Anda di halaman 1dari 25

RANGKUMAN MATA KULIAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ekonomi Moneter

Dosen Pengampu: Salman Alfarisy, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh: Kelompok 1

1. Firani Zofiroh (K7617036)


2. Maya Rohmantika (K7617051)
3. Nur Adinda Windi (K7617057)
4. Putri Aifa Nur A. (K7617061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
A. BANK UMUM SEBAGAI PERANTARA KEUANGAN

1. Aktivitas Bank

Di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 dan sebagaimana


telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang
Perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun
atau mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau
deposito dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa ada dua kegiatan
pokok dari bank, yaitu pertama, kegiatan pengumpulan dana atas dasar
kepercayaan dari masyarakat. Kegiatan kedua adalah penyaluran dana
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Fungsi mendasar dari bank umum adalah sejalan dengan


pengertian bank, yaitu berperan sebagai penghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat atau sektor riil, atau
dunia usaha yang memerlukan. Dalam aktivitasnya, terdapat beberapa
pihak yang terlibat selain bank, antara lain: pihak yang kelebihan dana dan
pihak yang membutuhkan dana. Pihak yang kelebihan dana atau sering
disebut pihak ke tiga dapat menyimpan dananya dalam bentuk giro,
deposito, tabungan, atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
Simpanan dana pihak yang kelebihan atau surplus dana disebut Dana
Pihak Ketiga (DPK) ; Sementara pihak yang membutuhkan dana, bank
akan menyalurkan dana pihak ketiga kepada pihak-pihak tersebut. Secara
ringkasnya, bank mendapatkan dana dari simpanan berjangka pendek
untuk dipinjamkan dengan jangka yang lebih panjang. Aktivitas ini disebut
sebagai aktivitas penyaluran kredit. Aktivitas penyaluran kredit merupakan
kegiatan utama dalam aktivitas perbankan.
Pada aktivitas penyaluran kredit, bank memiliki tujuan untuk
memperoleh laba, laba tersebut dihasilkan dari selisih antara bunga yang
dihasilkan dari dana yang dipinjamkan kepada pihak yang membutuhkan
dengan bunga yang bank berikan kepada pihak ketiga atau pihak surplus
dana.

Pada sisi pihak yang membutuhkan dana, bank memiliki peranan


penting. Salah satunya membangun kegiatan usaha yang dijalankan oleh
pihak yang membutuhkan dana. Bank juga memiliki peranan penting bagi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, mengembankan dunia usaha di
Indonesia, dan mengurangi tingkat pengangguran ataupun kemiskinan di
Indonesia. Sebagai salah satu penopang perekonomian Indonesia, fungsi
bank sebagai perantara keuangan harus berjalan dengan baik. Jika salah
satu fungsi tidak berjalan dengan benar, maka perekonomian Indonesia
juga akan terancam. Perannya sebagai perantara keuangan tidak hanya
sebagai lembaga penyalur kredit.

2. Bank Sebagai Perantara Keuangan

Bank merupakan perantara keuangan yang menyalurkan dana ke


masyarakat, atau dapat disebut sebagai perantara yang menyalurkan dana
dari pihak yang memiliki surplus dana (pihak A) ke pihak yang
membutuhkan dana (pihak B). Bank mendapatkan pendapatan dari hasil
menyalurkan dana tersebut, pendapatan tersebut merupakan bunga yang
dihasilkan dari peminjaman-peminjaman dana yang disalurkan kepada
para nasabahnya. Bunga yang diberikan bank kepada nasabahnya dapat
disebut sebagai i1. Sedangkan bunga yang dibayar oleh nasabah kepada
bank disebut sebagai i2. i2 > i1, bunga yang dibayarkan oleh nasabah
kepada bank harus lebih besar dari bunga yang diberikan bank kepada
nasabahnya. Profit bank (pendapatan bank) diperoleh dari i2-i1, bunga
yang dibayar nasabah dikurangi dengan bunga yang diberikan oleh bank
kepada nasabahnya.
Beberapa resiko akan ditanggung oleh bank, jika bank tidak dapat
membayarkan bunga kepada pihak A (pihak surplus dana) karena pihak B
(pihak peminjam dana) juga sulit untuk melunasi pinjamannya beserta
bunganya. Oleh karena itu, untuk mengecilkan resiko tersebut bank harus
memutar dana pihak A sebaik mungkin sehingga bunga yang akan
diberikan kepada pihak A akan pasti diberikan walaupun pihak B belum
pasti dalam membayar pinjamannya kepada bank. Dalam hal ini biasanya
bank mengivestasikan dana pihak A pada pasar modal. Bank akan menjual
saham dan akan mendapat keuntungan lebih dari dividen yang dihasilkan
saham tersebut. Selain itu bank juga akan mendapatkan capital gain dari
saham yang potensial. Hanya saham potensial yang dapat menghasilkan
capital gain. Capital gain adalah selisih antara harga jual saham dan harga
beli saham.

Bank juga merupakan pelaku investasi dalam pasar modal.


Keikutsertaan bank dalam pasar modal tidak jauh dari tugasnya sebagai
perantara keuangan. Pasar modal dirasa sebagai lahan yang tepat bagi bank
untuk mengelola dana pihak ketiga. Seperti yang telah diketahui,
kelangsungan hidup sebuah bank akan terus terjamin jika bank masih
mampu mengembalikan bunga dari dana pihak ketiga yang merupakan
sumber utama dari kegiatan bank. Dana pihak ketiga merupakan instrumen
yang sangat bank butuhkan, karena itu bank akan berupa untuk
mengembalikan dana tersebut beserta bunganya. Sedangkan untuk
meminjamkan dana pihak ketiga kepada pihak yang membutuhkan
memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi. Resiko tersebut tidak lain
adalah ketidakpastian pengembalian dana. Dari pasar modal bank akan
memperoleh dividen dari dana pihak ketiga yang ia kelola didalamnya.
Dividen itu akan menjamin bank untuk mengembalikan bunga serta dana
kepada pihak ketiga, tanpa takut akan resiko dari penyaluran kredit.
Sehingga kelangsungan hidup bank akan terus terjaga selama proses-
proses tersebut berjalan dengan baik.
Proses intermediasi dapat dilakukan oleh lembaga keuangan
dengan cara membeli sekuritas primer (saham, obligasi, pejanjian kredit,
dsb) yang diterbitkan oleh unit defisit, dan dalam waktu yang sama,
lembaga keuangan mengeluarkan sekuritas sekunder (giro, tabungan,
deposito berjangka, dsb) kepada penabung atau unit surplus. Bagi
penabung, simpanan tersebut merupakan aset finansial (financial assets),
sedangkan bagi pihak lembaga keuangan, dalam hal ini bank, merupakan
utang (financial liabilities).

B. PENGELOLAAN DAN PENGATURAN BANK UMUM

1. Pegelolaan Bank Umum


Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola bank di dalam
jangka pendek, yakni penentuan :
a. Tujuan Jangka Pendek
Waktu yang relevan bagi bank dalam jangka pendek adalah
mingguan atau paling lama bulanan. Dalam jangka waktu itu
tujuan yang utama meliputi: Memenuhi cadangan minimum;
Pelayanan yang baik kepada langganan; dan Strategi dalam
melakukan investasi.
Suatu bank yang terlalu banyak cadangan di atas cadangan
minimum akan hilang kesempatan memperoleh bunga (seandainya
kelebihan cadangan tersebut diinvestasikan). Sebaliknya, apabila
kekurangan, kemungkinan akan mengalami kesulitan likuiditas
atau bahkan akan mendapatkan denda dari bank sentral.
b. Cara Mencapai Tujuan
Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan di atas
mungkin berbeda untuk setiap bank, tergantung beberapa faktor di
antara nya :
1) Falsafah dalam Pengelolaan Bank
Yang dimaksud dengan falsafah di sini adalah petunjuk
baik secara eksplisit maupun implisit yang ditentukan oleh
pimpinan sebagai panduan dan atau batasan bagi bawahan
untuk bertindak, misalnya sampai seberapa jauh bank
tersebut mencari langganan serta mau menanggung risiko.
Beberapa pola atau gaya pengelolaan yang dapat dipakai,
ini meliputi dua yang ekstrim (meskipun banyak bank
memakai pola atau gaya di antara yang ekstrim ini), yakni :
 Pola atau Gaya Konservatif
Pola pengelolaan ini tidak (kurang) menyukai resiko,
meskipun kadangkala harus diimbangi dengan tingkat
pendapatan yang lebih rendah. Tipe bank demikian ini
biasanya lebih menitikberatkan pada cadangan sekunder
sebagai variabel yang dikontrol. Disebut pola konservatif
karena bank dalam mencapai tujuan jangka pendek
tersebut lebih menitikberatkan pada penggunaan dana
intern sehingga tidak perlu mengandalkan pada pinjaman
dari luar yang kadangkala sukar dikontrol oleh bank.
 Pola atau Gaya Agresif
Tipe bank ini lebih menekankan pada orientasi
keuntungan (profitoriented) meskipun harus menanggung
resiko yang relatif lebih basar. Bank akan selalu berusaha
mencari dana dari luar, asal biaya totalnya masih lebih
rendah dari pendapatan yang diperoleh dari investasinya.
Karena dana berasal dari luar, maka resikonya lebih besar
sebab dana ini di luar kontrol bank.
2) Minimum Biaya
Suatu bank yang menghendaki dana tambahan dapat
memperolehnya melalui beberapa cara, antara lain dengan
meminjam dana antarbank, mengeluarkan sertifikat
deposito atau menjual surat berharga jangka pendek. Secara
umum, pemilihan cara (kombinasi beberapa cara) yang
akan diambil tentu berdasarkan pada prinsip biaya terendah
(prinsip least cost).
3) Faktor-faktor lain
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
pengelolaan bank diantaranya kebutuhan nasabah, likuiditas
bank, dan perubahan pasar. Setiap saat bank harus selalu
dapat memenuhi kebutuhan nasabah. Suatu bank di kota
besar di mana nasabah bank kebanyakan perusahaan
mungkin harus melakukan jual beli dana pada pasar dana
antarbank untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. Karena
unsur ketidakpastian, bank biasanya menyediakan likuiditas
yang berupa sertifikat dana, dana antarbank atau kekayaan
yang tidak dipergunakan (unused secondary assets) untuk
menghadapi timbulnya kejadian-kejadian yang tidak
terduga. Dana-dana cadangan inilah yang sering disebut
dengan likuiditas bank.

2. Manajemen Pengelolaan Likuiditas Bank


Pengelolaan likuiditas suatu bank mencakup penentuan berapa
besar alat-alat likuid yang harus disediakan guna menghadapi penagihan
daripada nasabah uang sewaktu-waktu menagihnya. Masalahnya adalah
bank selalu menghadapi dilema antara menghadapi dilema antara
likuiditas/dan keamanan di satu pihak, dan pendapatan/dan keuntungan di
lain pihak. Alasannya, makin tinggi likuiditasnya, makin rendah/kecil
kemungkinan untuk memperoleh pendapatan/keuntungan. Oleh karena itu
perlulah dicari jalan pemecahannya, supaya keuntungan bisa semaksimal
tanpa mengorbankan likuiditas. Dalam hal ini ada dua pendekatan untuk
menanganinya, yakni yang disebut pengelola kekayaan (assets
management) dan pengelolaan utang (liability management).
a) Pengelolaan Kekayaan
Pengelolaan kekayaan merupakan usaha untuk melakukan
alokasi dana untuk berbagai alternatif investasi, seperti misalnya
untuk kas, investasi dalam surat berharga, pemberian pinjaman
atau bentuk kekayaan yang lain. Pada prinsipnya usaha ini berupa
alokasi dana yang ada untuk memenuhi kebutuhan akan uang kas
dan investasi yang mendatangkan keuntungan/bunga. Masalahnya,
adalah adanya konflik antara likuiditas dengan profitabilitas.
Apabila bank ingin mengejar keuntungan/pendapatan yang tinggi
tentu penggunaan dana sebagian besar untuk investasi atau
dipinjamkan. Tetapi usaha ini akan membahayakan posisi
likuiditasnya. Sebaliknya, apabila dana banyak menumpuksebagai
uang kas, dari segi likuiditas adalah aman, tetapi profitabilitasnya
kecil. Oleh karena itu perlu dicari kombinasi yang optimal. Usaha
mencapai sasaran optimal inilah yang menjadi titiksentral
pengelolaan kekayaan. Ada dua pendekatan untuk memecahkan
masalah ini, yakni the pool-of-finds dan the asset-allocation
sebagai berikut:
1) Pendekatan “The Pool-of-Funds”
Dana yang tersedia dapat berasal dari giro, deposito,
tabungan atau modal. Ide dasar pendekatan ini adalah
bahwa dana yang tersedia tersebut dikumpulkan jadi satu
dalam satu pool. Kemudian dialokasikan sesuai dengan
kriteria/syarat-syarat tertentu ke dalam masing-masing
bentuk kekayaan. Sumber/asal dana tersebut dipandang
tidak penting sepanjang investasi yang dilakukan akan
mendorong tercapainya tujuan bank. Pimpinan bank
terlebih dahulu harus menentukan syarat (requirements)
untuk tujuan likuiditas dan profitabilitasnya. Dana
kemudian dialokasikan sesuai dengan kriteria atau
requirements tersebut. Alokasi didasarkan atas prioritas
sesuai dengan proporsi dari masing-masing jenis kekayaan.
2) Pendekatan “The Asset-Allocation”
Dalam sistem pool-of-funds di atas sangat menitik
beratkan pada likuiditas dan tidak membedakan perbedaan
tingkat likuiditas yang diperlukan untuk masing-masing
sumber dana. Tingkat likuiditas yang diperlukan akan
berbeda antara giro (demand deposito), deposito berjangka,
tabungan serta modal. Pendekatan the assets-allocation
berusaha mengatasi kelemahan di atas dengan cara
memperhatikan bahwa jumlah likuiditas yang diperlukan
oleh bank erat hubungannya dengan jenis sumber
dana/likuiditas tersebut. Giro/demand deposito biasanya
cadangan minimumnya serta tingkat perputarannya paling
besar (bila dibandingkan dengan tabungan atau deposito
berjangka). Oleh karena itu dana yang berasal dari giro ini
sebagian besar harus dialokasikan untuk cadangan/kas dan
hanya sebagian kecil untuk investasi.
b) Pengelolaan Utang
Berbeda dengan pengelolaan kekayaan teori ini tidak
memandang bahwa sumber dana/utang bank tidak dapat
dikuasai/dipengaruhi. Justru sebaliknya menurut pandangan teori
ini, atas dasar target pertumbuhan kekayaan tertentu diusahakan
sumber dana yang sesuai dengan target tersebut. Jadi, sumber dana
mudah/dapat diperoleh/dicari. Dengan demikian bank tidak perlu
mempunyai kekayaan jangka pendek yang keuntungannya juga
kecil. Sebaiknya dialihkan ke dalam bentuk kekayaan yang
mendatangkan keuntungan lebih besar (yang biasanya jangka
waktunya juga lebih panjang). Dengan makin berkembangnya
teknik statistik/ekonometri serta komputer maka masalah
pengelolaan likuiditas bank dapat dipecahkan dengan bantuan
teknik tersebut(salah satunya yang disebut programasi linier).
Seperti dijelaskan di atas, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan di dalam pengaturan likuiditas bank. Tidak ada
satu patokan yang dapat berlaku secara umum. Penggunaan
komputer dan teknik programasi linier (linear programming) dapat
membantu penyelesaian masalah likuiditas. Dalam kasus bank,
yang ingin dimaksimumkan adalah keuntungan dengan kendala
likuiditas dan peraturan-peraturan (peraturan pemerintah misalnya)
tertentu. Masalah ini dapat diselesaikan dengan teknik programasi
linier dengan cara mengubah tujuan maksimum keuntungan dan
kendala tersebut di atas dalam bentuk persamaan matematika.
Dengan bantuan komputer sistem persamaan ini dapat diselesaikan.
Hasilnya berupa angka-angka yang dapat memberi gambaran
berapa banyaknya dana yang harus dialokasikan untuk pinjaman
dan pembelian surat-surat berharga. Dengan demikian pimpinan
bank mempunyai petunjuk angka-angka dalam mengalokasikan
dana bank. Namun demikian teknik programasi linier ini bukanlah
merupakan pengganti untuk pengelolaan likuiditas, tetapi hanyalah
alat pembantu untuk ikut memecahkannya.

3. Pengaturan dan Pengawasan Bank


Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi
perbankan Indonesia sebagai:
a) Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai
lembaga penghimpun dan penyaluran dana.
b) Mendorong terwujudnya sistem perbankan yang sehat, kuat dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam
rangka membantu pertumbuhan perekonomian nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan
dengan menerapkan Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank.
Pengaturan dan pengawasan bank oleh OJK meliputi wewenang sebagai
berikut:

a) Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu


kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan dan pendirian
suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh OJK meliputi pemberian
izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan,
penutupan dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan
atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada
bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
b) Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu
kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek
usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan
perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang
diinginkan masyarakat.
c) Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu
kewenangan melakukan pengawasan bank melalui pengawasan
langsung (on-site supervision) dan pengawasan tidak langsung
(off-site supervision). Pengawasan langsung dapat berupa
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus,yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk
memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku
serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak
sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan
tidak langsung yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti
laporan berkala yang disampaikan bank,laporan hasil pemeriksaan
dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabila diperlukan
OJK dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank termasuk pihak
lain yang meliputi perusahaan induk, perusahaan anak, pihak
terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank. OJK dapat menugasi
pihak lain untuk dan atas nama OJK melaksanakan tugas
pemeriksaan.
d) Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose
sanction), yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila suatu
bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini
mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan
asas perbankan yang sehat.

4. Alasan Bank Perlu Diatur


Bank mengemban amanat untuk mensejahterakan rakyat banyak.
Persamaan kepentingan stakeholder Bank merupakan lembaga
kepercayaan Bank umumnya beroperasi dengan modal yang sangat rendah
dibandingkan dengan hutang atau kewajiban kepada pihak
eksternalKebangkrutran atau likuidasi bank dapat menimbulkan dampak
terhadap bank yang sehat.
Manajemen Perbankan meliputi Regulasi, Deregulasi, Dan
Reregulasi. Regulasi perbankan adalah pengaturan dalam dunia perbankan
jika sebelumnya otoritas moneter belum mengaturnya. Deregulasi adalah
pengaturan jika otoritas moneter atau pemerintah sebelumnya terlalu
banyak mengaturnya. Reregulasi adalah pengaturan yang dilakukan oleh
otoritas moneter atau pemerintah jika peraturan sebelumnya belum cukup
untuk mengaturnyaLembaga yang mengatur dan mengawasi Bank baik
bank umum maupun BPR adalah OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

C. PROSES TRANSAKSI DI PASAR UANG

1. Instrumen Pasar Uang


Pasar uang atau money market adalah suatu tempat (abstrak/OTC)
yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower bank)
dengan pihak yang meminjamkan dana (lender bank) untuk melakukan
transaksi pinjam-meminjam dana dengan bunga dan selama jangka waktu
tertentu (kurang dari satu tahun). Tujuan dari transaksi pasar uang ini
yaitu: (1) untuk Mengatur kecukupan GWM dan kebutuhan likuiditas. (2)
Trading dengan target untuk memperoleh spread keuntungan melalui cara
arbitrage dan gapping. Arbitrage adalah strategi trading dengan
melakukan placement dan borrowing dengan jumlah danjangka waktu
yang sama. Sementara gapping adalah strategi trading dengan melakukan
pembedaan jangka waktu antara placement dengan borrowing.
Beberapa macam Instrumen yang tersedia dalam transaksi pasar
uang di Indonesia adalah sebagai berikut
a) Call money
Call money merupakan satu sistem dimana terjadi kegiatan pinjam
meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya, dan
digunakan untuk jangka waktu yang pendek. Pada dasarnya call
money diartikan sebagai kredit atau pinjaman yang pelunasannya
harus dengan segera apabila sudah mendapatkan panggilan atau
peringatan dari pihak yang memberikan dana. Jangka waktu rata-
rata waktu kredit adalah berkisar antara 1-7 hari. Pemberian call
money ini fleksible bisa ditentukan sesuai dengan kesepakatan
bersama, misalkan pelunasan yang dilakukan satu hari setelah
kredit, maka hal ini dinamakan one day call money dan masih
banyak lainnya.
b) Surat utang jangka pendek yang diterbitkan pemerintah suatu
negara, yaitu:
 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat jenis ini adalah suatu instrumen hutang yang
diterbitkan atau yang berasal dari pemerintah atau bank sentral
di negara tersebut atas dasar unjuk dengan jumlah yang
tertentu dan akan dibayarkan kepada pemegang atau pemilik
dana pada tanggal yang telah ditentukan dan disepakati
bersama sebelumnya. Jangka waktu atau jatuh tempo
instrumen ini kurang lebih satu tahun.
Sertifikat Bank Indonesia merupakan salah satu mekanisme
yang digunakan oleh Bank Indonesia dengan tujuan untuk
mengontrol kestabilan nilai rupiah. Sertifikat bank Indonesia
diterbitkan tanpa adanya warkat dan seluruh kepemilikan
maupun transaksinya dicatat dan direkap dalam sarana Bank
Indonesia. Pihak-pihak yang berkecimpung di sini adalah
bank-bank umum dan masyarakat.
 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Surat berharga ini termasuk jenis surat yang memiliki
jangka waktu pendek, dan gunanya untuk diperjualbelikan
secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga-lembaga
lain yang dalam naungan Bank Indonesia atau lembaga yang
dirujuk atau ditunjuk oleh Bank indonesia.
 Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito merupakan salah satu instrumen
keuangan yang diterbitkan oleh atas dasar unjuk dan
dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu, tingkat bunga
tertentu. Pada dasarnya sertifikat deposito ini merupakan
deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat
diperdagangkan dan diperjualbelikan. Sertifikat deposito ini
memiliki ciri pokok yang bisa membedakannya dengan
deposito berjangka, yakni terletak pada sifatnya yang bisa
dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka
waktu atau tanggal jatuh temponya melalui lembaga-lembaga
keuangan lainnya.
c) Surat utang yang diterbitkan oleh pihak swasta, seperti:
 Commercial Paper
Commercial paper ini merupakan promes yang tidak
disertai dengan adanya jaminan yang diterbitkan oleh sebuah
perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh dana jangka
pendek selanjutnya dijual kepada investor dalam pasar uang.
 Repurchase Agreement
Merupakan kegiatan yang bisa dibilang kegiatan yang
timbal balik. Maksudnya adalah kegiatan ini merupakan sebua
transaksi jual beli surat-surat berharga yang disertai dengan
perjanjian. Perjanjian itu berisi bahwa si penjual akan membeli
kembali surat-surat atu sertifikat berharganya yang telah dijual
kepada pembeli pada waktu dan harga yang dusah ditentukan
dan disepakati bersama terlebih dahulu.
 Banker’s Acceptence
Instrumen jenis ini merupakan instrumen pasar uang yang
khusus digunakan untuk memberikan kredit atau sebuah
bantuan kepada importir dan eksportir untuk membantu
mereka dalam upaya pembayaran dan pembelian sejumlah
barang atau untuk membeli valuta asing
 Trasury Bills
Treasury bills merupakan salah satu instrumen dari pasar
modal yang penerbitannya dilakukan oleh Bank sentral yakni
Bank Indonesia dengan jangka waktu kurang dari satu tahun
atau tepat satu tahun, penerbitan instrumen ini juga ats dasar
unjuk bukan perorangan serta dengan nominal tertentu.
2. Proses Transaksi Pasar Uang
Dijelaskan bahwa dalam pasar uang itu terdapat pelaku yang
memperjual belikan uang, namun yang diperjual belikan bentuknya bukan
uang tunai secara langsung namun dalam bentuk surat-surat berharga
jangka pendek. Dalam pasar uang melibatkan banyak pihak yang
melakukan transaksi jual beli, pihak-pihak tersebut antara lain adalah
bank, baik itu bank sentral indonesia atau Bank Indonesia maupun bank-
bank umum, yayasan dana pensiun, koperasi, perusahaan asuransi,
perusahaan dagang, perusahaan jasa, perusahaan industri, dan lembaga-
lembaga keuangan lainnya.
Transaksi yang dilakukan di pasar uang uang Indonesia, seperti
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dilakukan secara Lelang, Repo, Outright.
Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) dilakukan dalam rangka
menempatkan dana idle ke BI dengan tenor dan rate yang ditetapkan oleh
BI, sedangkan Promissory Notes (Nota Promes) dilakukan untuk transaksi
money market lending & borrowing dan Banker Acceptance (BA) untuk
suatu transaksi pasar uang dengan underlying L/C.
Contoh Transaksi di Pasar Uang menurut ilmu ekonomi adalah
sebagai berikut:
a) Contoh Transaksi Pertama
Apabila terdapat lembaga keuangan maupun perusahaan
tertentu yang mempunyai kelebihan uang tunai, maka lembaga
keuangan atau perusahaan tersebut akan berusaha untuk
menggunakan kelebihan uang tunai tersebut untuk berinvestasi,
salah satunya dengan membeli SBIatau Sertifikat Bank Indonesia
dengan jangka waktu pelunasan 30 hari, 60 hari, atau 90 hari
daripada kelebihan uang tunai tersebut menganggur.
Proses pembelian SBI yaitu pembeli akan memperoleh
potongan harga beli (yang disebut diskonto) saat melakukan
pembelian SBI. Jadi, dalam pembelian tersebut pembeli membayar
pembelian SBI dengan harga di bawah nilai nominal SBI tersebut,
apa itu nilai nominal? nilai nominal adalah nilai yang tercantum
dalam surat berharga.
Setelah itu, ketika jatuh tempo (saatnya Bank Indonesia
melakukan pelunasan) Bank Indonesia harus melakukan pelunasan
kepada perusahaan atau lembaga keuangan pembeli SBI dengan
harga sebesar nilai nominal SBI. Jadi, Pembeli SBI akan
memperoleh keuntungan sebesar selisih antara uang pembayaran
saat membeli SBI dengan nilai nominal SBI (yang didapat ketika
sudah jatuh tempo).
Adakalanya pembeli memerlukan uang sebelum tiba jatuh
tempo (waktu pelunasan). Oleh karena itu, pembeli SBI tersebut
dapat menjual SBI yang telah dibelinya kepada pihak lain.
b) Contoh Transaksi Kedua
Apabila terdapat bank atau perusahaan tertentu
membutuhkan uang tunai dalam waktu yang mendesak misalnya
untuk membayar gaji karyawan atau untuk keperluan lain maka
bank atau perusahaan tersebut dapat meminjamnya dari bank lain
dengan cara mengeluarkan promes atau aksep yang telah disahkan
oleh bank yang bersangkutan. Kemudian promes atau aksep ini
dapat dijual kepada Ficorinvest, selanjutnya Ficorinvest akan
menukarnya dengan Surat berharga pasar uang yang disingkat
SBPU. Dengan demikian dari penjualan promes atau aksep kepada
Ficorinvest, bank atau perusahaan yang membutuhkan uang
tersebut akan memperoleh sejumlah uang yang diinginkannya.
Selanjutnya Surat berharga pasar uang (SBPU) tersebut
dapat diperjualbelikan dengan mendapat keuntungan berupa bunga
atau diskonto. Apa itu Ficorinvest? Ficorinvest merupakan sebuah
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang sedang
membutuhkan dana. Tugas Ficorinvest yaitu menyimpan surat-
surat berharga yang diperjualbelikan dalam pasar uang. melalui
Ficorinvest, pihak yang mempunyai dana yang berlebih akan
membeli surat-surat berharga, sedang pihak yang kekurangan dana
akan menjual surat-surat berharga.
Hal yang perlu diingat adalah, bahwa tidak semua surat
berharga harus perjualbelikan melalui Ficorinvest, namun terdapat
surat berharga yang dapat langsung kepada pihak yang
bersangkutan melalui telepon atau lainnya, misalnya call money
atau pinjaman sewaktu-waktu.

D. BANK UMUM SEBAGAI PENCIPTA UANG GIRAL

Salah satu fungsi dari bank adalah sebagai pencipta uang. Bank sentral dalam
hal ini Bank Indonesia menciptakan uang kartal dan bank umum menciptakan
uang giral. Sedangkan uang kuasi dapat diciptakan oleh Bank umum dan Bank
Perkreditan Rakyat.

Mekanisme penciptaan uang giral berawal ketika nasabah menyimpan dana di


Bank dalam bentuk rekening Koran. Melalui transaksi ini, dana yang diterima
bank dapat disalurkan dalam bentuk kredit kepada nasabah atau debitur baik
perorangan atau perusahaan.

Bank Umum atau Commercial Bank merupakan lembaga keuangan yang


dalam melakukan usahanya dapat menciptkan uang giral dan uang kuasi.
Terjadinya penciptaan uang giral dapat melalui 3 mekanisme sebagai berikut :

1. Mekanisme Subsitusi. Penciptaan uang ini terjadi karena nasabah


menyimpan uang kartalnya pada Bank dalam bentuk rekening seperti
rekening koran, rekenong giro, rekening deposito, dan rekening tabungan.
Ketika bank menerbitkan rekening – rekening tersebut, maka secara
otomatis bank tersebut telah menciptakan uang giral dan uang kuasi dan
dalam hal ini tidak menambah jumlah uang beredar.
2. Mekanisme Transformasi. Penciptaan uang ini terjadi karena Bank
Umum mendiskonto wesel atau membeli surat berharga dari nasabah dan
membukukan nilai wesel yang didiskonto atau surat berharga yang dibeli
tersebut ke dalam rekening tabungan, deposito, atau giro atas nama
nasabah.
3. Mekanisme Pemberian Kredit. Penciptaan uang ini terjadi karena Bank
Umum memberikan kredit kepada nasabah atau perusahaan, dan kredit
tersebut dipindah bukukan ke dalam bentuk rekening koran atau rekening
giro nasabah. Penciptaan uang ini menambah jumlah uang beredar di
masyarakat sebesar nilai kredit yang dikeluarkan bank.

E. PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN DI INDONESIA

Di Indonesia lembaga keuangannya terbagi menjadi dua, yakni jenis


lembaga keuangan Bank dan lembaga keuangan bukan Bank:

1. Perbankan
Berdasarkan UU RI No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan,
pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lembaga jenis ini terdiri
dari Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
Berdasarkan Undang-Undang Pokok Perbankan No. 23 tahun 1998 jenis
bank di Indonesia ada dua yakni Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat.
Adapun beberapa layanan jasa perbankan yang diberikan oleh
lembaga keuangan Bank adalah sebagai berikut: Jasa pemindahan uang
(transfer); Jasa penagihan (inkaso); Jasa kliring (clearing); Jasa penjualan
mata uang asing (valas); Jasa safe deposit box; Travelers cheque; Bank
card; Bank draft; Letter of credit (L/C); dan berbagai jasa Bank lainnya.
Dilihat dari fungsinya, lembaga keuangan Bank dapat dibedakan
menjadi 3 jenis. Adapun jenis lembaga keuangan Bank adalah sebagai
berikut:
a) Bank Sentral
Bank Sentral adalah lembaga keuangan yang memiliki
tanggungjawab untuk menstabilkan harga-harga dan nilai mata
uang suatu negara. Di Indonesia, Bank Sentral adalah Bank
Indonesia yang berpusat di Jakarta dan mempunyai kantor bacang
di beberapa daerah di Indonesia.
Tujuan utama Bank Indonesia sebagai bank sentral ialah
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Bank Sentral menetapkan dan menjalankan kebijakan
moneter yang akan diberlakukan di suatu negara untuk mengatur
dan menjaga kelancaran sistem devisa serta mengatur dan
mengawasi bank lainnya. Adapun tugas pokok Bank Sentral
adalah: (1) Menetapkan dan menjalankan kebijakan moneter
sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat dapat dikontrol.
; dan (2) Mengatur dan mendorong kelancaran sistem pembayaran
produksi. Misalnya dengan memproduksi uang lebih banyak atau
menaikkan tingkat suku bunga untuk menarik uang yang beredar di
masyarakat.
b) Bank Umum
Definisi Bank umum adalah Bank yang melakukan
kegiatan usaha di bidang jasa keuangan, baik secara konvensional
atau dengan prinsip syariah.
Fungsi utama dari suatu Bank umum adalah lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan. Pada praktiknya, dana yang
masyarakat dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat,
baik individu maupun perusahaan yang membutuhkan modal.
Dengan kata lain, Bank umum memiliki peran sebagai lembaga
keuangan yang menjembatani pihak-pihak yang punya dana lebih
(unit surplus) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (unit
defisit).
c) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR ini merupakan Bank yang khusus melayani
masyarakat kecil di suatu daerah, kecamatan atau pedesaan. Bank
Perkreditan Rakyat berasal dari Bank Desa, Lumbung Desa, Bank
Pasar, Bank Pegawai dan Bank lainnya yang kemudian dilebur
menjadi Bank Perkreditan Rakyat.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang
memberikan jasa keuangan dalam bentuk tabungan, simpanan
berbentuk deposito berjangka, dan lainnya yang bentuknya sama,
lalu menyalurkan dana tersebut untuk keperluan modal usaha
masyarakat.
Umumnya Bank Perkreditan Rakyat ini berlokasi di dekat
tempat masyarakat yang membutuhkan modal. Adapun status BPR
tersebut diberikan kepada: Bank desa; Bank pegawai; Lembaga
perkreditan desa (LPD); Badan kredit desa (BKD); dan lembaga
lainnya sesuai UU Perbankan No. 7 tahun 1992.
Adapun tugas pokok Bank Prekreditan Rakyat adalah:
(1)Menghimpun dana masyarakat berupa deposito berjanka,
tabungan, dan lainnya yang dipersamakan; (2)Memberikan kredit
modal kepada masyarakat, baik individu maupun badan usaha;
(3)Memberikan jasa perbankan dalam bentuk pembiayaan dengan
prinsip bagi hasil sesuai Peraturan Pemerintah; (4)Menempatkan
dana tersebut dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
tabungan pada bank lain, deposito berjangka, dan sertifikat
deposito.

2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)


Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) menurut UU No. 10
Tahun 1998 adalah suatu badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang
keuangan, yang menghimpun dana dengan mengeluarkan kertas berharga
dan menyalurkannya untuk membayar investasi perusahaan.
Lembaga ini didirikan pada tahun 1973 berdasarkan Keputusan
Mentri Keuangan No. Kep. 38/MK/I/1972 yang menerbitkan bahwa
lembaga-lembaga ini dapat melakukan usaha-usaha sebagai berikut :

a) Menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat sementara


b) Memberi kredit jangka menengah
c) Mengadakan penyertaan modal yang bersifat sementara
d) Bertindak sebagai perantara dari perusahaan indonesia dan
badan hukum pemerintah
e) Berindak sebagai perantara dalam mendapatkan peserta atau
kampanye
f) Sebagai perantara untuk mendapatkan tenaga ahli dan
memberikan nasihat-nasihat sesuai keahlian
g) Melakukan usaha lain di bidang keuangan.

Jenis-jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah sebagai berikut:


a. Lembaga pembiayaan pembangunan.
Lembaga pembiayaan adalah lembaga yang usahanya melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal
dengan tidak menarik dana dari masyarakat secara Iangsung.
b. Perusahaan Asuransi
Perusahaan asuransi merupakan suatu lembaga atau
perusahaan yang memberikan jaminan penggantian atas risiko
yang dihadapi seseorang baik itu berupa kematian, rusak atau
hilangnya harta milik dan lain sebagainya. Perusahaan asuransi
merupakan lembaga yang menghimpun dana melalui penarikan
premi asuransi dan menjanjikan akan memberi sejumlah ganti rugi
jika terjadi suatu peristiwa atau musibah yang menimpa pihak yang
mengikuti program asuransi.
Adapun dana yang dihimpun oleh perusahaan asuransi
umumnya diinvestasikan dalam surat berharga atau dipinjamkan
kepada pihak lain. Jenis asuransi ini bisa berupa asuransi kejiwaan,
pendidikan, kebakaran, kendaraan, kesehatan dan lain sebagainya.
Dengan adanya asuransi diharapkan dapat membantu mengurangi
beban masyarakat saat tulang punggung keluarga terkena musibah
atau saat suatu benda berharga mengalami kerusakan vatal yang
tidak disengaja.
c. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi yang usahanya menerima simpanan dan memberikan
pinjaman kepada para anggotanya yang memerlukan dana dengan
bunga yang rendah (ringan). Tujuan koperasi simpan pinjam ini
adalah untuk mendidik para anggotanya agar Iebih hemat dengan
menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung.
Adapun manfaat koperasi simpan pinjam diantaranya:
anggota dapat memperoleh pinjaman secara mudah dan tidak ribet,
tingkat bunga pinjaman cukup rendah, anggota terhindar dari
rentenir, dapat memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) dan pinjaman
tidak menggunakan jaminan.
d. Perum Pegadaian
Suatu lembaga pembiayaan milik negara yang memberikan
pinjaman atau kredit jalam jangka pendek dengan memberikan
jaminan barang-barang tertentu. Besarnya pinjaman tergantung
dari nilai barang yang dijaminkan. Tujuan adanya perum pegadaian
ini adalah untuk membantu masyarakat luas, terutama golongan
menengah ke bawah atau kurang mampu untuk mendapatkan
pinjaman secara cepat dengan prosedur yang mudah, sederhana
dan cepat.
e. Lembaga Dana Pensiun
Dana pensiun adalah dana yang disediakan pemerintah atau
sebuah perusahaan kepada para pegawai atau karyawannya yang
telah mencapai batas usia tertentu (purna tugas) sebagai cadangan
di hari tua. Lembaga ini khusus mengurus dana pensiun yang
sumber dananya diperoleh dari yayasan atau perusahaan sebagai
jaminan hari tua bagi anggota yang bersangkutan. Lembaga dana
pensiun ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (terutama pegawai negeri dan TNI, karyawan swasta
dan pensiunan) dan cadangan di hari tua.
DAFTAR PUSTAKA

Biz, Andra. “Penciptaan Mekanisme Uang Kartal Giral Bank” (online),


(https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-perbankan-lembaga-
keuangan/pengertian-mekanisme-penciptaan-uang-kartal-giral-bank/),
diakses pada 8 April 2019.

Biz, Ardra. “Pengertian dan Fungsi Bank Umum pada Perekonomian Negara”
(online), (https://www.google.com/amp/s/ardra.biz/ekonomi/ekonomi-
perbankan-lembaga-keuangan/pengertian-dan-fungsi-bank-umum/amp/),
diakses pada 7 April 2019.

Dian, A. 2019. “8 Instrumen Pasar Uang Di Indonesia” (online),


(https://dosenekonomi.com/bisnis/investasi/instrumen-pasar-uang), diakses
pada 8 April 2019.

Hamidah, N. S. 2011. “Pengelolaan Bank Umum” (online),


(http://cyalullaby.blogspot.com/2011/04/pengelolaan-bank-umum.html),
diakses pada 8 April 2019.

Maxmanroe. 2019. “Lembaga Keuangan Bank: Pengertian, Jenis – Jenis Lembaga


Keuangan Bank” (online),
(https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/lembaga-keuangan-
bank.html), diakses pada 7 April 2019.
Oktavia, Indri. 2016. “Bank sebagai Perantara Keuangan dan Hubungannya dalam
Lingkaran Ekonomi” (online),
(http://indrioktasmpbodhist.blogspot.com/2016/11/bank-sebagai-perantara-
keuangan-dan.html?m=1 ), diakses pada 7 April 2019.

Pujianto, A. 2017. “Ilustrasi Terjadinya Transaksi Dalam Pasar Uang” (online)


(http://www.ekonomikontekstual.com/2014/08/ilustrasi-terjadinya
transaksi-dalam-pasar-uang.html), diakses pada 8 April 2019.
Seputarpengetahuan. 2016. “Jenis – Jenis Lembaga Keuangan di Indonesia dan
Penjelasannya” (online),
(https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/11/jenis-jenis-lembaga-
keuangan-di-indonesia-dan-penjelasannya.html), diakses pada 7 April
2019.

www. OJK.go.id

Anda mungkin juga menyukai