksi
biohidrogen dengan pendekatan fotosintesis pembentukan hidrogen yang cepat dan tidak
dan fermentasi (fotofermentasi) (Rahman et memerlukan energi matahari. Kelemahan dari
al. 1997). bakteri ini dalam memproduksi gas hidrogen
Beberapa keunggulan dari Biohidrogen adalah hasil dekomposisi/penguraian senyawa
antara lain: dapat diperbarui (renewable organik tersebut meninggalkan asam-asam
energy) dan ramah lingkungan (green energy) organik seperti asam asetat, asam butirat, dan
(Zaborsky et al. 1998), hasil samping lain-lain. Asam organik tersebut menjadi
pembakarannya berupa uap air sehingga tidak masalah baru jika tujuan dari produksi adalah
menimbulkan efek rumah kaca, hujan asam, untuk menanggulangi limbah (Zaborsky et al.
dan penipisan lapisan ozon (Nath & Das 1998).
2004), proses produksi dapat berlangsung Bakteri fotosintetik membutuhkan
pada tekanan dan suhu normal (Purwanto senyawa organik untuk memproduksi
2005), biaya produksi lebih rendah hidrogen dan energi cahaya untuk membantu
dibandingkan dengan cara fisik dan kimia reaksi energi yang terlibat dalam produksi
(Nakashimada 2004), dan dapat hidrogen. Keuntungan bakteri ini
memanfaatkan limbah dan sampah organik dibandingkan pada sianobakteri yaitu energi
sebagai substrat fermentasi (Liu & Shen yang dibutuhkan untuk produksi hidrogen
2004). Adapun kendala yang dihadapi untuk lebih kecil karena adanya peran senyawa
energi alternatif ini adalah persetujuan publik, organik. Senyawa organik yang dapat
penanaman modal yang besar dan harga digunakan oleh bakteri ini sebagai substrat
hidrogen saat ini yang masih jauh lebih mahal untuk produksi hidrogen adalah asam lemak,
dibandingkan bahan bakar lainnya. Namun gula, tepung, selulosa, dan lainnya (Sirait
demikian, hidrogen dapat diproduksi dengan 2007). Bakteri fotosintetik dalam
teknologi yang lebih murah dan mudah, yaitu memproduksi hidrogen melibatkan substrat
dengan memanfaatkan organisme bakteri senyawa organik, fotosistem I, feridoksin, dan
melalui proses fermentasi atau fotoproduksi, enzim nitrogenase. Reaksi produksi hidrogen
untuk merombak substrat organik (limbah dan dari substrat glukosa oleh bakteri fotosintetik
nonlimbah) menjadi energi hidrogen (Sirait adalah sebagai berikut (Zaborsky et al. 1998):
2007).
Glukosa + 2H2O 6CO2 +12H2 ?G=-33.8 kJ
Mikroorganisme Penghasil Gas Hidrogen
Ada berbagai macam mikroorganisme
Hidrogen yang diproduksi oleh mikroalga yang dapat menghasilkan biohdrogen (Miyake
dan bakteri disebut biohidrogen. Bakteri dan 1998, diacu dalam Zaborsky et al. 1998), baik
mikroalga yang sering digunakan untuk yang fotosintetik maupun yang
penelitian tersebut adalah bakteri anaerob dan nonfotosintetik. Bakteri yang termasuk
mikroorganisme fotosintetik seperti bakteri fotosintetik antara lain Rhodopseudomonas
fotosintetik dan sianobakteria. Sianobakteria Rhodobacter, Anabaena, Chlamydomonas,
dapat menguraikan air menjadi hidrogen dan Chromatium, dan Thiocapsa. Sedangkan yang
oksigen dengan bantuan energi cahaya (Sirait termasuk nonfotosintetik antar lain Klebsiella,
2007). Keuntungan organisme ini dalam Clostridium, Enterobacter, Azotobacter,
memproduksi hidrogen adalah tidak Metanobacteria, dan Eschericia coli. (Miyake
menggunakan senyawa organik sebagai 1998, diacu dalam Zaborsky et al. 1998).
substrat tetapi menggunakan sinar matahari. Salah satu contoh bakteri fotosintetik
Kelemahannya adalah produksi hidrogennya adalah Rhodopseudomonas marina atau yang
lambat, sistem reaksinya membutuhkan energi lebih dikenal dengan nama Rhodobium
yang besar, dan pemisahan gas hidrogen dan marinum. Bakteri ini termasuk bakteri gram
oksigen membutuhkan penanganan yang negatif, berbentuk batang, bergerak,
fotoheterotrop anaerob fakultatif, dan
3
memproduksi warna merah (Hirashi et al. dari asam organik menjadi gas hidrogen (H2)
1995). Rhodobium marinum (R. Marinum) dan karbon dioksia (CO2) (Gambar 1).
diisolasi dari laut pada tahun 1995 (Sirait Fotosistem bakteri ini tidak menghasilkan
2007). Enzim yang terlibat pada fotosintetik oksigen (O2) sehingga tidak menghambat
produksi hidrogen oleh bakteri ini adalah kerja enzim nitrogenase, mengingat enzim
enzim nitrogenase. Isolat Sanur merupakan nitrogenase sensitif terhadap oksigen
konsorsium bakteri fotosintetik yang diisolasi (Akkerman 2002).
dari air laut pantai Sanur, Bali. Bakteri
dominan yang ada dalam isolat ini adalah R.
marinum sehingga isolat tersebut berwarna
merah.
Telah dilaporkan beberapa penelitian
mengenai produksi gas hidrogen
menggunakan bakteri fotosintetik, di
antaranya: Rhodobium Marinum A-150 pada
substrat asam laktat (Kawaguchi 2001),
Rhodobacter sphaeroides pada limbah cair
pabrik susu (Turkaslan 1998, diacu dalam
Sirait 2007), dan Rhodobacter sphaeroides
pada limbah cair tahu (Zhu 1999). Penelitian-
penelitian yang telah dilakukan tersebut
merupakan acuan dari penelitian ini, sehingga
dapat disimpulkan bahwa bakteri fotosintetik
merupakan pilihan utama di dalam Gambar 1 Fotofermentasi bakteri fotosintetik
pemanfaatan limbah hasil perkebunan yang (Akkerman 2002). Keterangan:
mengandung asam-asam organik. PS = fotosistem, C = plastosianin,
Q = kuinon, dan Cyt = sitokrom.
Proses Produksi Biohidrogen
Fermentasi
Gas hidrogen yang diproduksi oleh
bakteri fotosintetik dihasilkan melalui proses Fermentasi merupakan proses penting
fotofermentasi. Fotosistem pada bakteri dalam kehidupan sehari-hari manusia.
fotosintetik hanya melibatkan satu fotosistem Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere
(PS1). Fotosistem terjadi dalam membran yang artinya mendidihkan. Hal ini
intraseluler. Fotosistem pada bakteri ini tidak berdasarkan pengamatan sehari-hari bahwa
cukup kuat untuk memecah air. Pada kondisi dalam proses fermentasi minuman beralkohol
anaerob, bakteri fotosintetik dapat dengan akan menghasilkan buih yang kemudian satu
baik menggunakan asam organik sederhana komponennya diketahui sebagai gas
seperti asam asetat sebagai donor elektron karbondioksida. Fermentasi secara umum
(Sirait 2007). dapat dinyatakan sebagai proses katabolisme,
Elektron yang dilepaskan dari senyawa suatu pemecahan senyawa organik yang
organik akan dipompakan oleh sejumlah besar kompleks menjadi bentuk yang lebih
pembawa elektron (diantara kuinon dan sederhana. Aplikasi proses ini dapat dilihat
plastosianin). Selama transport elektron, pada produksi minuman beralkohol atau
proton dipompakan melewati membran produk yang bersifat asam (seperti asam asetat
(dalam kompleks protein sitokrom bc1) atau cuka) (Hidayat 2006). Pengetahuan
sehingga terjadi gradien proton. Gradien mengenai proses ini berkembang pesat sejak
proton yang terjadi digunakan oleh enzin ATP penelitian Louis Pasteur mengenai proses
sintase untuk menghasilkan ATP. Energi ATP fermentasi yang terjadi dalam pembuatan wine
yang terbentuk dapat digunakan untuk (anggur). Penelitian mengenai proses ini
transport lebih jauh elektron ke elektron berkembang pesat semenjak tumbuhnya
akseptor feridoksin (Fd) (Chen et al. 2005). industri minuman beralkohol dan industri
Jika molekul nitrogen tidak ada, maka antibiotik.
enzim nitrogenase dapat mereduksi proton Aplikasi metode ini diawali dengan
menjadi gas hidrogen (H2) dibantu dengan pembuatan bir sekitar 6.000 tahun sebelum
energi dalam bentuk ATP dan elektron yang Masehi. Pembuatan roti dengan bantuan
diperoleh dari feridoksin (Fd) (Chen et al.. khamir atau ragi diperkirakan sudah terjadi
2005). Secara keseluruhan fotosistem bakteri sejak 4.000 tahun sebelum Masehi (Pelczar &
fotosintetik ini mengubah komponen utama Chan 1986). Pembuatan produk fermentasi
4
kecap dan tauco di Cina telah dilakukan sejak berfungsi untuk mengadsorpsi atau
722 SM. Fermentasi anggur mulai mempartisi komponen.
berkembang kira-kira abad ke-17 dengan Peralatan kromatografi gas terdiri atas
menggunakan bakteri Acetobacter injektor, kolom, detektor, pemanas (oven),
menghasilkan asam asetat (asam cuka) amplifier, rekorder, gas pembawa, dan
(Hidayat 2006). Kemudian pada tahun 1817 pengatur aliran dan tekanan (Black &Read
mulai diproduksi enzim dari tumbuhan dan 1997). Injektor berfungsi sebagai tempat
jaringan hewan yang dapat memecah zat pati masuknya sampel yang dirancang sedemikian
menjadi maltosa. Begitu juga enzim dari rupa sehingga sampel dapat langsung masuk
khamir yang dapat memecahkan sukrosa ke dalam kolom dengan perantaraan gas
menjadi glukosa dan fruktosa ditemukan pada pembawa. Kolom berfungsi memisahkan
tahun 1817. komposisi sampel menjadi komponen-
Fermentasi terbagi menjadi dua komponennya sehingga dapat terelusi dalam
berdasarkan kebutuhan akan oksigen, yaitu waktu yang berbeda. Detektor berfungsi untuk
fermentasi aerobik dan anaerobik. Fermentasi mendeteksi komponen yang keluar dari
aerobik adalah fermentasi yang prosesnya kolom. Pemanas berfungsi untuk memanaskan
memerlukan oksigen. Keberadaan oksigen injektor, kolom dan detektor untuk injektor,
membuat mikroorganisme dapat mencerna kolom dan detektor yang dilengkapi dengan
glukosa menghasilkan air, karbondioksida dan thermostate. Amplifier berfungsi untuk
sejumlah besar energi. Fermentasi dalam memperbesar sinyal arus listrik yang berasal
proses anaerobik tidak memerlukan oksigen. dari detektor. Rekorder berfungsi sebagai
Ada berbagai produk (metabolit) yang bisa pencatat hasil dalam bentuk kromatogram.
dihasilkan dalam proses fermentasi, antara Gas pembawa berfungsi sebagai pembawa gas
lain berbagai jenis asam (asam laktat, asetat, sampel. Gas pembawa yang umum digunakan
asam butirat), alkohol, etanol, protein, dan adalah Helium (He), Nitrogen (N2) dan Argon
ester (Dunn 1959). Produk suatu hasil (Ar) (Black &Read 1997). Pengatur aliran dan
fermentasi dapat diubah lebih lanjut melalui tekanan berfungsi sebagai pengatur tekanan
proses fermentasi lain untuk menghasilkan yang dapat menentukan kecepatan alir gas
produk akhir yang lain, seperti gas hidrogen. pembawa.
Ada tiga jenis sistem fermentasi yang Prinsip kerja pada GC, yaitu sampel
dioperasikan dalam proses bioteknologi, yaitu diinjeksikan ke dalam injektor kemudian
sistem diskontinu (batch), kontinu, Dan diangkut oleh gas pembawa masuk ke dalam
semikontinu (fed-batch) (Smith 1985). Pada kolom yang berisi padatan sebagai fase diam
sistem diskontinu, pemberian medium, nutrisi, (Black & Read 1997). Fase diam memiliki
dan bakteri dilakukan hanya di awal sifat dapat berinteraksi dengan komponen-
fermentasi (tidak ada penambahan medium, komponen dalam sampel sehingga dapat
nutrisi, dan bakteri selama fermentasi menghambat laju alir masing-masing
berlangsung). Sedangkan pada sistem kontinu, komponen. Besarnya hambatan untuk masing-
pemberian medium dan nutrisi serta masing komponen berbeda-beda sehingga
pengeluaran sejumlah fraksi dari volume sesampai di ujung kolom tidak bersamaan
kultur terjadi secara terus-menerus. Sistem melainkan satu persatu (Black & Read 1997).
semikontinu adalah suatu sistem fermentasi Komponen yang keluar dari kolom dilewatkan
yang medium atau substratnya ditambahkan ke detektor sedangkan sinyal dari detektor
secara kontinu selama fermentasi berlangsung dikirim melalui amplifier ke rekorder dan
tanpa mengeluarkan sesuatu dari sistem dicatat sebagai kromatogram.
(Smith 1985). Agar peralatan kromatografi gas bisa
bekerja dengan maksimal, maka perlu
dilakukan optimasi suhu seperti suhu injektor,
Kromatografi Gas (GC)
kolom, dan detektor (Sudarmadji et al. 1997).
Analisis kromatografi gas adalah suatu Injektor selain berfungsi untuk tempat
metode analisis pemisahan komponen kimia masuknya sampel, juga berfungsi untuk
secara fisika. Komponen - komponen yang mengubah sampel yang berfase cair atau padat
akan dipisahkan didistribusikan di antara dua menjadi gas tanpa terjadi dekomposisi. Pada
fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase umumnya suhu injektor kira-kira 50 oC lebih
gerak dapat berupa gas atau cairan dan fase tinggi dari titik didih komponen sampel yang
diam dapat berupa padatan atau cairan (Black mempunyai titik didih paling tinggi. Bila titik
& Read 1997). Fase gerak berfungsi didih komponen belum diketahui, dapat
membawa sampel sedangkan fase diam dilakukan secara coba-coba (trial), dengan
memulai suhu injektor rendah kemudian
5
dinaikkan. Jika diperoleh puncak-puncak model 2240, kromatografi gas (GC) HP 5890,
kromatogram lebih baik berarti suhu neraca analitik, botol schott, vorteks, dan
percobaan pertama terlalu rendah sehingga autopipet.
perlu dicoba kembali dengan cara menaikkan
suhu secara bertahap hingga mendapatkan Metode Percobaan
kondisi yang tepat. Namun demikian, suhu
Media Tumbuh Bakteri Fotosintetik R.
injektor tidak boleh terlalu tinggi sebab ada
marinum dan Isolat Sanur (Uchino 2006)
kemungkinan terjadinya dekomposisi
(penguraian komponen yang hendak Mula-mula dibuat media dasar dengan
dianalisis) (Sudarmadji et al. 1997). komposisi: 0.3 g ekstrak ragi, 1 g natrium
Kolom merupakan perangkat yang suksinat, 0.5 g amonium asetat, 5 ml larutan
memiliki peranan penting dalam proses feri sitrat (0.1%), 0.5 g KH2PO4, 0.5 g
analisis dengan metode kromatografi sehingga MgSO4.7H2O, 0.4 g NaCl, 0.4 g NH4Cl, 0.05
pemilihan jenis kolom yang tepat dan kondisi g CaCl2.2H2O, 1 ml trace element solution
yang optimal sangat diperlukan. Pada SL-6 (komposisi: 100 mg ZnSO4.7H2O, 30
umumnya suhu kolom dibuat kurang lebih mg MnCl2.4H2O, 300 mg H3BO3, 200 mg
sama dengan titik didih rata-rata dari seluruh CoCl2.6H2O, 10 mg CuCl2.2H2O, 20 mg
komponen dalam sampel (Black & Read NiCl2.6H2O, dan 30 mg Na2MoO4.2H2O,
1997). Kontrol suhu pada detektor sangat dalam 1L akuades). Kemudian media dasar ini
diperlukan terutama untuk detektor yang dilarutkan dalam 1 L akuades dan diaduk
sensitivitasnya dipengaruhi oleh adanya hingga homogen serta disesuaikan pH-nya
fluktuasi suhu. Pada umumnya suhu detektor hingga 6,8. Setelah itu, media tersebut
dijaga 20-50 oC lebih tinggi dari suhu kolom, disterilisasi (autoklaf 121ºC selama 15 menit).
hal ini agar uap sampel tidak terkondensasi Media steril ini setelah dingin kemudian
(Black & Read 1997). ditambahkan 0.5 ml etanol, 10 ml MEM Vit.
Solution 100X, dan 5 ml larutan Na2S (1.5 g
Na2S.9H2O dilarutkan dalam 100 ml akuades
BAHAN DAN METODE dalam botol serum bertutup karet butil. Udara
dalam botol tersebut dibebaskan dengan
Bahan dan Alat memasukkan gas N2 (1800 kg/cm2 selama 30
Bahan-bahan yang digunakan antara lain menit). Setelah itu disterilisasi dalam autoklaf
biakan bakteri fotosintetik Rhodobium 121ºC selama 15 menit, kemudian diatur pH-
marinum NBRC (NITE Biological Resource nya hingga pH 7.3 dengan menambahkan
Center) No. 100434, biakan bakteri H2SO4 2N steril. Larutan dikocok untuk
fotosintetik isolat Sanur yang merupakan menghindari pengendapan hingga dihasilkan
koleksi Biotechnology culture collection larutan akhir berwarna kuning transparan).
(BTCC), Larutan NaOH 0.6 N, larutan HCl Media tumbuh ini siap digunakan.
0.3 N, Akuades, air steril (mili-Q),
D(+)Glukosa (Merck), ekstrak ragi, K2HPO4, Kultivasi Bakteri R. marinum dan Bakteri
KH2PO4, MgSO4.7H2O, MnCl2.4H2O, Isolat Sanur (Sirait 2007)
FeSO4.7H2O, NaCl, natrium suksinat, Sebanyak 2 ml suspensi bakteri R.
amonium asetat, larutan feri sitrat (0.1%), marinum dan bakteri isolat Sanur masing-
NH4Cl, CaCl2.2H2O, ZnSO4.7H2O, H3BO3, masing ditambahkan ke dalam tabung betutup
CoCl2.6H2O, CuCl2.2H2O, NiCl2.6H2O, yang berbeda yang sudah berisi 8 ml media
Na2MoO4.2H2O, etanol, larutan stok glukosa tumbuh. Kemudian dikocok hingga merata.
1000 ppm, amonium sulfat, larutan MEM Setelah itu, diinkubasi pada suhu 30 ºC di
Vit. 100X, EDTA.2Na, Na2S.9H2O, NaHCO3, inkubator goyang selama 3 hari. Optical
kertas aluminium foil, plastik tahan panas, density (OD) suspensi bakteri tersebut diukur
karet, asam sulfat pekat, larutan fenol 5%, setiap hari hingga hari ke-3 (dari jam ke-0
kertas saring, dan kapas. sampai jam ke-76) dengan menggunakan
Peralatan yang digunakan adalah penangas spektrofotometer UV-Vis pada panjang
air, spektrofotometer UV-Vis (Beckman DU gelombang 660 nm. Kemudian 10 ml suspensi
650), sentrifus (Jouan MR 1812), autoklaf bakteri tersebut disuntikkan ke dalam 100 ml
(Everlight TA-630), laminar air flow cabinet, media kultur. Kultur bakteri ini diinkubasi
shaker, rak tabung, tabung reaksi, falcon 50 pada suhu 30 ºC di inkubator goyang selama 3
ml, gelas piala, kertas saring, labu Erlenmeyer hari. Kultur tersebut siap dipanen untuk
(100 ml, 250 ml, 300 ml, dan 500 ml), pH digunakan dalam fermentasi produksi
meter HM-30G, Sensor hidrogen H2 Scan hidrogen.
6
Fermentasi Bakteri Fotosintetik untuk 2.5 mL larutan H2SO4 lalu dikocok dengan
Produksi Gas Hidrogen (Zaborsky et al. vortex. Setelah dikocok lalu didiamkan 10
1998, Kawaguchi 2001) menit dan diletakkan di dalam water bath
dengan suhu 40 0C selama 20 menit. Kadar
Fermentasi produksi hidrogen ini
glukosa (gula total) dalam sampel dianalisis
dilakukan secara fotofermentasi dengan
dengan diukur absorbansinya menggunakan
sistem fermentasi diskontinu (batch). Kultur
spektrofotometer Vis 490 nm. Sebelumnya
bakteri R. Marinum dan bakteri isolat Sanur
dibuat standar glukosa dengan konsentrasi 10,
(umur 3 hari) disentrifugasi pada 6000 rpm
20, 40, 60, 80, 100, 120, dan 200 ppm.
selama 20 menit. Kemudian peletnya masing-
masing diresuspensi dengan 20 ml media Analisis Gas Hidrogen dengan
produksi (sebanyak 2 mg EDTA.2Na Kromatografi Gas (GC) (Susilaningsih et
dimasukkan ke dalam botol schoot 1 L. al. 2008)
Kemudian ditambahkan 2.8 mg H3BO3, 0.75
Pengukuran produk fermentasi (gas H2)
mg Na2MoO4.2H2O, 0.24 mg ZnSO4.7H2O,
dilakukan menggunakan GC dengan metode
2.1 mg MnCl2.4H2O, 0.04 mg CuCl2.2H2O, 10
detektor TCD (thermal conductivity detector).
mg FeSO4.7H2O, 0.75 mg CaCl2.2H2O, 200
Kolom yang digunakan adalah kolom
mg MgSO4.7H2O, dan akuades hingga volume
poropak, dengan temperatur injektor, detektor,
akhir menjadi 1 L. Kemudian media ini
dan kolom masing-masing adalah 150, 250,
disterilisasi dalam autoklaf 121ºC selama 15
dan 80 0C. Gas pembawa yang digunakan
menit). Sebanyak 10% (v/v) suspensi bakteri
adalah gas nitrogen (N2). Sebanyak 1 ml
tersebut dimasukkan ke dalam botol serum
sampel diinjeksikan ke dalam kolom
100 ml yang sudah berisi 66 ml media
kemudian hasilnya dapat dilihat pada layar
produksi, 0.75 ml buffer fosfat 16 % steril,
monitor setelah lima menit.
dan 0.75 ml larutan MEM vit. Sol 100X.
Setelah itu, dikocok hingga homogen dan
dipasang sedemikian rupa pada inkubator HASIL DAN PEMBAHASAN
goyang (120 rpm, suhu 30 ºC) dan diberi
cahaya dari empat lampu TL (60 watt) selama Pertumbuhan Bakteri Fotosintetik
48 jam (2 hari). R. marinum dan Isolat Sanur
Pengambilan Sampel (Susilaningsih et al.
2008) Pertumbuhan bakteri R. Marinum dan
isolat Sanur diamati dengan cara mengukur
Tiap botol serum tersebut pada jam ke-0 optical density (OD) bakteri tersebut pada
dikonfirmasi kondisi pH, OD, dan kadar gula panjang gelombang 660 nm dengan alat
totalnya dengan cara diambil 1 ml medium spektrofotometer. Kurva pertumbuhan baketri
dan dipindahkan dalam effendorf 1 ml dari R. Marinum dan isolat Sanur menunjukkan
tiap botol. Setiap dua jam sekali pada bahwa fase pertumbuhan logaritma atau
masing-masing botol juga dilakukan eksponensial bakteri tersebut terjadi pada jam
pengukuran pertambahan volume gas yang ke-2 hingga jam ke-18. Kedua bakteri tersebut
dihasilkan dengan cara melihat langsung kemudian mengalami fase stasioner sampai
perubahan volume air dalam tabung ukur jam ke-30 (Gambar 2, data pada lampiran 4).
(penampung gas) yang disebabkan oleh Hasil percobaan pertumbuhan bakteri R.
adanya tekanan gas hasil fotofermentasi. marinum dan isolat Sanur juga menunjukkan
Kemudian 1 ml gas tersebut diambil dengan bahwa kedua bakteri tersebut dapat tumbuh
menggunakan sirynge khusus untuk diukur pada media dengan substrat glukosa 1%.
gas hidrogennya dengan alat kromatografi gas Media tersebut ber-pH 6-7. Hal tersebut sesuai
(GC). dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pengukuran Kadar Glukosa (Gula Total) Kawaguchi et al. (2001), yaitu efek pH
dengan Metode Phenol-Sulphuric Acid terhadap pertumbuhan bakteri fotosintetik dan
(Asam Fenol Sulfat) (Dubois et al. 1956) aktivitas enzim nitrogenase yang merupakan
enzim yang berperan dalam pembentukan gas
Hasil pengambilan sampel dari jam ke-0 hidrogen, hasil penelitian tersebut menyatakan
sampai jam ke-40 disentrifugasi pada 6000 bahwa pH optimal untuk pertumbuhan bakteri
rpm selama 5 menit. Supernatan kemudian R. marinum adalah pH 6-7.
diencerkan 100 kali. Kemudian diambil 0.5 Pertumbuhan mikrob dapat ditandai
mL dari larutan hasil pengenceran tersebut ke dengan peningkatan jumlah dan massa sel.
dalam tabung reaksi kecil, setelah itu Pertumbuhan bakteri membentuk pola
ditambahkan fenol 5% sebanyak 0.5 mL dan pembelahan biner (Pelczar & Chan 1986).
7
10000
(Pelczar & Chan 1986).
8000
0
0.4
0 22 34 40
0.2 Waktu (Jam )
Kontrol R. marinum Isolat Sanur
0
Gambar 3 Kadar gula media produksi selama
0
18
22
30
34
38
60
78
8000
OD 660
2
(ppm)
6000
1.5
Kandungan Gula Total 4000
1
2000 0.5
0 0
Hasil penentuan kadar gula selama 0 22 34 40
fermentasi (Gambar 3, data dan perhitungan Waktu (jam)
pada lampiran 6) menunjukkan bahwa
kandungan gula pada media produksi yang Isolat Sanur
berisi bakteri R. marinum menurun drastis dari
15000 2.5
8626 ppm pada jam ke-0 menjadi 3147 ppm
[Gula Total]
2
OD 660
1.5
1
produksi yang berisi bakteri isolat Sanur, 5000
0.5
kandungan gula menurun drastis dari 9811 0 0
ppm pada jam ke-0 menjadi 2961.5 ppm pada 0 22 34 40
Waktu (jam)
jam ke-40. Bakteri R. marinum mampu
Kadar Gula OD
mendegradasi gula dalam media produksi
sebesar 63.52%, sedangkan isolat Sanur Gambar 4 Hubungan kadar gula medium dan
mampu mendegradasi hingga 69.46%. Li dan OD bakteri R. marinum dan isolat
Fang (2008) melaporkan bahwa bakteri Sanur.
8
Vo lu m e G as (m l)
Gas Total Hasil Fotofermentasi 200 165,25
150 127,311
50 103,61
Volume Gas (ml)
40 100
30
20 50
10
0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 R. marinum Isolat sanur
Waktu (jam )
Bakteri
R. marinum Isolat Sanur Gas Produk Hidrogen
LAMPIRAN
12
Glukosa 1% (b/v)
Pemanenan
Cahaya
Lampu TL 60 W, 48 jam
GC
H2
13
Keterangan:
Fotofermentasi berlangsung selama dua hari pada suhu 30ºC dengan kecepatan
inkubator goyang 120 rpm, volume media 75/ 125 ml, panjang selang 1 meter,
dan diberi cahaya lampu TL 4 x 15 watt.
14
2.5
Absorbansi (490 nm)
y = 0.01x + 0.0419
2 R2 = 0.9956
1.5
1
0.5
0
0 50 100 150 200 250
[Gula Total] (ppm )
Lampiran 6 (Lanjutan)
Absorbans 0 . 0419
Gula total faktor pengencera n ( fp )
0 , 01
1,165 0 , 0419
100
0 , 01
11231 ppm
Substrat : Glukosa 1%
Bakteri : R. marinum dan Isolat sanur
[Glukosa] awal : 10,000 mg/L
OD awal: 1.7 dan 1.1
pH awal : 7
Intensitas Cahaya : 60 W, 48 jam
Volume Reaktor : 75/125 ml
Panjang Selang : 1 meter
Kecepatan Inkubator Goyang : 120 rpm
Temperatur : 30ºC
% Hidrogen (GC)
Sampling Luas area puncak
Jam Ke- Kontrol Standar H2 R. marinum Isolat Sanur R. marinum Isolat Sanur
0 0 0 0 0 0 0
2 0 739487 484533.5 0 65.5 0
4 0 739487 322831.5 0 43.67 0
6 0 739487 453970 246956 61.4 33.26
8 0 739487 456377 433867.5 61.72 58.67
10 0 739487 294793.5 342124.5 39.86 46.27
12 0 739487 110768.5 572176 14.98 77.37
14 0 739487 430907.5 418995 58.27 56.66
16 0 739487 420900 387283 56.92 52.37
18 0 739487 0 285180.5 0 38.56
20 0 0 0 0 0 0
PV
n
RT
Keterangan:
n Jumlah mol
P Tekanan (atm)
V Volume gas ( L)
R 0.082
T Suhu ( K )
1 atm 127.311 ml
n
0.082 301
5.15 mmol
18
Lampiran 9 (Lanjutan)
Isolat Sanur:
1 atm 103.610 ml
n
0.082 301
4.20 mmol
Jumlah mol hidrogen yang dihasilkan dari fotofermentasi bakteri isolat Sanur
adalah
4.20 mmol
1L
75 ml 20 jam
1000 ml
mmol
2.8
L jam
19
Lampiran 10 Korelasi kadar gula total dan jumlah gas H2 terhadap waktu
fermentasi
Rhodobium marinum
35 10000
9000
30
Volume Gas hidrogen
8000
5000
15 4000
10 3000
2000
5
1000
0 0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jam Ke-
Isolat Sanur
35 12000
30 10000
Volume Gas Hidrogen (ml)
25
[Gula total] (ppm)
8000
20
6000
15
4000
10
5 2000
0 0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jam Ke-
Standar hidrogen
21
Lampiran 11 (Lanjutan)
Standar CO2
22
Lampiran 11 (Lanjutan)
Lampiran 11 (Lanjutan)
Lampiran 11 (Lanjutan)
Lampiran 11 (Lanjutan)