Anda di halaman 1dari 37

STEP 1

Griseofulvin : obat untuk mencegah jamur mengendap di sel keratin di permukaan kulit shg
jamur tdk akan menyerang kulit. ESO : menurunkan efektivitas kontrasepsi

Kontrasepsi : Kontra : lawan, sepsi : pembuahan. Kontrasepsi adalah usaha mencegah


terjadinya pembuahan

STEP 2

1. Mengapa ditanyakan riwayat penyakit fibroadenoma, DM, hepatitis, dan lainnya thd
kontasepsi?
2. Apa hubungan obat griseofulvin dengan pemilihan kontrasepsi?
3. Bagaimana hubungan riwayat adanya chlamidyasis terhadap kontrasepsi?
4. Apa saja macam-macam metode kontrasepsi?
5. Apa indikasi pemakaian kontrasepsi?
6. Metode kontasepsi apa yang sesuai utk ibu menyusui?
7. Apa jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kasus di scenario?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode kontrasepsi?
9. Obat-obat yang berpengaruh terhadap kontrasepsi hormonal?

STEP 3

1. Bagaimana hubungan riwayat adanya chlamidyasis terhadap pemilihan kontrasepsi?


Adanya peningkatan kadar hormon estrogen menyebabkan epitel vagina menebal dan
permukaan dilapisi oleh glikoprotein sehingga microorganism dapat tumbuh subur. Namun
beberapa peneliti lain menemukan pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral tidak
terjadi peningkatan mikroorganisme vagina. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh kontrasepsi
oral pada wanita yang menderita chlamidiasis belum begitu pasti. Banyak penelitian
mendapatkan peningkatan pembawa (carriage) tracomatis vaginalis pada pemakai AKDR. AKDR
merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat memicu simptomatik clamidia tracomatis

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputihan menurut berbagai penelitian


sebelumnya yaitu penelitian Fakhidah (2014), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara lama
penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian keputihan. Pemberian hormon
progesteron pada kontrasepsi suntik 3 bulan maka flora vagina berubah sehingga jamur mudah
tumbuh di vagina dan menimbulkan keluhan keputihan. Menurut Rimza (2003), kontrasepsi
vagina ring atau cincin vagina yang mengandung ethinyl estradol dan etonogestrel telah
disetujui digunakan di Amerika Serikat. Wanita memasukkan cincin vagina setiap 3 minggu
sekali, kemudian selama 1 minggu cincin vagina dilepaskan. Cincin yang baru 33 digunakan
untuk pemakaian 1 bulan. Cincin vagina memiliki efek samping yang sama dengan kontrasepsi
hormonal (kontrasepsi pil), efek samping penggunaan cincin vagina yaitu keputihan atau
leukorhea dan iritasi vagina. Menurut penelitian Syahlani dkk (2013), menyimpulkan bahwa ada
hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan pengetahuan ibu tentang perawatan
organ reproduksi dengan kejadian keputihan. Didapatkan sebagian besar responden yang
menggunakan kontrasepsi hormonal mengalami keputihan sebanyak 87 orang (88,77%). Selain
itu penelitian Triyani dan Sulistiani (2013), menyimpulkan bahwa ada hubungan pemakaian
pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Hal ini dikarenakan pembersih
vagina yang banyak dijual dipasaran adalah antiseptik. Penggunaan antiseptik yang banyak dijual
dipasaran justru akan mengganggu ekosistem didalam vagina, terutama pH dan kehidupan
bakteri baik. Jika pH terganggu maka bakteri jahat akan mudah berkembang lebih banyak dan
vagina akan mudah terkena penyakit yang salah satunya keputihan
2. Mengapa ditanyakan riwayat penyakit fibroadenoma, DM, hepatitis, dan lainnya thd
kontasepsi?
Penggunaan kontrasepsi oral terutama kontrasepsi oral kombinasi diduga dapat menyebabkan
resiko kanker payudara. Hal ini disebabkan karena estrogen didalam tubuh berlebihan yang berasal dari
eksogen, dimana bila estrogen berlebihan didalam tubuh maka merupakan faktor resiko terhadap
insiden kanker payudara. Mekanisme klasik estrogen akan berpengaruh terhadap laju
lintasan mitosis dan apoptosis serta mengejawantah menjadi risiko kanker payudara dengan
memengaruhi pertumbuhan jaringan epitelial. Laju proliferasisel yang sangat cepat akan membuat sel
menjadi rentan terhadap kesalahan genetika pada proses replikasi DNA oleh senyawa spesifik oksigen
reaktif yang teraktivasi oleh metabolitestrogen. (Chen, 2010).

Jalur Reseptor Estrogen memainkan peran penting dalam perkembangan kanker payudara.
Keikutsertaan metabolit estrogen genotoksik dan reseptor estrogen diperantaraisignaling genomik dan
non-genomik yang mempengaruhi proliferasi sel dan apoptosis pada jaringan payudara. (Ningrum, 2009)
Mekanisme jalur non genomik pada reseptor estrogen melibatkanjalur PI3K dan Ras, dimana
akan mengakibatkan posporilasi sehingga mempengaruhi proses transkripsi gen. Bila estrogen yang
diproduksi berlebihan maka akan menimbulkan efek proliferasi yang berlebihan pula.
Sedangkan mekanisme jalur genomik estrogen yang ada dalam tubuh di terima oleh reseptor
estrogen yang berada pada nukleus sehingga mempengaruhi proses transkripsi sel.
Perluasan pada kedua jalur ini memberi kontribusi pada karsinogenesis diperantarai eksogen
dan caranya, dimana polimorfisme genetik dan faktor lingkungan memodifikasi efek jalur-jalur ini
membutuhkan eksplorasi ke depannya. (Ningrum, 2009)
Selain penggunaan kontrasepsi oral kombinasi ada faktor lain yang diduga berpengaruh pada
kejadian kanker payudara yaitu FGFR2. Dimana FGFR2 adalah reseptor tirosin kinase yang terlibat dalam
sejumlah sinyal transduksi sel yang berkontribusi terhadap pertumbuhan sel dan diferensiasi sel
(Eswarakumar VP,2005). FGFR2 penting dalam pengembangan sejumlah jaringan termasuk payudara
dan ginjal. FGFR2 diduga berhubungan dengan kanker payudara Berdasarkan hasil studi diduga bahwa
ada keterkaitan antara gen FGFR2 dan kejadian kanker payudara terutama yang disertai dengan
reseptor estrogen positif dan progesteron positif. Penelitian ini melibatkan keterkaitan SNP pada intron
2 dari gen, yang mana merupakan tempat faktor transkripsi mengikat estrogen.

3. Apa hubungan obat griseofulvin dengan pemilihan kontrasepsi?

Manfaat Griseofulvin

Griseofulvin adalah obat golongan antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi jamur pada tubuh

seperti jamur di kulit kepala, lipatan paha, selangkangan, dan kuku. Dapat juga mengobati kurap, kaki

atlet dan kutu air. Jamur sendiri sangat senang tumbuh di tempat yang lembap. Obat ini merupakan

obat keras dan hanya boleh digunakan atas resep dokter.

Interaksi dengan obat lain (Griseofulvin)

 Penyerapan obat ini tidak berfungsi secara maksimal jika digunakan bersamaan dengan obat penenang.

 Griseofulvin dapat mengurangi efektivitas obat antikoagulan dan fenilbutazon.

 Efektifitas griseofulvin dapat berkurang jika digunakan dengan daclatasvir, darunavir, gefinitib, dan
nilotinib.

 Griseofulvin yang dikonsumsi bersama pil KB bisa mengurangi efektivitas pil KB serta bisa
mengakibatkan perdarahan.

Interaksi

Efektivitas dari kontrasepsi oral kombinasi maupun yang hanya mengandung progesteron akan menurun jika

berinteraksi dengan obat yang menginduksi aktivitas enzim hepatik (misalnya karbamazepin, griseofulvin,

modafinil, nelfinavir, nevirapin, okskarbazepin, fenitoin, fenobarbital, ritonavir, topiramat, rifabutin serta

rifampisin). Kondom dan juga kontrasepsi kerja panjang seperti kontrasepsi injeksi, lebih tepat untuk pasien dengan
infeksi HIV atau dengan risiko infeksi HIV dan saran tentang kemungkinan interaksi dengan obat antiretrovirus

sebaiknya diberikan oleh dokter spesialis yang menangani HIV. Untuk penggunaan obat yang menginduksi enzim

tetapi jangka pendek, dosis kontrasepsi kombinasi oral sebaiknya disesuaikan sehingga didapat kadar etinilestradiol

50 mcg atau lebih setiap hari, selanjutnya sebaiknya diperhatikan kemungkinan diperlukan kontrasepsi tambahan

selama mengunakan obat yang menginduksi enzim dan 4 minggu setelah penghentian obat.

4. Apa saja macam-macam metode kontrasepsi, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan


kekurangan, efek samping dari masing-masing metode kontrasepsi?

Metode Kontrasepsi
1. Kondom
a. Indikasi
i. Pria
1. Penyakit genitalia
2. Sensitivitas penis terhadap sekret vagina
3. Ejakulasi prematur
ii. Wanita
1. Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan
2. Kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD,
sedangkan pemasangan diafragma atau kap serviks secara
anatomis atau psikologis tidak memungkinkan
3. Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang
dilepaskan di dalam vagina
4. Metode temporer:
a. Belum mengadakan sanggama secara teratur
b. Selama haid
c. Selama mid siklus pada pemakaian IUD
d. Selama siklus pertama dari kontrasepsi oral dosis
rendah
e. Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat
f. Selama periode awal post partum
g. Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan
semen
h. Keengganan psikologis atau religius untuk
menggunakan suatu kontraseptivum
iii. Pasangan pria dan wanita
1. Pengedalian dai pihak pria lebih diutamakan
2. Senggama yang jarang
3. Penyakit kelamin (aktif atau tersangka)
4. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata
5. Uretritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam
terapi
6. Sistitis, diuria atau piuria sampai penyebabnya ditegakkan
7. Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral
atau IUD
SUMBER : KB (Keluarga Berencana) & Kontrasepsi, Hanafi
b. Kontraindikasi
i. Absolut
1. Pria dengan ereksi yang tidak baik
2. Riwayat syok septik
3. Tidak bertanggung jawab secara seksual
4. Interupsi sexual foreplay menghalangi minat seksual
5. Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner seksual
ii. Relatif
1. Interupsi sexual foreplay yang mengganggu ekspresi
seksual
SUMBER : KB (Keluarga Berencana) & Kontrasepsi, Hanafi
c. Cara kerja
i. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan
cara mengemas sperma di ujung selaput karet yang dipasang pada
penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran
reproduksi perempuan
ii. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dab
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)
SUMBER : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN
d. Cara pemakaian
i. Menyarungkan pada kelamin laki-laki yang sudah tegang (keras),
dari ujung zakar (penis) sampai ke pangkalnya pada saat akan
bersenggama
ii. Sesudah selesai senggama, agar segera dikeluarkan dari liang
senggama, sebelum zakar menjadi lemas
SUMBER : Kartu Informasi Kontrasepsi dan Kesehatan Reproduksi,
BKKBN
i. Gunakan kondom setiap akan berhubungan seksual
ii. Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke
dalam kondom
iii. Jangan menggunakan gigi, benda tajam pada saat membuka
kemasan
iv. Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan
ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung
sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan
jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis.
Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke
vagina
v. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma
pada bagian ujungnya, maka pada saat memakai, longgarkan
sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat
terjadi ejakulasi
vi. Kondom dilepas sebelum penis melembek
vii. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan
lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan
cairan sperma di sekitar vagina
viii. Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai
ix. Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
x. Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan
disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat
menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan
xi. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom
tampak rapuh/kusut
xii. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas
dari bahan petrolatum karena hanya akan merusak kondom
SUMBER : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN
e. Efektivitas
i. Cukup efektif jika dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual
ii. Pada beberapa pasangan, pemasangan kondom tidak efektif karena
tidak dapat dipakai secara konsisten.
iii. Secara ilmiah: angka kegagalan hanya sedikit yaitu 2-12 kehamilan
per 100 perempuan per tahun
SUMBER : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN

f. Efek samping
i. Alergi terhadap karet
ii. Berkurangnya sensitivitas glans penis
SUMBER : KB (Keluarga Berencana) & Kontrasepsi, Hanafi
g. Keuntungan
i. Mudah, murah didapat, tidak perlu resep dokter
ii. Mudah dipakai sendiri
iii. Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
SUMBER : Kartu Informasi Kontrasepsi dan Kesehatan Reproduksi,
BKKBN
h. Kerugian
i. Selalu harus memakai kondom yang baru
ii. Selalu harus ada persediaan
iii. Kadang-kadang ada yang alergi terhadap karetnya
iv. Tingkat kegagalan cukup tinggi, bila terlambatnya memakainya
v. Sobek bila memakainya tergesa-gesa
vi. Mengganggu kenyamanan bersenggama
SUMBER : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN
2. Implan/susuk
a. Jenis
i. Norplant  6 batang silastik lembut berrongga
1. Diisi levonorgestrel 36 mg
2. Lama kerja 5 tahun
ii. Implanon  1 batang putih lentur
1. Diisi 68 mg 3-keto-desogestrel
2. Lama kerja 3 tahun
iii. Jadena & indoplant  2 batang
1. Diisi 75 mg levonogestrel
2. Lama kerja 3 tahun
b. Kontraindikasi
i. Hamil atau diduga hamil
ii. Perdarahan pada vagina yang tidak diketahui sebabnya
iii. Penyakit jantung, varises, kencing manis, darah tinggi dan kanker
iv. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
v. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
vi. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara
c. Cara kerja
i. Lendir serviks menjadi kental
ii. Mengganggu proses pembentukkan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
iii. Mengurangi transportasi sperma
iv. Menekan ovulasi
d. Cara pemakaian
Saat pemasangan yang tepat :
i. Pada saat haid
ii. 1-2 hari setelah menstruasi
e. Efektivitas
i. Sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
f. Efek samping
i. Gangguan siklus haid
ii. Keluar bercak-bercak darah atau perdarahan yang lebih banyak
selama menstruasi
iii. Hematoma/pembengkakan dan nyeri
iv. Pusing,mual (jarang terjadi)
v. Perubahan berat badan
g. Keuntungan
i. Tidak menekan produksi ASI
ii. Praktis, efektif
iii. Tidak harus mengingat-ingat
iv. Masa pakai jangka panjang (3-5 tahun)
v. Kesuburan cepat kembali setelah pengangkatan
vi. Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon
estrogen
h. Kerugian
i. Susuk KB/implan harus dipasang dan diangkat oleh petugas
kesehatan yang terlatih
ii. Dapat menyebabkan pola haid berubah
iii. Pemakai tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri

3. Suntik
a. Kontraindikasi
i. Hamil
ii. Perdarahan di vagina yang tidak tahu sebabnya
iii. Tumor
iv. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis
v. Sedang menyusi bayi kurang dari 6 minggu
b. Cara kerja
i. Mencegah ovulasi
ii. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
iii. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
iv. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
c. Cara pemakaian
i. Depo provera disuntikkan ke dalam otot (intra muskuler) setiap 3
bulan sekali. Dengan kelonggaran batas waktu suntik, bisa
diberikan kurang 1 minggu atau lebih 1 minggu dari patokan 3
bulan.
ii. Cyclofem disuntikkan setiap 4 minggu ke dalam otot (intra
muskuler)
d. Efektivitas
i. Efektivitas sangat tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan/tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan
e. Efek samping
i. Pusing, mual (jarang terjadi)
ii. Kadang-kadang menstruasi tidak keluar selama 3 bulan pertama
iii. Kadang-kadang terjadi perdarahan yang lebih banyak pada saat
menstruasi
iv. Keputihan
v. Perubahan berat badan
f. Keuntungan
i. Praktis, efektif, aman
ii. Tidak mempengaruhi ASI, cocok digunakan untuk ibu menyusui
iii. Tidak terbatas umur
iv. Pencegahan kehamilan jangka panjang
v. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
vi. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
vii. Sedikit efek samping
viii. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
ix. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause
x. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
xi. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
xii. Menyebabkan beberapa penyakit radang panggul
xiii. Menurunkan anemia sickle cell
g. Kerugian
i. Kembalinya kesuburan agak telat
ii. Harus kembali ke tempat pelayanan
iii. Tidak dianjurkan bagi penderita kanker, darah tinggi, jantung dan
hati
iv. Terjadi gangguan haid
1. Siklus haid memendek atau memanjang
2. Perdarahan yang banyak atau sedikit
3. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
4. Tidak haid sama sekali
v. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya
vi. Permasalah berat badan
vii. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, virus
hepatitis B, atau infeksi virus HIV
viii. Terjadi perubahan lipid serum pada penggunaan jangka panjang
ix. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang
x. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala,
nervositas, jerawat
4. Pil
a. Kontraindikasi
i. Tidak dianjurkan bagi mereka yang mempunyai penyakit, seperti
hati, tumor, jantung, varises dan darah tinggi
ii. Menyusui, kecuali pil mini
iii. Pernah sakit jantung
iv. Tumor ganas
v. Perdarahan di vagina yang tidak diketahui penyebabnya
vi. Migrain/sakit kepala sebelah

i. Absolut
a. Tromboflebitis, penyakit tromboembolik, serebrovaskuler,
oklusi koroner atau riwayat pernah menderita penyakit-
penyakit tersebut
b. Gangguan fungsi hepar
c. Karsinoma payudara atau diduga
d. Neoplasma yang estrogen dependen atau diduga
e. Perdarahan genitalia abnormal yang tidak diketahui
penyebabnya
f. Kehamilan atau diduga hamil
g. Ikterus obstruktif dalam kehamilan
h. Hiperlipidemia kongenital
ii. Relatif
a. Sakit kepala
b. Hipertensi
c. Leiomyoma uteri
d. Epilepsi
e. Varises
f. Diabetes gestasional
g. Bedah eletif
h. Wanita berumur > 35 tahun
SUMBER : KB (Keluarga Berencana) dan Kontrasepsi, Hanafi
b. Cara kerja
i. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium
ii. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
iii. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma
iv. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

c. Cara pemakaian
i. Pil pertama diminum pada hari kelima haid, seterusnya berturut-
turut setiap satu hari satu pil
ii. Jika pemakai lupa meminumnya 1 hari maka segera minum 2
tablet keesokkan harinya
iii. Jika lebih dari 2 hari, pemakai harus meminumnya lagi setelah
haid berikutnya, kecuali jika pemakai yakin sedang tidak hamil
d. Efektivitas
i. Sangat efektif (98,5%)
ii. Jangan sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampai terjadi
gangguan gastrointestinal karena akibatnya kemungkinan terjadi
kehamilan sangat besar.
iii. Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka:
1. Jangan sampai ada tablet yang lupa
2. Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari)
3. Sanggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah
penggunaan minipil
e. Efek samping
i. Perdarahan, terjadi bercak-bercak darah (spotting) di antara masa
haid pada awal pemakaian pil
ii. Pusing, mual pada minggu-minggu pertama pemakaian
iii. Air susu berkurang untuk yang menggunakan pil yang
mengandung estrogen
iv. Perubahan berat badan
v. Kloasma/flek
f. Keuntungan
i. Kesuburan segera kembali
ii. Mengurangi rasa kejang/nyeri perut waktu haid
iii. Terlindungi dari Penyakit Radang Panggul (PRP) dan kehamilan di
luar rahim
iv. Mudah menggunakannya
v. Mencegah anemia defisiensi besi
vi. Mengurangi risiko kanker ovarium
vii. Cocok digunakan untuk menunda kehamilan dari PUS muda
viii. Produksi ASI tidak berpengaruh untuk pil yang mengandung
progesteron
ix. Tidak mengganggu hubungan seksual
x. Nyaman dan mudah digunakan
xi. Sedikit efek samping
xii. Dapat dihentikan setiap saat
g. Kerugian
i. Pemakai harus disiplin meminum pil setiap hari. Jika tidak 
kemungkinan hamil tinggi
ii. Dapat mempengaruhi produksi ASI untuk pil yang mengandung
estrogen
iii. Dapat meningkatkan risiko infeksi klamidia di sekitar kemaluan
perempuan
iv. Tidak dianjurkan pada perempuan yang berumur di atas 35 tahun
dan perokok karena akan mempengaruhi keseimbangan
metabolisme tubuh
5. IUD
a. Kontraindikasi
i. Kehamilan
ii. Gangguan perdarahan
iii. Peradangan alat kelamin
iv. Kecurigaan kanker pada alat kelamin
v. Tumor jinak rahim
vi. Radang panggul
b. Cara kerja
i. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
ii. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
iii. Mencegah sperma dan ovum bertemu,walaupun AKDR membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
iv. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
c. Cara pemakaian
i. Dipasang pada saat haid pemakai menjelang berakhir
ii. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil
iii. Hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid
iv. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pasca persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan
metode amenorea laktasi. Tetapi angka ekspulsi tinggi pada
pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan
v. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi
vi. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
d. Efektivitas
i. Dinyatakan dalam angka kontinuitas, yaitu berapa lama IUD tetap
tinggal in utero tanpa:
1. Ekspulsi spontan
2. Terjadinya kehamilan
3. Pengangkatan/pengeluaran karena alasan medis atau
pribadi
ii. Efektivitas tergantung pada:
1. IUD
a. Ukuran
b. Bentuk
c. Mengandung Cu atau progesteron
2. Akseptor
a. Umur
b. Paritas
c. Frekuensi senggama
iii. Dari faktor senggama dan paritas
1. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi
dan pengangkatan IUD
2. Makin muda usia, makin tinggi angka ekspulsi dan
pengangkatan IUD
iv. Makan use-effectiveness IUD tergantung dari variabel
administratif, pasien dan medis.
e. Efek samping
i. Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada masa
menstruasi
ii. Keluar bercak-bercak darah (spotting) setelah 1 atau 2 hari
pemasangan
iii. Nyeri selama menstruasi
iv. Keputihan
f. Keuntungan
i. Praktis dan ekonomis
ii. Efektivitas tinggi (angka kegagalan kecil)
iii. Kesuburan segera kembali jika dibuka
iv. Tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil
v. Tidak mengganggu pemberian ASI
g. Kerugian
i. Dapat keluar sendiri jika ukuran IUD tidak sesuai dengan ukuran
rahim pemakai
6. Tubektomi
a. Kontraindikasi
i. Penyakit jantung
ii. Penyakit paru-paru
iii. Hernia diafragmatika
iv. Hernia umbilikalis
v. Peritonitis akut
b. Cara kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii (dengan mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
c. Cara pemakaian
i. Dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini
secara rasional klien tersebut tidak hamil
ii. Hari keenam hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
iii. Pasca persalinan
1. Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6
minggu atau 12 minggu
2. Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
iv. Pasca keguguran
1. Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada
bukti infeksi pelvik
2. Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak
ada bukti infeksi pelvik
d. Efektivitas
i. Angka kegagalan 0,2-0,8 per 100 wanita
ii. Sebab kegagalan
1. Wanita sudah hamil saat dilakukan operasi
2. Kesalahan pembedahan
3. Reanastomosis
4. Fistula tuba
e. Efek samping
i. Infeksi luka pasca operasi
ii. Perdarahan sedikit/hematoma subkutis
iii. Perforasi uterus saat manipulasi uterus
iv. Perforasi kandung kencing
v. Rasa sakit
f. Keuntungan
i. Efektivitas langsung setelah sterilisasi
ii. Permanen
iii. Tidak ada efek samping jangka panjang
iv. Tidak mengganggu hubungan seksual
g. Kerugian
i. Ada risiko dan efek samping bedah
ii. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali denga operasi rekanalisasi
iii. Dapat menyesal di kemudian hari
iv. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi
umum)
v. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
vi. Dilakukan oleh dokter yang terlatih
vii. Tidak melindungi diri dari IMS, HBV dan HIV/AIDS
7. Vasektomi
a. Kontraindikasi
i. Peradangan kulit atau jamur di daerah kemaluan
ii. Peradangan pada alat kelamin pria
iii. Penyakit kencing manis
iv. Kelainan mekanisme pembekuan darah

b. Cara kerja
Menghalangi transportasi spermatozoa/jalannya sel mani pria sehingga
tidak dapat membuahi sel telur
c. Efektivitas
i. Angka kegagalan 0-2,2 %, umumnya < 1%
ii. Kegagalan biasanya karena:
1. Sanggama yang tidak terlindung sebelum semen bebas
sama sekali dari spermatozoa
2. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi
setelah pembentukan granuloma spermatozoa
3. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama
operasi
4. Jarang: duplikasi kongenital dari vas deferens
d. Efek samping
i. Timbul rasa nyeri
ii. Abses pada bekas luka
iii. Hematoma kantung biji zakar karena perdarahan
e. Keuntungan
i. Tidak ada mortalitas
ii. Morbiditas sangat kecil
iii. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit
iv. Tidak mengganggu hubungan seksual
v. Tidak ada risiko kesehatan
vi. Tidak harus diingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan
vii. Sifatnya permanen
f. Kerugian
i. Harus dengan tindakan pembedahan
ii. Harus memakai kontrasepsi lain (kondom) selama beberapa hari
atau minggu sampai sel mani menjadi negatif
iii. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai
anak lagi

Perbandingan Metode Kontrasepsi

No. Metode Keuntungan Efek samping Pertimbangan Lain

1 Metode Hormonal

a Kontrasepsi Oral Harus diminum setiap Menstruasi Wanita yang


hari. (perdarahan) tidak berusia di atas 35
teratur selama tahun dan perokok
beberapa bulan tidak dianjurkan
pertama. menggunakan
kontrasepsi oral.

Untuk kontrasepsi oral Mual, perut Beberapa


kombinasi (mengandung kembung, retensi gangguan juga
estrogen dan progestin), cairan, peningkatan dapat mengurangi
seorang wanita tekanan darah, penggunaannya.
mengkonsumsi pil aktif nyeri payudara,
setiap hari selama 3 migrain, sakit
pekan, kemudian diikuti kepala,
dengan minum tablet pertambahan berat
inaktif selama 1 pekan. badan, jerawat, dan
gelisah.

Untuk kontrasepsi oral Meningkatkan Wanita yang


yang hanya resiko terjadinya menggunakan
mengandung progestin penyumbatan kontrasepsi oral,
saja maka pil diminum pembuluh darah & lebih jarang
setiap hari. kemungkinan mendapat kram
kanker leher rahim perut saat haid,

Kunjungan ke dokter Peningkatan risiko Jerawat,


dilakukan secara bekuan darah dan perdarahan tak

periodik untuk kemungkinan teratur,

mengulangi resep kanker serviks kemungkinan


terkena
osteoporosis, serta
resiko mendapat
beberapa jenis
kanker tertentu.

b Implan Kontrasepsi implan Menstruasi tidak Larangan sama


hanya perlu dipasang 1 teratur selama seperti
kali untuk pemakaian tahun pertama penggunaan
selama 3 tahun. Implan pemakaian. kontrasepsi oral.
dipasang oleh seorang Sakit kepala dan Diperlukan
dokter. penambahan berat torehan untuk
badan. mengeluarkan
implan

c Koyo kontrasepsi/ Wanita menggunakan Efek samping sama Larangan sama


koyo KB patch kontrasepsi dengan kontrasepsi seperti
(berbentuk seperti koyo) oral, namun jarang penggunaan
untuk penggunaan ditemukan adanya kontrasepsi oral.
selama 3 minggu. 1 perdarahan tidak
minggu berikutnya tidak teratur.
perlu menggunakan
koyo KB.

Kunjungan ke dokter
dilakukan secara
periodik untuk
memperbarui resep.

d Cincin vagina Wanita memasukkan Efek samping mirip Larangan sama


cincin setiap 3 minggu dengan kontrasepsi seperti pada
sekali. Kemudian selama oral, namun jarang penggunaan
1 minggu cincin vagina ditemukan kontrasepsi oral.
dilepaskan. Cincin yang perdarahan tidak Pada minggu-
baru digunakan untuk teratur. minggu awal
pemakaian 1 bulan pemakaian, perlu
digunakan metode
kontrasepsi lain
sebagai cadangan.

Cincin vagina
dapat Keluar
dengan sendirinya.
Apabila cincin
dimasukkan
kembali dalam
waktu kurang dari
3 jam (setelah
keluar dengan
tidak sengaja)
maka metode
kontrasepsi
cadangan tidak
perlu digunakan.

e Injeksi Injeksi diberikan oleh Terjadi perdarahan Metode ini


Medroxyprogesterone dokter setiap 3 bulan. tidak teratur mengurangi risiko
(seiring waktu, terjadinya kanker
perdarahan makin rahim
jarang terjadi) atau (endometrial),
tidak menstruasi penyakit radang
sama sekali saat panggul, dan
kontrasepsi injeksi anemia karena
digunakan. kekurangan zat

Sedikit kenaikan besi.


berat badan, sakit
kepala, dan
kehilangan
kepadatan tulang
secara sementara

2 Metode barrier (penghalang)

a Kondom Pria menggunakan Reaksi alergi dan Kondom lateks


kondom segera sebelum iritasi memberi
melakukan hubungan perlindungan
seksual dan terhadap penyakit
membuangnya setiap yang ditularkan
habis digunakan. lewat hubungan
seksual.

Kondom banyak tersedia Kondom harus di


di toko obat bebas. gunakan secara
benar. Agar
efektif, metode ini
memerlukan
kerjasama dari
pasangan.

b Diafragma dengan Diafragma dapat Reaksi alergi, iritasi Setelah diafragma


krim atau gel digunakan oleh wanita & infeksi saluran dipasang, krim
kontrasepsi sebelum melakukan kemih atau gel tambahan
hubungan seksual. perlu dimasukkan
Kemudian didiamkan sebelum
(dibiarkan) selama 24 melakukan
jam. hubungan

Penentuan ukuran seksual.

diafragma yang sesuai


dilakukan oleh dokter
(setidaknya setahun
sekali).

Diafragma yang
menggunakan krim atau
gel kontrasepsi dapat
menyebabkan
penempatan diafragma
menjadi berantakan.

c Spons kontrasepsi Spons kontrasepsi dapat Reaksi alergi dan Spons dapat sulit
dimasukkan sebelum kekeringan pada untuk dikeluarkan.
melakukan hubungan vagina atau iritasi Spons harus
seksual. Spons dapat dikeluarkan dalam
dimasukkan kemudian setelah 30 jam.
dan dapat efektif selama
24 jam. Spons dibuang
setiap habis digunakan.

Spons kontrasepsi
tersedia di toko obat
bebas

3 Metode lain

a Intrauterine device IUD/ AKDR hanya perlu Perdarahan dan Kadangkala IUD /
(IUD)/ Alat dipasang setiap 5-10 rasa nyeri. AKDR dapat
kontrasepsi dalam tahun sekali, tergantung Perforasi rahim terlepas.
rahim (AKDR) dari tipe alat yang (jarang sekali).
digunakan. Alat tersebut
harus dipasang atau
dilepas oleh dokter.

b KB alami metode Wanita memeriksa suhu Tidak ada. Metode ini


ritmik tubuh, lendir vagina dan memerlukan
gejala lain atau ketekunan wanita
kombinasi dari dan hubungan
ketiganya hampir setiap seksual tidak
hari. dilakukan selama
beberapa hari
dalam sebulan.

Metode ini kurang


efektif bagi wanita
yang mempunyai
siklus mentruasi
tidak teratur

c Sanggama terputus Pria menarik keluar tidak ada Metode ini tidak
penisnya dari vagina dapat diandalkan
sebelum terjadi karena sperma
ejakulasi. bisa saja keluar

Sangat diperlukan sebelum terjadi

pengendalian diri dan ejakulasi

pengaturan waktu yang


tepat.

5. Metode kontasepsi apa yang sesuai utk ibu menyusui?

METODE AMENOREA LAKTASI (MAL)


Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method
(LAM) adalah metodekontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa
tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode AmenoreaLaktasi (MAL)
atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai
metodekeluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila
tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Meskipun penelitian telah membuktikan bahwa menyusui dapat menekan
kesuburan, namun banyak wanita yang hamil lagi ketika menyusui. Oleh karena
itu, selain menggunakan MetodeAmenorea Laktasi juga harus menggunakan
metode kontrasepsi lain seperti metode
barier(diafragma, kondom, spermisida), kontrasepsi hormonal (suntik, pil
menyusui, AKBK) maupun IUD.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila:
1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan minimal
8 kali sehari.
2. Belum mendapat haid.
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan.

Cara Kerja
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan
terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan
adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka
kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin
melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan
mengurangi kadarestrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.

Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara benar
dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca
melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makananatau
minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada
frekuensi dan intensitas menyusui.

Manfaat
Metode Amenorea Laktasi (MAL) memberikan manfaat kontrasepsi maupun
non kontrasepsi.
Manfaat Kontrasepsi
Manfaat kontrasepsi dari MAL antara lain:
1. Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam bulan pertama setela
hmelahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.
2. Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
3. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
4. Tidak memerlukan pengawasan medis.
5. Tidak mengganggu senggama.
6. Mudah digunakan.
7. Tidak perlu biaya.
8. Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
9. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.
Manfaat Non Kontrasepsi
Manfaat non kontrasepsi dari MAL antara lain:

Untuk bayi
1. Mendapatkan kekebalan pasif.
2. Peningkatan gizi.
3. Mengurangi resiko penyakit menular.
4. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat
minum yang dipakai.

Untuk ibu
1. Mengurangi perdarahan post partum/setelah melahirkan.
2. Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal).
3. Mengurangi resiko anemia.
4. Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.
Keterbatasan
Metode Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai keterbatasan antara lain:
1. Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
2. Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum
mendapat haiddan menyusui secara eksklusif.
3. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatitis
B ataupun HIV/AIDS.
4. Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
5. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.

Yang Dapat Menggunakan MAL


Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin
menghindari kehamilandan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL),
harus menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Dilakukan segera setelah melahirkan.
2. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.
3. Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
4. Tidak mengkonsumsi suplemen.
5. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.

Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL


Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:
1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme,
cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada kondisi ibu yang
mempunyaiHIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian, MAL boleh
digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis medis, tingkat keparahan kondisi
ibu, ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi lain.
Keadaan yang Memerlukan Perhatian
Di bawah ini merupakan keadaan yang memerlukan perhatian dalam penggunaan
Metode Amenorea Laktasi (MAL).
Keadaan Anjuran
Ketika mulai Membantu klien memilih
pemberian makanan pendamping secara metode kontrasepsi lain dan tetap
teratur. mendukung pemberian ASI.
Ketika sudah mengalami haid. Membantu klien memilih
metode kontrasepsi lain dan tetap
mendukung pemberian ASI.
Bayi menyusu kurang dari 8 kali sehari. Membantu klien memilih
metode kontrasepsi lain dan tetap
mendukung pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih. Membantu klien memilih
metode kontrasepsi lain dan tetap
mendukung pemberian ASI.
Hal yang Harus Disampaikan Kepada Klien
Sebelum menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), klien terlebih dahulu
diberikan konseling sebagai berikut:
1. Bayi menyusu harus sesering mungkin (on demand).
2. Waktu pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
3. Bayi menyusu sampai sepuasnya (bayi akan melepas sendiri hisapannya).
4. ASI juga diberikan pada malam hari untuk mempertahankan kecukupan ASI.
5. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
6. Waktu pemberian makanan padat sebagai pendamping ASI (diberikan
pada bayi sudah berumur 6 bulan lebih).
7. Metode MAL tidak akan efektif, apabila ibu sudah memberikan makanan atau
minuman tambahan lain.
8. Ibu yang sudah mendapatkan haid setelah melahirkan dianjurkan untuk
menggunakan metodekontrasepsi lain.
9. Apabila ibu tidak menyusui secara eksklusif atau berhenti menyusui maka perlu
disarankan menggunakan metode kontrasepsi lain yang sesuai.
Hal yang perlu diperhatikan oleh ibu dalam pemakaian
Metode Amenorea Laktasi (MAL) agar amandan berhasil adalah menyusui secara
eksklusif selama 6 bulan. Untuk mendukung keberhasilanmenyusui dan MAL
maka beberapa hal penting yang perlu diketahui yaitu cara menyusui yang benar
meliputi posisi, perlekatan dan menyusui secara efektif.

Langkah-Langkah Penentuan Pemakaian KB MAL


Di bawah ini merupakan langkah-langkah menentukan dalam
menggunakan kontrasepsi MetodeAmenorea Laktasi (MAL).

6. Apa jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kasus di scenario?


7. Obat-obat yang berpengaruh terhadap kontrasepsi hormonal?

Interaksi Obat Kontrasepsi Oral dengan :


1. Barbiturat
Kombinasi antara kontrasepsi oral dengan barbiturat seperti fenobarbital atau primidone akan
menurunkan kadar hormon steroid dalam plasma. Oleh karena itu obat-obat kontrasepsi oral
tidak bisa digunakan selama pengobatan dengan barbiturat. Hal ini disebabkan karena barbiturat
(merupakan penginduksi enzim) dapat meningkatkan metabolisme dan klirens dari kontrasepsi
oral. Dengan kata lain efek obat kontrasepsi oral dapat berkurang dan memungkinakan terjadinya
ovulasi. Akibatnya resiko hamil dapat menigkat sampai 25 kali. Perdarahan menunjukkan
kemungkinan adanya interaksi. Kegagalan dari kontrasepsi implant juga telah dilaporkan.
Mekanisme interaksi dijelaskan bahwa barbiturat berperan sebagai penginduksi enzim hepatik
(enzim metabolisme) yang cukup kuat sehingga meningkatkan metabolisme obat-obat
kontrasepsi oral dan meningkatkan jumlah klirens kontrasepsi oral dari tubuh. Oleh karena itu,
penggunaan bersama kedua obat ini akan menurunkan efek kontrasepsi. Contoh obat golongan
barbiturat : fenobarbital.

2. Benzodiazepin
Sama halnya dengan barbiturate, obat-obat golongan benzodiazepin seperti :
karbamazepin dan okskarbazepin, merupakan obat yang bersifat menginduksi enzim
hepatik sitokrom P450 yang berfungsi dalam metabolisme obat kontrasepsi oral. Kerja
enzim ini meningkat dan metabolisme obat kontrasepsi oral meningkat. Sehingga kadar
obat kontrasepsi oral dalam darah semakin cepat hilang (akibat dari klirens yang
meningkat). Akibatnya efek kontrasepsi oral berkurang dan bisa terjadi ovulasi dan resiko
kehamilan bertambah.Selain itu efek terhadap benzodiazepin adalah bahwa obat
kontrasepsi oral dapat meningkatkan metabolisme dari benzodiazepin, sehingga kadarnya
dapat menurun dan efek terapi untuk obat ini tidak akan tercapai. Beberapa obat golongan
benzodiazepin seperti klordiazepoksid, diazepam, dan nitrazepam dapat meningkatkan
kemungkinan perdarahan pada pasien yang juga mengkonsumsi kontrasepsi hormonal
3. Antikonvulsan
Kemungkinan terjadi 2 akibat dari interaksi kontrasepsi oral dengan antikonvulsan, yaitu :
a. Efek obat kontrasepsi oral berkurang atau mengurangi kemanjuran kontrasepsi
oral.
Penjelasan yang paling sering tentang mekanisme kegagalan terapi kontrasepsi oral adalah
antikonvulsan mempercepat metabolisme obat kontrasepsi oral melalui induksi enzim
hepatik pemetabolisme obat. Sehingga mengurangi efek kontrasepsi. Kehamilan dan
perdarahan merupakan indikasi terjadinya interaksi.
b. Efek antikonvulsif dapat berkurang
Berkaitan dengan kontrol serangan kejang. Kadang terjadi perubahan fungsi tubuh karena
penggunaan kontrasepsi oral yang mempengaruhi juga hormon. Perubahan pada kontrol
serangan kejang menyebabkan terjadinya retensi cairan dan oleh karena itu memperparah
kejang.

4. Kortikosteroid
Efek kortikosteroid dapat meningkat. Kortikosteroid digunakan untuk rhinitis, alergi berat, asma,
kelainan endokrin, leukemia. kolitis dan enteritis (radang saluran usus), serta berbagai penyakit
kulit, paru-paru dan mata. Akibatnya: terjadi efek samping merugikan akibat terlalu banyak
kortikosteroid. Gejala yang dilaporkan antara lain berat badan meningkat, bengkak, haus dan
kencing berlebihan, nyeri dalam, osteoporosis, turunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, tak
bertenaga.

Tujuan, Manfaat dan ruang lingkup KB

Tujuan

a. Umum :

Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam hal manajemen pelayanan KB sebagai
upaya mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
b. Khusus

1. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam pengorganisasian pelayanan KB.

2. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam perencanaan pelayanan KB.

3. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam pelaksanaan pelayanan KB.

4. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam pemantauan dan evaluasi pelayanan KB.

Manfaat dan Sasaran

Pedoman Manajemen Pelayanan KB menjadi acuan untuk meningkatkan kemampuan manajemen


pengelola program KIA/KB bagi :  Pengelola Program KB di setiap tingkat administrasi (Pusat, Provinsi,
Kabupaten /Kota)  Petugas kesehatan di Puskesmas beserta jaringan dan jejaringnya  Mitra kerja
lainnya

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan Pedoman Manajemen Pelayanan KB meliputi: Pengorganisasian,


Perencanaan dan Advokasi, Pelaksanaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan KB.

Sesuai dengan Permenkes Nomor 71 tahun 2013, tentang pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional dinyatakan bahwa penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Berdasarkan cara pembayaran dalam JKN, maka FKTP dan
FKRTL.

Pelayanan KB tersebut dilaksanakan secara berjenjang di:

a. FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) meliputi: - pelayanan konseling; - kontrasepsi dasar (pil,
suntik, IUD dan implant, kondom); - serta pelayanan Metode Operasi Pria (MOP) - penanganan efek
samping dan komplikasi ringan-sedang akibat penggunaan kontrasepsi; - merujuk pelayanan yang tidak
dapat ditangani di FKTP.

b. FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan) meliputi : - pelayanan konseling; - pelayanan
kontrasepsi IUD dan implan - Metode Operasi Wanita (MOW) - Metode Operasi Pria (MOP).

Anda mungkin juga menyukai