Anda di halaman 1dari 3

PENINGKATAN PERAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

(UMKM) BERORIENTASI EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN


PEREKONOMIAN NASIONAL

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sangat penting dan


strategis dalam mengantisipasi perekonomian ke depan terutama dalam
memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian nasional
seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik,
yang imbasnya berdampak pada kegiatan–kegiatan usaha besar yang semakin
terpuruk, sementara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi relatif
masih dapat mempertahankan kegiatan usahanya (Soeharto. Ekonomi Rakyat, hal
77). Terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang memandang
pentingnya keberadaan UMKM, yaitu pertama karena kinerja UMKM cenderung
lebih baik dalam hal melahirkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian
dari dinamikanya, UMKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui
investasi dan perubahan teknologi. Ketiga, karena sering diyakini bahwa UMKM
memiliki keunggulan bila dibandingkan unit usaha korporasi.

Menurut data Kementerian Koperasi dan UMKM, pada tahun 2015 jumlah
UMKM di Indonesia mencapai 60,7 juta unit dan sebagian besar merupakan usaha
kecil berskala mikro (98,73 persen). Kontribusi UMKM terhadap perekonomian
juga dapat dilihat melalui kontribusinya terhadap Produk Domesti Bruto (PDB)
Indonesia. Pada periode 2009-2013, kontribusi UMKM mencapai 57,6 persen
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,7 persen. Berdasarkan sektor, kontribusi
UMKM terhadap PDB terbesar terdapat dalam sektor perdagangan, pertanian, dan
industri pengolahan.

Meski UMKM memberikan kontribusi PDB yang cukup besar, namun


dalam hal ekspor kontribusinya relatif kecil. Hal itu antara lain karena jumlah
UMKM yang berorientasi ekspor sangat sedikit, atau hanya 5.000 pelaku saja
dibanding total jumlah UMKM yang mencapai 60 juta. Sehingga pada 2015 nilai
ekspornya pun relatif kecil, hanya 23 miliar dolar AS dibanding ekspor non migas
yang mencapai 145,5 miliar dolar AS, atau hanya sekitar 16 persen saja. Kendala
UMKM untuk melakukan ekspor sangatlah banyak, mulai dari teknis ekspor,
kualitas dan kuantitas produk, aspek manajemen sampai problematika pemasaran.

Menurut Ketua Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia


(Akumindo) M Ikhsan Ingratubun, yang dikutip dalam bisnis.com, mengatakan
para pelaku usaha UMKM masih menemui beberapa kesulitan dalam mengakses
pasar internasional. Salah satunya menyangkut perizinan ekspor. Selama ini proses
perizinan untuk wirausaha terlampau banyak berbelit. Pengusaha antara lain harus
memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) untuk tempat usaha, membuat surat izin
usaha perdagangan (SIUP), memiliki izin industri, dan lain-lain. Mereka juga harus
mengurus perizinan mulai dari ke Kementerian Hukum dan HAM, kecamatan,
kelurahan, bahkan ke tingkat RT/RW. Maka dari itu, Pemerintah akan
menyederhanakan perizinan usaha untuk mengembangkan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) nasional. Nantinya, calon wirausahawan cukup memiliki satu
lembar perizinan untuk dapat memulai usahanya.

Permasalahan tentang kualitas dan kuantitas produk terkait dengan masalah


finansial. Masalah finansial yang dihadapi UMKM diakibatkan kurang atau tidak
adanya akses kepada bank dan lembaga keuangan formal lainnya. Arianto, 2009
(dalam warta KUKM 2016), menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan
masalah ini, seperti UMKM dipandang kurang kredibel oleh perbankan; beberapa
dari UMKM sebenarnya layak kredit namun tidak mendapat akses oleh Bank;
terjadi informasi yang asimetris antara pihak bank dengan lembaga keungan formal
lainnya; serta keterbatasan jangkauan jasa perbankan.

Terkait dengan menciptakan kemudahan sistem pemasaran produk ekspor


UMKM maka diperlukan pelatihan digital kepada pelaku bisnis. Sebab,
perdagangan digital (e-commerce) bisa memberikan banyak keuntungan bagi
pelaku UMKM khususnya yang berorientasi ekspor. Pelaku UMKM bisa menekan
biaya dan waktu karena tak perlu bertemu secara person-to-person dengan calon
pembeli. Sistem pembayaran pun juga bisa dilakukan melalui transaksi digital.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut diharapkan pelaku UMKM semakin
berminat untuk melakukan perdagangan ekspor yang nantinya akan menambah
kontribusi terhadap PDB sehingga pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan
pemerintah sebesar 5,4 persen di tahun 2018 dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai