ABSTRAK
Ketidakrataan warna hasil pencelupan pada bahan akan menurunkan nilai suatu bahan tekstil,
untuk memperbaikinya selain memerlukan biaya proses yang tinggi, kadang-kadang sulit
dilaksanakan. Telah diteliti beberapa penyebab terjadinya ketidak rataan warna selama proses
pencelupan. Penelitian dilakukan pada pencelupan zat warna reaktif cara rendam peras
pemanggangan (pad – dry - cure). Dari hasil penelitian menunjukka bahwa terdapat 18 hal yang
dapat menjadi penyebab terjadinya ketidak rataan warna hasil pencelupan yaitu ; hasil proses
persiapan bahan kurang baik, kandungan air pada bahan yang akan dicelup tidak rata, efek peras
hasil celup (wet pick/w.p.u) pada bahan tidak rata, pelarutan zat warna atau zat pembantu tidak
sempurna, pemakaian zat pembantu merusak zat warna yang digunakan, isi larutan celup pada
bak rendam peras (bak padder) habis, permukaan rol pemeras tidak rata, kain mengandung
benang berbeda, kualitas zat pembantu kurang baik, kain melipat pada waktu dicelup, konstruksi
kain berbeda, kain hasil celup rendam peras terkena air sebelum fiksasi, pencelupan dari bahan
hasil pelunturan warna, pengeringan setelah pencelupan tidak rata, mesin berhenti pada waktu
proses, kontrol temperatur ruang pemanas pada mesin tidak jalan, kipas sirkulasi udara panas
dalam ruangan mesin tidak jalan, pencucian bahan setelah pencelupan kurang bersih.
49
I. PENDAHULUAN
Proses pencelupan adalah proses pemberian warna pada bahan secara merata dan bersifat
permanen. Secara merata dapat diartikan bahwa kettuaan warnanya sama pada seluruh bahan yang
Kerataan warna hasil pencelupan dapat menentukan kualitas bahan. Bahan yang mempunyai
ketidakrataan warna, warna tua dan muda yang bervariasi pada bahan membuat nilai bahan tersebut turun
dan untuk memperbaikinya selain memerlukan biaya proses yang tinggi kadang-kadang sulit
dilaksanakan. Ketidakrataan warna hasil pencelupan dapat terjadi pada satu gulungan kain atau terjadi
perbedaan warna antar gulungan satu dengan yang lainnya atau antar tumpukan/lot kain.
Untuk mengatasi terjadinya ketidakrataan pencelupan harus dilakukan pengawasan yang ketat pada
faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakrataan pencelupan, hal ini dilaksanakan sebelum proses
pencelupan. Dalam melaksanakan pengawasn tersebut, perlu diketahui faktor penyebab ketidakrataan
dalam proses pencelupan, pengawasan ini juga dapat digunakan untuk mempermudah mencari penyebab
apabila terjadi ketidakrataan dalam proses pencelupan sehingga kejadian ini akan cepat diatasi.
Pencelupan cara rendam peras banyak digunakan dalam industri tekstil seperti pada pencelupan
rendam peras bacam (pad-batching), redam peras pemanggangan (pad- dry - cure), rendam peras termosol
Dalam penelitian ini dicoba diamati hal-hal yang dapat menimbulkan ketidakrataan warna hasil
II. PERCOBAAN
2.1. Bahan
Anyaman polos ; nomor benang lusi/pakan Ne1 40; tetal lusi 103,4/inci;
50
1. Zat warna : Remazol Brilliant Blue R. Sp. (CI. ReactiveBlue 19)
2. Zat pembantu ; Urea, natrium bikarbonat, zat anti migrasi (Stabiron B 100)
2.2. Alat
- neraca analitik
- peralatan gelas
- mesin “Hot Air Jet Test Dryer” (Stenter laboratorium) buatan Osaka
Bahan direndam peras dalam larutan zat warna sesuai dengan resep kemudian dilakukan
0 0
pengeringan 100 C x 2 menit, termofiksasi 150 C x 2 meit, pencucian, penyabunan, pencucian,
pengeringan.
Pengujian dilakukan dengan mengukur ketuaan warna yang dinyatakan dalam K/S zat warna, dengan
Hasil pengujian dari penyebab ketidakrataan warna pada proses pencelupan seperti pada Tabel 1
berikut :
51
Tabel 1 Nilai K/S Zat Warna Dari Bahan Hasil Celup Menggunakan Zat Warna Remazol Brill. Blue R.
3. Efek peras (% wet pick up) hasil - Wet pick up 60% 6,119
sempurna
zat warna
6. Isi larutan celup pada bak celup Isi bak - penuh 6,119
- rata 6,119
52
serat berbeda - Serat Poliester 0,2426
rapat
tertutup
10. Kain melipat pada waktu proses - Kain tidak melipat 6,119
40/2 x 40/2
105 x 58 4,248
12. Bahan hasil celup rendam peras - Tidak terkena air 6,119
13. Bahan yang dicelup dari hasil - Bahan bukan dari 6,119
proses fiksasi
karena listrik mati atau kondisi mesin - Tidak berhenti waktu 6,119
53
kurang baik celup
bersih
Salah satu akibat dari proses persiapan yang kurang baik adalah kurang sempurnanya
penghilangan kotoran pada bahan yang dapat berupa kanji, lemak dan kotoran lainnya sehingga
memungkinkan daya serap pada bahan tidak merata dan kurang baik.
Hasil pencelupan dari bahan yang mempunyai daya serap tidak rata seperti pada Tabel 1 nomor 1.
Dari data diatas dapat dilihat adanya perbedaan nilai ketuan warna (K/S zat warna) dari bahan
yang mempunyai daya serap berbeda. Hasil pencelupan bahan yang mempunyai daya serap tinggi akan
menghasilkan warna hasil pencelupan lebih tua dibanding bahan yang mempunyai daya serap rendah. Hal
ini dikarenakan pada bahan yang mempunyai daya serap tinggi berarti penyerapan larutan zat warna tidak
terhalangi oleh kotoran sehingga zat warna banyak yang terserap, nilai K/S tinggi. Bahan yang masih
54
mengandung kotoran akan mempunyai daya serap rendah karena penyerapan terhalang oleh kotoran
sehingga larutan zat warna yang terserap sedikit, nilai ketentuan warna (K/S zat warna) rendah.
Adanya perbedaan daya serap pada bahan akibat kurang sempurnanya proses persiapan dapat
mengakibatkan perbedaan warna pada bahan di dalam satu gulungan, antar gulungan atau antar lot bahan.
Untuk menghindari terjadinya ketidak rataan warna pencelupan akibat kurang sempurna pada
proses persiapan, dilakukan pengawasan dan pengujian terhadap bahan hasil setiap tahapan proses
persiapan sehingga, apabila didapat hasil persiapan yang kurang sempurna dapat langsung diperbaiki.
Hasil percobaan pencelupan pengaruh dari bahan yang mempunyai kandungan air tidak rata,
Dari hasi percobaan di atas dapat dilihat bahwa kandungan air yang berbeda pada bahan yang
dicelup dengan cara rendam peras, akan memberikan nilai K/S zat warna yang berbeda. Hal ini
diakibatkan kain yang mengandung air akan menyerap larutan zat warna lebih sedikit dari pada bahan
yang sudah mengandung air. Adanya air akan mengencerkan larutan zat warna yang terserap sehingga
hasil celupnya memberikan nilai K/S zat warna yang kecil. Ketidak samaan kandungan air pada bahan
dapat terjadi pada satu gulungan bahan, antar gulungan atau antar lot bahan.
Untuk menanggulangi terjadinya ketidak rataan warna pada hasil celup cara rendam peras akibat
perbedaan jumlah kandungan air pada bahan, dianjurkan agar kain yang akan dicelup cara rendam peras
Hasil pencelupan cara rendam peras dengan efek peras (wpu) pada bahan yang tidak merata dapat
Persentase efek peras (wpu) adalah jumlah larutan yang terbawa oleh setiap kg bahan setelah
bahan melalui rol pemeras. Dari data diatas terlihat adanya perbedaan nilai ketuaan warna (K/S zat warna)
55
Nilai persen efek peras yang besar menunjukkan jumlah larutan yang terserap oleh bahan akan
lebih banyak, sehingga hasil pencelupan yang mempunyai persen efek peras yang besar, warnanya akan
lebih tua.
Ketidak rataan persen efek peras pada kain ini dapat diakibatkan oleh :
- tekanan rol di kedua bagian pinggir dan bagian tengah yang tidak sama
Untuk menghindari terjadinya ketidak rataan warna yang disebabkan oleh perbedaan persen efek
peras pada kain, maka sebelum pencelupan dimulai dianjurkan agar diperiksa terlebih dahulu kesamaan
tekanan pada seluruh bagian rol dan juga periksa apakah rol tersebut melengkung atau tidak.
Hasil penelitian pencelupan yang diakibatkan oleh pelarutan zat warna atau zat pembantu yang
Dari data dapat dilihat bahwa kesempurnaan dalam pelarutan zat warna dan zat pembantu sangat
penting untuk mendapatkan hasil pencelupan yang rata. Zat warna atau zat pembantu yang tidak larut
akan menempel pada bahan, menghalangi masuknya larutan zat warna ke dalam bahan. Zat warna dan zat
pembantu yang tidak larut juga mengurangi konsentrasi zat tersebut dalam larutan celup sehingga
Untuk mendapatkan kesempurnaan dalam pelarutan zat warna dan zat pembantu, disarankan
pelarutan dilakukankan menurut prosedur yang ditetapkan dan dibantu pengadukan oleh alat/mesin
pengaduk. Juga disarankan agar larutan hasil pelarutan disaring dahulu sebelum digunakan dalam
pencelupan untuk menghindari zat yang tidak larut terbawa ke dalam pencelupan.
Hasil penelitian pencelupan dari penggunaan zat pembantu yang merusak zat warna dapat dilihat
Dari data di atas dapat dilihat bahwa penggunaan zat pembantu pencelupan yang merusak zat
warna yang digunakan mengakibatkan ketidak rataan pencelupan. Penambahan zat pembantu yang
56
merusak zat warna dapat terjadi akibat kesalahan operator dalam mengambil zat pembantu atau akibat
tingkat pengetahuan operator yang kurang. Sebagai gambaran yang jelas dari kesalahan dalam
penambahan zat pembantu yang merusak zat warna, pada percobaan pencelupan zat warna reaktif yang
ditambahkan natrium hidrosulfit dalam larutan celup. Zat warna reaktif dapat rusak oleh natrium
hidrosulfit sehingga hasil pencelupan tidak sempurna. Zat pembantu yang tidak sesuai dapat
mempengaruhi zat warna, dengan terjadinya reaksi antara zat warna dengan zat pembantu sehingga zat
Untuk mengatasi kesalahan penggunaan tersebut maka nama/label zat pembantu harus dipasang
pada setiap kemasan. Disamping itu perlu diketahui dahulu sifat dari zat pembantu tersebut terhadap zat
warna yang digunakan dengan dilakukan tes secara laboratorium sehingga terjadinya ketidak rataan
3.6. Isi Larutan Celup Pada Bak Rendam Peras (Bak Padder)
Hasil percobaan pencelupan pengaruh dari akibat larutan celup pada bak rendam peras habis,
Dari data di atas dilihat bahwa akibat tinggal sedikit atau habisnya larutan celup pada bak redam
peras dapat mengakibatkan ketidakrataan hasil pencelupan. Dengan sedikitnya larutan celup dalam bak
padder, bahan yang dicelup ditidak terbasahi secara sempurna sehingga warna hasil pencelupan tidak rata.
Jumlah stok larutan celup untuk mengisi bak rendam peras biasanya dibuat sesuai dengan daya
tampung dari bak penampung, kemudian dari bak penampung ini larutan dialirkan ke bak rendam peras.
Terjadinya kekosongan larutan celup pada bak rendam peras dapat terjadi :
- Jumlah larutan celup tiap menit yang dialirkan dari bak penampung ke bak rendam peras lebih
sedikit dari jumlah larutan celup yang terserap bahan setiap menit.
- Larutan celup pada bak penampung habis tidak terkontrol sebelum larutan pengisi yang baru dibuat.
Untuk menjaga terjadinya kedu hal diatas maka perlu diperhitungkan jumlah larutan celup yang
harus dialirkan tiap menit dari larutan penampung ke bak rendam peras dengan jumlah yang sesuai
dengan jumlah larutan celup yang terbawa bahan setiap menit. Untuk menjaga kekosongan dari larutan
57
celup dalam bak penampung, maka perlu diperhitungkan kapan larutan celup pengisi bak penampung
Hasil penelitian pencelupan akibat permukaan rol pemeras tidak rata dapat dilihat pada Tabel 1
nomor 7.
Dari data di atas dapat dilihat adanya ketidakrataan hasil pencelupan karena rol pemeras tidak
rata. Terjadinya ketidakrataan warna hasil pencelupan akibat rol tidak rata seperti cacat lubang pada rol,
mengakibatkan rol yang cacat ini tidak dapat menekan larutan celup pada kain pada waktu pemerasan.
Akibatnya kandungan zat warna pada bagian kain yang tidak terperas tadi lebih banyak, dan warnanya
Untuk menghindari ketidakrataan warna akibat permukaan rol tidak rata maka sebaiknya rol
Hasil penelitian pencelupan dari bahan yang mengandung jenis serat yang berbeda dapat dilihat
Dari data diatas terlihat adanya ketidakrataan hasil pencelupan akibat adanya jenis serat yang
mempunyai sifat pencelupan berbeda pada satu bahan. Ini terjadi misalnya pada kain kapas terdapat
benang lusi atau pakan dari serat poliester dimana serat poliester tidak dapat dicelup dengan zat warna
untuk pencelupan serat kapas sehingga benang ini akan memberikan nilai cacat pada kain hasil celup.
Untuk mengatasi ini perlu kontrol yang ketat waktu pemisahan benang dari jenis serat yang
Hasil pencelupan dengan menggunakan zat pembantu pencelupan yang kualitasnya kurang baik
Dari data di atas dapat dilihat adanya ketidakrataan hasil pencelupan akibat penggunaan zat
pembantu yang kurang baik. Pada percobaan ini digunakan dua macam zat anti migrasi Stabiron B.100,
58
yaitu : pertama yang masih baru dari kemasan gudang yang tersimpan dan tertutup rapat, kedua zat anti
migrasi yang diambil dari kemasan tidak tertutup yang telah tersimpan lama di gudang. Adanya
penyimpanan yang terbuka lama dapat menyebabkan terjadinya perubahan dari zat anti migrasi oleh
udara atau air sehingga dapat mempengaruhi hasil pencelupan. Untuk menjaga terjadinya hal tersebut
disarankan agar zat pembantu yang digunakan dalam pencelupan di uji dahulu keaktifannya dan dalam
penyimpanan dihindari dari hal-hal yang dapat menurunkan daya kerja dari zat tersebut.
Hasil penelitian pengukuran warna akibatnya kain melipat pada waktu proses rendam peras dapat
Dari data diatas dapat dilihat ketidakrataan warna hasil pencelupan rendam peras akibat kain
melipat pada waktu proses pencelupan, ketiakrataan ini dapat terjadi karena adanya lipatan pada kain.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengawasan yang ketat pada waktu proses
pencelupan.
Hasil pencelupan dari bahan mengandung konstruksi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1
nomor 11.
Data di atas menunjukkan adanya perbedaan nilai ketuaan warna (K/S zat warna) dari bahan yang
mempunyai konstruksi berbeda. Pada proses pencelupan, masuknya larutan zat warna ke dalam serat akan
mengalami hambatan oleh konstruksi bahannya sendiri seperti adanya lilitan serat dalam benang dan
jalinan benang dalam. Konstruksi bahan berpengaru terhadap besarnya hambatan laju masuknya larutan
zat warna ke dalam bahan sehinggaa bahan yang mempunyai konstruksi berbeda memberikan hasil
Untuk mengatasi perbedaan warna yang diakibatkan oleh perbedaan konstruksi bahan, maka
59
Hasil pengukuran warna dari bahan hasil celup rendam peras terkena air sebelum proses fiksasi
Dalam proses pencelupan cara rendam peras, ikatan at warna dan serat terjadi pada proses fiksasi.
Pada percobaan ini, terjadi pada proses pemanggangan (cure). Sebelum proses fiksasi, zat warna beum
mengadakan ikatan dengan serat sehingga zat warna akan mudah dihilangkan dari serat. Apabila bahan
hasil celup rendam peras terkena air sebelum proses fiksasi, maka pada bagian baha ini terjadi
pengenceran zat warna yang memudahkan larutan zat warna ini bermigrasi ke daerah sekeliling bahan,
Untuk menjaga terjadinya hal semacam ini dianjurkan agar bahan hasil celup rendam peras yang
belum diproses fiksasi, dilindungi dari percikan air dengan menutup dengan plastik dan dijauhkan dari
percikan air.
Pengaruh dari bahan hasil proses pelunturan warna terhadap nilai K/S zat warna dapat dilihat
Pelunturan warna secara keseluruhan dari bahan hasil celup untuk menghasilkan warna bahan
putih yang sama dengan warna bahan sebelum dicelup, sulit dicapai terutama untuk zat warna tertentu,
sehingga bahan hasil pelunturan masih mengandung sisa warna hasl celupan. Apabila bahan ini dicelup
ulang maka kemungkinan timbul efek celupan dengan warna yang lebih tua dibanding bahan yang dicelup
Untuk menghindari ha diatas maka dianjurkan agar bahan hasil celupan dari bahan hasil
pelunturan warna dipisahkan. Sedangkan untuk mendapatkan warna hasil celupan yang sama dengan
warna standar maka sebaiknya tidak digunakan bahan hasl proses pelunturan warna.
3.14. Pengeringan
Hasil pengukuran warna dari bahan hasil celup dengan kekeringan yang tidak rata setelah
60
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada perbedaan nilai K/S zat warna bahan hasil celup
dengan kekeringan sebelum proses fiksasi yang berbeda. Untuk bahan yang sudah kering begitu bahan
masuk ke dalam ruangan fiksasi langsung terjadi ikatan antara zat warna dan serat, seluruh waktu selama
bahan dalam ruangan dipergunakan untuk proses fiksasi sehingga warna bahan yang dihasilkan lebih tua.
Untuk bahan yang masih basah, waktu fiksasi yang disediakan selama bahan dalam ruang fiksasi
sebahagian digunakan untuk penguapan air dari bahan kemudian setelah kering baru terjadi proses fiksasi.
Oleh karena sebahagian waktu digunakan untuk penguapan maka waktu untuk fiksasi berkurang,
akibatnya fiksasi tidak sempurna sehingga ikatan zat warna dan serat tidak sempurna. Hal ini akan
berpengaruh pada ketuaan warna sehingga hasil pencelupan menjadi lebih muda warnanya.
Supaya tidak terjadi masalah ini, dianjurkan agar dilakukan pengontrolan terhadap kerataan
temperatur udara dalam ruangan tempat pengeringan untuk mendapatkan kekeringan bahan yang rata.
Hasil pengukuran warna dari bahan hasil celup akibat berhentinya mesin dapat dilihat pada Tabel
1 nomor 15.
Mesin berhenti pada waktu proses dapat terjadi pada semua mesin seperti pada mesin rendam
peras, mesin pengeringan atau mesin fiksasi. Akibat mesin rendam peras berhenti, maka sebagian bahan
tersebut lebih tuah. Berhentinya mesin dapat terjadi antara lain karena listrik mati, atau kondisi mesin
Hasil pengukuran warna akibat alat kontrol temperatur ruangan mesin tidak jalan dapat dilihat
Salah satu contoh akibat alat kontrol temperatur pada mesin fiksasi tidak jalan, maka temperatur
dalam ruang fiksasi kemungkinan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Pada percobaan ini temperatur
fiksasi diset pada temperatur di bawah temperatur yang dianjurkan (1500C), yaitu fiksasi pada temperatur
1200C, ternyata hasil warnanya lebih muda. Hal ini menunjukkan bahwa temperatur ang berakibat pada
ketuaan warna.
61
Oleh karena itu pengawasan terhadap temperatur perlu dilakukan agar ketidaksamaan warna hasil
Hasil pengukuran warna akibat kipas sirkulasi udara tidak jalan dapat dilihat pada tabel 1 nomor
17.
Fungsi kipas sirkulasi udara pada mesin fiksasi adalah untuk membantu agar temperatur dalam
Apabila kipas tidak dijalankan kemungkinan temperatur udara dalam ruang tidak homogen,
sehingga temperatur udara di atas dan di bawah permukaan kain tidak sama. Hal ini berakibat tidak
meratanya hasil fiksasi, yang berakibatkan pula pada hasil kerataan warna.
3.18. Pencucian
Hasil pengukuran warna dari bahan hasil celup sebagai akibat proses pencucian setelah celup
Pada data di atas dapat dilihat adanya perbedaan warna dari bahan hasil pencelupan dengan
kebersihan hasil pencucian yang berbeda. Dalam proses pencelupan, zat warna yang berada dalam bahan
tidak semuanya terfiksasi dengan serat, zat warna yang tidak terfiksasi ini dihilangkan zat warna yang
tidak terfiksasi kurang sempurna, maka zat warna ini akan terus menempel pada bahan sehingga warna
IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian penyebab ketidak rataan hasil pencelupan proses Rendam-Peras-
Pemanggangan untuk zat warna reaktif, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
62
5. Pemakaian zat pembantu merusak zat warna yang digunakan
6. Isi larutan celup pada bak rendam peras (bak padder) sedikit/habis
12. Kain hasil celup rendam peras kena air sebelum fiksasi
14. Pengeringan tidak rata dari bahan setelah pencelupan rendam peras
DAFTAR PUSTAKA
Casperz, Vencent, 19991, Metode Perancangan Percobaan Ilmu Pengetahuan Ilmu Teknik,
Bandung : Penerbit CV. Armico.
Castino, Ruth. A, 1974, Spinning dan Dyeing the Natural Way, London : Evans Brothers
Limited.
Chang, Peter M.K, 2002, Pengendalian Mutu Terpadu untuk Industri Tekstil, Jakarta :
Pradnya Paramita.
Hamby PS. and Grover Eliot B., 1960, Hand Book of Textile and Quality Control, Newyork :
Textile Book Publisher.
Hanafiah, Kemas Ali, 2005, Rancangan Percobaan Aplikatif, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Juameri, dkk. 1997, Pengetahuan Barang Tekstil, Bandung : Institut Tehnologi Tekstil.
63
Klein W. 1987, The Technology of Draw Frame, England : The Textil Institute of Textile
Technology.
Klein W. 1991, The Technology of Short Staple Fibre in Spinning, Manchester : The Textile
Institute.
Moerdoko, Wibowo, dkk. 1973, Evaluasi Tekstil Bagian Fisika, Bandung : Institut Tehnologi
Tekstil.
Robinson, JS, 1980, Spinning Extruding and Processing of Fibres, New Jersey : Noyes Data
Corporation.
Sudjana, 1996, Metode Statistik Edisi ke-6, Bandung : Penerbit Tarsito Bandung.
64