Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

Preferensi Lebistes sp Terhadap Suhu

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum ekologi hewan
yang diampu oleh Sopyan Nurjaman, M. Pd.

Oleh : Kelompok 5
Rd. Mustika 12542027
Yenni Anisah 12542021
Ali Imran Maulana 12542030
Nisa Siti Nurhidayah 12542034
Selvi Arisniati 12542039

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

( STKIP ) GARUT

2015
PREFERENSI Lebistes sp TERHADAP SUHU

A. TUJUAN
Untuk mengetahui zona preferensi Lebistes sp yang diaklimasi terhadap
suhu dan yang tidak diaklimasi.

B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian preferensi
Prefrensi adalah sebuah wujud perilaku memilih sesuatu karena faktor
selera atau kesukaan pada suatu benda atau keadaan yang mendukung suatu
organisme.
2. Lebistes sp
Gupi, ikanseribu, ikancereatauswadakar (Poecilia
reticulatesinonimLebistesreticulatus), adalahsalahsatuspesiesikanhias air tawar
yang paling popular.Karena mudahnya menyesuaikan diri dan beranak – pinak, di
banyak tempat di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit –
parit dan selokan. Dalam perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau
juga millionfish, di berbagai daerah ikan ini juga dikenal dengan aneka nama lokal
seperti gepi (Btw.), bungkreung (Sd.), cethul atau cithul (Jw.), klataw (Bjn), dan
lain-lain.
Ikan gupi berkerabat dekat dengan ikan moli (Poecilia latipinna), ikan moli
hitam (Poecilia sphenops), ikan ekor pedang (Xiphophorus helleri), serta ikan
platis (Xiphophorus maculatus).
Karena kekerabatannya seperti yang telah dibahas, Gupi dapat berkawin
silang dengan beberapa jenis moli seperti P. latipinna dan P. velifera, yakni gupi
jantan dengan moli betina. Namun anak hasil persilangan ini selalu berkelamin
jantan dan cenderung mandul. Sementara persilangan dengan Poecilia
wingei dapat menghasilkan anak yang subur.
Ikan kecil ini semula ditemukan oleh Robert John Lechmere
Guppy di Trinidad pada 1866. Albert C. L. G. Gunther belakangan pada tahun itu
juga, menamai ikan ini dengan sebutan Girardinus guppii untuk menghormati
sang penemu. Namun ternyata ikan ini telah dideskripsi terlebih dulu dengan
nama sah Poecilia reticulata oleh Wilhelm Peters pada 1859, sehingga
nama Girardinus guppii hanya mendapatkan status sebagai sinonim (junior
synonym). Meski demikian, nama umum gupi (guppy) bagi ikan ini telah terlanjur
tenar dan digunakan di mana-mana.
Sebenarnya Guppy adalah ikan asli AmerikaTengah dan Selatan,menyebar
di Kepulauan Barbados, Trinidaddan Tobago, Guyana, Antillen Belanda,
Kepulauan Virgin, Brazilia, dan Venezuela. Melalui jalur perdagangan dan lain-
lain, ikan ini telah dibawa ke berbagai tempat di semua benua di dunia kecuali
Antartika, dan kemudian meliar di perairan-perairan bebas.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo :Cyprinodontiformes
Familia : Poeciliidae
Genus : Poecilia
Species : P. reticulata

Gupi dimasukkan ke Indonesia sebagai ikan akuarium pada sekitar tahun


1920an, namun kemudian terlepas atau dilepaskan ke perairan bebas. Ikan ini
semula diharapkan dapat membasmi larva nyamuk di alam untuk mengendalikan
penyakit malaria, akan tetapi tidak berhasil. Ikan gupi di akuarium dapat mencapai
panjang 60 mm, namun di alam kebanyakan hanya tumbuh hingga sekitar 35 mm
saja; dan ukuran ini terlalu kecil untuk memangsa jentik-jentik nyamuk.
Seperti taksonomi di atas, Gupi merupakan anggota suku Poecilidae yang
berukuran kecil. Jantan dan betina dewasa mudah dibedakan baik dari ukuran dan
bentuk tubuhnya, maupun dari warnanya (dimorfisme seksual). Panjang total
tubuh ikan betina antara 4 – 6 cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 2,5 –
3,5 cm. Ikan jantan memiliki warna – warni yang cemerlang dan amat bervariasi,
terutama pada ikan hibrida.
“The hereditary characters of Lebistes that have previously been analyzed
are chiefly color characters” ( Goodrich, 1944: 584)
Ikan gupi liar warnanya lebih sederhana, meski jantannya tetap berwarna-
warni dengan dua buah bintik hitam seperti mata di sisi badan: yang satu di bawah
sirip punggung dan yang lainnya di atas sirip dubur. Gupi liar betina bertubuh
tambun dengan warna kuning kecoklatan dan susunan sisik yang membentuk pola
seperti jala (reticulata = dengan pola jaring atau jala), dan perut gendut berwarna
putih.
“inter-population variation was found in the degree to which a male’s
behaviour was affected by demographic conditions and in the relationship
between a male’s body size and his rate of courtship” (Helen Rodd and
Sokolowi,1994: 1139)
Ikan guppy termasuk yang peridi. Karena keperidiannya, gupi lekas
membiak dan merambah aneka perairan bebas. Pada tahun 1929 tercatat bahwa
ikan ini dapat ditemukan di hampir semua kolam dan parit di Jawa Barat.
Sekarang ikan ini telah meluas ke berbagai tempat di Nusantara, dan mungkin
telah menjadi ikan yang paling melimpah di Jawa dan Bali.
“The guppy used in the present study were adult multiparous females. All
were reared in the laboratory at 22 – 28 °C and illuminated by artificial light in
addition to the natural daylight” ( Takano, 1964: 137 )
Masa kehamilan ikan guppi ini berkisar antara 21 – 30 hari ( rata - rata 28
hari) bergantung pada suhu airnya. Suhu air yang paling cocok untuk berbiak
adalah sekitar 27 °C (72 °F). Ikan gupi mengandung dan melahirkan anaknya
(livebearers). Setelah ikan betina dibuahi, daerah berwarna gelap di
sekitar anus yang dikenal sebagai ‘bercak kehamilan’ (gravid spot) akan meluas
dan bertambah gelap warnanya. Menjelang saat-saat kelahirannya, bintik-bintik
mata anak-anak ikan dapat terlihat dari kulit perut induknya yang tipis dan
menerawang. Seekor induk gupi dapat melahirkan burayak (anak ikan) antara 2–
100 ekor pada setiap kelahiran, namun kebanyakan antara 5 – 30 ekor saja.
Beberapa jam setelah “bersalin”, induk gupi telah siap untuk dibuahi lagi.
“The mature ovary of the guppy, like that of other ovoviviparous teleosts,
is a largc unpaired organ which occupies a dorsal position in the caudal region of
the body cavity” ( Droller, 2004: 209 )
Begitu keluar dari perut induknya, anak-anak gupi telah mampu hidup
sendiri seperti berenang, mencari makanan, dan menghindari musuh-musuhnya.
Anak – anak gupi ini umumnya akan terus bergabung dengan kelompoknya, dan
dengan ikan-ikan lain yang lebih besar. Namun gupi yang telah dewasa tidak akan
segan-segan memangsa burayak yang berukuran jauh lebih kecil, sehingga apabila
dipelihara di akuarium, anak-anak ikan ini perlu dipisahkan dari ikan-ikan
dewasa. Burayak-burayak ini, apabila selamat, akan mencapai kedewasaan pada
umur satu atau dua bulan saja. Itulah sebabnya ikan ini dengan segera dapat
melipat-gandakan jumlah anggota kelompoknya, sehingga dinamai juga ikan
seribu.
Sirip dubur pada ikan jantan mengalami perubahan menjadi gonopodium,
yang berfungsi untuk mengeluarkan sperma yang akan masuk pada tubuh ikan
betina. Gupi betina memiliki kemampuan untuk untuk menyimpan sperma,
sehingga dapat hamil berulang kali dengan hanya satu kali kawin.
Faktor kunci keberhasilan yang lainnya adalah kemampuannya untuk
menyesuaikan hidup dengan berbagai kondisi perairan, dengan variasi makanan
yang beragam. Analisis terhadap isi perut gupi yang hidup di Danau Buyan, Bali,
menunjukkan bahwa ikan ini terutama memakan zooplankton yang melimpah di
sana. Sementara gupi yang hidup di Danau Bratan dan Batur kebanyakan
mengandalkan bahan – bahan organik yang berada di dasar danau.
Gupi bahkan dapat hidup pada perairan dengan salinitas tinggi (air asin),
hingga 150% salinitas normal air laut.
3. Suhu
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu
suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu
menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu
benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang
diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal
adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin.
Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin
atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara
kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu
dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol.
Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas
dan meter yang artinya mengukur.
a. Tipe termometer
Beberapa tipe termometer antara lain:
1) termometer alkohol
2) termometer basal
3) termometer merkuri
4) termometer oral
5) termometer Galileo
6) termometer infra merah
7) termometer cairan kristal
8) termistor
9) bi-metal mechanical thermometer
10) electrical resistance thermometer
11) reversing thermometer
12) silicon bandgap temperature sensor
13) six's thermometer atau maximum minimum thermometer
14) thermocouple
15) coulomb blockade thermometer

b. Termometer yang sering digunakan


Termometer yang biasanya dipakai sebagai berikut:
1) Termometer bulb (air raksa atau alkohol)
Karakteristik:
 Menggunakan gelembung besar (bulb) pada ujung bawah tempat
menampung cairan, dan tabung sempit (lubang kapiler) untuk
menekankan perubahan volume atau tempat pemuaian cairan.
 Berdasar pada prinsip suatu cairan volumenya berubah sesuai temperatur.
Cairan yang diisikan kadang-kadang alkohol yang berwarna tetapi juga
bisa cairan metalik yang disebut merkuri, keduanya memuai bila
dipanaskan dan menyusut bila didinginkan.
 Ada nomor disepanjang tuba gelas yang menjadi tanda besaran
temperatur.
 Keutungan termometer bulb antara lain tidak memerlukan alat bantu,
relatif murah, tidak mudah terkontaminasi bahan kimia sehingga cocok
untuk laboratorium kimia, dan konduktivitas panas rendah.
 Kelemahan termometer bulb antara lain mudah pecah, mudah
terkontaminasi cairan (alkohol atau merkuri), kontaminasi gelas/kaca, dan
prosedur pengukuran yang rumit (pencelupan).
 Penggunaan thermometer bulb harus melindungi bulb dari benturan dan
menghindari pengukuran yang melebihi skala termometer.
 Sumber kesalahan termometer bulb:
 time constant effect, waktu yang diperlukan konduksi panas dari luar
ke tengah batang kapiler
 hermal capacity effect, apabila massa yang diukur relatif kecil, akan
banyak panas yang diserap oleh termometer dan mengurangi suhu
sebenarnya
 cairan (alkohol, merkuri) yang terputus
 kesalahan pembacaan
 kesalahan pencelupan

“The Italian scientist Galileo (1564-1642) is one of the first recorded to attempt to
measure temperature in 1592.His measuring device consisted of a bulb of air,
which, when heated, forced liquid (water or spirits of wine [alcohol]) down a
column immersed in an open container of the liquid”( Katz, 2008: 1)

2) Termometer spring
Karakteristik:
 Menggunakan sebuah coil (pelat pipih) yang terbuat dari logam yang
sensitif terhadap panas, pada ujung spring terdapat pointer.
 Bila udara panas, coil (logam) mengembang sehingga pointer bergerak
naik, sedangkan bila udara dingin logam mengkerut pointer bergerak
turun. Secara umum termometer ini paling rendah keakuratannya di
banding termometer bulb dan digital.
 Penggunaan termometer spring harus selalu melindungi pipa kapiler dan
ujung sensor (probe) terhadap benturan/ gesekan. Selain itu, pemakaiannya
tidak boleh melebihi suhu skala dan harus diletakkan di tempat yang tidak
terpengaruh getaran.

3) Termometer non kontak


Karakteristik:
Termometer infra merah, mendeteksi temperatur secara optik selama objek
diamati, radiasi energi sinar infra merah diukur, dan disajikan sebagai suhu,
dengan mengetahui jumlah energi infra merah yang dipancarkan oleh objek dan
emisinya, temperatur objek dapat dibedakan.

4) Termometer elektronik
Karakteristik:
Ada duajenispengolahanyakni thermocouple dan resistance thermometer.
Biasanya, industri menggunakan nominal resistan 100 ohm pada 0 °C sehingga
disebut sebagai sensor Pt-100. Pt adalah simbol untuk platinum, sensivitas standar
sensor 100 ohm adalah nominal 0.385 ohm/°C, RTDs dengan sensivitas 0.375 dan
0.392 ohm/°C juga tersedia.
c. Satuan suhu
Mengacu pada SI, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain
adalah Celsius, Fahrenheit, dan Reamur.
Pada skala Celsius, 0 °C adalah titik dimana air membeku dan 100 °C
adalah titik didih air pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering
digunakan di dunia. Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara
mengubahnya ke Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih
tepatnya).
Skala Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat.
Suhu air membeku adalah 32 °F dan titik didih air adalah 212 °F. Sebagai satuan
baku, Kelvin tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya. Misalnya
cukup ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu 20° K.

C.ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 Bak seng penampung lebistes
 Pembakar bunsen
 Termometer raksa / alkohol
 Tali rapia
 Gelas kimia
 Jala saring
 Statif

2. Bahan
 Lebistes sp / ikan guppi
 Es batu
 Air

D. LANGKAH KERJA
1. Lebistes sp yang masih tercampur jenisnya dipisahkan kedalam jenis – jenis
yang diharapkan dalam penelitian yaitu kelompok jantan, betina hamil, betina
tidak hamil, dan burayak atau anak – anak. Disamping itu jumlahnya pun di
atur dengan rincian jantan sebanyak 30 ekor, betina gravid 30 ekor, betina non
gravid 30 ekor, dan burayak (juvenil) 30 ekor, masing – masing kedalam gelas
kimia.
2. Setelah lebistesspterpisah seperti yang diharapkan, makalebistessptersebut
diberi 3 perlakuan, perlakuan pertama yaitu perlakuan dengan suhu panas, air
yang ada pada gelas kimia direbus dengan menggunakan pembakar bunsen;
kedua yaitu perlakuan dengan suhu dinngin, air yang telah tersedia pada gelas
kimia selanjutnya diberi es batu; dan yang ketiga yaitu tidak diberi perlakuan
( kondisi alami ), yakni kondisi ini tidak dimanipulasi.
3. 30 ekor dari setiap kelompok lebistes seperti di atas, masing – masing 10
ekornya diberi perlakuan panas, dingin, dan tidak diberi perlakuan ( selama
kurang lebih 45 menit ).
4. disamping itu, disiapkan pula perlengkapan untuk pengamatan. Pertama, bak
seng diletakkan di atas kaki kayu penahan. Setelah itu bak tersebut diberi air
secukupnya, disamping itu dibuat pula 5 batas atau zona pemisah gradasi
suhu, selanjutnya termometer raksa/ alkohol dicelupkan di tengah – tengah
daerah atau zona pembatas tepat di atasnya dengan catatan ujung termometer
tidak menyentuk dasar dari bak tersebut.
5. Pada kedua ujung bak seng, ujung yang satu di panaskan dengan bunsen dan
ujung yang lain di beri es batu, dengan harapan agar terbentuk variasi suhu air
pada tiap zona pembatas.
6. Setelah aklimasi selama 45 menit selesai di laksanakan, pengamatan ini mulai
di laksanakan dengan ketentuan setiap satu shift pengamatan yaitu
menggunakan 10 ekor lebistessp yang terbagi kembali pada pengelompokkan
berdasarkan aklimasi dan non aklimasi.
7. Setelah ditentukannya kelompok lebistes mana yang akan di amati terlebih
dahulu misalnya jantan dengan aklimasi panas, maka lebistes tersebut di
masukkan ke dalam bak seng tersebut, setelah 15 menit maka penyebaran
lebistes pada setiap zona pemisah di amati jumlah dan lokasi penyebarannya,
selanjutnya lebistes jantan ( aklimasi panas ) itu di biarkan kembali
berinteraksi dalam bak seng dan setelah 5 menit terhitung dari 15 menit ( yang
pertama ), maka lebistes kembali diamati, 5 menit selanjutnya kegiatan yang
dilakukan sama seperti yang pertama ( dengan interval 5 menit ), pengamatan
tersebut terus dilanjutkan sampai waktu secara keseluruhan mencapai 35
menit. Setelah waktunya mencapai 35 menit maka pengamatan untuk shift
pertama ( lebistes jantan aklimasi panas ) telah selesai. Pengamatan tersebut
dilaksanakan seterusnya dengan cara yang sama dan kelompok lebistes yang
berbeda.
8. Hasil untuk setiap pengamatan selanjutnya di catat dan didiskusikan.

E. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, maka diperoleh data
sebagaiberikut.

1. Juvenil
 Non aklimasi
Zona/ Daerah 1 2 3 4 5
Waktu ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X)
15’ 21 0C/ 1 22 0C/ 1 23 0C/0 23 0C/ 0 23 0C/ 8
5’ 22 0C/ 0 23 0C/ 1 23 0C/ 2 24 0C/ 0 24 0C/ 7
5‘ 220C/ 1 24 0C/ 1 25 0C/ 0 25 0C/ 2 25 0C/ 6
5’ 23 0C/ 0 25 0C/ 1 26 0C/ 2 26 0C/ 0 26 0C/ 7
5’ 24 0C/ 0 25 0C/ 3 27 0C/ 2 27 0C/ 2 28 0C/ 3
X rata - rata 22,4/1 23,8/1 25/1 25/1 25,2/6

 Aklimasi dingin
Zona/ Daerah 1 2 3 4 5
Waktu ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X)
15’ 26 0C/ 1 27 0C/ 2 28 0C/0 28 0C/ 1 29 0C/ 6
5’ 27 0C/ 1 25 0C/ 0 29 0C/ 0 29 0C/ 2 29 0C/ 7
5‘ 27 0C/5 28 0C/ 0 29 0C/ 0 29 0C/ 2 29 0C/3
5’ 26 0C/ 3 25 0C/ 2 29 0C/ 1 29 0C/ 2 30 0C/ 2
5’ 26 0C/ 1 25 0C/ 0 30 0C/ 0 30 0C/ 3 30 0C/ 6
X rata - rata 26,4/2 26/1 29/0 29/2 29,4/5

 Aklimasi panas
Zona/ Daerah 1 2 3 4 5
Waktu ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X)
15’ 28/1 29/1 29/0 29/0 29/8
5’ 28/3 29/2 29/0 29/0 30/5
5‘ 27/3 27/0 29/0 30/0 30/7
5’ 27/0 27/2 28/2 29/0 29/6
5’ 26/1 27/0 28/0 29/1 29/8
X rata - rata 27/2 28/1 26,6/0 29,2/0 29,2/7

2. Jantan
 Non aklimasi
Zona/ Daerah 1 2 3 4 5
Waktu ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X)
15’ 19 0C/ 0 21 0C/ 2 21,5 0C 22 0C/ 2 24 0C/ 6
/0
5’ 21 0C/ 3 22 0C/ 4 23 0C/ 24 0C/ 1 25 0C/ 1
1
5‘ 21,5 0C/ 1 24 0C/ 0 24,5 0C 25 0C/ 3 26 0C/ 6
/0
5’ 23 0C/ 0 25 0C/ 0 25,5 0C 26 0C/ 2 28 0C/ 7
/1
5’ 23,50C/ 0 26 0C/ 2 26,5 0C 27 0C/ 2 29 0C/ 7
/1
X rata - rata 21,6/1 23,6/1 24,2/1 24,8/2 26,4/5
 Aklimasi dingin
Zona/ Daerah 1 2 3 4 5
Waktu ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X)
15’ 26 0C/ 0 28 0C/ 0 28 0C/ 0 28 0C/ 1 29 0C/ 9
5’ 25 0C/ 10 27 0C/ 0 28 0C/ 0 29 0C/ 0 30 0C/ 0
5‘ 26 0C/ 7 28 0C/ 3 28 0C/ 0 28 0C/ 0 29 0C/ 0
5’ 27 0C/2 29 0C/ 0 29 0C/ 3 29 0C/ 0 30 0C/ 5
5’ 27 0C/ 3 29 0C/ 2 29 0C/ 0 29 0C/ 4 30 0C/ 1
X rata - rata 26,2/4 28,2/1 28,4/1 28,6/1 29,6/3

 Aklimasi panas
Zona/ Daerah 1 2 3 4 5
Waktu ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X) ( 0C/ X)
15’ 26 0C/ 3 28 0C/ 0 28,5 0C/ 28,5 0C/ 29,5 0C/
0 1 7
5’ 26,5 0C/ 28,5 0C/ 28,5 0C/ 29 0C/ 4 29,5 0C/
2 0 0 4
5‘ 26,5 0C/ 28 0C/ 0 28,5 0C/ 28,5 0C/ 30 0C/ 3
5 1 1
5’ 26,5 0C/ 28 0C/ 2 28,5 0C/ 28,5 0C/ 29,5 0C/
6 2 0 0
5’ 27 0C/ 7 29 0C/ 2 290C/ 0 29 0C/ 0 30 0C/ 1
X rata - rata 26,5/5 28,3/1 28,6/0 28,7/1 29,7/3

3. Betina
a. Gravid
 Non aklimasi
Zona/ 1 2 3 4 5
Daerah ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X)
Waktu

15’ 22/1 23/0 25/3 25/2 26/4


5’ 22/0 23/0 25/4 25/2 26/4
5’ 23/0 23/2 26/2 26/3 29/3
5’ 23/1 24/0 26/2 26/3 28/3
5’ 23/3 25/2 27/1 27/0 29/4
Rata-rata 22.6/1 23,6/1 25,8/2 25,8/2 27,6/4

 Aklimasi dingin
Zona/ 1 2 3 4 5
Daerah ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X)
Waktu
15’ 25/2 24/5 23/3 26/0 28/0
5’ 21/0 22/4 24/3 25/2 28/1
5’ 23/3 23/6 23/0 23/0 28/1
5’ 23/1 23/2 24/1 25/1 29/5
5’ 23/2 23/3 24/0 25/0 29/5
Rata-rata 23/2 23/4 23,6/1 24,8/0 28,4/3

 Aklimasi panas
Zona/ 1 2 3 4 5
Daerah ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X)
Waktu
15’ 26/3 23/0 25/3 25/2 26/4
5’ 26/1 23/0 25/4 25/2 26/4
5’ 26/0 24/2 26/2 26/3 29/3
5’ 27/5 25/0 26/1 26/0 29/8
5’ 27/0 25/2 27/0 27/0 29/1
Rata-rata 26,4/2 24/1 25,8/2 25,8/1 27,8/4
b. Non Gravid
 Non aklimasi
Zona/ 1 2 3 4 5
Daerah ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X)
Waktu
15’ 28/1 27/0 20/2 26/2 29/5
5’ 29/6 28/0 27/1 27/3 30/0
5’ 27/0 27/0 26/2 27/0 31/8
5’ 30/0 29/0 27/3 27/2 31/5
5’ 30/0 29/0 29/0 27/1 32/8
Rata-rata 28,8/1 28/0 25,8/2 26,8/2 30,6/5

 Aklimasi dingin
 Zona/ 1 2 3 4 5
Daera ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X)
h
Waktu
15’ 29/2 26/5 23/3 24/0 25/0
5’ 27/0 25/5 22/2 24/2 29/1
5’ 27/2 25/6 23/0 23/0 28/2
5’ 26/1 26/2 24/1 24/1 27/5
5’ 26/2 25/3 24/0 25/0 28/5
Rata-rata 21,6/1 25,4/4 23,2/1 24/1 27,4/3

 Aklimasi panas
Zona/ 1 2 3 4 5
Daerah ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X) ((0C/X)
Waktu
15’ 26/3 27/1 27/1 29/1 30/4
5’ 26/1 27/2 27/1 29/0 30/6
5’ 26/0 27/0 27/2 29/3 30/5
5’ 27/5 27/0 28/2 29/1 30/2
5’ 27/0 27/3 28/2 29/2 30/3
Rata-rata 22,4/2 27/1 26,6/2 29/1 30/4

F. PEMBAHASAN
Prefrensi adalah sebuah wujud perilaku memilih sesuatu karena faktor
selera atau kesukaan pada suatu benda atau keadaan yang mendukung suatu
organisme.
Berbicara preferensi tak akan terlepas dari subjek preferensi itu sendiri
yaitu organisme yang memiliki preferensi ( kesukaan ). Bila anda berbahasa
menggunakan kata preferensi maka akan terlintas pertanyaan preferensi terhadap
apa? Maka pada pembahasan ini penulis mengedepankan preferensi organisme
terhadap suhu, adapun organismenya yaitu lebistes sp atau kerap dikenal dengan
nama daerahnya, impun, atau ikan guppi.
Ikan guppi memiliki selera atau preferensi terhadap suhu yaitu pada
kisaran suhu air diantara 26 – 28 0C. Berdasarkan data hasil pengamatan,
menunjukan bahwa sebagian besar untuk lebistes yang tidak diaklimasi, mereka
dominan terhadap suhu optimum di antara 26 – 28 0C, akan tetapi ada juga yang di
temukan di zona dengan suhu yang lebih tinggi dari itu. Untuk lebistes yang
diaklimasi dengan es atau air dingin, mereka cenderung lebih banyak terdapat di
daerah yang panas. Dan yang terakhir yaitu lebistes yang di aklimasi dengan air
hangat mereka lebih banyak berkumpul pada zona yang diberi es. Mengapa
demikian? Karena mereka menyesuaikan diri antara suhu tubuh dengan
lingkungannya. Mengingat bahwa ikan adalah hewan poikiloterm maka ketika
suhu yang dibutuhkan oleh tubuhnya berkisar antara 35 0C, ketika lingkungan
luarnya berubah maka mereka akan beradaptasi dengan cara perilaku ataupun
reaksi fisiologis agar mempertahankan suhu di luar tubuh dengan yang di dalam
tubuhnya itu dapat sesuai.
Adapun apabila terdapat ketidak sesuaian antara hasil pengamatan yang
penulis lakukan bersama teori yang telah ada, maka banyak kemungkinan –
kemungkinan yang mungkin dapat mempengaruhi, bisa berupa human error yaitu
ketika melakukan praktikum bisa saja terrjadi prosedur yang kurang hati – hati
dalam melaksanakannya, biasa karena kondisi ikannya yang memang sedang ada
pada masa stress karena adanya aklimasi yang biasanya tidak pernah lebistes
rasakan.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukandapatdisimpulkanbahwaikan
lebistes sp yang tidak di aklimasi mereka lebih banyak ditemukan di zona yang
memiliki suhu optimum yang berkisar di antara 26 – 28 0C. Adapun untuk
lebistes yang di aklimasi dengan air dingin, mereka lebih cenderung di temukan
pada zona yang memiliki suhu lebih tinggi dari 28 0C. Yang terakhir yaitu lebistes
yang di aklimasi dengan air panas maka mereka cenderung banyak ditemukan
pada zona yang bersuhu dingin atau lebih rendah dari 26 0C, hal tersebut
berdasarkan teori yang menunjang, adanya penyebaran lebistes pada zona – zona
seperti yang telah di sebutkan adalah bentuk dalam beradaptasi terhadap
lingkungan eksternalnya, hal itu dikarenakan ikan termasuk pada hewan yang
bersifat poikiloterm artinya yaitu hewan yang suhu internalnya dipengaruhi oleh
suhu eksternalnya, maka agar terjadi keseimbangan hewan tersebut harus
beradaptasi baik secara fisiologis maupun secara tingkah laku.
DAFTAR PUSTAKA

http://laporanbiologilevi.blogspot.com/2015/03/preferensi-lebistes-sp-terhadap-
suhu_98.html

Anda mungkin juga menyukai