Anda di halaman 1dari 3

Pemanfaatan Lahan Salin Untuk Budidaya Kedelai

Sebelum kita berbicara mengenai salinitas pada suatu tanah, kita harus terlebih dahulu membahas
ekosistem atau hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Dalam ekosistem,
terdapat dua komponen, yaitu komponen biotik dan abiotic. Dapat kita tahu bahwa salinitas akan menjadi
faktor pembatas abiotik pada organisme yaitu tumbuhan. Salinitas pada tanah akan mempengaruhi
pertumbuhan serta produksi suatu tanaman apabila tumbuhan tersebut tidak memiliki toleransi yang
cukup.
Definisi dari salinitas sendiri adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam yang terlarut dalam tanah. Salinitas adalah
konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan maupun di dalam tanah. Salinitas merupakan
gambaran tentang padatan total di dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida,
semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida dan semuabahan organik tekah dioksidasi.
Berdasarkan tanggapan terhadap salinitas, tanaman dibedakan menjadi tiga, yaitu halofit
(tanaman yang toleran terhadap salinitas), glikofit (rentan terhadap salinitas), euhalofit (tahan
terhadap salinitas).
Tanaman yang toleran terhadap salinitas harus mampu menyesuaikan terhadap stress
osmotik. Seperti yang dinyatakan bahwa tanaman dapat menyesuaikan dengan menurunkan
potensial osmosis tanpa kehilangan turgor, kecuali proses salinasi terjadi secara tiba-tiba. Laju
penyesuaian dan lamanya tergantung kepada spesies tanaman. Pada kondisi lapang secara
normal, laju penyesuaian ini cukup untuk menghadapi perubahan salinitas secara bertahap.
(Gurning dkk, 2013)

Untuk itu perlu kita kenal jenis tanaman apa yang akan kita tanam sebelum menanamnya.
Apakah ia termasuk halofit, glikofit, ataukah euhalofit. Perlakuan setiap jenis tanaman pasti
berbeda, harus disesuaikan dengan kondisi masing masing jenis tanggapan tiap tanaman.
Masalah salinitas pada tanah tidak dapat kita pandang sebelah mata. Diperkirakan, tantangan
utama terhadap dunia pertanian melibatkan produksi tanaman pangan 70% lebih untuk tambahan
2,3 miliar orang pada tahun 2050 di seluruh dunia. Salinitas adalah stres utama membatasi
peningkatan permintaan untuk tanaman pangan. Lebih dari 20% dari lahan pertanian di seluruh
dunia (~ sekitar 45 hektar) dipengaruhi oleh stres garam dan jumlahnya meningkat dari hari ke
hari. Tanaman atas dasar evolusi adaptif dapat diklasifikasikan secara kasar menjadi dua jenis
utama: halophytes (yang dapat menahan salinitas) dan glycophytes (yang tidak dapat menahan
salinitas dan akhirnya mati). Mayoritas spesies tanaman utama termasuk kategori kedua ini. Jadi
salinitas adalah salah satu tekanan lingkungan yang paling brutal yang menghambat
produktivitas tanaman di seluruh dunia. (Gupta & Huang, 2014)
Setelah itu perlu kita perhatikan kadar garam pada tanah agar dapat kita ketahui keadaan
tanah yang akan kita tanami tersebut dalam keadaan salin atau tidak. Sebab perlu diketahui sejak
awal itu agar tanaman yang toleransinya rendah terhadap tanah yang salin dapat terhindarkan
untuk ditanam pada tanah yang salin tersebut. Kandungan garam pada tanah dapat berupa NaCl,
MgCl, dll. Garam-garam ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena kandungan ion-
ionnya dapat bereaksi dengan tanaman.

Awalnya salinitas tanah diketahui menekan pertumbuhan tanaman dalam bentuk stres
osmotik yang kemudian diikuti oleh toksisitas ion. Selama fase awal stres salinitas, kapasitas
penyerapan air dari sistem akar menurun dan kehilangan air dari daun dipercepat karena stres
osmotik akumulasi garam yang tinggi di dalam tanah dan tanaman, dan karena itu stres salinitas
juga dianggap sebagai stres hyperosmotic. stres osmotik dalam tahap awal stres salinitas
menyebabkan berbagai perubahan fisiologis, seperti gangguan membran, ketidakseimbangan
nutrisi, mengganggu kemampuan untuk detoksifikasi spesies oksigen reaktif (ROS), perbedaan
dalam enzim antioksidan dan penurunan aktivitas fotosintesis, dan penurunan aperture stomata.
stres salinitas juga dianggap sebagai stres hyperionic. Salah satu efek yang paling merusak dari
stres salinitas adalah akumulasi ion Na + dan Cl- dalam jaringan tanaman terkena tanah dengan
konsentrasi NaCl yang tinggi. Masuknya kedua Na + dan Cl- ke dalam sel menyebabkan
ketidakseimbangan ion berat dan kelebihan serapan dapat menyebabkan gangguan fisiologis
yang signifikan. (Gupta & Huang, 2014)

Maka dari itu, setelah mengetahui tentang salinitas pada tanah kita harus dapat
mengetahui keadaan dari tanah yang akan kita tanam juga dengan jenis tanaman yang akan kita
tanam. Tujuan kita sendiri menanam tanaman dengan mengharapkan hasil, agar hasilnya
maksimal perlu adanya perlakuan-perlakuan yang sesuai dengan keadaan benih tanaman dengan
lingkungannya.

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai Indonesia adalah perluasan areal
penanaman kedelai dan penggunaan varietas unggul. Perluasan penanaman kedelai mengalami
kendala, di mana masih banyak tanah di Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan
teknik budidaya. Tanah salin adalah salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara luas untuk
kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek toksik dan peningkatan tekanan
osmotik akar yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman (Gurning, 2013)

Produksi kedelai Indonesia harusnya lebih bisa ditingkatkan lagi. Karena di Indonesia
banyak lahan salin karena memiliki laut yang luas, maka apakah kita tidak akan memanfaatkan
tanah salin untuk membudidayakan tanaman kedelai? Seharusnya tidak, karena dengan kemajuan
teknologi yang ada akan memudahkan kita dalam membudidayakannya. Perlu adanya perlakuan
khusus dalam memuliakan tanaman kedelai.

Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang
diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan
tanaman, salah satunya yaitu melalui mutasi induksi radiasi. Suatu varietas unggul tidak
selamanya akan menunjukkan keunggulannya tetapi makin lama produksi akan menurun
tergantung pada komposisi genetiknya. Teknik mutasi dalam bidang pemuliaan tanaman dapat
meningkatkan keragaman genetik tanaman sehingga pemulia melakukan seleksi karakter
tanaman. Teknik mutasi dalam pemuliaan tanaman dapat meningkatkan keragaman genetik
tanaman sehingga dapat menghasilkan tanaman yang toleran terhadap NaCl. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui respon tanaman kedelai M4 hasil radiasi sinar gamma guna
memperoleh tanaman kedelai yang toleran terhadap NaCl. (Gurning, 2013)

Daftar Pustaka

Gupta, B. And Huang, B. 2011. Mechanism of salinity tolerance in plants: Physiological,


biochemical, and molecular characterization. International Journal of Genomics : 1-18.

Gurning J. , E. Harso Kardhinata, dan E. Sartini Bayu. Evaluasi Toleransi Tanaman Kedelai
(Glycine max (l.) Merrill) Regeneran M4 Hasil Radiasi Sinar gamma Terhadap Salinitas. Jurnal
Online Agroteknologi Vol. 1 No. 2: 158-161

Anda mungkin juga menyukai