Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehadiran anak bagi orang tua merupakan suatu tantangan sahubungan dengan

masalah dependensi / ketergantungan, disiplin, meningkatnya mobilitas, dan keamanan

bagi anak. Orang tua sering kali keliru dalam memperlakukan anak karena

ketidaktahuan mereka akan cara membimbing dan mengasuh yang benar. Apabila hal

ini terus berlanjut, maka pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terhambat

(Ambarwati, 2012).

Masa toddler ialah masa dimana anak mulai mengembangkan kemandiriannya

dengan lebih memahirkan keterampilan yang telah dipelajarinya ketika bayi.

Keseimbangan tubuh sudah mulai berkembang terutama dalam berjalan yang sangat

diperlukan untuk menguatkan rasa tanggung jawab dalam mengendalikan kemauannya

sendiri. Tumbuh kembang yang paling nyata pada tahap ini adalah kemampuan untuk

mengeksplor dan memanipulasi lingkungan tanpa tergantung pada orang lain. Tampak

saling keterkaitan antara perkembangan dan pertumbuhan fisik dengan psikososial.

Toddler juga belajar mengendalikan buang air besar dan kecil menjelang usia tiga

tahun. Sangat penting bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan motorik

seperti belajar penerapan toilet training dengan benar (Wong, 2009). Faktor yang dapat
mempengaruhi kegagalan toilet training antara lain : tingkat pengetahuan yang kurang,

peran keluarga dan adanya ketegangan hubungan ibu anak dalam kesiapan dari anak

sendiri kurang (Andriyani, dkk. 2014).

Anak usia toddler (1-3 tahun) merupakan periode kritis dengan plastisitas yang

tinggi dalam proses tumbuh kembang. Usia 1-3 tahun disebut juga golden periode yang

mana pertumbuhsn sel otak cepat dalam waktu singkat dan peka terhadap stimulasi.

Pengalaman fleksibel mengambil alih fungsi sel sekitarnya dengan membentuk sinap-

sinap serta sangat mempengaruhi periode tumbuh kembang selanjutnya. Anak pada usia

ini harus mendapat perhatian serius, tidak hanya nutrisi yang memadai, tetapi juga

memperhatikan intervensi stimulasi dini untuk membantu anak meningkatkan potensi

dengan memperoleh pengalaman yang sesuai perkembangan (A. Aziz Aimul Hiayat,

2009).

Salah satu tugas utama masa toddler adalah toilet training. Kontrol volunter

spincter anal dan uretra kira-kira dicapai setelah anak bisa berjalan, rata- rata usia 18

sampai dengan 24 bulan. Namun diperlukan kesiapan psikofisiologis yang kompleks

untuk keberhasilan proses tersebut . Anak harus mampu mengenali urgensi untuk

mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu mengomunikasikan sensasi ini

kepada orangtua. Selain itu ada berbagai motivasi yang penting untuk memuaskan

orangtua dengan menahan, daripada memuaskan diri dengan mengeluarkan (Donna L.

wong, 2014).
Toilet training terdiri dari bowel control atau kontrol buang air besar, dan

bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat yang tepat untuk mulai melatih anak

melakukan toilet training adalah setelah anak bisa mulai bisa berjalan (sekitar usia 1,5

tahun). Anak mulai bisa dilatih kontrol buang air besar setelah usia 18-24 bulan dan

biasanya lebih cepat dikuasai dari pada kontrol buang air kecil, tetapi pada umumnya

anak benar-benar bisa melakukan kontrol buang air besar saat usia sekitar tiga tahun

(Soetjiningsih, 2012).

Toilet training atau latihan berkemih (BAK) dan defekasi (BAB) merupakan

salah satu tugas perkembangan anak pada usia toddler (1-3 tahun), dimana pada usia ini

kemampuan untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi mulai berkembang.

Melalui toilet training anak akan mulai belajar bagaimana mereka mengendalikan

keinginan untuk buang air kecil dan selanjutnya mereka mulai terbiasa menggunakan

toilet secara mandiri. Latihan toilet yang baik merupakan latihan membedakan mana

yang baik atau buruk yang pertama bagi anak-anak. Hal ini akan berpengaruh kepada

perkembangan wataknya di kemudian hari (Fudyartanta, 2011).

Adapun faktor yang mempengaruhi kesiapan dalam toilet training dalam

pencapaian toilet training pada masa toddler yaitu faktor fisik anak, psikis anak, dan

kesiapan orang tua. Dalam hal toilet training salah satu faktor yang sangat penting

adalah kesiapan orang tua dalam hal ini adalah pengetahuannya. Orang tua merupakan

faktor terdekat dalam interaksi dengan anak. Pengetahuan orang tua tentang toilet

training berperan besar dalam keberhasilan ataupun prosentasi pencapaian dalam toilet
training. Orang tua harus benar-benar mengerti dan paham tentang toilet training. Hal

ini berdampak pada aplikasinya terhadap anak (Widyastuti, 2011).

Pengetahuan tentang toilet training sangat penting untuk dimiliki oleh seorang

ibu. Hal ini akan berpengaruh pada penerapan toilet training pada anak. Ibu yang

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berarti mempunyai pemahaman yang baik

tentang manfaat dan dampak toilet training (Pusparini Arifah, 2010).

Sebenarnya toilet training harus dikenalkan pada anak sebelum usianya

menginjak 2 tahun supaya anak terbiasa BAB dan BAK pada tempatnya dan tidak boleh

sembarangan, jadi keterlibatan orang tua sangat diperlukan dalam mengajarkan toilet

training kepada anak (Larasati, 2017).

Sangatlah penting untuk membantu mereka mempraktekan bagaimana

membersihkan pantat mereka dengan benar (bagi anak perempuan, membersihkan

pantat dari depan kebelakang) dan bagaimana mencuci tangan dengan bersih.

Penggunaan sabun dan handuk dengan gambar kartun akan membantu mereka untuk

mengeringkan pantat dan tangan mereka. Karena dengan gambar-gambar tersebut

membawa dampak positif bagi mereka, yaitu suasana yang menyenangkan. Bagi orang

tua sangat penting sekali untuk mengajarkan arti sebuah keberhasilan (Nirwana, 2011).

Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya

perlakuan atau aturan yang ketat dari orang tua yang dapat mengganggu kepribadian

anaknya dimana anak bisa bersikap keras kepala, tetapi bila orang tua santai dalam

memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian
ekspresif dimana anak lebih lega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara,

emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2009 ).

Berdasarkan data Profil kesehatan indonesia (2012) dapat dikatahui bahwa

jumlah balita di Indonesia pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23.352.721 jiwa penduduk

Indonesia, dan data dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional tahun 2010

diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di usia

sampai pra sekolah mencapai 75 juta anak.2 Dinas Kesehatan Tanah Bumbu (2016),

Saat ini kebanyakan orang tua membiasakan anak memakai diapers karena hanya

melihat dari sudut pandang kepraktisan dan kenyamanan saja. Padahal menggunakan

diapers yang terlalu sering menimbulkan dampak negatif baik itu dampak jangka

pendek maupun dampak jangka panjang pada anak, dampak jangka pendek pada anak

yaitu menimbulkan iritasi kulit, gatal serta luka dan dampak jangka panjang pada anak

yaitu anak merasa ketergantungan sehingga tidak terbiasa ke toilet untuk buang air.

Menurut penelitisn Sa'diyah (2014), dengan judul “Hubungan Peran Ibu Dalam

Keberhsilan Toilet Training Anak Pada Usia Toddler di PAUD Melati II Desa Bumirejo

Kabupaten Kebumen”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Hubungan Peran Ibu

Dalam Keberhsilan Toilet Training Anak Pada Usia Toddler di PAUD Melati II Desa

Bumirejo Kabupaten Kebumen. Penelitian menggunakan analitik dengan pendekatan

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak

usia toddler yang bersekolah di PAUD Melati II Desa Bumirejo Kabupaten Kebumen

dengan sampe 46 responden. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
chi aquare. Hasil penelitian menunjukkan responden yang berperan dan berhasil dalam

toilet training yaitu sebanyak 33 responden (91,7), responden yang tidak berperan dan

tidak berhasil dalam toilet training sebanyak 6 responden (60%), responden yang tidak

berperan tetapi berhasil dalam toilet training sebanyak 4 responden (40%), sedangkan

responden yang berperan dan tidak berhasil dalam toilet training adalah sebanyak 3

responden (8,3%). Dari hasil analisa uji chi square dengan nilai p=0.001 yang berarti

ada hubungan peran ibu dalam keberhsilan toilet training anak pada usia toddler di

PAUD Melati II Desa Bumirejo Kabupaten Kebumen.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas 4 Ulu

Palembang terhadap 10 ibu yang memiliki anak usia 1 sampai 3 tahun. Peneliti

melakukan wawancara pada 10 ibu, didapatkan 10 ibu kurang mengerti dan kurang

memahami tentang toilet training. 3 dari 10 ibu sudah mengajarkan latihan toilet

training kepada anaknya tetapi masih belum tahu mengajarkan toilet training dengan

benar. 5 ibu yang tidak mengarahkan anaknya pada saat sang anak ingin BAB atau BAK

harus membuka celana sehingga kotoran (feses) atau air kencing menempel pada celana.

2 ibu masih membiasakan anaknya memakai diapres sehingga sang anak merasa

nyaman untuk BAK dan BAB di popoknya.

Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

adakah Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pelaksanaan Toilet Training pada Anak Usia

Toddler di Puskesmas 4 Ulu Palembang Tahun 2019.


1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil observasi ditemukan bahwa masih banyak ibu yang belum memahami

tentang toilet training. Anak yang seharusnya sudah diajarkan latihan toilet training

tetapi di Puskesmas 4 Ulu Palembang masih banyak ibu yang tidak mengajarkan

anaknya untuk toilet training. Ketika sang anak ingin BAB atau BAK, ibu tidak

mengarahkan anaknya untuk ke toilet,serta tidak diajarkan untuk membuka celana

sehingga kotoran (feses) dan air kencing menempel pada celana. Maka dari itu rumusan

dalam penelitian ini adalah adakah Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pelaksanaan

Toilet Training pada Usia Toddler di Puskesmas 4 Ulu Kota Palembang tahun 2019.

1.3 Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka pertanyaan peneliti adalah

adakah Hubungan Pengetahuan Ibu Dalam Pelaksanaan Toilet Training Pada Toddler

di Puskesmas 4 Ulu Kota Palembang 2019.

1.4 Tujuan Peneliti

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Dalam Pelaksanaan

Toilet Training Pada Toddler Di Puskesmas 4 Ulu Palembang 2019

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang toilet

training.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pelaksanaan toilet training pada anak

usia toodler.

c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna untuk ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun tentang pelaksanaan toilet

training.

1.5.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Sebagai sumber informasi baru bagi mahasiswa di masa yang akan

datang, serta menambah wawasan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

di bidang keperawatan anak tentang hubungan pengetahuan ibu dalam

pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler.

1.5.3 Bagi Peneliti

Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan dan menambah wawasan serta pengetahuan peneliti tentang

pelaksanaan toilet training.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini di bidang keperawatan anak, tentang

Hubungan Pengetahuan Ibu Dalam Pelaksanaan Toilet Training Pada Toddler Di


Puskesmas 4 Ulu Palembang 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

memiliki anak usia 1-3 tahun. Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas 4 Ulu

Palembang pada bulan mei 2019. Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional, dengan teknik pengambilan accidental sampling

yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau yang tersedia di

suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.

Anda mungkin juga menyukai