Anda di halaman 1dari 77

PEMERIKSAAN

LABORATORIUM
DIABETES MELITUS

dr. Azma Rosida, Sp.PK


Bagian Patologi Klinik FK ULM/
RSUD Ulin BAnjarmasin
Overview
• PENDAHULUAN
• DEFINISI
• KLASIFIKASI
• PATOGENESA & GEJALA KLINIS
• PEMERIKSAAN LABORATORIUM
– PENYARING/PENAPISAN (Screening) DM
– DIAGNOSA DM
– PEMANTAUAN DM
– DETEKSI KOMPLIKASI/PENYULIT DM
Pendahuluan

• Diabetes melitus (DM) merupakan


kelompok kelainan metabolik yang
ditandai adanya hiperglikemia.
• Hiperglikemia : peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal.
Pendahuluan
Memprediksi penderita DM di Indonesia
dari 8,4 juta (2000) menjadi 21,3 juta (2030)
Dampak : Biaya kesehatan tinggi
Kebutaan, penyakit jantung,
gagal ginjal
Definisi DM
• DM adalah suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi akibat
kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya

Konsesus pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2, 2015


Insulin
adalah hormon polipeptida yang diproduksi oleh sel beta
pankreas, berfungsi mengatur metabolisme karbohidrat
dan kadar glukosa darah dalam tubuh.
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi
Tipe DM Etiologi
Tipe 1 Destruksi sel ß pankreas, umumnya mengarah defisiensi
insulin absolut :
• Autoimun
• Idiopatik
Tipe 2 • Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan
defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain • Defek genetik fungsi sel beta
• Defek genetik kerja insulin
• Penyakit eksokrin pankreas
• Endokrinopati
• Karena obat atau zat kimia
• Infeksi
• Sebab imunologi jarang
• Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Gestasional DM terdiagnosis saat hamil
Menurunnya kemampuan jaringan
perifer untuk merespons kerja
insulin
Patogenesis DM tipe 1
Patogenesis DM tipe 2
Gejala Klinis DM

I. Gejala
Klasik

II. Gejala
lain
Pemeriksaan laboratorium DM

A. Penapisan/Penyaring/Screening

B. Diagnosis

C. Pemantauan

D. Deteksi komplikasi/penyulit
A. Pemeriksaan laboratorium untuk
penampisan/penyaring/screening DM
• Dilakukan untuk menegakkan diagnosis DM tipe 2 dan pre diabetes
pada kelompok risiko tinggi yang tidak bergejala.
• Menguji semua org dewasa dg BB lebih /IMT ≥23 kg/m2 (Asian -
Amerika) + FAKTOR RISIKO

• Tidak aktif fisik


• Keluarga tingkat I pasien DM
• Ras/etnik tinggi risiko DM (Afrika-America, latin, Amerika asli, Asia
Amerika, Pacific Islander)
• Wanita melahirkan bayi ≥4kg/Gestasional DM
• Hipertensi ≥140/90 mmHg atau dalam terapi hipertensi
• K-HDL <35 mg/dL dan/ trigliserida >250 mg/dL
• Wanita dg Polycystic Ovary Syndrom
• HbA1c≥ 5,7%, GDPT dan TGT pada pemeriksaan sebelumnya
• Kondisi klinis lain ~ resistensi insulin mis : Obesitas berat,
achantosis nigrans
• Riwayat penyakit kardiovasklar
Jika hasil normal ulangi minimal 3 tahun sekali tergantung hasil
laboratorium
Diabetes Care Volume 38, Supplement 1, & faktor
January risiko yang dimiliki
2015
A. Parameter laboratorium untuk
penyaring/screening DM
Perkeni /Perkumpulan endokrinologi
Indonesia (2016) :
GDP (glukosa darah puasa)

TTGO (tes toleransi glukosa oral)

HbA1c (hemoglobin glikat)


Pemeriksaan laboratorium DM

Penapisan/Penyaring/Screening

Diagnosis

Pemantauan

Deteksi komplikasi/penyulit
B. Pemeriksaan Laboratorium untuk
Diagnosis DM

• Diagnosis DM
– Ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah.
– Pemeriksaan glukosa darah dengan metode
enzimatik bahan plasma darah vena.
– Pemeriksaan HbA1c (hemoglobin glikat)
Kriteria Diagnosis DM
Glukosa darah puasa (GDP) ≥126 mg/dL

Atau

Glukosa plasma ≥200 mg/dL 2 jam setelah tes toleransi


glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

Atau

Glukosa darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL dengan keluhan


klasik

Atau

HbA1c ≥6,5% menggunakan metode terstandarisasi oleh


National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)

PERKENI-Konsesus pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2


(2015)
B. Pemeriksaan laboratorium untuk
diagnosis DM
GDP (glukosa darah puasa)
Atau
TTGO (tes toleransi glukosa oral)
Atau
GDS (glukosa darah sewaktu)
Atau
HbA1c (hemoglobin glikat)
1. GDP Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis DM

• Kadar glukosa darah diperiksa dalam keadaan


pasien puasa.
• Persiapan :
– Puasa (air putih masih dibolehkan) 8 – 12 jam
• Puasa > 12 jam penurunan gula darah

– Tidak melakukan kerja fisik berat


• Kerja fisik berat  penurunan gula darah

– Tidak merokok
– Obat-obatan tidak mutlak dihentikan, obat yang
sangat diperlukan tetap diteruskan, sebaiknya
dicatat & diberitahukan kepada analis
laboratorium.
1. GDP Pemeriksaan aboratorium untuk diagnosis DM

• Bahan : Darah vena  serum/plasma, yang


harus dipiskan ≤1 jam, mencegah glikolisis.

• Nilai rujukan GDP : 74-100 mg/dL


2. TTGO Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis DM

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap


makan seperti biasa (karbohidrat cukup) &
tetap melakukan aktivitas fisik seperti biasa.
2. Puasa 8-12 jam sebelum pemeriksaan, air
putih boleh diminum.
3. Periksa kadar GDP
4. Diberikan glukosa : Dilarutkan dalam 250 mL
– 75 g (dewasa) air, diminum dalam waktu
5 menit
– 1,75 g/kgBB (anak-anak)
5. Dilanjutkan puasa 2 jam  pengambilan
sampel darah  diukur kadar glukosa 
hasil TTGO
Spektrum hemostasis glukosa dan DM
Hasil laboratorium untuk diagnosis DM
GDP (mg/dL) 2 jam PP setelah HbA1c (%)
TTGO (mg/dL)
Diabetes ≥126 ≥200 ≥6,5
Prediabetes 100-125 140-199 5,7-6,4
Normal <100 <140 <5,7

• Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) :


GDP antara 100-125 mg/dL dan TTGO < 140 mg/dL.
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) :
GDP <100 dan TTGO :140-199 mg/dL

• GDPT atau TGT dikenal  PREDIABETES


3. GDS Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis DM

• Glukosa darah sewaktu tidak memerlukan


persiapan khusus.
• Bahan : darah vena.
• Kadar glukosa tergantung faktor makanan &
minuman yg mengandung glukosa, kerja fisik,
stres, variasi diurnal
• Nilai rujukan :≤ 200 mg/dL
4. HbA1c Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis DM
HIPERGLIKEMI

GLIKASI (Terikat pada protein)

Hemoglobin Albumin

Hemoglobin glikat Albumin glikat


4. HbA1c Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis DM
• HbA1c atau A1c adalah komponen utama dari
hemoglobin glikat, suatu bentuk ikatan non-
ensimatik karbohidrat dengan hemoglobin.
• Indikator kontrol glikemia jangka panjang (90-
120 hari)~ kadar glukosa rata-rata
• Hemoglobin (Hb) pada orang dewasa terdiri dari
3 bentuk : HbA1, HbA2, dan HbF. Dominan
HbA1.
• HbA1 mengandung 3 sub bentuk:
HbA1a, HbA1b, dan HbA1c (dominan)
4. HbA1c Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis DM
Hb

Hb dewasa HbA HbA2 HbF


Hb fetal
normal (ααββ) (ααδδ) (ααγγ)

97% 2,5% 0,5%

Non- HbA0 HbA1


glycated

Kadar HbA1a HbA1c


HbA1a HbA1b Dominan
& 1b rendah
4. HbA1c Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis DM
• Kelebihan : sewaktu, tidak dipengaruhi variasi
glukosa makanan, dan latihan fisik, sejajar
dengan timbulnya penyulit
• Kekurangan : mahal,dipengaruhi keadaan yang
mempengaruhi usia eritrosit (anemia hemolitik,
penyakit sickle cell, thallasemia) rendah palsu.
• Bahan pemeriksaan : darah vena dengan
antikoagulan EDTA
• Nilai rujukan :<5,7%
Kimia klinik, Imunologi

Hematologi, HbA1C
DM tidak dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan glukosa urin

Transport aktif glukosa di ginjal dipengaruhi konsentrasi


glukosa di plasma. Jika konsentrasi glukosa melebihi
nilai ambang filtrasi tubulus glukosa urin (+)
Nilai ambang glukosa di plasma : 160-180 mg/dL

Glukosa urin digunakan sebagai bagian dari pemeriksaan


urin rutin, penapisan awal atau pemantauan DM kadar
glukosa darah >200 mg/dL
Pemeriksaan laboratorium DM

Penapisan/Penyaring/Screening

Diagnosis

Pemantauan

Deteksi komplikasi/penyulit
C. Pemeriksaan laboratorium untuk
pemantauan DM
• Target terapi DM tipe 1 dan 2 adalah status glikemik
pasien terkontrol  kadar glukosa darah
normal/mendekati normal.
• Parameter :
1. GDS
2. GDP
3. 2 jam pp
4. Kurva harian glukosa darah
5. HbA1c
6. Albumin-glikat
• Kekerapan pemeriksaan disesuaikan klinis & status
pengendalian glikemik
C. Pemeriksaan laboratorium untuk
pemantauan DM

Penting dalam upaya pengendalian


DM peran aktif pasien dan keluarga
dengan melakukan Pemantauan kadar
glukosa mandiri (Self monitoring home
blood glucose)
Pemantauan glukosa darah mandiri
menggunakan glukosameter

• Point Of Care Test (POCT) glukosa


digunakan untuk pemantauan pasien
hiperglikemia bukan untuk diagnosis
DM
• Menentukan kadar glukosa secara
cepat sehingga penggunaannya
IGD/ICU  tindakan/terapi segera
• Menggunakan reagen kering dan
banyak merk
Penggunaan glucose meter
Baca petunjuk penggunaan alat

1. Pastikan kontrol alat baik, masukan strip angka =


kode chip yg tertera botol strip reagen
2. Desinfeksi jari (pilih jari 2,3,4)
3. Biarkan alkhol kering
4. Tusuk jari menggunakan lancet
5. Oleskan darah pada strip reagen
6. Baca hasil  catat
Perbedaan hasil glukosa darah
vena dan kapiler
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar Darah vena <100 100-199 ≥200
glukosa darah Darah kapiler <90 90-199 ≥200
sewaktu
(mg/dL)
Kadar Darah vena <100 100-125 ≥126
glukosa darah Darah kapiler <90 90-99 ≥100
puasa
(mg/dL)

Glukosa plasma/serum mempunyai kadar 10-15% lebih tinggi dari whole


blood karena komponen glukosa yang diukur terletak di luar eritrosit
Faktor operasional yang dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan glukosa POCT

• Tidak membersihkan jari pasien sebelum penusukan


• Tekanan pada ujung sari untuk mendapatkan
spesimen
• Penusukan jari dilakukan sebelum alkohol kering
• Tidak membuang tetesan pertama dengan
tisue/kapas
• Kesalahan operasional penggunaan alat, mis: kode
chip tidak sesuai dg strip, strip rusak (wadah
penyimpanan tidak rapatkerusakan enzim pada
reagen kering), kadaluarsa.
C. Pemeriksaan laboratorium untuk
pemantauan DM
• Glukosa 2 jam pp
Pengambilan darah 2 jam setelah makan
• Kadar glukosa kurva harian
- Sampel darah diambil beberapa kali dalam
sehari sehingga dapat diketahui naik-turunnya
(kurva) kadar glukosa pasien dalam 1 hari.
- Lengkap 6 x (sebelum dan setelah makan
pagi, siang, malam)
- 3x  puasa pagi hari, siang sebelum makan
siang, dan sore sebelum makan malam
C. Pemeriksaan laboratorium untuk
pemantauan DM
• Albumin-Glikat
– Ikatan glukosa dan albumin serupa dgn A1c
– Menggambarkan status glikemik 2-3 sesuai
waktu paruh albumin
– Tidak dipengaruhi kadar Hb, tetapi
dipengaruhi kadar albumin.
Pengendalian DM
• PENTING :
• Mengontrol hiperglikemia dapat
mengurangi dan mencegah timbulnya
komplikasi DM.
Sasaran pengendalian DM
Parameter Sasaran
IMT (Kg/m2) 18,5 - <23
Tekanan darah sistolik (mmHg) <140
Tekanan darah diastolik (mmHg) <90
Glukosa darah preprandial kapiler (mmHg) 80-130
Glukosa darah 1-2 jam PP kapiler (mg/dL) <180
HbA1c (%) <7
Kolesterol LDL (mg/dL) <100 (<70 bila risiko KV tinggi)
Kolesterol HDL (mg/dL) Laki-laki >40; Wanita >50
Trigliserida (mg/dL) <150

PERKENI Konsesus pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2, 2015


Pemeriksaan laboratorium DM

Penapisan/Penyaring/Screening

Diagnosis

Pemantauan

Deteksi komplikasi/penyulit
D. Pemeriksaan labortorium
deteksi komplikasi/penyulit DM

KAD
Krisis
hiperglikemik
Akut HNK

Hipoglikemik
Komplikasi
DM
Makroavaskular

Kronik
Mikrovaskular
D. Pemeriksaan labortorium DM +
komplikasi/penyulit
Akut - Krisis hiperklikemik
Anamnesis  masukan kalori >>, penghentian
OAD oral/insulin didahului stress akut.
I. Ketoasidosis diabetik (KAD)
– terjadi akibat ketidakmampuan tubuh
menggunakan glukosa sebagai sumber
energi

– Asam lemak digunakan sebagai energi 


benda-benda keton
D. Pemeriksaan labortorium DM +
komplikasi/penyulit
• Akut - Krisis hiperklikemik :
I. Ketoasidosis diabetik (KAD)
– Ditandai glukosa darah tinggi (300-600
mg/dL), disertai
– Defisiensi insulin berat
– Gejala asidosis dan plasma keton (+),
osmolaritas plasma meningkat, peningkatan
anion gap.
– Pemeriksaan lab : analisa gas darah dan
plasma keton/benda keton di urin, osmolaritas
plasma, elektrolit
D. Pemeriksaan labortorium DM +
komplikasi/penyulit
• Akut - Krisis hiperklikemik :
II. Hiperglikemik non ketotik
• Ditandai :
– hiperglikemia berat non ketotik atau ketotik
dan asidosis ringan.
– Lanjut  koma hiperosmolar hiperglikemik
non ketotik (penurunan kesadaran,
hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi
berat tanpa ketoasidosis)
Pemeriksaan laboatorium krisis
hiperglikemia
Klinis Pemeriksaan lab Bahan pemeriksaan

Glukosa darah sangat GDS Darah kapiler/vena


tinggi

Gejala asidosis Analisa gas darah (pH, Darah arteri


metabolik pO2,pCO2,BE,HCO3,SO2)
Keton Benda keton Darah vena/kapiler
Urin
Osmolaritas plasma Osmolalitas plasma Darah vena
meningkat serum/plasma
Anion gap meningkat Elektrolit darah (Na, K, Darah vena serum
Cl) dan analisa gas darah Urin
Darah arteri
D. Pemeriksaan labortorium DM +
komplikasi/penyulit
Akut - Hipoglikemik
• Penurunan kadar glukosa < 70 mg/dL.
• Penyebab :
– Obat (sulfonilurea-glibenklamid, suntikan
insulin)
– Makan <<<, dll.
• Tanda: lapar, mual, TD turun, lemah lesu,
keringat dingin, kejang-koma.
• Pemeriksaan lab  kadar glukosa darah
rendah
KOMPLIKASI KRONIK DM
Risiko Kardiovaskuler (KV)
• DM memiliki risiko sama dengan kejadian penyakit
kardiovaskular (KV)walaupun belum ada kelainan KV
seseorang dg DM tatalaksana agresif.
• Dislipidemia pada DM lebih meningkatkan risiko
mendapatkan KV
Pola lipid : trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol
LDL, kolesterol total, small dense LDL
Peningkatan glukosa hepar & produksi lipid

Resistensi Sintesis VLDL,


Flux free fatty acid (FFA)
insulin Trigliserida di
jaringan lemak
Otot rangka hepatosit

Nonalkoholik
fatty liver

Tes fungsi hati Perlemakan hati


abnormal

Dislipidemia
RISIKO KELAINAN GINJAL

1. Tanda awal  mikroalbuminuria (30-300 mg/24 jam), ,


yang berada di bawah ambang deteksi tes carik celup,
yaitu 300 mg.
2. Tahap akhir  makroalbuminuria/gross proteinuria
(>300 mg/24 jam)
• Mikroalbuminuria gejala awal dari keterlibatan ginjal
pada pasien DM nefropati atau proteinuria nyata.
Physiological urine protein

Tamm-Horsfall protein Blood group related antigen


Albumin Mucopolysaccharide
Immunoglobulins Hormones and enzymes

Urine protein < 150 mg/day


Urine albumin < 30 mg/day
Children : urine protein < 4 mg/m2 /hr or < 100 mg/m2 /24hr
Definisi

• Proteinuria
– Eksresi protein urin > 150 mg/24h

• Albuminuria
– Eksresi albumin urin > 30 mg/24h
D. Pemeriksaan Lab Deteksi Penyulit Ginjal
1.Mikroalbuminuria

• Diduga merupakan hasil perubahan sekunder


filtrasi glomerular
• Akibat perubahan tekanan intraglomerular
dan/ perubahan struktur podosit /membran
basal glomerulus.
• Petanda awal kelainan ginjal, dikaitkan
dengan peningkatan risiko kardiovaskular
pada hipertensi maupun Diabetes melitus tipe
1 dan 2.
Quantitative urine protein test
Urine Dipstick 24 hour urine protein

Protein – Creatinine Ratio

Trace + ++ +++ ++++


Pengukuran mikroalbuminuria
1. Rasio albumin thd kreatinin (albumin
creatinine ratio/ACR), menggunkan urin
sewaktu.
– ♂ ACR ≥2,8 mg/mmol
Mikroalbuminuria
– ♀ ACR ≥2,0 mg/mmol

2. Tes dipstik untuk albumin, dapat mendeteksi


kadar albumin urin yg rendah
Screening methods
Microalbuminuria testing
Proteinuria is a major
manifestation of renal disease
Albumin Specimen collected
Excretion
Urin 24 Urin First voided morning specimen
jam sewaktu Urine Albumin Urine
(mg/24h) (ug/min) Concentration Albumin:creatinine
(mg/l) ratio (mg/mmol)

Normoalbuminuria <30 <20 <20 <3.5 women


<2.5 men
Microalbuminuria 30-300 20-200 20-200 3.5-35 women
2.5-25 men

Overt >300 >200 >200 >35 women


Proteinuria >25 men
D. Pemeriksaan Lab Deteksi Penyulit Ginjal
2.Proteinuria
• Terjadi akibat :
1. kelainan prerenal/overflow akibat produksi berlebih Hb,
mioglobin, atau imunoglobulin
2. kerusakan glomerular, tubular.
3. Penyakit traktus urinarius bawah.
• Klasifiskasi proteinuria:
– Ringan eksresi protein < 1 g/hari
– Sedang 1-3 g/hari
– Berat >3 g/hari
• Sedang & berat  Petunjuk nefropati
nyata (15-25 thn setelah terdiagnosis)
D. Pemeriksaan Lab Deteksi Penyulit Ginjal
3.Kreatinin serum

• Kreatinin : hasil metabolisme kreatin yang


terletak di dalam otot (>>>)
• Kadar kreatinin dalam darah dipengaruhi
oleh massa otot tiap individu, tetapi kadar
kreatin stabil dari waktu ke waktu
• Kreatinin mengalami filtrasi di glomerulus dan
±15% disekresi oleh tubulus.
D. Pemeriksaan Lab Deteksi Penyulit Ginjal
3.Kreatinin serum

• Kurang sensitif mendeteksi kerusakan ginjal


• Kerusakan glomerulus <60% kreatinin serum
masih normal

• Diindikasikan untuk diagnosis gangguan fungsi ginjal


• Nilai normal :
– ♂ 0,6 – 1,2 mg/dL
– ♀ 0,5 – 1.1 mg/dL
D. Pemeriksaan Lab Deteksi Penyulit Ginjal
4. Laju filtrasi glomerulus

• Laju filtrasi glomerulus tidak bisa diukur secara


langsung, tetapi diperkirakan melalui bersihan zat
oleh ginjal

• Zat yg biasa digunakan : Kreatinin

• Uji bersihan kreatinin/(Clerens creatinin test/CCT)


D. Pemeriksaan Lab Deteksi Penyulit Ginjal
5. Perkiraan laju filtrasi glomerulus

• Cara yang lebih sederhana untuk menilai laju filtrasi


glomerulus dengan mengukur perkiraan laju
filtrasi glomerulus menggunakan rumus estimated
glomerular filtration rate/eGFR :
A. Rumus Cockroft and Gault
D. Pemeriksaan Lab Deteksi Penyulit Ginjal
5. Perkiraan laju filtrasi glomerulus

B. Rumus Modification of diet and renal disease


(MDRD)
D. Pemeriksaan labortorium DM Deteksi
komplikasi kronik
Profil lipid (VLDL, K-LDL, K-HDL,
Trigliserida, small dense LDL)

Mikroalbuminuria

Proteinuria

Kreatinin serum

Laju filtrasi glomerulus :CCT, eLFG


TERIMAKASIH

Ada pertanyaan ???

Anda mungkin juga menyukai