Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
dan mengerti tentang “asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Sectio Caesarea”. penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing.
Penyusunan makalah ini kita ketahui belum sempurna. Oleh karena itu semua kritik
dan saran dan pendapat akan di terima dengan terbuka.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.

Padang, Juni 2012

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Menurut WHO (World Health Organization) melalui pemantauan ibu meninggal
diberbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal
disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes,2002)
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan
maternal.kematian maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target
MDGs, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriansz.G.2006). Di Negara-
negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 % -0,7 %, sedangkan
dinegara-negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0.05 %-0,1 % (informasi wadah
organisasi islamiah,2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (prawirohardjo,2005).
Kasus panggul sempit dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga
diperlukan salah satu cara alternatif lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui
pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut yang disebut Sectio Caesarea
(mochtar.R,1998).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik section caesarea, yaitu
transperitonealis, corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Section caesarea adalah lahirnya
janin, plasenta, dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan rahim
(www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah Caesar, yaitu adanya
komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah Caesar dengan frekuensi diatas 11 %,
antara lain cidera kandung kemih, cidera rahim, cidera pada pembuluh darah, cidera pada
usus dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus serta infeksi
akibat luka operasi. Pada operasi Caesar yang direncanakan angka komplikasi nya kurang
lebih 4,2 % sedangkan untuk operasi Caesar darurat (septio Caesar emergency) berangka
kurang lebih 19 %. Setiap tindakan opersi Caesar memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda.
Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir jalan lahir
misalnya,sering terjadi cidera pada rahim bagian bawah atau cidera pada kandung kemih
(robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya dimana dapat ditemukan
perlekatan organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula
menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus
(www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Pada tahun 2008 jumlah ibu nifas pada RSUD Abepura dilaporkan sebanyak 1.575
kasus. Dari jumlah ibu nifas post SC dengan indikasi CPD (Chepalopelvic Disproporti) atau
panggul sempit sebanyak 46 kasus (3,49 %) (laporan medic RSUD Abepura,2008).
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui
manajemen kebidanan pada ibu nifas post section caesarea dengan rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimana mengkaji data pada ibu nifas post sectio caesarea indikasi CPD ?
2. Bagaimana menginterpretasikan data dasar dan merumuskan diagnose kebidanan pada ibu
nifas post SC indikasi CPD ?
3. Bagaimana menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas post SC indikasi ?
4. Bagaimana menentukan tindakan segera pada ibu nifas post SC indikasi ?
5. Bagaiman membuat rencana asuhan kebidan pada ibu pada ibu nifas post SC indikasi CPD ?
6. Bagaimana melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC indikasi CPD ?
7. Bagaimana mengevaluasi tindakan asuhan kebidanna pada ibu nifas post SC indikasi CPD ?
8. Bagaimana mendokumentasikan asuhan kebidanan pada bu nifas post SC indikasi CPD ?

3. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Menarasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC indikasi CPD secara intensif.
2. Tujuan khusus
Agar penulis mampu :
a. Mengkaji data pada ibu nifas dengan post SC indikasi CPD
b. Menginterpretasikan data dasar dan merumuskan diagnose kebidanan pada ibu nifas dengan
post SC indikasi CPD
c. Menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas dengan post SC indikasi CPD
d. Menentukan tindakan segera pada ibu nifas dengan post SC indikasi CPD
e. Membuat rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post SC indikasi CPD
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post SC indikasi CPD
g. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post SC indikasi CPD
4. MANFAAT
a. bagi penulis
dapat menerapkan manajemen kebidanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan sesuai
dengan ilu yang didapat.

b. bagi Rumah Sakit


dapat menambah pengetahuan bagi bidan dan dapat meningkatkan mutu dan kualitas dalam
melakukan asuhan kebidanan

c. bagi institusi (pendidikan)


sebagai bahan referensi bagi penyusun Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar nifas
1. Definisi
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung
kembali seperti semula sebelum hamil,yang berlangsung selama 6 minggu atau kurang lebih
40 hari (Prawirohadjo,2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (mochtar,1998).
2. Klasifikasi nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode:
a. puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. b.puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna
baik selama hamil atau sempurna berminggu-minggu,berbulan-bulan atau tahunan (mochtar
R,1998)

3. Tujuan asuhan nifas


Asuhan nifas bertujuan untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik mau;un psikologinya
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,keluarga
beranca,menyusui, pemberian imunisai kepada bayinya dan perawatan bayi yang sehat.
d. Memberikan pelayanan KB.
e. Mempercepat involusi alat kandungan.
f. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium
g. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal atau perkemihan.
h. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme (mochtar R,1998).
4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas involusi traktus genitalis
Pada masa nifas,alat genitalia internal dan eksternal akan berangsur-angsur pulih seperti
keadaan seperti hamil.
1. Corpus uterus
Setelah plasenta lahir,uterus berangsur-angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus selama masa involusi
INVOLUSI TINGGI FUNDUS UTERI BERAT UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat 500 gr
sympisis
2 minggu Tak teraba diatas sympisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
(Sumber : Mochtar,1998)

2. Endometrium
Perubahan-perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan
nekrosis ditempat inplantasi plasenta.
Hari I : Endometrium setebal 2-5 mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan
desiduadan selaput janin.
Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dibagian yang mengalami degenerasi.

3. Involusi tempat plasenta


Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke kavum
uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut dengan diameter kurang lebih 7,5 cm,
sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24mm.
4. Perubahan pada pembuluh darah uterus
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya di
tempat implantasi plasenta menjadi besar setelah postpartum otot-otot berkontraksi,
pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah
plasenta lahir.
5. Perubahan serviks
Segera setelah postpartum serviks agak menganga seperti corong karna korpus uteri
mengadakan kontraksi. Sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara
serviks dan korpus uteri berbentuk seperti cincin. Warna serviks merah kehitaman karena
pembuluh darah.
Segera setalah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3 jari saja dan
setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari kedalam kavum uteri.
6. Vagina dan pintu keluar panggul
Membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukuranya secara perlahan menecil.
Pada minggu ke-3 postpartum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi
corunculac mirtiformis.
7. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewktu kehamilan
dan partus, setelah janin lahir berangsur ciut kembali. Ligmentum latum dan rotundum lebih
kendor dari pada kondisi sebelum hamil. (Mochtar, 1998)

5. Adaptasi Psikologi Masa Nifas


a. Masa Taking In
1) Dimulai sejak dilahirkan sampai 2-3 hari
2) Ibu bersifat pasif dn berorientasi pada diri sendiri.
3) Tingkat ketergantungan tinggi.
4) Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi
b. Masa taking hold
1) berlangsung sampai dua minggu
2) klien mulai tertarik pada bayi
3) ibu berupaya melakukan perawatan mandiri
c. Masa taking go
1) berlangsung pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4
2) perhatian pada bayi sebagai individu terpisah (Mochtar,1998)
6.aspek-aspek klinik masa nifas
a) suhu badan dapat mengalami peningkatan setelah persalinan, tetapi tidak lebih dari 380 C.
Bila terjadi peningkatan lebih dari 2 hari berturut-turut, kemungkinan terjadi infeksi.kontraksi
uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri ikutan (after pain) terutama pada
multi para,masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium serta sisa
dari implantasi plasenta yang disebut lochea
b) pengeluaran lochea terdiri dari:
1. lochea rubra :hari ke-1 sampai 2
Terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban,sel-sel desidua,sisa verniks koseosa,lanugo,
dan mekonium.
2. Lochea sanguinolenta:hari ke-3 sampai 7
Terdiri dari darah bercampur lendir warna kecoklatan.
3. Lochea serosa : hari ke-7 sampai 14
Berwarna kekuningan
4. Lochea alba: hari ke-14 sampai selesai nifas
Merupakan cairan putih. Lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut dengan lochea
purulen.

c) perubahan payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvik, payudara
mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas, kecuali jika laktasi supresi payudara akan
lebih besar,kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal
serta dimulainya laktasi.
Hari ke-2 postpartum sejumlah kolostrum cairan yang disekresi oleh payudara selama
5 hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Kolostrum banyak
mengandung protein yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan
lemak sedikit.
d) raktus urinarius
Buang air sering sulit selama dua jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala
dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 sampai 36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar penurunan hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.

e) Sistem kardiovaskuler
Normalnya setelah kelahiran hb,hematokrit,dan hitungan eritrosit berfluktuasi sedang
akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh dibawah tingkat yang ada tepat sebelum atau
selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu
pertama setelah kelahiran, volume darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak
hamil yang biasa.setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal. (Saifudin,2002)
7.Perawatan masa nifas
Dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut:
a. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi bersama dalam satu ruangan sehingga ibu lebih memperhatikan
bayinya, memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.
1. Pemeriksaan umum: kesadaran penderita,keluhan yang terjadi setelah persalinan
2. Pemeriksaan khusus: fisik,TTV,kontraksi uterus
3. Payudara: puting susu, dan pengeluaran ASI.
Perawatan dimulai sejak hamil sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.bila bayi mulai
meyusui isapan puting susu merupakan ransangan psikis secara reflek mengakibatkan
oksitosin dikeluarkan hipofisis. Produksi akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih
sempurna
4. Lochea
5. Luka jahitan: apakah baik atatu terbuka,apakah ada tanda-tanda infeksi
6. Mobilisasi: karena lelah sehabis bersalin,ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri atau ke kanan, serta diperbolehkan untuk
duduk, atau pada hari ke-4 dan ke-5 diperbolehkan pulang
7. Diet: makan makanan yang seimbang
8. Miksi: hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya paling tidak 4 jam
setelah kelahiran bila sakit, kencing dikaterisasi.
9. Defekasi: BAB dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.bila sulit BAB dan terjadi obstipasi
apabila BAB keras dapat diberikan laksans per oral atau perektal. Jika belum biasa dilakukan
klisma.
10. Kebersihan diri : personal hygene, vulva hygene : vulva terlebih dahulu dari depan kemudian
anus. Mengganti pembalut setidaknya 2x sehari.
11. Menganjurkan ibu KB sedini mungkin setelah 40 hari (6 minggu)
12. Menganjurkan ibu menyusui bayinya.
a. Imunisasi
b. Cuti hamil dan bersalin
Cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan sesudah
bersalin (manuaba, 1998)
8. Program dan Kebijakan Teknis
Melakukan minimal 4 kali kunjungan untuk menilai status ibu dan BBL.
a. Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan
Tujuanya:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan merujuk jika berlanjut.
c) Memberikan konseling tentang mencegah perdarahan
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
b. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Tujuanya:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi fundus dibawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu menyusui dan memperhatikan tanda-tanda penyakit.
d) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat.
c. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan
Tujuanya: sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan)
d. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalianan
Tujuanya:
a) Menanyakan kepada ibu tentang penyakit yang dialami
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini ( Mochtar, 1998)

B. Sectio caesarea
1. Definisi
Istilah sectio caesarea berasal dari kata latin “caedera” artinya memotong. Pengertian ini
sering dijumpai dalam roman law (lex regia) dan emporer’s law (lex caesare) yaitu undang-
undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus
dikeluarkan dari dalam rahim (mochtar, 1998).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (prawirohadjo, 2002)

2. Jenis-jenis sectio caesarea


a). Sectio caesarea transperitoneal
1) Sectio Caesarea kasik atau korporal
Yaitu dengan melakukan sayatan / insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen bawah
rahim dan diatas tulang kemaluan.
2) Sectio Caesarea Ismika atau profunda
Yaitu melakukan sayatan / insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen bawah rahim dan
diatas tulang kemaluan
b). Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal
3. Indikasi
Menurut (Prawirohardjo, 2002 Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal), indikasi nya
adalah :
a. Indikasi Ibu
a) Disproporsi kepala panggul /CPD/ FPD
b) Disfungsi uterus
c) Distosia Jaringan Lunak
d) Plasenta previa

b. Indikasi Anak
I. Janin besar
II. Gawat janin
III. Letak lintang
Adapun indikasi lain dari sectio caesarea menurut Sulaiman 1987 Buku Obstetri Operatif
adalah:
a) Sectio casarea ke III
b) Tumor yang menghalangi jalan lahir
c) Pada kehamilan setelah operasi vagina , misal vistel vesico
d) Keadaan dimana usaha untuk melahirkan pervaginam gagal

4. Komplikasi
a. Pada Ibu
a. Infeksi Puerperalis/nifas bisa terjadi dari infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari
saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung ,
berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik
b. Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus dan terluka pada
saat operasi
c. Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang terpotong saat melakukan secti caesarea
d. Resiko rupture uteri pada kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami pembedahan
pada dinding rahim insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat
beresikountuk rupture pada persalinan berikutnya.
b. Pada Bayi
a) Hipoksia
b) Depresi pernafasan
c) Sindrom gawat pernafasan
d) Trauma persalinan
(www.tutorialkuliah.blogspot.com/2009)
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis post-op Sectio Caesarea secara singkat :
a. Awasi TTV sampai pasien sadar
b. Pemberian cairan
c. Atasi nyeri yang ada
d. Mobilisasi secara dini dan bertahap
e. Katerisasi
f. Jaga kebersihan luka operasi
g. Berikan obat antibiotik dan analgetik (Muchtar,1998).

c. Panggul sempit (chepalopelvik disproporsi/CPD)


1. Definisi
Dalam obstetri yang terpenting adalah panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan
antara kepala dan panggul.
Kesempitan panggul yaitu sebagai berikut :
a. Kesempitan PAP
b. Kesempitan bidang bawah panggul
c. Kesempitan pintu bawah panggul
d. Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.
PAP dianggap sempit apabila conjugat vera kurang dari 10cm atau kalau diameter transversa
kurang dari 12 cm
Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9 ½ cm dan kadang-kadang
mencapai 10 cm,maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10 cm dapat
menimbulkan kesulitan kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara
posterior maupun diameter transversal sempit
1. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menyebabkan kelainan panggul dibagi:
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
2. Panggul sempit seluruh: semua ukuran kecil
3. Panggul picak: ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
4. Pangul sempit picak: semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka belakang
5. Panggul corong: pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit
6. Panggul belah: symphise terbuka
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1. Panggul rachitis: panggul picak,panggul sempit,seluruh panggul sempit picak dan lain-lain
2. Panggul osteo malachi: panggul sempit melintang
3. Panggul articulasio sacro iliaca: panggul sempit miring
c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
1. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
2. Sciliose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul sempit miring
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah
Coxitis, luxatio atrofia. Salah satu anggota panggul menyebabkan panggul sempit miring
e. Fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul. (www.tabloid-
nakita.com/2009).
2. Klasifikasi
a. Kesempitan bidang tengah panggul
b. Kesempitan bidang bawah panggul
3. Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan dan persalinan
1. Pengaruh pada kehamilan
1). Dapat menimbulkan retra fexio uteri gravida incarcerata
2). Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primigravida fundus atau gangguan
peredaran darah
3). Kadang-kadang fundus menonjol kedepan hingga perut menggantung
4). Perut yang menggantung pada primigravida biasanya tanda panggul sempit
5). Kepala tidak turun dalam panggul pada bulan terakhir
6). Dapat menimbulkan letak muka,letak sungsang dan letak lintang
b. pengaruh pada persalinan
1). persalinan lebih lama dari biasanya
2). Panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3). Pengaruh pada anak
5. persangkaan panggul sempit
Seorang ibu harus ingat akan kemungkinan panggul sempit:
a. Primipara: kepala anak belum turun setelah minggu ke-36, perut menggantung
b. Pada multipara yang mempunyai riwayat persalinan buruk.
c. Kelainan letak pada hamil tua
d. Kelainan bentuk badan (cebol,scoliose,pincang dan lain-lain)

Anak yang cukup bulan tidak bisa lahir selamat pervaginam kalau CV kurang dari 8,5 cm
karena itu dilakukan SC primer ( panggul demikian disebut panggul sempit absolut).

6.persalinan percobaan
Untuk persalinan pervaginam pada wanita dengan panggul yang relatif sempit.
Dilakukan pada letak belakang kepala.

Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau
dibantu dengan ekstraksi dan anak dan ibu dalam keadaan baik
a. Kita menghentikan persalinan percobaan:
1. pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya
2. setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban, kepala dalam 2 jam tidak mau masuk
kedalam rongga panggul walaupun his cukup kuat
3. forcep gagal
b. dalam istilah inggris ada dua macam persalinan percobaan
1. trial of labor: seperti yang diterangkan diatas
2. test of labor: kalau dalam dua jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun
sampia hodge 3 maka test of labor dikatakan berhasil

. Penatalaksanaan Medis Post SC


a. Pemberian cairan
b. Diet
c. Mobilisasi
d. Kateterisasi
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka
dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan
pernafasan. (Manuaba, 1999)
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan:
1. klien ny. T adalah klien nifas post SC. Dari hasil diagnosa, klien berpotensial terjadinya
infeksi setel;ah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari diagnosa potensial tidak terjadi.
Asuhan bidan difokuskan pada hari pertama terfokus pada observasi keadaan
umum,perdarahan diluka operasi dan perdarahan pervaginam. Hari ke-2 dan ke-3 terfokus
kepada mobilisasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar masa nifas yang bertujuan untuk
mempercepat masa pemulihan dan penyembuhan.
2. Hasil evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan selama 4 hari,bayi sudah diberi
ASI, kontraksi uteru s baik, TFU teraba keras, pengeluaran lochea sanguinolenta, keadaan
luka operasi sudah mulai kering dan diverban opside. Kelainan dibolehkan pulang.
3. Apabila suatu tindakan dilakukan berdasarkan protap yang ada akan menghasilkan hasil yang
baik dan tidak terjadi perdarahan

B.SARAN
1. bagi bidan diruangan:
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien nifas post SC, sebaiknya lebiih tanggap
dalam memberi tindakan secara cepat dan tepat dan dalam pemberian tindakan kebidanan
melakukan tekhnik penceghan infeksi agar tidak terjadi infeksi pada ibu nifas post SC
2.bagi institusi pendidikan
Menambah referensi-referensi diperpustakaan,peningkatan kualitas dan pengembangan
mahasiswa melalui studi kasus agar dapat melakaukan asuhan kebidanan secara
komprehensif.
3.Bagi peneliti
Dapat merupakan referensi bagi peneliti selanjutnyanserta kekurangan dalam asuhan
kebidanan yang dilakukan sebelumnya dapat direvisi berdasarkan perkembangan tekhnologi
kesehatan mutahir.
4.Diharapkan klien dapat menjaga kondisinya dan menjarakkan kehamilan dengan mengikuti
program KB

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, 1998.Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, cetakan 1, Jakarta : EGC

Mochtar, 1990.Obstetri Fisiologi (kin obstetric patologi, jilid 1, edisi 2), Jakarta : EGC.

Mochtar, 1998.Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Jakarta : EGC.

Sarwono 13, 1999. Ilmu kebidanan, edisi 111, cetakan 4, YBS-SP.

Ningsih, 2009. (www.tutorial-kuliah.blogspot.com./2009), Tutor kuliah, diakses pada


tanggal 26 juli 2009.

Anda mungkin juga menyukai