Kulit kelinci mempunyai luas antara 1,5 sampai dengan 2,5 feet persegi
jadi termasuk ukuran kecil sehingga penyamakannya bisa dilakukan dengan
tangan maupun drum penyamakan dengan ukuran kecil (diameter drum 80−100
cm) dan bisa dilakukan di pedesaan. Kulit kelinci biasanya disamak bersama
bulunya (fur) tetapi kulit kelinci yang bulunya rontok masih bisa digunakan untuk
barang kulit lainnya misalnya untuk kulit jaket, sarung tangan, maupun untuk
atasan sepatu. Untuk mendapatkan kulit yang baik maka perlu dilakukan
pengawetan yang baik. Pengawetan biasa dilakukan dengan sinar matahari,
diagram atau dengan asap cair. Untuk menghilangkan bulunya dapat
menggunakan kapur atau enzim exolite dari BPPT, disamping untuk membuang
bulu biasa pula dipergunakan pada waktu perendaman dan bating, dengan hasil
kulit yang memenuhi SNI dan limbahnya tidak berbau. Pada proses bating dapat
menggunakan Ragi tempe (Rhizopus sp) papain atau nanas, dengan cara
penyesuaian pH dan aktifitas enzimnya. Penyamakan agar lebih murah dapat
menggunakan reduce krom buatan Magetan atau dengan mimosa sebagai bahan
penyamakan nabati. Sedangkan untuk kelemasan kulit dapat menggunakan
minyak kelapa atau kuning telur. Dengan alat yang sederhana dan bahan yang
mudah diperoleh di pedesaan penyamakan kulit kelinci ini dapat dikembangkan
sebagai bahan kerajinan kulit dan sepatu dalam rangka menunjang agribisnis
ternak kelinci.