Anda di halaman 1dari 2

2.

Proses Penyamakan Kulit Kelinci

Proses penyamakan kulit kelinci dengan teknologi tepat guna Pengertian


tepat guna adalah teknologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis,
layak teknis, aman dipakai, afektif, layak ekonomis, adanya dukungan
pembiayaan, diterima sesuai dengan lingkungan masyarakat clan menghasilkan
produk yang memenuhi persyaratan kualitas yang diminta kosumen. Teknologi
tepat guna pasca-penyamakan kulit kelinci ini menggunakan peralatan yang
mudah dapat diperoleh dengan teknologi yang sederhana antara lain ember atau
drum penyamakan dengan ukuran kecil, serta hasilnya bisa memenuhi
persyaratan. Selain alat, bahan yang dipergunakan mudah diperoleh di pedesaan
dan tidak berbahaya bagi lingkungan misalnya garam, asap cair, papain, nanas,
minyak kelapa, telor, dll. Proses penyamakan kulit sendiri mempunyai arti yaitu
mengubah kulit mentah menjadi kulit tersamak yang stabil. Kulit kelinci dapat
dipergunakan menjadi beberapa macam barang kulit, baik kulit bulunya maupun
kulit jaket, kulit untuk atasan sepatu atau untuk barang kulit lainnya. Kulit kelinci
sebelum disamak perlu diawetkan terlebih dahulu, pengawetan dapat dilakukan
dengan cara digarami, dikeringkan atau dengan menggunakan asap cair. Tahapan
proses dengan teknologi tepat guna adalah sebagai berikut: Cara pengawetan kulit
kelinci Pada prinsipnya pengawetan kulit kelinci seperti kulit lainnya yaitu dengan
dikeringkan maupun digaram. Untuk kulit kelinci yang akan disamak bulu (fur)
sebaiknya diawet dengan garam karena akan mengurangi kerontokan bulunya.
Untuk kulit kelinci yang bulunya banyak yang rontok masih bisa dimanfaatkan
yaitu disamak menjadi kulit kulit glace. Kulit glace adalah kulit ternak kecil yang
disamak chrome dan umumnya digunakan untuk atasan sepatu wanita bagian atas.
Mengingat bahwa kulit kelinci kecil atau tidak luas maka masih memungkinkan
untuk dijadikan bahan untuk membuat sepatu bagian atas.
Kesimpulan

Kulit kelinci mempunyai luas antara 1,5 sampai dengan 2,5 feet persegi
jadi termasuk ukuran kecil sehingga penyamakannya bisa dilakukan dengan
tangan maupun drum penyamakan dengan ukuran kecil (diameter drum 80−100
cm) dan bisa dilakukan di pedesaan. Kulit kelinci biasanya disamak bersama
bulunya (fur) tetapi kulit kelinci yang bulunya rontok masih bisa digunakan untuk
barang kulit lainnya misalnya untuk kulit jaket, sarung tangan, maupun untuk
atasan sepatu. Untuk mendapatkan kulit yang baik maka perlu dilakukan
pengawetan yang baik. Pengawetan biasa dilakukan dengan sinar matahari,
diagram atau dengan asap cair. Untuk menghilangkan bulunya dapat
menggunakan kapur atau enzim exolite dari BPPT, disamping untuk membuang
bulu biasa pula dipergunakan pada waktu perendaman dan bating, dengan hasil
kulit yang memenuhi SNI dan limbahnya tidak berbau. Pada proses bating dapat
menggunakan Ragi tempe (Rhizopus sp) papain atau nanas, dengan cara
penyesuaian pH dan aktifitas enzimnya. Penyamakan agar lebih murah dapat
menggunakan reduce krom buatan Magetan atau dengan mimosa sebagai bahan
penyamakan nabati. Sedangkan untuk kelemasan kulit dapat menggunakan
minyak kelapa atau kuning telur. Dengan alat yang sederhana dan bahan yang
mudah diperoleh di pedesaan penyamakan kulit kelinci ini dapat dikembangkan
sebagai bahan kerajinan kulit dan sepatu dalam rangka menunjang agribisnis
ternak kelinci.

Anda mungkin juga menyukai