Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BESAR

ETIKA

KELOMPOK 3

Hari/tanggal : Kamis, 5 November 2015

Waktu : 12.30 s/d 14.00 WIB

Tempat : Pelataran Auditorium Ir.Roosseno, ISTN

Ketua Kelompok : Bagus Wicaksono Susanto

Yang memimpin diskusi : Indah Berliana A.

Daftar hadir :

1. Bagus Wicaksono Susanto


2. Dianita Apriani
3. Indah Berliana A.
4. Adelia Damayanti
5. Christin Debora
6. Destia Dwi Elviani
7. Ardini E.
8. Nur Fatimah
9. Siti Fakhriyyah Firza
10. Iis Istiqomah
11. Irma Julyani
12. Rista O.
13. Sarah Ayu O.
14. Normala R.
15. Setiawati Saragih
Laporan Diskusi
Brainstorming technique merupakan teknik belajar bagaimana cara memecahkan masalah
essai dengan berbagai cara. Diantaranya ada Freewriting, Clustering, T-Diagram, Cube, Tree
Diagram, Venn Diagram, Spoke Diagram, Listing dan Act Like A Journalist.

Teknik ini sangat berguna bagi mahasiswa, terutama untuk memecahkan masalah atau
soal-soal yang rumit berupa essai. Berupa bagaimana kita merangkum atau membuat ringkasan
dengan semudah mungkin untuk memudahkan belajar. Ada yang dengan menghafal, melihat
urutannya, mengaitkan satu sama lain.

Cara pengerjaan laporan inipun kami bagi rata ke seluruh anggota kelompok agar
memudahkan pengerjaan. Topik yang digunakan adalah korupsi. Yang saat ini mulai
membudaya di Indonesia. Korupsi kami uraikan satu persatu menggunakan Brainstorming
Technique.

 FREEWRITING

Dalam menjalani kehidupan di Negri ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia tak luput
dari perilaku menyimpang seperti halnya korupsi.

Dampak dari tindakan korupsi tidak hanya sekedar merugikan keuangan Negara namun lebih
dari itu, menciptakan kemiskinan, menciptakan pengangguran dan memicu tindakan kriminalitas,
bahkan mengubur masa depan bangsa serta dapat menghancurkan nilai-nilai etika serta norma
sosial dan nilai agama, sehingga dapat menjadi prilaku yang mengkorupsi budaya.

Mental korupsi ternyata tanpa kita sadari sudah mulai ditanamkan pada masyarakat. Korupsi
tidak boleh di lindungi. Sebab, semakin dilindungi, semakin menjadi budaya permanen yang
abadi kekuatanya.

Antikorupsi yang seharusnya ditanamkan dalam kepribadian masyarakat indonesia, masih jauh
dari harapan. Karena pada praktiknya perilaku korupsi kecil-kecil masih dilakukan oleh
masyarakat Indonesia. Sebenarnya kita menyadari, tapi terkadang masyarakat memupuk sikap
menganggap biasa atau memandang hal itu bukanlah sesuatu yang besar dan Selama budaya
etika dan integritas tidak kuat dalam berbangsa dan bernegara maka semua upaya pemberantasan
korupsi akan sia-sia

Menghapus budaya korupsi haruslah dengan membangun mindset dan Dibutuhkan tekad yang
kuat, kesungguhan serta keinginan bersama dari semua kalangan masyarakat untuk mengatasi
hadirnya budaya korupsi sebagai karakter bangsa.
 CLUSTERING

Warisan masa lalu


Pertama, Fase Zaman
Kerajaan. Kedua, Fase
Zaman Penjajahan.
Ketiga, Fase Zaman
Moralitas
Kekerasan struktural
Modern.

Mengembalikan
kepercayaan

Kepercayaan serta
harapan masyarakat
Sentralisme Kekuasaan (expectation) terhadap
pemerintah bisa
dikatakan semakin
menurun, bahkan
senderung apatis
terhadap pemerintah
beserta aparatur-
aparatur hukumnya
(polisi, jaksa, hakim,
dan lain sebagainya).
 T-DIAGRAM

Korupsi di kalangan pemerintah Korupsi di kalangan Mahasiswa


Pelaku : Pejabat Pelaku : Mahasiswa
Yang dikorupsi : uang, jabatan Yang dikorupsi : waktu, kewajiban belajar,
titip absen, menjiplak karya tulis,
menyontek
Faktor : adanya kesempatan, kesewenang- Faktor : ingin mendapatkan lebih dari
wenangan menggunakan jabatan, selalu usaha, ingin mendapatkan yang lebih yang
merasa kurang dan mengambil yang bukan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan
haknya
Alasan : membanding-bandingkan dengan Alasan : rasa malas yang berlabihan,
yang ada diluar negeri, selalu merasa adanya kegiatan diluar akademis
kurang
Hukuman : terlalu ringan, bahkan berusaha Hukuman : tidak ada hukuman. Semua
untuk menutupi kesalahan shingga tidak kembali ke diri kita sendiri ingin menuai
adanya hukuman hasil yang baik atau tidak kembali ke usaha
kita sebagai mahasiswa
Pencegahan : pengawasan yang ketat dari Pencegahan : dorongan dari lingkungan
LSM atau lembaga yang pro rakyat agar lebih sadar akan kewajiban sebagai
mahasiswa

 CUBE

3 4

5 6
Keterangan :

1. Mental korupsi telah membudaya di masyarakat


2. Korupsi adalah budaya Bangsa Indonesia
3. Korupsi merupakan warisan sifat leluhur
4. Koruptor adalah budayawan
5. Korupsi merupakan bentuk kekerasan structural
6. Menurunnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah

 TREE DIAGRAM

Korupsi dikalangan mahasiswa

menyontek Mengcopas hasil Menitip absensi Megkorupsi waktu


karya orang lain
 ACT LIKE A JOURNALIST

5 W + 1 H ( what, who, where, when, why, how)

1. Apa saja penyebab terjadinya korupsi?

-lemahnya penegakan hukum,

-kurang adanya teladan dari pimpinan,

-Persepsi yang populer walaupun itu persepsi yang salah,

-orang yang tidak menghargai aturan-aturan resmi dan tujuan organisasi,

-adanya kesempatan,

-warisan dari senior terdahulu misalnya sikap sikap yang buruk yang sudah sering dilakukan dan
menjadi kebiasaan di sebuah universitas,

2. Apa saja contoh korupsi yang anda tahu?

-pada saat memberikan uang pelicin, uang damai kepada aparat atau sogokan kepada pejabat,

-membeli buah dipasar yang menggunakan timbangan yang terkadang juga disengaja tidak tepat
timbangannya

3. Apa akibat dari korupsi?

-merugikan keuangan, memicu tindakan kriminalitas, bahkan mengubur masa depan baangsa.

-dapat menghancurkan nilai-nilai etika serta norma sosial dan nilai agama,

-Negara dituding telah dengan sengaja menciptakan ketimpangan sosial dalam kehidupan
masyarakat. Kemiskinan yang semakin meluas, antrian panjang barisan pengangguran, tidak
memadainya gaji dan upah buruh, anggaran sosial yang semakin kecil akibat pencabutan subsidi
(Pendidikan, kesehatan, listril, BBM, telepon dll), adalah deretan panjang persoalan yang
menghimpit masyarakat sehingga membuat beban hidup masyarakat semakin sulit
4. Siapa saja yang memungkinkan dapat melakukan korupsi?

-Siapa saja disekeliling kita yang memiliki kesempatan dan bermental korupsi dari lapisan
masyarakat kecil, pelajar, mahasiswa, pejabat, petinggi negara dll berpotensi di jadikan hamba
korupsi oleh sistem kehidupan dalam budaya korupsi.

5. Siapa saja yang harus memberantas korupsi?

Setiap warga Negara wajib berkontribusi untuk menghentikan budaya korupsi pemerintah
bersama semua lembaga tinggi dan tertinggi Negara untuk membangun sistem, tata kelola dan
kebijakan yang membuat korupsi tidak berdaya

6. Bagaimana asal-asul budaya korupsi di Indonesia?

pada hakekatnya telah ada sejak dulu ketika daerah-daerah di Nusantara masih mengenal system
pemerintah feodal (Oligarkhi Absolut), atau sederhanya dapat dikatakan, pemerintahan disaat
daerah-daerah yang ada di Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh
kaum bangsawan (Raja, Sultan dll).

Secara garis besar, budaya korupsi di Indonesia tumbuh dan berkembang melalu 3 (tiga) fase
sejarah, yakni ; zaman kerajaan, zaman penjajahan hingga zaman modern seperti sekarang ini.
Mari kita coba bedah satu-persatu pada setiap fase tersebut.

Pertama, Fase Zaman Kerajaan. Budaya korupsi di Indonesia pada prinsipnya, dilatar belakangi
oleh adanya kepentingan atau motif kekuasaan dan kekayaan. Literatur sejarah masyarakat
Indonesia, terutama pada zaman kerajaan-kerajaan kuno (Mataram, Majapahit, Singosari,
Demak, Banten dll), mengajarkan kepada kita bahwa konflik kekuasan yang disertai dengan
motif untuk memperkaya diri (sebagian kecil karena wanita), telah menjadi faktor utama
kehancuran kerajaan-kerajaan tersebut[3]. Coba saja kita lihat bagaimana Kerajaan Singosari
yang memelihara perang antar saudara bahkan hingga tujuh turunan saling membalas dendam
berebut kekuasaan. Mulai dari Prabu Anusopati, Prabu Ranggawuni, hingga Prabu Mahesa
Wongateleng dan seterusnya.

Hal yang sama juga terjadi di Kerajaan Majapahit yang menyebabkan terjadinya beberapa kali
konflik yang berujung kepada pemberontakan Kuti, Nambi, Suro dan lain-lain. Bahkan kita
ketahui, kerajaan Majapahit hancur akibat perang saudara yang kita kenal dengan “Perang
Paregreg” yang terjadi sepeninggal Maha Patih Gajah Mada. Lalu, kerajaan Demak yang
memperlihatkan persaingan antara Joko Tingkir dengan Haryo Penangsang. Dan ada juga
Kerajaan Banten yang memicu Sultan Haji merebut tahta dan kekuasaan dengan ayahnya sendiri,
yaitu Sultan Ageng Tirtoyoso.

Pelajaran menarik pada fase zaman kerajaan ini adalah, mulai terbangunnya watak opurtunisme
bangsa Indonesia. Salah satu contohnya adalah posisi orang suruhan dalam kerajaan, atau yang
lebih dikenal dengan “abdi dalem”. Abdi dalem dalam sisi kekuasaan zaman ini, cenderung
selalu bersikap manis untuk menarik simpati raja atau sultan. Hal tersebut pula yang menjadi
cikal bakal (embrio) lahirnya kalangan opurtunis yang pada akhirnya juga memiliki potensi jiwa
korup yang begitu besar dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita dikmudian hari.

Kedua, Fase Zaman Penjajahan. Pada zaman penjajahan, praktek korupsi telah mulai masuk dan
meluas ke dalam sistem budaya sosial-politik bangsa kita. Budaya korupsi telah dibangun oleh
para penjajah kolonial (terutama oleh Belanda) selama 350 tahun. Budaya korupsi ini
berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut politik oleh penjajah,
untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu, semisal demang (lurah), tumenggung
(setingkat kabupaten atau provinsi), dan pejabat-pejabat lainnya yang notabene merupakan
orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi daerah territorial tertentu.

Mereka yang diangkat dan dipekerjakan oleh Belanda untuk memanen upeti atau pajak dari
rakyat, digunakan oleh penjajah Belanda untuk memperkaya diri dengan menghisap hak dan
kehidupan rakyat Indonesia. Sepintas, cerita-cerita film semisal Si Pitung, Jaka Sembung,
Samson & Delila, dll, sangat cocok untuk menggambarkan situasi masyarakat Indonesia ketika
itu. Para cukong-cukong suruhan penjajah Belanda (atau lebih akrab degan sebutan “Kompeni”)
tersebut, dengan tanpa mengenal saudara serumpun sendiri, telah menghisap dan menindas
bangsa sendiri hanya untuk memuaskan kepentingan si penjajah.

Ibarat anjing peliharaan, suruhan panjajah Belanda ini telah rela diperbudak oleh bangsa asing
hanya untuk mencari perhatian dengan harapan mendapatkan posisi dan kedudukan yang layak
dalam pemerintahan yang dibangun oleh para penjajah. Secara eksplisit, sesungguhnya budaya
penjajah yang mempraktekkan hegemoni dan dominasi ini, menjadikankan orang Indonesia juga
tak segan menindas bangsanya sendiri lewat perilaku dan praktek korupsi-nya. Tak ubahnya
seperti drakula penghisap darah yang terkadang memangsa kaumnya sendiri demi bertahan hidup
(Survive).

Ketiga, Fase Zaman Modern. Fase perkembangan praktek korupsi di zaman modern seperti
sekarang ini sebenarnya dimulai saat lepasnya bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Akan
tetapi budaya yang ditinggalkan oleh penjajah kolonial, tidak serta merta lenyap begitu saja.
salah satu warisan yang tertinggal adalah budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal
tersebut tercermin dari prilaku pejabat-pejabat pemerintahan yang bahkan telah dimulai di era
Orde lama Soekarno, yang akhirnya semakin berkembang dan tumbuh subur di pemerintahan
Orde Baru Soeharto hingga saat ini. Sekali lagi, pola kepemimpinan yang cenderung otoriter dan
anti-kritik, membuat jalan bagi terjadi praktek korupsi dimana-mana semakin terbuka. Walhasil,
Indonesia sendiri berhasil menjadi salah satu Negara terkorup di dunia, bahkan hingga saat ini.

7. Kapan korupsi dapat terjadi?

Kapan saja disaat seseorang memiliki kesempatan, uang dan beretika/ bermental buruk

Bagaimana cara memberantas korupsi?

-Dibutuhkan tekad yang kuat, kesungguhan dan keinginan bersama dari semua kalangan
masyarakat untuk mengatasi hadirnya budaya korupsi sebagai karakter bangsa.

-menegakan budaya etika dan integritas. Lalu, menjadikan hukum sebagai panglima. Korupsi
tidak boleh di lindungi. Sebab, semakin dilindungi, semakin menjadi budaya permanen yang
abadi kekuatanya. Selama budaya etika dan integritas tidak kuat dalam berbangsa dan bernegara
maka semua upaya pemberantasan korupsi akan sia-sia

8. Dimana korupsi dapat terjadi?

Dimana saja pada saat kita melakukan sesuatu tindakan penyalahgunaan wewenang untuk
menguntungkan dirinya sendiri bisa di rumah, sekolah, kampus/ universitas, di tempat kita
bekerja dan lembaga lembaga Negara.

9. Bagaimana penjelasannya korupsi dapat disebut sebagai “budaya”?

sesuatu itu dikatakan telah menjadi budaya apabila:

Berkaitan dengan akal budi manusia,

sesuatu yang dilestarikan secara turun temurun,

menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Pertama,korupsi di Indonesia memang muncul dari “kecerdasan akal” pejabat dan birokrat di
Indonesia. Saking cerdasnya, tanpa lulus SMA pun (atau ijazah SMA-nya tidak jelas, yang
penting bisa menduduki kursi empuk) bisa berkomplot merekayasa suatu kejadian untuk
berkorupsi. Namun jika dikaitkan dengan budi, tentu korupsi tidak berbudi. Budi berkaitan
dengan perbuatan baik, sementara korupsi dilakukan untuk tujuan jahat.

Kedua, korupsi di Indonesia pertama kali dikatakan membudaya oleh pendiri bangsa ini sekitar
tahun 50-an. Hal itu wajar sekali terjadi pada negara baru. Belum ada alat kontrol yang
jelas.Infrastruktur politik belum menganut asas trias politica yang jelas dan system check and
balances belum diterapkan secara benar. Para pejabat masih bebas memanfaatkan celah hukum,
karena hukum saat itu masih banyak yang belum jelas. Kalau kita hitung sampai sekarang hanya
berjarak 60 tahun kurang. Jika masyarakat Indonesia rata-rata menikah pada umur 25 tahun, usia
segitu hanya mampu menghasilkan dua keturunan saja. Benarkah korupsi sudah dilakukan secara
turun temurun? Ternyata belum cukup umur, korupsi di Indonesia sehingga tidak tepat dikatakan
telah membudaya.

Memang ada pandangan secara historis bahwa korupsi sudah ada sejak zaman kompeni
(baca: compagnie atau VOC) lebih dari 350 tahun lalu. Kompeni adalah perusahaan dagang, jadi
yang menjajah Nusantara (Indonesia belum ada) waktu itu adalah perusahaan dagang, bukan pe-
merintah Belanda! Di zaman penjajahan kompeni inilah praktik korupsi konon telah “dipelajari”
oleh orang-orang pribumi. Kompeni menjelang akhir abad 18 akhirnya bangkrut karena praktik
korupsi. Ketika pemerintah kolonial Belanda mengambil alih penjajahan di Nusantara, praktik
korupsi yang selama ini diklakukan oleh kompeni ternyata tidak hilang bahkan semakin
parah. Dan ketika Indonesia merdeka, praktik korupsi inipun tidak serta merta hilang bahkan
semakin lama semakin merajalela. Jadi berdasarkan fakta historis korupsi bukanlah budaya
bangsa Indonesia tapi lebih merupakan “limbah budaya” dari penjajah.

Ketiga, benarkah ciri khas masyarakat Indonesia adalah korupsi? Betapa kecewanya para pendiri
bangsa Indonesia terdahulu bila hasil karya mereka yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia
telah diambil alih oleh satu kosa kata: korupsi. Indonesia masih lebih identik dengan bangsa
yang arif, ramah, cerdas dan pekerja keras. Terbukti dengan segala bentuk karya yang tercipta
sejak dulu kala. Ibarat pepatah, akibat nila setitik rusak susu sebelanga. Korupsi sesungguhnya
hanya dilakukan segelintir pejabat/birokrat yang melakukan korupsi demi kepentingan pribadi
yang mencoba berlindung di balik dalih bahwa korupsi itu sudah biasa dan telah membudaya.
 VENN DIAGRAM

Persamaan :
Dalam Lingkungan Pejabat
:  Sudah menjadi Dalam Lingkungan
 Memberikan uang damai budaya dan
Mahasiswa :
atau uang pelicin. kebiasaan sehari –
 Untuk mendapat proyek
hari.  Mencontek saat ujian.
 Mengambil
disediakan uang sogok.  Menitip absen.
kesempatan saat
 Praktek jual beli suara pada  Memalsukan Kwitansi.
waktu luang.
pemilu kada.  Memanfaatkan  Memalsukan proposal
 Memberikan uang kepada keadaan. yang tidak sesuai dengan
masyarakat menggunakan  Terpengaruh oleh kegiatan kampus.
anggaran Negara. lingkup sekitarnya.  Mengambil karya orang
 Menikmati uang rakyat (  Merugikan semua lain atau teman.
tidak memberikan hak orang.
rakyat ).

 SPOKE DIAGRAM

Terjadi di dimana saja.


Uang, Jabatan,
Pengkhianatan, Pemerintah, sekolah
Kekayaan, serakah
pembunuhan

Malas, KORUPSI Di Indonesia


menjiplak, suap, ada ICW
pencucian uang

Kepercayaan,
Penjara, hukuman Kemiskinan,
kejujuran, keberanian
mati, dikucilkan kesengsaraan, krisis
 LISTING

 Kebiasaan
 Adat istiadat
 Warisan
 Jabatan
 Keserakahan
 Kemiskinan
 Krisis moneter
 Kesewenang-wenangan
 Penjara
 Hukuman mati
 Suap
 Pencucian uang
 Krisis ekonomi
 Penjajahan
 Perang
 Ketidakpercayaan
 Ketidakjujuran
 Main-main
 Malas
 Tidak bertanggung jawab
 Bohong
 Mengambil yang bukan haknya

Analisis Hukum

Pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi dalam 3 periode, yaitu pada masa Orde Lama,
Orde Baru, dan Orde Reformasi.

 Orde Lama

Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960

Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang
dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani
menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa
kegagalan pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali
Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal ditangkap oleh Polisi Militer.
Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku memberikan satu setengah juta rupiah kepada Ruslan
Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam kasus tersebut mantan
Menteri Penerangan kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet sebelumnya), Syamsudin Sutan
Makmur, dan Direktur Percetakan Negara, Pieter de Queljoe berhasil ditangkap.

Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar justru kemudian dipenjara tahun 1961 karena dianggap
sebagai lawan politik Sukarno.

Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dan asing di Indonesia tahun 1958 dipandang


sebagai titik awal berkembangnya korupsi di Indonesia. Upaya Jenderal AH Nasution mencegah
kekacauan dengan menempatkan perusahaan-perusahaan hasil nasionalisasi di bawah Penguasa
Darurat Militer justru melahirkan korupsi di tubuh TNI.

Jenderal Nasution sempat memimpin tim pemberantasan korupsi pada masa ini, namun kurang
berhasil.

Pertamina adalah suatu organisasi yang merupakan lahan korupsi paling subur.

Kolonel Soeharto, panglima Diponegoro saat itu, yang diduga terlibat dalam kasus korupsi gula,
diperiksa oleh Mayjen Suprapto, S Parman, MT Haryono, dan Sutoyo dari Markas Besar
Angkatan Darat. Sebagai hasilnya, jabatan panglima Diponegoro diganti oleh Letkol Pranoto,
Kepala Staffnya. Proses hukum Suharto saat itu dihentikan oleh Mayjen Gatot Subroto, yang
kemudian mengirim Suharto ke Seskoad di Bandung. Kasus ini membuat DI Panjaitan menolak
pencalonan Suharto menjadi ketua Senat Seskoad.

 Orde Baru

Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971

Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.

Reformasi

Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001

Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi:

1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi)

2. Komisi Pemberantasan Korupsi

3. Kepolisian

4. Kejaksaan
5. BPKP

6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW)

Mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Indonesia sebenarnya telah memiliki


regulasinya sejak tahun 1971, melalui UU Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Selanjutnya pada tahun 1999, terbitlah UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menjadi aturan utama tentang penegakan hukum
dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, yang kemudian direvisi melalui UU Nomor 20
Tahun 2001 pada beberapa pasalnya.

Siapakah orang yang melakukan korupsi, Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU
Nomor 20 tahun 2001 menjelaskan bahwa setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. Ini merupakan delik pidana korupsi yang dijelaskan
UU.

Selanjutnya pada Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 juga
menjelaskan tentang perilaku koruptif melalui penyalahgunaan wewenang. Dalam
mempermudah penindakan terhadap pelaku korupsi, Pemerintah RI berdasarkan UU Nomor 30
Tahun 2002 telah dibentuk komisi khusus menangani korupsi, yaitu Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi atau disingkat KPK. Komisi tersebut menurut Pasal 3 UU Nomor 30
Tahun 2002 adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.

Memperkuat upaya pencegahan korupsi

1. Needy corruption ini terjadi secara luas di masyarakat, sehingga tak jarang yang terkena
adalah masyarakat banyak yang tidak memiliki kekuasaan atau uang banyak. Di lain pihak, kita
mengenal korupsi yang dilakukan karena kerakusan pejabat publik,bukan karena kebutuhan
mempertahankan hidup (greedy corruption).Needy corruption lebih baik diatasi dengan
memperbaiki sistem administrasi pemerintahan.

2. Greedy corruption tidak cukup diselesaikan dengan perbaikan sistem, tetapi harus disertai
upaya penindakan yang tegas dan konsisten. Pada halaman pertama Laporan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Korupsi 2007 dengan tegas dinyatakan bahwa korupsi terjadi
tidak hanya karena pejabat bermental bobrok, tetapi juga karena sistem yang jelek. Pernyataan
tersebut merupakan suatu pengakuan bahwa sekarang ini sistem administrasi pemerintahan
berlangsung kurang baik atau buruk.Ada kesalahan di dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Pencegahan Korupsi di Indonesia

UNCAC mengupayakan pencegahan korupsi dengan memperbaiki transparansi dan


meningkatkan integritas birokrasi pemerintahan. Untuk itu setiap negara disarankan memiliki
lembaga pemberantasan korupsi yang efektif, birokrasi yang transparan, peningkatan partisipasi
masyarakat,dan memperbaiki lembaga pemerintah, termasuk peradilan dan sektor swasta
mengenai kode etik,pelaporan kasus korupsi, benturan kepentingan dan pengadaan barang dan
jasa, dan pencegahan tindak pidana pencucian uang.

Khusus untuk Indonesia, menurut Laporan Gap Analysis yang dibuat oleh tim ahli yang berasal
dari dalam dan luar negeri yang dibentuk KPK (hal 11–27), terdapat empat masalah penting
untuk dilakukan pencegahan korupsi, yaitu memperjelas tanggung jawab pencegahan korupsi,
reformasi birokrasi terutama di sektor penegakan hukum dan peradilan,perbaikan sistem
pengadaan barang dan jasa dan pencegahan tindak pidana pencucian uang.

KPK dan lembaga lain seperti Komisi Ombudsman Nasional,Kementerian Negara


Pemberdayaan Aparatur Negara (Kemeneg PAN) memiliki tanggung jawab utama di bidang
pencegahan korupsi ini. Mengenai reformasi birokrasi, kita sudah memulainya, misalnya Meneg
PAN sudah mengoordinasikan penyusunan rancangan undangundang tentang administrasi
pemerintahan. Pengadaan barang dan jasa juga diupayakan memperbaiki, antara lain dengan
mengumumkan pengadaan barang dan jasa dari masingmasing instansi.

Untuk pencegahan pencucian uang,tim ahli ini juga menaruh perhatian pada Pusat Pelaporan dan
Analisis (PPATK) yang belum memiliki pegawai tetap dan banyak menggunakan pegawai dari
instansi lain. Sehubungan dengan masalah kepegawaian ini,sudah pernah diusulkan agar kepala
PPATK diberikan kewenangan sebagai pembina pegawai negeri sipil dengan merevisi satu pasal
pada Peraturan Pemerintah No 9/2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Walaupun upaya ini sudah dilakukan bertahun- tahun dengan mengomunikasikannya kepada
Presiden, Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat dan menterimenteri dan pejabat terkait, tetapi
sampai sekarang belum berhasil. Dengan memperbanyak pencegahan, high cost eco-nomydapat
ditekan dan korban yang meluas di masyarakat dapat dikurangi.

Pencegahan korupsi sejak dini

Walaupun adanya KPK, ternyata hingga kini juga tidak memberikan efek jera kepada pelaku
korupsi. Tentunya hal tersebut juga sangat memprihatinkan, mengingat KPK sendiri juga
merupakan salah satu lembaga yang menjadi harapan masyarakat untuk memberantas korupsi.
Dan kini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan juga ikut turun tangan untuk memberantas
korupsi. Tidak hanya dengan menindak para koruptor tetapi dengan cara pencegahan korupsi
sejak dini. Yaitu melalui pendidikan.

Cara yang dipilih oleh Kementrian Pendidikan dan kebudayaan tersebut yaitu dengan cara
memasukan pendidikan anti korupsi ke dalam mata pelajaran di sekolah. Hal tersebut dilakukan
dengan harapan menjadi salah satu senjata yang paling efektif untuk mencegah terjadinya
korupsi mulai dini. Selain itu dengan adanya pendidikan anti korupsi ini diharapkan juga para
siswa memiliki pendirian serta jiwa anti korupsi. Dengan memiliki jiwa anti korupsi itulah,
makan bisa menjadikan benteng bagi mereka agar tidak melakukan kegiatan korupsi di masa
yang akan mendatang. Oleh sebab itulah, usulan yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan tersebut harus bisa bekerja sama dengan KPK agar bisa cepat direalisasikan. Karena
pada dasarnya rencana mengenai pendidikan anti korupsi di sekolah – sekolah juga sama dengan
tujuan pendidikan nasional.

Yaitu menciptakannya para peserta didik agar kelak menjadi seorang manusia yang memiliki
iman serta bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki akhlak mulia, berilmu, sehat, cakap serta
kreatif dan mandiri. Serta juga diharapkan bisa menjadi warga Negara yang bertanggung jawab
dan nasionalis. Sedangkan inti dari ditetapkannya pendidikan anti korupsi sendiri yaitu agar para
peserta didik memiliki karakter selalu bersikap jujur di dalam hidupnya. Namun upaya dari
pendidikan anti korupsi ini juga akan sulit dicapai jika tidak adanya dukungan dari warga
sekolah, terutama para guru dan juga kepala sekolah. Karena keteladanan merupakan kunci
utama dari sebuah keberhasilan dalam penerapan pendidikan korupsi. Oleh sebab itu para
pendidik juga harus aktif untuk memberikan keteladanan bagi murid – muridnya agar tidak
melakukan tindakan korupsi. Tentunya upaya pencegahan korupsi tersebut bisa berjalan dengan
baik jika semua elemen di bangsa Indonesia ini bersatu untuk melawan korupsi.

Strategi Pemberantasan Korupsi

Salah satu isu yang paling krusial untuk dipecahkan oleh bangsa dan pemerintah Indonesia
adalah masalah korupsi. Hal ini disebabkan semakin lama tindak pidana korupsi di Indonesia
semakin sulit untuk diatasi. Maraknya korupsi di Indonesia disinyalir terjadi di semua bidang dan
sector pembangunan. Apalagi setelah ditetapkannya pelaksanaan otonomi daerah, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat pusat
tetapi juga pada tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat pemerintahan yang paling kecil
di daerah. Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi praktek-praktek
korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa peraturan
perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan
Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, pemerintah
juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara
(KPKPN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Arti maupun pendefinisian tindakan korupsi juga memiliki berbagai sudut pandang yang
cukup berbeda. Namun demikian, suatu tindakan dapat dikategorikan korupsi—siapa pun
pelakunya—apabila memenuhi unsur-unsur:

C=M+D–A

1. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan.


2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat
umumnya.
3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan
khusus.
4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dengan keadaan dimana orang-orang
berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu.
5. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak.
6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama dalam bentuk uang atau
yang lain.
7. Terpusatnya kegiatan (korupsi) pada mereka yang menghendaki
keputusan yang pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya.
8. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk
pengesahan hukum.
9. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang
melakukan korupsi.

Studi yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia


menunjukkan bahwa praktek-praktek korupsi dapat diidentifikasi meliputi:
(1) manipulasi uang negara;
(2) praktek suap dan pemerasan;
(3) politik uang;
(4) kolusi bisnis.

Pada dasarnya praktek korupsi dapat dikenal dalam berbagai bentuk


umum yaitu:
(1) bribery (penyuapan);
(2) embezzlement (penggelapan/pencurian);
(3) fraud (penipuan);
(4) extortion (pemerasan); dan
(5) favouritism (favoritisme)

Kelima bentuk ini secara konsep seringkali


overlapping satu sama lain, di mana masing-masing istilah digunakan secara
bergantian. Untuk lebih mudah dalam membedakan satu konsep dengan yang
lainnya, Amundsen (2000) menjelaskan masing-masing pengertian konsep
secara detail. Penyuapan didefinisikan sebagai “Bribery is the payment (in money
or kind) that is given or taken in a corrupt relationship” (Amundsen, 2000: 2). Jadi
penyuapan adalah pembayaran (dalam bentuk uang atau sejenisnya) yang
diberikan atau diambil dalam hubungan korupsi. Sehingga esensi korupsi
dalam konteks penyuapan adalah baik tindakan membayar maupun menerima
suap.

D. Kesimpulan

Untuk kategori manipulasi uang negara, sektor yang paling korup ialah
pengadaan barang dan jasa mencakup konstruksi, pekerjaan umum,
perlengkapan militer, dan barang jasa pemerintah. Untuk kasus suap dan
pemerasan, korupsi terbesar terjadi di kepolisian, sektor peradilan, pajak dan
bea cukai, serta sektor perijinan. Korupsi juga terjadi di kalangan politisi
(anggota DPR dan partai politik), serta pada praktek kolusi dalam bisnis. Untuk
kasus kolusi bisnis, korupsi terbesar terjadi di tubuh militer, kepolisian, dan
pegawai pemerintah lewat koperasi dan yayasan.

Dari segi aktornya, pelaku korupsi terbagi menjadi aparat pemerintah,


pelaku sektor bisnis, dan warga masyarakat. Secara tradisional, pelaku korupsi
biasanya hanya menyangkut pemerintah atau aparat birokrasi dengan warga.
Namun demikian, kecenderungan saat ini menunjukkan adanya peningkatan
kontribusi atas tingkatan korupsi dari pelaku di sektor bisnis.

Strategi pemberantasan didahului oleh adanya itikad kolektif, yaitu


semacam willingness dari semua pihak untuk bersama-sama tidak memberikan
toleransi sedikitpun terhadap perilaku korupsi. Selama ini praktek korupsi
dianggap sesuatu yang wajar terjadi. Padahal perilaku korupsi harus dicitrakan
dan diperlakukan sebagai perilaku kriminal, sama halnya dengan tindak
kriminal lainnya yang memerlukan penanganan secara hukum.

Dalam mewujudkan sebuah strategi yang efektif, dibutuhkan pemenuhan


prasyarat, yaitu: (1) Didorong oleh keinginan politik serta komitmen yg kuat
dan muncul dari kesadaran sendiri; (2) Menyeluruh dan seimbang; (3) Sesuai
dengan kebutuhan, ada target, dan berkesinambungan; (4) Berdasarkan pada
sumber daya dan kapasitas yang tersedia; (5) Terukur; dan (6) Transparan dan
bebas dari konflik kepentingan.

Berkenaan dengan political will serta komitmen yang harus dibangun, maka
perlu menegaskan kembali political will pemerintah, diantaranya melalui: (1)
Penyempurnaan UU Anti Korupsi yang lebih komprehensif; (2) Kontrak politik
yang dibuat pejabat publik; (3) Pembuatan aturan dan kode etik PNS; (4)
Pembuatan pakta integritas; dan (5) Penyederhanaan birokrasi.
E. Rekomendasi

Strategi pemberantasan korupsi harus bersifat menyeluruh dan seimbang.


Ini berarti bahwa strategi pemberantasan yang parsial dan tidak komprehensif
tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Strategi pemberantasan
korupsi harus dilakukan secara adil, dan tidak ada istilah “tebang pilih” dalam
memberantas korupsi. Selain itu, upaya pencegahan (ex ante) harus lebih
digalakkan, antara lain melalui: (1) Menumbuhkan kesadaran masyarakat
(public awareness) mengenai dampak destruktif dari korupsi, khususnya bagi
PNS; (2) Pendidikan anti korupsi; (3) Sosialisasi tindak pidana korupsi melalui
media cetak & elektronik; (4) Perbaikan remunerasi PNS.

Adapun upaya penindakan (ex post facto) harus memberikan efek jera, baik
secara hukum, maupu sosial. Selama ini pelaku korupsi, walaupun dapat
dijerat dengan hukum dan dipidana penjara ataupun denda, namun tidak
pernah mendapatkan sanksi sosial. Efek jera seperti: (1) Hukuman yang berat
ditambah dengan denda yang jumlahnya signifikan; (2) Pengembalian hasil
korupsi kepada negara; dan (3) Tidak menutup kemungkinan, penyidikan
dilakukan kepada keluarga atau kerabat pelaku korupsi.

Strategi pemberantasan korupsi harus sesuai kebutuhan, target, dan


berkesinambungan. Strategi yang berlebihan akan menghadirkan inefisiensi
sistem dan pemborosan sumber daya. Dengan penetapan target, maka strategi
pemberantasan korupsi akan lebih terarah, dan dapat dijaga
kesinambungannya. Dalam hal ini perlu adanya komisi anti korupsi di daerah
(misalnya KPK berdasarkan wilayah) yang independen dan permanen (bukan
ad hoc). Selain itu strategi pemberansasan korupsi haruslah berdasarkan sumber
daya dan kapasitas. Dengan mengabaikan sumber daya dan kapasitas yang
tersedia, maka strategi ini akan sulit untuk diimplementasikan, karena daya
dukung yang tidak seimbang. Dalam hal ini kualitas SDM dan kapasitasnya
harus dapat ditingkatkan, terutama di bidang penegakan hukum dalam hal
penanganan korupsi. Peningkatan kapasitas ini juga dilakukan melalui jalan
membuka kerjasama internasional.

Transparansi dapat difasilitasi dengan baik dengan adanya


dukungan media massa yang memainkan peranannya secara kuat. Dengan
adanya kebebasan pers, maka kontrol masyarakat dapat semakin ditingkatkan
lagi.
Korupsi di Amerika Serikat

Transparency International menempatkan Amerika Serikat di peringkat ke-19 dunia dengan


indeks persepsi korupsi sebesar 73 (tujuh puluh tiga),. Masih kalah jika dibandingkan dengan
negara maju di asia dan eropa yang memiliki komitmen lebih besar dalam pemberantasan
korupsi. Bahkan berdasarkan survey terakhir yang dilakukan Transparency International, 60
persen warga negara Amerika Serikat menyatakan bahwa kasus korupsi terus meningkat selama
dua tahun terakhir. Kasus korupsi di sektor pemerintah yang paling terkenal adalah skadal
Watergate pada masa pemerintahan Presiden Nixon terkait serangkaian penyuapan dan
penyadapan untuk menutupi kegiatan memata-matai lawan politiknya. Selain skandal Watergate,
Amerika Serikat juga memiliki catata skandal politik yang cukup banyak, baik di tingkat negara
bagian ataupun nasional. Kebanyakan skandal tersebut berkaitan dengan lobi politik di mana
pihak-pihak tertentu melakukan penyuapan kepada birokrat atau senator untuk mempengaruhi
kebijakan yang diambil supaya menguntungkan pihak tersebut.

Pemberantasan Korupsi Amerika Serikat

Amerika Serikat tidak memiliki peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur tindak
pidana korupsi. Secara umum UU Hukum Pidana yang disusun oleh Pemerintah Federal AS
maupun pemerintah negara bagian mengatur bahwa tindak pidana yang tergolong sebagai
korupsi termasuk dalam delik penyuapan, penyalahgunaan wewenang dan penggelapan. Undang-
undang yang sering dijadikan acuan dalam pengadilan tindak pidana korupsi adalah

 Foreign Corrupt Practices Act


 (FCPA) dan
 Travel Act.

FCPA yang ditetapkan pada tahun 1977 mengatur tindakan menyuap pejabat pemerintah asing
sebagai tindakan ilegal. FCPA berlaku baik untuk warga negara AS dan emiten sekuritas asing.
Penegakan FCPA telah dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir sebanyak 91 perusahaan
dihukum antara Januari 2004 dan Agustus 2012.

Travel Act yang ditetapkan pada tahun 1961 sering digunakan untuk mengadili tindak korupsi,
termasuk penyuapan komersial.

Travel Act mencakup kegiatan kriminal yang terjadi melintasi perbatasan antarnegara bagian
maupun nasional. Oleh karena itu

Travel Act juga mencakup penyuapan pejabat asing yang diatur FCPA, penyuapan pejabat
publik AS sesuai diatur dalam hukum pidana dan maupun penyuapan komersial global. Tiga per
lima negara bagian Amerika Serikat memiliki undang-undang yang melarang penyuapan
komersial, termasuk California dan New York. Selain kedua undang-undang tersebut, Amerika
Serikat juga mempunyai undang-undang yang mengatur hak-hak
whistle blower.

. Sarbanes-Oxley Act telah memperkenalkan hukuman pidana bagi mereka yang membalas
dendam terhadap whistle blower hingga 10 tahun penjara. Dodd-Frank Act dari tahun 2010
adalah tambahan utama terbaru atas hak-hak whistle-blower.Undang-undang tersebut
memperkenalkan sistem penghargaan bagi whistle blower yang telah memberikan informasi
untuk mengarahkan

Securities and Exchange Commission

(SEC) ke tindakan penegakan hukum yang berhasil. Penghargaan berkisar antara 10 sampai
30% dari sanksi moneter yang melebihi 1 juta USD. Amerika Serikat mengambil pendekatan
multi-lembaga untuk memerangi korupsi

. Department of Justice

(Departemen Kehakiman) adalah lembaga antikorupsi utama, bersama dengan sub-agennya, FBI

dan Public Integrity Section

(PIS). DOJ dan SEC bertanggung jawab atas penegakan FCPA. Badan-badan di atas menangani
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan kasus-kasus anti-korupsi. Sementara itu, fungsi-fungsi
anti-korupsi lainnya seperti menegakkan transparansi dan memastikan kode etik di sektor publik
ditaati akan ditangani oleh

 Office of Government Ethics(OGE)


 Office of Management and Budget (OMB)
 Government Accounting Office (GAO)
serta komisi etika dan inspektorat jenderal pada lembaga federal dan legislatif. Amerika Serikat
juga telah secara resmi memperkenalkan e-governance dalam UU E-Government tahun 2002,
dan sejak tahun 2002 banyak kemajuan telah dibuat. Sejak awal pemerintahan Obama tahun
2009, AS telah lebih difokuskan pada peningkatan transparansi pemerintah dengan
menempatkan data dan informasi di Internet, dalam satu tempat. Juga diberikan penekanan
khusus dalam menyediakan data untuk warga negara Amerika Serikat. Pemerintah memberikan
informasi mengenai pemerintahan yang terbuka melalui situs Kantor Manajemen dan Anggaran
Gedung Putih.

Kebebasan Pers di Amerika Serikat

Dalam pemberantasan korupsi, media memegang peranan yang sangat penting. Media AS
dikenal sangat agresif dalam melaporkan kasus-kasus korupsi yang terjadi, baik di sektor swasta
maupun pemerintah. Selain itu, media merupakan salah satu jembatan penghubung antara
masyarakat dengan pemerintah. Pemerintah dapat mengumumkan kebijakan-kebijakannya
melalui media dan masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya melalui media. Kebebasan pers
dan kebebasan berbicara dilindungi oleh Amandemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat .
Freedom House 2012 menilai Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki sistem
terkuat dalam perlindungan hukum bagi kebebasan pers. Meskipun kadang-kadang penegakan
hak-hak pers berada di bawah tekanan , sistem pengadilan yang independen dapat diandalkan
untuk melindungi wartawan . Pengadilan juga telah memberikan perlindungan luas kepada pers
dari fitnah dan pencemaran nama baik. Pemerintahan Obama berusaha membuat pemerintah
federal lebih transparan dengan memberikan akses semua catatan federal untuk umum, kecuali
hal tersebut akan melanggar hukum lain atau menyebabkan kerusakan mendatang untuk
kepentingan yang dilindungi , termasuk privasi pribadi dan keamanan nasional.

UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI

 Needy corruption ini terjadi secara luas di masyarakat, sehingga tak jarang yang terkena
adalah masyarakat banyak yang tidak memiliki kekuasaan atau uang banyak. Di lain
pihak, kita mengenal korupsi yang dilakukan karena kerakusan pejabat publik,bukan
karena kebutuhan mempertahankan hidup (greedy corruption).Needy corruption lebih
baik diatasi dengan memperbaiki sistem administrasi pemerintahan.
 Greedy corruption tidak cukup diselesaikan dengan perbaikan sistem, tetapi harus disertai
upaya penindakan yang tegas dan konsisten. Pada halaman pertama Laporan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Korupsi 2007 dengan tegas dinyatakan bahwa korupsi
terjadi tidak hanya karena pejabat bermental bobrok, tetapi juga karena sistem yang jelek.
Pernyataan tersebut merupakan suatu pengakuan bahwa sekarang ini sistem administrasi
pemerintahan berlangsung kurang baik atau buruk.Ada kesalahan di dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

PENCEGAHAN KORUPSI DI INDONESIA

UNCAC mengupayakan pencegahan korupsi dengan memperbaiki transparansi dan


meningkatkan integritas birokrasi pemerintahan. Untuk itu setiap negara disarankan memiliki
lembaga pemberantasan korupsi yang efektif, birokrasi yang transparan, peningkatan partisipasi
masyarakat,dan memperbaiki lembaga pemerintah, termasuk peradilan dan sektor swasta
mengenai kode etik,pelaporan kasus korupsi, benturan kepentingan dan pengadaan barang dan
jasa, dan pencegahan tindak pidana pencucian uang.

Untuk pencegahan pencucian uang,tim ahli ini juga menaruh perhatian pada Pusat Pelaporan dan
Analisis (PPATK) yang belum memiliki pegawai tetap dan banyak menggunakan pegawai dari
instansi lain. Sehubungan dengan masalah kepegawaian ini,sudah pernah diusulkan agar kepala
PPATK diberikan kewenangan sebagai pembina pegawai negeri sipil dengan merevisi satu pasal
pada Peraturan Pemerintah No 9/2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.Walaupun upaya ini sudah dilakukan bertahun- tahun
dengan mengomunikasikannya kepada Presiden, Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat dan
menterimenteri dan pejabat terkait, tetapi sampai sekarang belum berhasil. Dengan
memperbanyak pencegahan, high cost eco-nomydapat ditekan dan korban yang meluas di
masyarakat dapat dikurangi.

PENCEGAHAN KORUPSI SEJAK DINI

Tidak hanya dengan menindak para koruptor tetapi dengan cara pencegahan korupsi sejak dini.
Yaitu melalui pendidikan. Cara yang dipilih oleh Kementrian Pendidikan dan kebudayaan
tersebut yaitu dengan cara memasukan pendidikan anti korupsi ke dalam mata pelajaran di
sekolah. Hal tersebut dilakukan dengan harapan menjadi salah satu senjata yang paling efektif
untuk mencegah terjadinya korupsi mulai dini. Selain itu dengan adanya pendidikan anti korupsi
ini diharapkan juga para siswa memiliki pendirian serta jiwa anti korupsi. Dengan memiliki jiwa
anti korupsi itulah, makan bisa menjadikan benteng bagi mereka agar tidak melakukan kegiatan
korupsi di masa yang akan mendatang..

Dan menciptakannya para peserta didik agar kelak menjadi seorang manusia yang memiliki
iman serta bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki akhlak mulia, berilmu, sehat, cakap serta
kreatif dan mandiri. Serta juga diharapkan bisa menjadi warga Negara yang bertanggung jawab
dan nasionalis. Sedangkan inti dari ditetapkannya pendidikan anti korupsi sendiri yaitu agar para
peserta didik memiliki karakter selalu bersikap jujur di dalam hidupnya. Namun upaya dari
pendidikan anti korupsi ini juga akan sulit dicapai jika tidak adanya dukungan dari warga
sekolah, terutama para guru dan juga kepala sekolah. Karena keteladanan merupakan kunci
utama dari sebuah keberhasilan dalam penerapan pendidikan korupsi. Oleh sebab itu para
pendidik juga harus aktif untuk memberikan keteladanan bagi murid – muridnya agar tidak
melakukan tindakan korupsi. Tentunya upaya pencegahan korupsi tersebut bisa berjalan dengan
baik jika semua elemen di bangsa Indonesia ini bersatu untuk melawan korupsi.

UPAYA-UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

Dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penyebab korupsi dan hambatan-hambatan


yang dihadapi dalam pemberantasannya, dapatlah dikemukakan beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk menangkalnya, yakni :

 Menegakkan hukum secara adil dan konsisten sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan norma-norma lainnya yang berlaku.
 Menciptakan kondisi birokrasi yang ramping struktur dan kaya fungsi.
Penambahan/rekruitmen pegawai sesuai dengan kualifikasi tingkat kebutuhan, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas
 Optimalisasi fungsi pengawasan atau kontrol, sehingga komponen-komponen tersebut
betul-betul melaksanakan pengawasan secara programatis dan sistematis.
 Mendayagunakan segenap suprastruktur politik maupun infrastruktur politik dan pada
saat yang sama membenahi birokrasi sehingga lubang-lubang yang dapat dimasuki
tindakan-tindakan korup dapat ditutup.
 Adanya penjabaran rumusan perundang-undangan yang jelas, sehingga tidak
menyebabkan kekaburan atau perbedaan persepsi diantara para penegak hukum dalam
menangani kasus korupsi.
 Semua elemen (aparatur negara, masyarakat, akademisi, wartawan) harus memiliki
idealisme, keberanian untuk mengungkap penyimpangan-penyimpangan secara objektif,
jujur, kritis terhadap tatanan yang ada disertai dengan keyakinan penuh terhadap prinsip-
prinsip keadilan.
 Melakukan pembinaan mental dan moral manusia melalui khotbah-khotbah, ceramah
atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum. Karena bagaimanapun juga
baiknya suatu sistem, jika memang individu-individu di dalamnya tidak dijiwai oleh
nilai-nilai kejujuran dan harkat kemanusiaan, niscaya sistem tersebut akan dapat
disalahgunakan, diselewengkan atau dikorup.

Strategi pemberantasan korupsi bisa disusundalam tigas tindakan terprogram, yaitu:

Salah satu isu yang paling krusial untuk dipecahkan oleh bangsa dan pemerintah Indonesia
adalah masalah korupsi. Hal ini disebabkan semakin lama tindak pidana korupsi di Indonesia
semakin sulit untuk diatasi. Maraknya korupsi di Indonesia disinyalir terjadi di semua bidang dan
sector pembangunan. Apalagi setelah ditetapkannya pelaksanaan otonomi daerah, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat pusat
tetapi juga pada tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat pemerintahan yang paling kecil
di daerah. Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi praktek-praktek
korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa peraturan
perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan
Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, pemerintah
juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara
(KPKPN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Arti maupun pendefinisian tindakan korupsi juga memiliki berbagai sudut pandang yang
cukup berbeda. Namun demikian, suatu tindakan dapat dikategorikan korupsi—siapa pun
pelakunya—apabila memenuhi unsur-unsur:

C=M+D–A

 Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan.


 Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat
umumnya.
 Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus.
 Dilakukan dengan rahasia, kecuali dengan keadaan dimana orang-orang berkuasa
atau bawahannya menganggapnya tidak perlu.
 Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak.
 Adanya kewajiban dan keuntungan bersama dalam bentuk uang atau yang lain.
 Terpusatnya kegiatan (korupsi) pada mereka yang menghendaki keputusan yang
pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya.
 Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan
hukum.
 Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan
korupsi.

Anda mungkin juga menyukai