Supra VENTRIKAL TAKIKARDI Kurang Dapus
Supra VENTRIKAL TAKIKARDI Kurang Dapus
PENDAHULUAN
Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang sering dijumpai. Aritmia adalah irama
jantung di luar irama sinus normal. Istilah aritmia sebenarnya tidak tepat karena aritmia
berarti tidak ada irama. Oleh karena itu sekarang lebih sering dipakai istilah disritmia atau
irama tidak normal. (TIierney, Mcphee, & Papadakis, 2002).
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan
perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150
sampai 280 per menit. TSV merupakan jenis disritmia yang paling sering ditemukan pada
usia bayi dan anak. Prevalensi TSV kurang lebih 1 di antara 25.000 anak lebih. Serangan
pertama sering terjadi sebelum usia 4 bulan dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada perempuan sedangkan pada anak yang lebih besar prevalensi di antara kedua jenis
kelamin tidak berbeda. (TIierney, Mcphee, & Papadakis, 2002).
Pengenalan secara dini jenis takidisritmia ini sangat penting, terutama pada bayi karena
sifatnya yang gawat darurat. Diagnosis awal dan tatalaksana SVT memberikan hasil yang
memuaskan. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dan memberikan terapi akan
memperburuk prognosis, mengingat kemungkinan terjadinya gagal jantung bila TSV
berlangsung lebih dari 24-36 jam, baik dengan kelainan struktural maupun tidak. Referat ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan tatalaksana terhadap takikardi
supraventikular pada bayi dan anak. (Lalani & Schneeweiss, 2011).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari Supraventikel Takikardi ?
2. Apa etiologi dari Supraventrikel Takikardi ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Supraventrikel Takikardi ?
4. Bagaimana penatalaksanaan dan terapi dari Supraventrikel Takikardi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Supraventrikel Takikardi ?
6. Bagaimana diagnosis keperawatan dari Supraventrikel Takikardi ?
7. Apa tujuan dan kriteria hasil dari Supraventrikel Takikardi ?
8. Apa intervensi dari Supraventrikel Takikardi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan Supraventrikel Takikardi.
1
1.3.2 Khusus
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
(KMB II).
b. Mahasiswa/I diharap dapat :
Menjelaskan definisi dari Supraventrikel Takikardi
Memahami dan menjelaskan etiologi dari Supraventrikel Takikardi
Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis dari Supraventrikel Takikardi
Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan dan terapi dari Supraventrikel
Takikardi
Memahami dan menjelaskan patofisiologi dari Supraventrikel Takikardi
Merumuskan diagnosis keperawatan dari Supraventrikel Takikardi menurut
NANDA
Merumuskan tujuan dan kriteria hasil dari Supraventrikel Takikardi menurut
NOC
Merumuskan intervensi dari Supraventrikel Takikardi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Supraventrikel Takikardi adalah iramanya cepat yang melibatkan nodus AV dan bagian
jaringan antrium, serta ventrikel dalam sirkuit re-entry. Berkas penghantar yang ganjil sering
berada di antara antrium dan ventrikel. (Davey, 2003).
Anak dengan SVT harus diberikan oksigen dan mungkin membutuhkan perawatan
intensif. Stimulasi vagal (membasuh wajah dengan air es atau menempelkan kantung es )
kadang efektif. Injeksi cepat adenosin intravena biasanya memberikan hasil yang bagus
.Beberapa anak membutuhkan terapi jangka panjang untuk mencegah rekuensi. (Meadow &
Newell, 2005).
2.2 Etiologi
Wolff-parkinson-white (22%)
Penyakit jantung kongenital (23%): TGA yang terkoreksi, anomaly pascaperbaikan ASD,
Mustard, atau Fontan
Hipertiroidisme
Miokardittis
Obat-obatan: Simpatomimetik, kafein, toksitosis digitalis
(Lalani & Schneeweiss, 2011).
Diritmia jantung : Disritmia yang lazim timbul segera setelah pembedahan adalah
sinus takikardia dan diritma supraventrikular dan ventrikular.Penyebab disritmia perlu di
tentukan sebelum pengobatan di laksanakan.Termaksud penyebabnya adalah adanya
penyakit jantung sebelum pembendahan , hipoksia , hiperkapmia , asidosis , respiratorik ,
ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.Hipotermia dan nyeri. (Baradero & Willfrid,
2005).
Etiologi takikardia supraventrikular (TSV) pada bayi tidak khas, umumnya terjadi
pada bayi di bawah usia 4 bulan. Bayi biasanya dibawa ke dokter karena mendadak
gelisah, irritabel, diaforesis, tidak mau menetek atau minum susu,. Kadang-kadang
orangtua membawa bayinya karena bernafas cepat dan tampak pucat. Dapat pula terjadi
muntah-muntah. Laju nadi sangat cepat sekitar 200-300 per menit, tidak jarang disertai
gagal jantung atau kegagalan sirkulasi yang nyata. (TIierney, Mcphee, & Papadakis,
2002).
3
Takikardia supraventrikular pada anak yang serangan pertamanya dimulai pada
usia yang lebih tua seringkali disebabkan oleh sindrom WPW, baik yang manifes maupun
yang tersembunyi (concealed). Berbeda dengan TSV pada bayi, pada kelompok ini tidak
dijumpai tanda gagal jantung atau kegagalan sirkulasi karena frekuensi jantung yang
lebih lambat. Yang sering menyebabkan pasien dibawa ke dokter adalah rasa berdebar
dan perasaan tidak enak. (TIierney, Mcphee, & Papadakis, 2002).
Kelainan TSV merupakan jenis distritmia yang paling sering ditemukan pada usia bayi
dan anak
dibandingkan dengan takidisritmia lainnya, dengan angka kejadian kurang lebih 1 :
25.000 anak normal. Lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.
Kejadian TSV disebabkan oleh dua mekanisme dasar yaitu ektopik (automatic) dan re-
entry (dengan atau tanpa jaras tambahan). (Rahayuningsih, 2005)
Berbeda dengan TSV pada bayi dan anak, TSV kronik dapat berlangsung selama
berminggu-minggu bahkan sampai bertahun-tahun. Hal yang menonjol adalah frekuensi
denyut nadi yang lebih lambat, berlangsung lebih lama, gejalanya lebih ringan dan juga
lebih dipengaruhi oleh sistem susunana saraf autonom. Pada sebagian besar pasien
terdapat disfungsi miokard akibat TSV pada saat serangan atau pada TSV sebelumnya.
(TIierney, Mcphee, & Papadakis, 2002).
Gejala klinis lain TSV dapat berupa palpitasi, lightheadness, mudah lelah, hoyong,
nyeri dada, nafas pendek dan bahkan penurunan kesadaran. Pasien juga mengeluh lemah,
nyeri kepala dan rasa tidak enak di tenggorokan. (TIierney, Mcphee, & Papadakis, 2002).
Risiko terjadinya gagal jantung sangat rendah pada anak dan remaja dengan TSV
tapi risikonya meningkat pada neonatus dengan TSV, neonatus dengan WPW dan pada
anak dengan penyakit jantung. Bila takikardi terjadi saat fetus, dapat menyebabkan
timbulnya gagal jantung berat dan hidrops fetalis. (TIierney, Mcphee, & Papadakis,
2002).
4
kadang-kadang terbalik Terdapat 3 takikardia supraventrikular, yaitu AV reentrant
tachycardia (yang tersering) terdapat jaras tambahan yang mengliibungkan nodus SA
dengan nodus AV. Tipe lain adalah Apenode reenny rachycadia terdapat dua jaras nodus
AV yang terstimulasi secara serentak yang teraklii yaituectopic antal tachycardia, dengan
terdapatnya fokus (Gambaran aritmia pada pasien penyakit jantung koronerdi RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2015, 2016)
SVT merupakan aritmia yang diderita sekitar 1% populasi, paling sering ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Gejala yang paling umum adalah jantung berdebar gejala lainnya meliputi pusing, sesak
napas, pingsan, nyeri dada, kelelahan, berkeringat, dan mual. Gejala dapat muncul dan
menghilang secara tiba-tiba dan bertahan beberapa menit sampai beberapa jam.
SVT merupakan aritmia yang diderita sekitar 1% populasi, paling sering ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. (Kalangi, Jim, & Joseph, 2016)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di CVBC RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Distribusi kasus aritmia berdasarkan APS pada dengan total 57 kasus, didapatkan
5
Distribusi kasus aritmia berdasarkan Old Myocardial Infarction (OMI) dengan jumlah total 6
kasus, didapatkan 1 kasus (17%) Supraventricular Tachycardia (SVT)
6
EKG awal 12-sadapan, dan EKG 12-sadapan bersinambungan selama dilakukan
konversi jantung
Menuver vegal (62% berhasi, jarang berhasil pada bayi dan anak yang lebih muda):
Es (refleks menyelam): kantung berisi campuran es batu/ air diletakan di dahi dan
mata hanya selama 15-20 detik
Refleks muntah, masase sinus karotikus, tekanan abdomen, atau maneuver
Valsalva: minta anak yang lebih tua untuk meniup melalui sedotan serta
mengedan (jangan menekan bola mata)
Jalur IV
Adenosine: 0,05-0,25 mg/kg IV/IO bolus cepat, tingkakan sebanyak 0,05 mg/kg q 2
menit atau maksimal dosis pertama 6 mg
Konsultasi kardiologi untuk mempertimbangkan penggunaan obat lain seperti
phenylephrine, neostigmine, verapamil, propranolol, esmolol, procainamide, digoxin
Esophageal, overdrive pacing
EKG pascakonvensi
ABC
Kardioversi sinkron 0,25-1 J/kg kemudian 0,5-2 J/kg, maks 10 j/kg
(Lalani & Schneeweiss, 2011).
7
VT dengan hemodinamik stabil apabila kardioversi tidak berhasil, sangat berguna
terutama bila fungsi ventrikel kiri menurun; sebagai obat tambahan pada kardioversi
supraventrikular takikardia atau paroksismal supraventrikular takikardi; dapat
digunakan untuk terminasi takikardia atrial multifokal atau ektopik dengan fungsi
ventrikel kiri yang masih baik; dapat digunakan untuk kontrol denyut jantung pada
atrial fibrilasi atau atrial flutter bila terapi lain tidak efektif.
Amiodaron bekerja cukup efektif dalam menangani beberapa keadaaan aritmia mulai
dari supraventrikuler takikardia sampai takikardia ventrikuler yang mengancam
kehidupan. Namun perlu diwaspadai terjadinya efek samping pada organ lain yang
dapat menimbulkan perburukan keadaan pasien. Salah satu organ yang dipengaruhi
oleh amiodaron adalah kelenjar tiroid, dimana dapat terjadi baik hipotiroidisme
maupun tirotoksikosis. Pemantauan fungsi tiroid seharusnya dilakukan pada setiap
pemberian amiodaron untuk memfasilitasi diagnosis dan terapi yang dini terhadap
terjadinya disfungsi tiroid yang diinduksi amiodaron. (Rampengan, 2011)
8
2.5 Patofisiologi
9
2.6 Konsep Askep
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer :
Airway
Breathing
Circulation
2. Pengkajian sekunder
10
Riwayat penyakit
c) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk
terjadinya intoksikasi
Kondisi psikososial
1) Pengkajian fisik
f) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
11
h) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
Perfusi jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri terhambat
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot
pernapasan, defornitas dinding dada.
Tujuan: Penuruanan curah jantung teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam dengan kriteria hasil:
- EKG normal
12
- Suhu: 36-37C/axila
- Pernapasan 12-21x/mnt
- Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
Monitor edema
Tujuan: Perpusi jaringan serebral teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam dengan kriteria hasil:
- Pernapasan 12-21x/mnt
- Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
14
Tujuan : mengurangi beban kerja pasien
Tujuan: Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
dengan kriteria hasil:
- Pernapasan 12-21x/mnt
15
- Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
16
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan
kriteria hasil:
- Pernapasan 12-21x/mnt
- Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
17
Tujuan : mempercepat proses penyembuhan
Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x45
menit dengan kriteria hasil:
Intervensi:
Anjurkan kepada klien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam pendidikan
kesehatan
18
Tujuan : mengingatkan kembali pada pasien
6. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot
pernapasan, defornitas dinding dada.
Tujuan: pola napas tidak efektif teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
dengan kriteria hasil:
- Pernapasan 12-21x/mnt
- Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
19
Tujuan : mengurangi beban kerja pasien
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca, mahasiswa dan calon perawat dapat
memahami tentang makalah Asuhan Keperawatan Supraventrikel Takikardi. Karena didalam
Keperawatan Supraventrikel Takikardi sangat berguna untuk mengetahui definisi,etiologi,
,manifestasi klinis, penatalaksanaan dan terapi, patofisiologi, diagnosis keperawatan, tujuan
dan kriteria hasil (NOC) dan intervensi (NIC) dalam melakukan pengkajian Asuhan
Keperawatan.
Daftar Pustaka
Kalangi, C. S., Jim, E. L., & Joseph, V. F. (2016). Gambaran aritmia pada pasien penyakit
jantung koroner di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015 – 31
Desember 2015. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, 1-7.
21
Rampengan, S. H. (2011). AMIODARON SEBAGAI OBAT ANTI ARITMIA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP FUNGSI TIROID . Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor
2, 84-94.
Gloria M.Bulechek, Horward K.Butcher, Joanne M Dochterman, Cherly M. Wagner. (2013).
Nursing Intervesion Classification. Jakarta: Moco Media.
John Wiley , Sons Inc. (2015-2017). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Rahayuningsih, S. E. (2005). Sindrom Wolff Parkinson White. Sari Pediatri, Vol. 7, No. 2 , 73 -
76.
Roy Meadow. (2005). Letuce Notes Pediatrika edisi 7. Jakarta: Gelora Aksra Pratama.
Sue moorhead , Marion , Merian L.Maas , Elisabeth Swason. (2013). Nursing Outocomes
classification. Jakarta: moco pedia.
22