Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAMATAN DAN PEMBUATAN AMILUM

KENTANG (Solanum tuberosum L.)


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam ilmu kefarmasian dlu bahas jangan langsung tablet

pembuatan tablet dibutuhkan beberapa zat tambahan diantaranya bahan

pengikat. Sebagai bahan pengikat yang digunakan adalah amilum.

Amilum termasuk kelompok bahan pengikat hard tablet yang dapat

meningkatkan kekerasan tablet, selain itu amilum juga murah dan mudah

didapat. Penambahan bahan pengikat dimaksudkan untuk memberikan

kekompakan dan daya tahan tablet (1).

Amilum adalah polisakarida yang merupakan bentuk simpanan

pada sel-sel tumbuhan termasuk buah. Pemerian amilum berupa serbuk

halus berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa atau butir granul yang

mempunyai ukuran dan bentuk karaktristik tergantung masing-masing

tumbuhan. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol,

tetapi larut dalam air panas (2).

Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa kentang merupakan salah

satu produk pangan yang memiliki kadar amilum tinggi terbukti dengan

97,9784% amilosa dari endapan pati kentang kaya amilosa dan 98,962%

amilopektin dari endapan pati kentang kaya amilopektin (2).

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan percobaan Pengamatan

dan Pembuatan amilum kentang (Solanum tuberosum L.).


I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1. Maksud Percobaan

Percobaan dimaksudkan agar mahasiswa mampu membuat dan

mengamati amilum kentang.

I.2.2. Tujuan Percobaan

Percobaan bertujuan :

a. Untuk mengetahui cara mengamati tipe amilum menggunakan

mikroskop.

b. Untuk mengetahui cara pembuatan amilum dari kentang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Amilum

II.1.1. Pengertian Defnisi

Amilum merupakan polisakarida hasil sintetis dari tanaman hijau

melalui proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk Kristal bergranula yang

tidak larut dalam air pada temperature ruangan yang memiliki ukuran dan

bentuk tergantung pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai

pengental dan penstabil dalam makanan. Komposisi pati pada umumnya

terdiri dari amilopektin sebagai bagian terbesar dan sisianya amilosa yang

masing-masing sifat alaminya berbeda yaitu 10-20% amilosa dan 80-90%

amilopektin. Amilosa tersusun dari molekul-molekul α-glukosa dengan

ikatan glikosida α-(1,4) membentuk rantai linier. Sedangkan amilopektin

terdiri dari rantai-rantai amilosa (ikatan α(1-4)) yang saling terikat

membentuk cabang dengan ikatan glikosida α-(1-6). Sebagian besar pati

alami seperti pati jagung, gandum, tapioca, kentang dan sagu yang

mengandung persentase yang tinggi dari rantai percabangan amilopektin.

Pati kentang mengandung amilosa sekitar 23% dan amilopektin 77%.

Amilopektin mempunyai peran dalam meningkatkan kerenyahan

sedangkan amilosa berperan dalam meningkatkan kekerasan (3).

Amilum (pati) merupakan butir-butir tepung yang dapat disimpan

sebagai cadangan makanan. Pada setiap jenis tumbuhan, butir amilum


mempunyai bentuk dan susunan tertentu, namun pada umumnya

berbentuk bundar atau lonjong. Dalam amilum terdapat lamela-lamela

yang mengelilingi hilus. Adanya lamela-lamela ini disebabkan karena

waktu pembentukan amilum, tiap lapisan berbeda kadar airnya sehingga

indeks pembiasannya berbeda. Lamela-lamela ini akan hilang apabila

dibubuhi alkohol keras, sebab air akan diserap oleh alkohol sehingga

indeks pembiasannya menjadi sama. Dibagian tengah amilum kadang-

kadang tampak seperti terkerat, peristiwa ini disebut korosi. Hal ini biasa

terjadi pada butir-butir amilum dalam biji yang sedang berkecambah.

Sedang peristiwa retak di bagian tengah butir amilum dikarenakan

kepekatan di bagian tengah butir amilum berkurang (6).

II.1.2. Jenis-Jenis Amilum

II.1.2.1. Berdasarkan letak hilus

Perbedaan macam-macam tepung didasarkan letak hilus.

Sedangkan hilus adalah titik permulaan terbentuknya butir tepung, titik

permulaan ini disebut pula titik inisial. Sedangkan lamela adalah garis-

garis halus yang mengelilingi hilus. Berdasarkan letak hilus terdapat 2

macam tipe tepung, yaitu berikut ini.

a. Tipe konsentris, di mana hilus terletak di tengah.

b. Tipe eksentris, di mana hilus terletak di tepi (4).


Gambar 1. Macam-macam amilum berdasarkan letak hilusnya (A,B) amilum tipe
konsentris, (C,D) amilum tipe eksentris, (E,F) Amilum majemuk

II.1.1.2. Berdasarkan Jumlah Hilusnya

Berdasarkan jumlah hilus dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. monoadelph (hilus hanya satu);

b. diadelph atau setengah majemuk (hilus berjumlah dua yang masing-

masing dikelilingi oleh lamela);

c. poliadelph/majemuk (hilus berjumlah banyak dan tiap hilus dikelilingi

oleh lamela) kasi gambar

Bila jumlahnya sampai berdesakan dalam sel, maka sisi-sisinya

membentuk sudut. Pada beberapa tumbuhan seperti jagung dan padi,

butir amilum majemuk. Ukuran butir amilum bervariasi. Pada pati kentang

misalnya garis tengahnya antara 70-100 mm, pada jagung 12-18 mm (6).

II.2. Kentang (Solanum tuberosum L.)

II.2.1. Klasifikasi

Kerajaan/Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L. (5)

II.2.1. Deskripsi

II.2.1.1. Morfologi

Tanaman kentang merupakan suatu terna berbatang basah,

dengan umbi batang pada stolonnya. Daun berseling menyirip ganjil

terputus-putus. Anak daun bulat telur memanjang, berganti-ganti besar

dan kecil, pada ujung terdapat anak daun yang paling besar. Warna

bunga bermacam-macam. Buahnya buah buni yang bulat dengan kelopak

yang yang tetap. Tanaman kentang dihasilkan secara aseksual dari umbi

memiliki akar seabut dengan percabangan halus, agak dangkal dan akar

adventif berserat yang menyebar, sedangkan tanaman yang tumbuh dari

biji membentuk akar tunggang raping dengan akar lateral yang banyak (5).

Batang diatas tanah berdiri tegak, awalnya halus dan akhirnya

menjadi persegi serta bercabang jika pertumbuhannya sudah berlanjut.

Bentuk pertumbuhan tanaman berkisar dari kelopak hingga menyebar.

Batang dibawah permukaan tanah (rhizome) umumnya disebut stolon,

menimbun dan menhyimpan produk fotosintesis dalam umbi yang

memebengkak di bagian ujung. (5)

II.2.1.2. Anatomi

Anatomi kentang terdiri dari tunas apical, peridermis, korteks,

parenkima lumbung, tunas lateral, jaringan gabus bercabang, cincin


pembulu, stolon dan jaringan gabus tengah. Pada bagian luarnya,

terdapat bakal daun, lentisel dan nodus (5).

Gambar 2. Bagian-bagian umbi kentang

II.2.3. Kandungan Kimia

Sebagai bahan makanan, kentang diketahui memiliki kandungan

gizi tinggi. Kentang mengandung karbohidrat, protein, asam amino

essensial dan vitamin yang lengkap. Perbandingan protein dengan

karbohidrat pada tanaman kentang lebih tinggi daripada tanaman serealia

maupun umbi lainnya. Protein dalam kentang mengandung asam amino

yang seimbang sehingga sangat baik untuk kesehatan manusia (5).

Selain itu, kandungan vitamin dalam kentang jauh lebih tinggi

dibandingkan tanaman lainnya, seperti padi, gandum dan jagung. Umbi

kentang tidak mengandung lemak, kolesteroil, tetapi mengandung

karbohidrat, sodium, serat diet, protein, vitamin A, vitamin C tinggi, kalsium

zat besi dan vitamin B6 yang cukup tinggi dibandingkan beras. Kentang

juga memiliki kandungan asam askorbat, thianin, niacin, dan asam

pantotenis (5).

II.2.4. Manfaat

Kandungan protease inhibitornya yang tinggi pada bagian isinya,

kentang dapat menetralkan virus-virus tertentu dan menghambat


serangan kanker. Inhibitor yang diekstrak dari kentang mempunyai

kemampuan sebagai aktivitas yang sangat kuat. Selain bagian isi, kulitnya

pun cukup bermanfaat. Bagian ini ternyata kaya akan asam klorogenik,

yaitu polifenol yang mencegah mutasi sel-sel yang mengarah pada

kanker. Kulit kentang memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang daoat

menetralkan radikal bebas yang merusak sel-sel yang akan mengarah ke

sejumlah penyakit. Kentang yang dibuat sop[ bermanfaat bagi pengobatan

asam urat, ginjal dan penyakit lambung. Kentang juga dapat mengganti

mineral dalam tubuh (5).


BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan

III.1.1. Alat

Alat yang digunakan adalah baskom, blender, botol semprotan,

cawan porselen, mikroskop, mangkok kaca, pipet tetes, object glass dan

deck glass, pisau.

III.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah aquadest, alkohol 70%, kentang

dan tepung maizena.

III.2.3. Cara Kerja

III.2.3.1. Pengamatan Amilum

Sampel tepung maizena diambil dalam jumlah sedikit

menggunakan sendok tandung dan diletakkan diatas deck glass kemudian

diberikan air secukupnyamenggunakan pipet tetes dan ditutup dengan

object glass. setelah itu, diamati menggunakan mikroskop

III.2.3.2. Pembuatan Amilum (tukar posisinya pembuatan dlu baru

pngamatan

Sampel kentang dikupas dan dipotong dadu dan dibersihkan

mengguankan air bersih. Setelah itu, kentang ditimbang sebanyak 300

gram dan dihaluskan dengan blender sampai halus dan disaring


menggunakan kain saring. Air hasil saringan diendapkan kemudian hasil

endapannya disimpan dan air sisanya kembali diendapkan atau dilakukan

proses enap tuang. Saat memisahkan air dan endapan, tambahkan

alkohol karena kandungan air hasil saringan kentang halus akan menguap

bersama alkohol. Setelah didapatkan amilum basah, amilum tersebut

dikeringkan baik secara manual maupun menggunakan oven. Setelah

kering, simpan amilum kering dalam tempat kedap udara.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

tipe amilum kentang dan sampel tepung maizena sama, yaitu tipe

eksentris. Amilum kering yang didapatkan dari 300 gram kentang kurang

lebih 500 mg.

Uji organoleptik amilum kentang yang didapatkan adalah :

Tabel 1. Uji organoleptik amilum kentang (kasi di bawa tabel)


Rasa Tidak memiliki rasa

Bau Hampir tidak berbau

Tekstur Halus

Warna Putih kekuningan


(a) (b)
Gambar 3. Hasil pengamatan menggunakan amilum. (a) amilum tepung maizena dan (b)

amilum kentang

IV.2. Pembahasan

Dari hasil diatas, diketahui bahwa amilum yang terdapat dalam

kentang dan sampel tepung maizena bertipe eksentris. Walaupun pada

Amilum tepung maizena tidak begitu jelas, tetapi jika dilihat lebih teliti,

amilumnya bertipe eksentris. Hal ini disebabkan karena tepung maizena

yang digunakan adalah tepung yang memiliki kualitas kurang baik selain

itu, mikroskop yang digunakan dalam kondisi yang kurang baik pula.

Amilum yang didapatkan dari kentang lebih kasar dari amilum yang

diproduksi pabrik. Warna amilum kentangpun, tidak seputih buatan pabrik,

hal ini, karena sari kentang yang telah disaring berwarna cokelat

kemerahan dan tidak terpisah sempurna dengan amilum sehingga

mempengaruhi warna amilum yang didapatkan.

Saat pembuatan amilum kentang, digunakan alkohol untuk membuat

air saat pengendapan menguap bersama alkohol yang sifatnya mudah

menguap. Amilum kentang yang didapatkan sangat sedikit dari jumlah

yang diharapkan karena saat dihaluskan menggunakan blender, air yang

digunakan terlalu banyak sehingga air hasil penyaringan kentang yang

telah haluspun sangat banyak.


BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

amilum yang didapatkan dari 300 gram kentang sebanyak lebih kurang

500 mg dengan tipe amilum eksentris. Pada pengamatan amilum tepung

maizena buatan pabrik, didapatkan tipe amilum eksentris. Apa yg bedakan

hasilta sama kesimpulan?

V.2. Saran

Setelah melakukan praktikum ini, saya memberi saran sebaiknya,

terdapat kipas angin di dalam laboratorium dan pembaharuan terhadap

alat penunjang praktikum seperti kursi. Saran untuk praktikum ini,

sebaiknya alat yang akan digunakan seperti mikroskop, dipastikan masih

dalam kondisi baik. Sedangkan untuk asisten penanggung jawab,

sebaiknya lebih tegas lagi.


DAFTAR PUSTAKA

1. Muhaimiah. Pengaruh Variasi Kadar Amilum Manihot sebagai

Bahan Pengikat terhadap Sifat Fisik Tablet Hisap Ekstrak Daun

Sirih (Piper betle L.). Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta. 2009

2. Fitriningrum R, Sugiyarto, Susilowati A. Analisis Kandungan

Karbohidrat Pada Berbagai Tingkat Kematangan Buah Karika

(Carica pubescens) di Kejajar dan Sembungan, Dataran Tinggi

Dieng, Jawa Tengah. Surakarta: Jurnal Bioteknologi. 2013: 10(1);

6-14.

3. Niken A, Adeprisntian D. Isolasi Amilosa dan Amilopektin dari Pati

Kentang. Semarang: Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2013;

2(3); 57-62.

4. Sumasono, Samiyarsih S. Strukrur Morfologi Tumbuhan dan

Struktur Sel. Makassar : Universitas Terbuka

5. Suriaman E. Potensi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang

(Solanum tuberosum) dalam Memfiksasi N2 di Udara dan

Menghasilkan Hormon IAA (Indole Acetid Acid) secara In Vitro.

Malang: Universitas Islam Negeri Malang. 2010


6. Purnobasuki H. Inklusi Sel. Surabaya: Universitas Airlangga. 2011.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

Pembuatan amilum

Kentang

- Dipotong bentuk dadu

Kentang
berbentuk dadu

- Dihaluskan

Kentang halus

- Disaring
Air hasil saringan
kentang

- diendapkan

- endapan dipisahkan dari airnya

Endapan

- dikeringkan
Amilum kentang
skema kerja pengamatan amilum

Sampel

- Diletakkan diatas deck glass


- Tambahkan 1 tetes aquadest
- Ditutup dengan object glass
- Diamati

Hasil pengamatan
bentuk amilum

Anda mungkin juga menyukai