Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS JURNAL

pengaruh terapi murottal Al’Quran terhadap nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran DIRUANG ICU.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ruang perawatan ICU merupakan sebuah unit pelayanan yang dikhususkan

kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang membutuhkan pelayanan,

pengobatan, dan observasi secara ketat (Kemenkes, 2010).

Pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah pasien dalam

keadaan terancam jiwanya karena kegagalan satu atau multipel organ yang disertai

gangguan hemodinamik dan masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali

melalui perawatan, pemantauan dan pengobatan intensif (Setiyawan, 2016).

Pemantauan hemodinamik sangat penting karena dapat digunakan untuk mengenali

syok sedini mungkin pada pasien kritis (Jevon, 2009). Pasien Kritis dengan masa

rawat yang lama akan menimbulkan banyak masalah kesehatan yang mucul salah

satunya gangguan kesadaran (Ainnur, 2016).

Tingkat kesadaran sendiri merupakan salah satu indikator kegawatan dan

prognosis pada berbagai macam penyakit. Pada keadaan kritis pasien mengalami

perubahan psikologis dan fisiologis, oleh karena itu peran perawat kritis merupakan

posisi sentral untuk memahami semua perubahan yang terjadi pada pasien,

mengidentifikasi masalah keperawatan dan tindakan yang akan diberikan pada

pasien. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan gangguan kesadaran

antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu gangguan pernafasan, kerusakan

1
mobilitas fisik, gangguan hidrasi, gangguan aktifitas menelan, kemampuan

berkomunikasi, gangguan eliminasi (Hudak & Gallo, 2002). Pengkajian tingkat

kesadaran secara kuantitatif yang biasa digunakan pada kondisi emergensi atau kritis

sebagian besar menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).

Pasien coma pada umumnya akan mengalami penurunan kesadaran, namun

tidak menutup kemungkinan beberapa pancainderanya akan tetap berfungsi. Pasien

koma atau tidak sadar masih tetap bisa merasakan stimulus berupa sentuhan, bahkan

pendengaran pada pasien koma masih tetap berfungsi. Tidak sedikit pasien koma

yang kembali sadar masih bisa mengingat pengalamannya ketika koma. Memori yang

masih diingatnya ketika koma sebagian besar berasal dari indera pendengarannya.

Suara merupakan sesuatu yang paling mudah diterima oleh pasien yang mengalami

penurunan kesadaran (Rihiantoro,et,all,.2008), karena fungsi pendengaran pada

pasien koma tidak akan terganggu kecuali jika ada keterbatasan dalam

pendengarannya.

Metode yang dapat dilakukan untuk menangani pasien yang mengalami

penurunan kesadaran diantaranya farmakologi dan non farmkologi. Tindakan dengan

penanganan non farmakologi salah satunya terapi murottal Al’Quran yang

diharapkan dapat berpengaruh pada nilai GCS (glasgow coma scale) pada pasien

yang mengalami penurunan kesadaran.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh terapi murottal Al’Quran terhadap nilai GCS

(Glasgow Coma Scale) pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran.

2
1.3 manfaat

1.3.1 manfaat praktis

Menambah ilmu pengetahuan perawat tentang terapi murotal Al-Qur’an

1.3.2 manfaat teoritis

Jurnal ini dapat dijadikan referensi dalam pemberian intervensi keperawatan kritis.

3
BAB II

METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 metode pencarian

Analisis jurnal ini menggunakan 2 metode pencarian yaitu:

1. Ebsco : http://search.ebscohot.com

2. Google scholar : https://scholar.google.com

2.2 konsep dan tinjauan teoritis

A. Penurunan kesadaran

1) Definisi

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti

tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan

respons yang normal terhadap stimulus.Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan

sebagai keadaan dimana seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun

lingkungannya (Padmosantjojo, 2000 ).

Ketidaksadaran adalah kondisi dimana fungsi serebral terdepresi, direntang dari

stupor samapi koma ( Brunner dan Suddarth, 2001)

Koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respons dalam bentuk yang

berat, kondisinya seperti tidur yang dalam dimana pasien tidak dapat bangun dari

tidurnya (Aru W. Sudoyo,dkk, 2007).

Dalam menilai penurunan kesadaran menurut (Robert priharjo, 2006) dikenal

beberapa istilah yaitu:

4
1. Kompos mentis

Kompos mentis adalah sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang

sekelilingnya.

2. Apati

Apati adalah keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,

sikapnya acuh tak acuh.

3. Somnolen

Somnolen adalah keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan

rangsang nyeri, tetapi tidur lagi.

4. Delirium

Delirium adalah keadaan kacau motorik yang sangat memberontak, berteriak-teriak

dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat, waktu.

5. Semikoma

Kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang

nyeri.

6. Koma

Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan

rangsang apapun.

2. ETIOLOGI

Untuk memudahkan mengingat danmenelusuri kemungkinan-kemungkinan penyebab

penurunan kesadaran dengan istilah “SEMENITE” yaitu :

5
1. S : Sirkulasi

Meliputi stroke dan penyakit jantung. Misalnya Syok (shok) adalah kondisi medis

tubuh yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh kegagalan sistem sirkulasi darah

dalam mempertahankan suplai darah yang memadai. Berkurangnya suplay darah

mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen kejaringan tubuh. Jika tidak teratasi

maka dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ penting yang dapat mengakibatkan

kematian. Kegagalan sirkulasi dapat disebabkan oleh kegagalan jantung memompa

darah, terjadi pada serangan jantung.

2. E: Ensefalitis

Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik/sepsis yang mungkin

melatar belakangi atau muncul secara bersamaan

3. M : Metabolik

Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum

Gejala-gejala yang timbul akibat hipoglikemia terdiri atas 2 fase. Fase 1 yaitu gejala-

gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga

dilepaskannya hormon efinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat,

tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual. gejala ini timbul bila kadar glukosa darah

turun sampai 50% mg. Sedangkan Fase 2 yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai

terjadinya gangguan fungsi otak , karena itu dinamakan juga gejala neurologi.

Gejalanya berupa pusing, pandang kabur, ketajam mental menurun, hilangnya

keterampilan motorik halus, penurunan kesadaran, kejang-kejang dan koma.gejala

neurologi biasanya muncul jika kadar glukosa darah turun mendekati 20% mg. Pada

pasien ini menurut gejalanya telah memasuki fase 2 karena telah terjadi gangguan

6
neurologik berupa penurunan kesadaran, pusing, dan penurunan kadar glukosa

plasma mendekati 20 mg%.dan menurut stadiumnya pasien telah mengalami stadium

gangguan otak karena terdapat gangguan kesadaran.

Pada pasien DM yang mendapat insulin atau sulfonilurea diagnosis

hipoglikemia dapat ditegakan bila didapatkan gejala-gejala tersebut diatas. Keadaan

tersebut dapat dikonfirmasikan dengan pemeriksaan glukosa darah. Bila gejalanya

meragukan sebaiknya ambil dulu darahnya untuk pemeriksaan glukosa darah. Bila

dengan pemberian suntik bolus dekstrosa pasien yang semula tidak sadar kemudian

menjadi sadar maka dapat dipastiakan koma hipogikemia.sebagai dasar diagnosis

dapat digunakan trias whipple, yaitu gejala yang konsisten dengan hipoglikemia,

kadar glukosa plasma rendah, gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat

Prognosis dari hipoglikemia jarang hingga menyebabkan kematian. Kematian dapat

terjadi karena keterlambatan mendapatkan pengobatan, terlalu lama dalam keadaan

koma sehingga terjadi kerusakan jaringan otak.

4. E : Elektrolit

Misalnya diare dan muntah yang berlebihan. Diare akut karena infeksi dapat

disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau

kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi

yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan

hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut.

Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata

cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta

suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang

7
isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam

karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat

pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan

Kussmaul). Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat

berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah

menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan

kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat

timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal

menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan

timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal

akut.

5. N : Neoplasma

Tumor otak baik primer maupun metastasis, Muntah : gejala muntah terdapat

pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada

tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tak disertai dengan

mual. Kejang : bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada

25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab

bangkitan kejang adalah tumor otak. Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak

di korteks, 50% pasien dengan astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25%

pada glioblastoma. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK) : berupa keluhan nyeri

kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari,

muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil

udem.

8
6. I : Intoksikasi

Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara

menyeluruhmisalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh

gangguan ARAS di batangotak, terhadap formasio retikularis di thalamus,

hipotalamus maupun mesensefalon Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi

menjadi dua, yakni gangguan derajat(kuantitas, arousal wake f ulness) kesadaran dan

gangguan isi (kualitas, awareness alertness kesadaran). Adanya lesi yang dapat

mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakahlesi supratentorial,

subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran. Intoksikasi

berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaran,

Menentukan kelainan neurologi perlu untuk evaluasi dan manajemen penderita. Pada

penderita dengan penurunan kesadaran, dapat ditentukan apakah akibat kelainan

struktur, toksik atau metabolik. Pada koma akibat gangguan struktur mempengaruhi

fungsi ARAS (Arcending Reticular Activating System) langsung atau tidak langsung.

ARAS merupakan kumpulan neuron polisinaptik yang terletak pada pusat medulla,

pons dan mesensefalon, sedangkan penurunan kesadaran karena kelainan metabolik

terjadi karena memengaruhi energi neuronal atau terputusnya aktivitas membran

neuronal atau multifaktor. Diagnosis banding dapat ditentukan melalui pemeriksaan

pernafasan, pergerakan spontan, evaluasisaraf kranial dan respons motorik terhadap

stimuli.

7. T : Trauma

Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,

perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada. Cedera pada dada dapat

9
mengurangi oksigenasi dan ventilasi walaupun terdapat airway yang paten. Dada

pasien harus dalam keadaan terbuka sama sekali untuk memastikan ada ventilasi

cukup dan simetrik. Batang tenggorok (trachea) harus diperiksa dengan melakukan

rabaan untuk mengetahui adanya perbedaan dan jika terdapat emphysema dibawah

kulit. Lima kondisi yang mengancam jiwa secara sistematik harus diidentifikasi atau

ditiadakan (masing-masing akan didiskusikan secara rinci di Unit 6 - Trauma) adalah

tensi pneumothorax, pneumothorax terbuka, massive haemothorax, flail segment dan

cardiac tamponade. Tensi pneumothorax diturunkan dengan memasukkan suatu

kateter dengan ukuran 14 untuk mengetahui cairan atau obat yang dimasukkan

kedalam urat darah halus melalui jarum melalui ruang kedua yang berada diantara

tulang iga pada baris mid-clavicular dibagian yang terkena pengaruh. Jarum

pengurang tekanan udara dan/atau menutupi luka yang terhisap dapat memberi

stabilisasi terhadap pasien untuk sementara waktu hingga memungkinkan untuk

melakukan intervensi yang lebih pasti. Jumlah resusitasi diperlukan untuk suatu

jumlah haemothorax yang lebih besar, tetapi kemungkinannya lebih tepat jika

intervensi bedah dilakukan lebih awal, jika hal tersebut sekunder terhadap penetrating

trauma (lihat dibawah). Jika personalia dibatasi melakukan chest tube thoracostomy

dapat ditunda, tetapi jika pemasukkan tidak menyebabkan penundaan transportasi ke

perawatan yang definitif, lebih disarankan agar hal tersebut diselesaikan sebelum

metransportasi pasien.

8. E : Epilepsi

Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan

penurunan kesadaran.

10
3. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :Penurunan

kesadaran secara kwalitatif, GCS kurang dari 13, Sakit kepala hebat, Muntah

proyektil, Papil edema, Asimetris pupil, Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau

negative, Demam, Gelisah, Kejang, Retensi lendir / sputum di tenggorokan, Retensi

atau inkontinensia urin, Hipertensi atau hipotensi,Takikardi atau bradikardi, Takipnu

atau dispnea, Edema lokal atau anasarka,Sianosis, pucat dan sebagainya.

4. Cara Penilaian Kesadaran

Penilaian statis kesadaran ada 2 yaitu penilaian secara kualitatif dan penilaian secara kuantita-tif.

a. Secara Kualitatif

Penilaian kesadaran secara kualitatif antara lain :

1. Komposmentis (score 14 –15)Yaitu anak mengalami kesadaran penuh dengan memberikan

respons yang cukupterhadap stimulus yang diberikan.

2. Apatis Yaitu anak mengalami acuh tak acuh terhadap kesadaran sekitanya.

3. Sumnolen (score 11 – 13) Yaitu anak memiliki kesadaran yang lebih rendah ditandai dengan anak

tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsit, terhadap rangsangan ringan danmasih

memberikan respons terhadap rangsangan yang kuat.

4. Supor (score 8 –10 )Yaitu anak tidak memberikan respons ringan maupun sedang, tetapi

masihmemberikan respons sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya refleks pupil

terhadap cahaya yang masih positif.

5. DeliriumYaitu tingkat kesadaran yang paling bawah ditandai dengan disorientasi yang sangat iriatif,

kacau dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik.

11
6. Koma (score < 5) Yaitu anak tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun

sehingga refleks pupil terhadap cahaya tidak ada.

b. Secara Kuantitatif

Penilaian kesadaran secara kuantitatif dapat diukur melalui penilaian skala koma (Glasgow

coma scale) yang dinyatakan dengan nilai koma dibawah 10, adapun penilaian sebagai berikut

:Penilaian pada Glasgow Coma Scale

1. Respon motorik

Nillai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana seperti : mengangkat tangan,

menunjukkan jumlah jari-jari dari angka-angka yang disebutkan oleh pemeriksa,

melepaskan gangguan.

Nilai 5 : Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan seperti

tekanan pada sternum, cubitan pada M. Trapezius

Nilai 4 : Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan , tapi tidak mampu

menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan tangannya.

Nilai 3 : fleksi abnormal Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi

pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decorticate

rigidity ).

Nilai 2 : ekstensi abnormal. Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah,

fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri

( decerebrate rigidity )

Nilai 1 : Sama sekali tidak ada respon

Catatan : - Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat

- Tidak ada trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negative

12
2. Respon verbal atau bicara

Respon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun). Pemeriksaan ini

tidak berlaku bila pasien : Dispasia atau apasia, Mengalami trauma mulut, Dipasang

intubasi trakhea (ETT)

Nilai 5 : pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara . orientasi waktu,

tempat , orang, siapa dirinya , berada dimana, tanggal hari.

Nilai 4 : pasien “confuse” atau tidak orientasi penuh

Nilai 3 : bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi tidak

menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan

Nilai 2 : bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya (“ngrenyem”),

suara-suara tidak dapat dikenali makna katanya

Nilai 1 : tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri

3. Respon membukanya mata :

Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua matanya

Catatan:Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata.

Nilai 4 : Mata membuka spontan misalnya sesudah disentuh

Nilai 3 : Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil nama atau

diperintahkan membuka mata

Nilai 2 : Mata membuka bila dirangsang kuat atau nyeri

Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri (Musrifatul, 2006).

13
B. TERAPI MUROTTAL ALQURAN

1. Definisi murottal

Murottal adalah rekaman suara AL-qu’ran yang dilagukan oleh seorang qori (Pembaca Al-

qur’an). Murottal juga dapat diartikan sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an yang dilagukan

oleh seorang qori (Pembaca Al-qur’an), direkam dan diperdengarkan dengan tempo yang lambat

serta harmonis (Siswantinah, 2011).

Murottal merupakan salah satu music yang memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya.

Mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibacakan secara tartil dan benar, akan mendatangkan

ketenangan jiwa. Lantunan ayat-ayat Al-qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia yang

merupakan instrument penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat

menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormone endorphin alami, meningkatkan

perasaan rileks, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Widayarti,

2011).

2. Mekanisme murottal Al-qur’an sebagai terapi

Setelah lisan kita membaca Al-qur’an atau mendengarkan bacaan Al-qur’an impuls atau

rangsangan suara akan diterima oleh daun telinga pembaca kemudian telinga akan memulai proses

mendengarkan. Secara fisiologis pendengaran merupakan proses dimana telinga menerima

gelombang suara, membedakan frekuensi dan mengirim sumber bunyi atau getaran udara akan

diterima oleh telinga. Getaran tersebut diubah menjadi impuls mekanik di telinga tengah dan diubah

menjadi impuls elektrik ditelinga dalam dan diteruskan melalui saraf pendengaran menuju ke

korteks pendengaran di otak.

14
3. Pengaruh terapi murottal Al-qur’an

Batang otak menggunakan masukan auditorik untuk keadaan terjaga dan

bangun dan nucleus genikuatum medialis thalamus untuk menyortir serta

menyalurkan sinyal ke korteks terutama temporalis kiri dan kanan karena serat-serat

saraf auditorik bersilangan secara parsial di batang otak, karena itu gangguan di jalur

pedengaran di satu sisi setelah batang otak sama sekali tidak mempengaruhi

pendengaran di kedua telinga. Korteks pendengaran primer (lobus temporalis) akan

mempersepsikan suara-suara deskret, sementara korteks pendengaran yang lebih

tinggi mengitegrasikan berbagai suara menjadi pola yang koheren dan berarti.

Mekanisme ini memungkinkan stimulasi sensori mencapai batang otak dan korteks

untuk diaktivasi meskipun batang otak dan korteks mengalami cedera dan kerusakan

atau dengan klinis terjadinya penurunan kesadaran (Sherwood, 2011).

Terapi murottal alquran sama dengan terapi music karena bacaan Alquran

dengan murottal merupakan bacaan dengan irama yang teratur, tidak ada perubahan

yang mencolok, nada rendah dan tempo antara 60-70, sesuai dengan standar musik

sebagai terapi tetapi bacaan Alquran memiliki nilai spiritual yang jauh lebih besar

daripada terapi musik. Dimana rangsangan musik dapat membuka pintu komponen

emosional untuk kesadaran pasien yang tidak bisa melakukan komunikasi verbal dan

jatuh dalam kondisi koma, stimulus musik akan memberikan pesan kehipotalamus

yang selanjutnya mengurangi sekresi neuropeptida kemudian dilanjutkan ke sistem

saraf otonom, berkurangnya sekresi neuropeptida menyebabkan sistem saraf

parasimpatis pengaruhnya berada di sistem syaraf simpatis sehingga menghasilkan

suatu kondisi rileks, keadaan ini juga dapat menyebabkan penurunan pelepasan

15
ketokolamin oleh medulla adrenal sehingga terjadi penurunan frekuensi denyut

jantung, tekanan darah, hambatan pembuluuh darah dan konsumsi oksigen oleh tubuh

(Keafsey, 1997).

16
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Author Judul Metode Hasil Source

Mansouri et An A Randomized Hasil penelitian ini Ebscho


al, Investigation clinical Trial: menunjukkan bahwa
/2017/Iran into the Effect mendengarkan ayat-
of Listening to ayat Alquran efektif
the Voice of the dalam mengurangi
Holy Quran on tanda-tanda vital dan
Vital Signs and meningkatkan tingkat
Consciousness kesadaran pada pasien
Level of yang dianestesi di unit
Patients perawatan intensif
Admitted to the (ICU)
ICU Wards of
Zabol Penelitian ini adalah
University of uji klinis. 30 subjek
Medical dipilih melalui metode
Sciences sampling acak. Selama
Hospitals 10 hari berturut-turut,
surah yusuf dimainkan
melalui headphone
selama 15 menit setiap
hari, dan kemudian
parameter fisiologis,
termasuk tekanan
darah sistolik dan
diastolik, respirasi,
nadi, dan tingkat
kesadaran dicatat oleh
indeks fisiologis
dalam dua putaran,
Giliran pertama adalah
5 menit sebelum
memainkan suara
Quran dan yang kedua
segera diukur setelah
selesainya siaran Al-
Quran Suci.

17
Mansouri et Investigating Aid A purposive Penelitian ini adalah
al, Effect of Holy sampling uji klinis dari
/2017/Iran Quran Sound on method clinical kelompok pra dan
Blood Pressure, Trial: pasca di mana 30
Pulse, pasien dirawat di unit
Respiration and
perawatan intensif
O2 Sat in ICU
Patients (ICU) di rumah sakit
Zabol.Selama 10 hari
berturut-turut, Surah
Yousuf bersama
Minshawi Tarteel
disiarkan untuk subjek
setiap hari selama 15
menit melalui
headphone melalui
pemutar mp3.
Kemudian indeks
fisiologis diukur dua
kali sebelum dan
sesudah intervensi
Safri dkk Murottal Al- Purposive Sampel 15 pasien Google scholar
/2015/ Qur`An Dapat sampling stroke hemoragik
Indonesia Meningkatkan diambil secara
Jawa Barat Kesadaran consecutive sampling,
Pasien Stroke stimulasi murotal Al-
Hemoragik Quran dengan durasi
30 menit selama 5 hari
berturut-turut.
Penelitian ini
dilakukan selama 7
hari, penilaian tingkat
kesadaran dilakukan di
hari pertama dan
dievaluasi pada hari
ketujuh. Intervensi
dilakukan mulai hari
kedua sampai hari
keenam perawatan.
Terbukti bahwa
stimulasi Murottal Al-
Qur`an dapat
meningkatkan nilai
kesadaran.

18
Yana et al, efektivitas purposive Sampel dalam
2015/ terapi murottal sampling. penelitian ini adalah
Indonesia al-qur’an 30 ibu bersalin kala I
Jogjakarta terhadap memenuhi kriteria
intensitas nyeri inklusi. Intervensi
persalinan kala yang diberikan adalah
I fase aktif responden diminta
untuk mendengarkan
murotal Al-Qur’an
selama 15 menit yang
terdiri dari bacaan
surat Al-Fatihah
selama 1 menit, surat
Ar-Rahman selama 12
menit, surat Al-Ikhlas,
Al-Falaq, dan An-
Naas selama 2 menit.
Bacaan surat tersebut
dibacakan oleh
Mishary Rasyid Al-
Afasi seorang imam
masjid Al-Kabir di
Kuwait. Murotal Al-
Qur’an didengarkan
melalui headset yang
dihubungkan dengan
MP3, dan hasilnya
terapi murottal Al-
Qur’an terbukti dapat
menurunkan intensitas
nyeri persalinan kala I
fase aktif

3.2 Pembahasan

a. Artikel ini dipublikasikan oleh Middle East Journal of Family Medicine, peneliti

Mansouri et al (2017) berasal dari Iran, penelitian ini bertujuan untuk melihat Efek

Mendengarkan Suara Al-Quran Suci pada Tanda Vital dan Tingkat Kesadaran Pasien.

Penelitian ini adalah uji klinis dimana 30 orang dari komunitas penelitian dipilih

19
dengan metode sampling acak dan menggunakan rumus ukuran sampel. Selama 10

hari berturut-turut, Surah Yusuf dimainkan dengan ritme berayun selama 15 menit,

setiap hari melalui headphone MP3, kemudian parameter fisiologis, termasuk tekanan

darah sistolik dan diastolik, respirasi, nadi, dan tingkat kesadaran dicatat oleh indeks

fisiologis dalam dua putaran. Giliran pertama adalah 5 menit sebelum memainkan

suara Qu’ran dan yang kedua segera diukur setelah selesainya siaran Al-Quran Suci.

Data dikumpulkan dengan kuesioner terkait informasi demografi dan kuesioner

penyakit, formulir pendaftaran indeks fisiologis, koma Glasgow dan alat

biofisiologis. Kuesioner terkait informasi demografi termasuk pertanyaan tentang

informasi pribadi pasien, sejarah membaca, mendengarkan Al-Quran, dan informasi

tentang penyakit. Alat biofisiologi termasuk barometer merkuri, stetoskop dan

kronometer.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara

nilai rata-rata tanda-tanda vital sebelum dan sesudah intervensi, dan perbedaan ini

bermakna secara statistik (P <0,0001) sehingga berarti tekanan darah sistolik dan

diastolik, denyut jantung dan laju pernapasan menurun setelah intervensi, dan nilai-

nilai GCS meningkat setelah intervensi.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan terapi murottal Al-qur’an dengan

mendengarkan ayat-ayat Alquran efektif dalam mengurangi tanda-tanda vital dan

meningkatkan tingkat kesadaran. Hal ini menurut penelitian tersebut Quran pada

dasarnya efektif dalam mengobati orang dengan berbagai kondisi medis. Karena

manusia memiliki holisme dengan dimensi fisik, spiritual dan supersensible, dan

20
dimensi-dimensi ini tidak dapat dipisahkan, setiap intervensi dalam satu dimensi akan

mempengaruhi dimensi lain, dengan mendengar ayat-ayat Alquran, mereka santai,

dan ini karena efek fisiologis dari Al-Quran pada sistem saraf mereka, karena sistem

saraf manusia telah terbukti merespon secara positif terhadap rangsangan audio.

b. Artikel ini yang dipublikasikan oleh Internatinal Journal of scientific Study tahun

2017 Peneliti Sabouri et al, melakukan penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki

efek suara Al-Qur'an pada tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan saturasi O2 pada

pasien ICU di kota Zabol. Penelitian ini adalah uji klinis dari kelompok pra dan pasca

di mana 30 pasien dirawat di unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit Zabol

dipilih dengan metode purposive sampling. Alat pengumpulan data termasuk

kuesioner demografi yang terkait dengan penyakit, formulir pendaftaran indeks

fisiologis, Glasgow Coma Scale, dan alat fisiologis. Dalam artikel tersebut Selama 10

hari berturut-turut, Surah Yusuf bersama Minshawi Tarteel diperdengarkan pada

setiap subjek setiap hari selama 15 menit melalui headphone pemutar mp3. Kemudian

indeks fisiologis diukur dua kali sebelum dan sesudah intervensi. Data dianalisis

menggunakan deskriptif dan inferensial.

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan antara nilai rata-rata

dari tanda vital sebelum dan sesudah intervensi, terdapat perbedaan yang signifikan

secara statistik (0,0001> P). Jadi itu nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan

diastolik, jantung denyut nadi, dan tingkat pernapasan menurun setelah intervensi,

tetapi nilai saturasi O2 meningkat setelah intervensi dibandingkan sebelum intervensi,

21
yang artinya ada perbedaan secara statistik yang signifikan (0,0001 <p) menunjukkan

perbedaan.

c. Penelitian oleh Safri et al (2015) di Rumah sakit Sakit Bunda Depok Jawa Barat

Sampel 15 pasien stroke hemoragik diambil secara consecutive sampling dengan

menggunakan desain quasi experiment dengan rancangan experiment pre test and

post test non equivalent control group. Responden mendapatkan stimulasi murotal

Al-Quran dengan durasi 30 menit selama 5 hari berturut-turut. Penelitian ini

dilakukan selama 7 hari, penilaian tingkat kesadaran dilakukan di hari pertama dan

dievaluasi pada hari ketujuh. Intervensi dilakukan mulai hari kedua sampai hari

keenam perawatan. Terbukti bahwa stimulasi Murottal Al-Qur`an dapat

meningkatkan nilai kesadaran kuantitatif yang bermakna (p = 0,000). Selain itu

diperoleh hasil perbedaan peningkatan nilai kesadaran kuantitatif yang signifikan (p =

0.046). Dengan demikian murottal Al-Qur`an direkomendasikan untuk

diperdengarkan pada pasien stroke hemoragik yang mengalami penurunan kesadaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien stroke hemoragik yang

diberikan stimulasi murottal Al-Qur`an mengalami peningkatan secara bermakna

pada penilaian hari pertama (pre test) dan penilaian hari ketujuh (post test) dengan

nilai p 0,000 (<α:0,05). Pasien stroke hemoragik yang tidak diberikan stimulasi

murottal Al-Qur`an mengalami peningkatan tidak bermakna pada penilaian hari

pertama (pre test) dan penilaian hari ketujuh (post test) dengan nilai p 0,31 (<α:0,05),

namun peningkatan nilai tingkat kesadaran dapat dilihat melalui rata-rata tingkat

22
kesadaran hari pertama (pre test) dengan nilai 11,14 dan hari ketujuh dengan nilai

rata-rata 12,14.

Data di atas menunjukkan bahwa setiap pasien stroke hemoragik baik yang

diberikan stimulasi murottal Al-Qur`an ataupun tidak diberikan akan mengalami

peningkatan nilai tingkat kesadaran, namun jika dilihat dari data selisih tingkat

kesadaran hari pertama (pre test) dan hari ketujuh (post test) pada kelompok kontrol

dan intervensi menunjukkan peningkatan yang bermakna dengan nilai p 0,046 (α

<:0,05). Jika dilihat dari mekanisme hubungan antara sistem persarafan dan hormonal

dengan adanya stimulasi musik atau gelombang suara dapat menstimulasi

pengaktifan dopamin yang secara fisiologis dopamin berperan dalam meningkatkan

kewaspadaan seseorang.

d. Penelitian oleh Yana et al: 2015 di RSUD Petala Bumi Riau, Sampel dalam

penelitian ini adalah 30 ibu bersalin kala I yang telah memenuhi kriteria inklusi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling dan

menetapkan 15 responden pada masing- masing kelompok. Alat pengumpulan data

yang digunakan untuk mengetahui perubahan tingkat nyeri pada responden,

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan penggunaan lembar observasi

untuk mengetahui karakteristik responden. Alat yang digunakan untuk mengetahui

perubahan tingkat nyeri responden adalah skala Numeric Rating Scale (NRS).

Intervensi yang diberikan adalah responden diminta untuk mendengarkan murotal Al-

Qur’an selama 15 menit yang terdiri dari bacaan surat Al-Fatihah selama 1 menit,

surat Ar-Rahman selama 12 menit, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas selama 2

23
menit. Bacaan surat tersebut dibacakan oleh Mishary Rasyid Al-Afasi seorang imam

masjid Al-Kabir di Kuwait. Murotal Al-Qur’an didengarkan melalui headset yang

dihubungkan dengan MP3.

Hasil pengukuran diperoleh mean pre test pada kelompok eksperimen adalah 7,47

setelah diberikan perlakuan terapi murottal Al-Qur’an selama 15 menit mengalami

penurunan saat post test menjadi 6,40. Sedangkan mean pre test pada kelompok

kontrol 7,07 menjadi 7,40 Pada kelompok kontrol didapatkan tidak adanya penurunan

intensitas nyeri. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi murottal Al-Qur’an

efektif dalam menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif.

Terapi bacaan Al-Qur’an terbukti mengaktifkan sel- sel tubuh dengan mengubah

getaran suara menjadi gelombang yang ditangkap oleh tubuh, menurunkan stimuli

reseptor nyeri dan otak teransang mengeluarkan analgesik opiad natural endogen

untuk memblokade nociceptor nyeri. Terapi suara juga menyebabkan pelepasan

endorphin oleh kelenjar pituitari, sehingga akan mengubah keadaan mood atau

perasaan. Keadaan psikologis yang tenang akan mempengaruhi sistem limbik dan

saraf otonom yang menimbulkan rileks, aman, dan menyenangkan sehingga

merangsang pelepasan zat kimia gamma amino butric acid, enchepalin dan beta

endorphin yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri maupun kecemasan.

24
3.3 Implikasi keperawatan

Setiap tindakan keperawatan atau intervensi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

khususnya perawat, tentunya diharapkan mampu memberikan perubahan atau penanganan

bagi kesehatan seseorang atau pasien. Khususnya bagi pasien yang mengalami penurunan

kesadaran, penanganan yang baik akan mampu memberikan dampak yang baik bagi pasien.

Salah satu penangan Non farmakologi bagi pasien yang mengalami penurunan kesadaran

yaitu bisa dilakukan terapi stimulasi mendengarkan murottal Al-Qur’an.

Adapun dampak atau implikasi keperawatan dari terapi mendengarkan murottal Al-

Qur’an yaitu Murottal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi

pendengarnya. Mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibacakan secara tartil dan benar, akan

mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat-ayat Al-qur’an secara fisik mengandung unsur

suara manusia yang merupakan instrument penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau.

Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormone endorphin alami,

meningkatkan perasaan rileks, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga dapat menurunkan

tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas

gelombang otak.

Selain itu Terapi murottal alquran sama dengan terapi musik karena bacaan

Alquran dengan murottal merupakan bacaan dengan irama yang teratur, tidak ada

perubahan yang mencolok, nada rendah dan tempo antara 60-70, sesuai dengan

standar musik sebagai terapi tetapi bacaan Alquran memiliki nilai spiritual yang jauh

lebih besar daripada terapi musik. Dimana rangsangan musik dapat membuka pintu

komponen emosional untuk kesadaran pasien yang tidak bisa melakukan komunikasi

25
verbal dan jatuh dalam kondisi koma, stimulus musik akan memberikan pesan

kehipotalamus yang selanjutnya mengurangi sekresi neuropeptida kemudian

dilanjutkan ke sistem saraf otonom, berkurangnya sekresi neuropeptida

menyebabkan sistem saraf parasimpatis pengaruhnya berada di sistem syaraf

simpatis sehingga menghasilkan suatu kondisi rileks, keadaan ini juga dapat

menyebabkan penurunan pelepasan ketokolamin oleh medulla adrenal sehingga

terjadi penurunan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, hambatan pembuluuh

darah dan konsumsi oksigen oleh tubuh. Terapi ini sangat mudah dilakukan yaitu

hanya dengan memilih ayat atau surah Al-Qur’an yang memiliki tempo lambat

kemudian diperdengarkan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran yang

diputarkan melalui Mp3 Handphone dan diperdengarkan melalui headphone.

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang bisa diperdengarkan pada pasien yang mengalami

berbagai masalah dalam kesehatan, seperti: perhatian untuk makan buah dan protein

makanan (Vagheha 20/21) dan (Taur / 22), pereda nyeri melahirkan (Maryam / 25),

intensitas rasa sakit di kulit (Nesaa / 56), pengobatan topikal penyakit kulit dalam

dingin (hal. 42), dan hubungan dengan kebutaan (Yousef / 84), referensi ke ulserasi

karena imobilitas (Kahf / 18), psikologis efek warna hijau (Rahman / 76), (Ensan /

21), dan (Kahf / 31), pembersihan dan kemurnian (kebersihan) beberapa orang

bagian tubuh yang bersentuhan dengan kuman (Maedeh / 6), menghindari terlalu

banyak makan (Araaf / 31) berbahaya kontak seksual dalam siklus menstruasi

(Baghara / 222), petunjuk untuk kecemasan dalam penuaan (Nahl / 70), efek

penyembuhan dari madu dan produksinya oleh lebah betina (Nahl / 69).

26
Terapi murottal ini memiliki kriteria inklusi dan eksklusi:

1. keluarga mereka puas dengan berpartisipasi dalam belajar.

2.Tingkat kesadaran sampel adalah 8-10 berdasarkan pada Glasgow

Comprehensive Standard

3. Status hemodinamik tubuh adalah konstan dan stabil dalam hal air dan

elektrolit (kondisi ini disetujui oleh terapis pasien).

4. Tidak ada gangguan pendengaran.

5. Tidak menerima obat penenang intravena berkelanjutan obat-obatan.

6. Tidak dirawat di rumah sakit selama lebih dari satu bulan.

7. Tidak ada riwayat kerusakan otak.

8. Tidak diabetes.

9. Tidak memiliki penyakit kardiovaskular dan emboli lemak.

10. Tidak memiliki kecanduan narkoba.

11. Tidak memiliki otorrhea.

12. Tidak mengalami patah tulang atau perdarahan atau bedah saraf di wilayah

temporal.

13. Memasuki penelitian setidaknya 24 jam setelah stabilisasi gejala

hemodinamik.

Kriteria eksklusi meliputi:

1. Perubahan kritis dalam gejala hemodinamik

2. Kematian pasien sebelum hari ke-10

27
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

a. Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak

terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons

yang normal terhadap stimulus.Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai

keadaan dimana seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun

lingkungannya

b. Terapi Murottal merupakan salah satu music yang memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya.

Mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibacakan secara tartil dan benar, akan mendatangkan

ketenangan jiwa. Lantunan ayat-ayat Al-qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia yang

merupakan instrument penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat

menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormone endorphin alami, meningkatkan

perasaan rileks, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak

c. Lantunan ayat-ayat Al-qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia yang merupakan

instrument penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan

hormon-hormon stress, mengaktifkan hormone endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks,

memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah serta memperlambat

pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Batang otak

menggunakan masukan auditorik untuk keadaan terjaga dan bangun dan nucleus

genikuatum medialis thalamus untuk menyortir serta menyalurkan sinyal ke korteks

terutama temporalis kiri dan kanan karena serat-serat saraf auditorik bersilangan

28
secara parsial di batang otak, karena itu gangguan di jalur pedengaran di satu sisi

setelah batang otak sama sekali tidak mempengaruhi pendengaran di kedua telinga.

B. Saran

a. Bagi Perawat

Diharapkan literature review ini khususnya bagi perawat dapat menerapkan terapi murottal

Al-qur’an dalam pemberian tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami penurunan

kesadaran

b. Bagi Fasilitas pelayanan kesehatan

Diharapkan penggunaan terapi murottal Al-qur’an dapat dipertimbangkan untuk menjadi

salah satu tindakan yang dapat dilakukan pada seseorang yang mengalami penurunan

kesadaran.

29
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrochman, A et al (2008). Muratal Alqur`an: Alternatif Terapi Suara Baru. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. Universitas Lampung A. Aziz,
Al-Qadhi (2001). Therapeutic Effect of Qur'an reading:A scientific study
Ghanei M (2012). Quran: healer and preservation factor from diseases. J Quran and
Medicine, 1(2):1-3.
Handayani, R., Fajarsari, D., Asih, D. R. T., & Rohmah, D. N. (2013). Pengaruh terapi
murotal Al-Qur’an untuk penurunan nyeri dan kecemasan pada ibu bersalin kala I
fase aktif
Heru. (2008). Ruqyah syari’I berlandaskan kearifan lokal
Hoy, DG et al (2012). Stroke mortality variations in South-East Asia: empirical evidence
from the field. International Journal of Stroke
Kusbiantoro (2011). Derajat Kesadaran Rendah sebagai Faktor Prognosis Mortalitas Pasien
Stroke Akut. UGM
Mansouri et al (2017) Investigating Aid Effect of Holy Quran Sound on Blood Pressure,
Pulse, Respiration and O2 Sat in ICU Patients Zabol University of medical Science,
Iran (journal.)
Mirbagher Ajorpaz N, Aghajani M, Shahshahani MS. The effects of music and Holy Quran
on patient’s anxiety and vital signs before abdominal surgery. Evidence Based Care.
2011.
Siswantinah, (2011). Pengaruh terapi murottal terhadap kecemasan pasien gagal ginjal kronik
yang dilakukan tindakan hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
Semarang: Skripsi, Universitas Muhamadiyah Sema.

30

Anda mungkin juga menyukai