Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Pada PILGUB 2018

(Studi Kasus Di Desa Bicak Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara didunia memiliki

suatu ciri khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum

membentuk suatu negara modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat

istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur

negara. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, kelompok, adat istiadat,

kebudayaan serta agama. Selain itu, negara Indonesia juga tersusun atas unsur-unsur

wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, sehingga dalam membentuk negara

bangsa Indonesia menentukan untuk mempersatukan berbagai unsur yang beraneka

ragam tersebut dalam suatu negara. Pada tahap berikutnya nilai-nilai yang ada pada

local wisdom bangsa Indonesia tersebut, dikristalisasikan menjadi suatu sistem nilai

yang disebut pancasila. Dalam upayanya untuk membentuk suatu persekutuan hidup

yang disebut negara maka bangsa Indonesia mendasarkan pada suatu pandangan hidup

yang telah dimilikinya yaitu pancasila.1

Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang

terkandung pada pancasila demi terwujudnya negara yang demokrasi sesuai amanat

UUD 1945 alinea 4. Salah satu syarat untuk dapat memenuhi kriteria suatu Negara

yang dianggap sebagai Negara hukum adalah adanya pemilihan umum yang bebas.

1
Prof. DR. Kaelan. Pendidikan Pancasila ( Yogyakarta: Paradigma, 2014) hlm. 140

pg. 1
Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Pemilihan

Umum menggariskan bahwa Pemilihan umum yang bebas dan tidak memihak

dilakukan dari pusat sampai daerah. Pemilihan umum yang bebas dan tidak memihak

sebagai ciri utama negara hukum, juga merupakan media dalam pembagian fungsi dan

peran yang dilakukan.2 Rakyat sebagai subjek berperan penting dalam penentuan

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Akan halnya demokrasi, Winston Churchill (Junaedi, 2008: 84) berkata : “ it

has been said that democracy is the worst form of goverment expected all the others

that have been tried”. Dalam demokrasi, rakyat sebagai subjek berperan penting dalam

penentuan dan penyelenggaran kehidupan bernegara. Abraham Lincoln (Junaedi,

2008: 63) mengatakan bahwa “demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat”. Salah satu indikator implementasi penyelenggaraan

pemerintahan suatu Negara adalah diletakkannya kekuasaan tertinggi di tangan rakyat

yang salah satu bentuk nyatanya adalah partisipasi politik dalam bentuk keterlibatan

rakyat pada pesta demokrasi/pemilihan umum.3

Keikutsertaan warga negara dalam berpartisipasi sangatlah penting karena teori

demokrasi menyebutkan bahwa warga negara tersebut sangatlah mengetahui apa yang

dikehendaki. Hak - hak sipil dan kebebasan dihormati serta dijunjung tinggi. Tiada

demokrasi tanpa partisipasi politik rakyat, sebab partisipasi merupakan esensi dari

demokrasi. Partisipasi warga negara dalam berpolitik merupakan ukuran demokrasi

suatu negara. Penggunaanya pun tidak bisa dipaksakan tetapi berdasarkan kesadaran

politik warga negara. Salah satu hal mendasar yang menyebabkan warga negara tidak

memberikan hak pilihnya adalah adanya motivasi yang beragam dari para peserta

2
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
3
M. Yahya Arwiyah, 2012, Peranan Status Sosial Ekonomi Pemilih Dan Kualitas Partai Politik Dalam
Meningkatkan Partisipasi Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah, jurnal

pg. 2
pemilu. Motivasi tersebut lebih cenderung pada kepentingan politik semata dengan

mengabaikan hal – hal yang mempengaruhi partisipasi politik salah satunya ialah

pendidikan.4

Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau kelompok oranguntuk

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, sntsrs lsin dengan jalan memilih

pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung , memengaruhi kebijakan

pemerintah . kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam

pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengdakan hubungan atau lobbying

dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah

satu gerakan sosial dengan direct actionnya, dan sebagainya.5

Partisipasi politik termasuk dalam aspek penting dalam sebuah tatanan negara

demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Secara umum

dalam masyarakat tradisional yang sifat kepemimpinan politiknya lebih ditentukan

oleh segolongan elit penguasa, keterlibatan warga negara dalam ikut serta

memengaruhi pengambilan keputusan, dan memengaruhi kehidupan bangsa relatif

sangat kecil. Warga negara yang hanya terdiri dari masyarakat sederhana cenderung

kurang diperhitungkan dalam proses-proses politik.6

Partisipasi politik dapat menjadi salah satu ukuran tingkat kepedulian terhadap

penyelenggaraan Negara, semakin tinggi partisipasi politik menunjukkan bahwa

rakyat terlibat/ikut serta dalam kegiatan penyelenggaraan negara, sebaliknya semakin

rendah partisipasi politik menunjukkan bahwa rakyat kurang berminat dalam kegiatan

penyelenggaraan negara. Dalam hubungan ini mengatakan bahwa efikasi politik warga

4
Asrobi Panuntun, 2015, Hubungan Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat, jurnal
5
Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) hlm. 367
6
Sudijono Sastroatmodjo.Perilaku Politik (Semarang: Ikip Semarang Press, 1995) hlm. 56

pg. 3
Negara akan muncul apabila memberi dampak terhadap perubahan sistem politik.7

Pendapat ini dapat diartikan bahwa rakyat akan semakin terdorong untuk berpartisipasi

apabila apa yang menjadi aspirasinya diakselerasikan oleh pemerintah yang

memegang tampuk pemerintahan. Pendapat ini diperkuat oleh Huntington dan Nelson

yang menjelaskan bahwa:

“Peranan partisipasi politik dalam masyarakat merupakan suatu fungsi dari prioritas-

prioritas yang diberikan kepada variabel-variabel dan tujuan-tujuan dan dari strategi

pembangunan secara keseluruhan. Keterlibatan politik adalah baik bagi masyarakat,

hal itu membuat demokrasi lebih bermakna dan membuat pemerintah lebih tanggap,

itu merupakan hal yang baik secara individu, karena akan membuat berkembang

menjadi individu yang bermoral dan warga negara yang bertanggung jawab dalam

masyarakat.”8

Partisipasi politik juga tidak lepas dari hubungan partai politik yang ada dalam

suatu negara, menurut teori dialektika aksi Sewell (1988) dan teori strukturasi Giddens

(1984).9 Bahwa ideologi dianggap sebagai faktor utama bagi pemilih dalam

menentukan partai yang akan dipilih dan sekaligus bisa berevolusi seiring perjalanan

waktu. Sebagai kumpulan ide atau gagasan, maka ideologi partai politik menempati

posisi strategis. Salah satu fungsi partai politik adalah rekrutmen politik. Hal ini

berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik karena ini menentukan

kualitas partai sehingga dapat mempunyai kesempatan lebih besar untuk

mengembangkan diri dalam kepemimpinan nasional yang dapat dipilih dalam

pemilihan umum.10

7
Suryadi dan Dasim. PKN dan Masyarakat Multikultural (Bandung: Prodi PKN Universitas Pendidikan
Indonesia, 2008) hlm.6
8
Huntington, Nelson. Partisipasi Politik di Negara Berkembang (Jakarta: Rineka Cipta, 1994) hlm.25
9
Firmanzah. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008) hlm.121
10
Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) hlm. 408

pg. 4
Perilaku pemilih Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai keikutsertaan

warga negara dalam pemilihan umum melalui serangkaian kegiatan membuat

keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Affan

Gafar menyebutkan bahwa karakteristik sosial yang salah satunya adalah pendidikan

akan mempengaruhi perilaku pemilih. Sejumlah ilmuan yang meneliti mengenai

perilaku pemlih di Amerika memiliki temuan-temuan yang beraneka ragam terhadap

pengaruh antara pendidikan dengan perilaku pemilih. Affan Gafar misalnya, hasil

penelitiannya di desa Brobanti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara

pendidikan dan perilaku pemilih, tetapi pengaruh tersebut sangat lemah. Sedangkan

Raymond Wolfinger dan Steven Rosenstone mendapatkan kesimpulan dari

penelitiannya bahwa pendidikan merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi

pilihan seseorang untuk ikut memilih atau tidak dalam pemilihan umum. Seseorang

dengan pendidikan menengah hingga tinggi rata-rata memutuskan untuk ikut dalam

pemilu, sebaliknya seseorang dengan pendidikan yang rendah cendrung tinggal

dirumah mereka dan tidak tertarik untuk memilih. Aspek pendidikan mampu membuat

masyarakat memiliki pandangan yang luas terhadap dunia politik, perbedaan diantara

masyarakat yang berpendidikan tinggi maupun rendah terlihat dari sikap dan perilaku

mereka. Pendidikan akan memberikan kepercayaan diri bagi masyarakat untuk mampu

mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik pemerintah yang pada akhirnya akan

membawa masyarakat kepada partisipasi politik dalam level yang tinggi.11

Realitanya tidak hanya di Jawa Timur saja yang suhu politiknya makin

memanas akan tetapi juga seluruh tanah air juga ikut memanas hal itu dilatarbelakangi

oleh pilkada serentak yang akan digelar pada pilkada 2018. Faktor lain penyebab

panasnya suhu politik semakin tinggi ini adalah karena pelaksanaan pilkada berdekatan

11
Mohamad Riki Fauzi, 2017, Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik, Jurnal

pg. 5
dengan pemilu legislatif dan pilpres 2019. Kembali lagi pada Propinsi Jawa Timur

tercatat sejak Pikada 2008 hingga Pemilu 2014 lalu, angka partisipasi masyarakat Jawa

Timur hanya mencapai angka 50-60 persen, dan angka golput mencapai angka 40

persen. Tidak ada peningkatan partisipasi yang signifikan, bahkan angka golput Jatim

dalam setiap pemilu tergolong tinggi. Tiga faktor utama yang menjadi penyebabnya

ialah, pertama minimnya sosialisasi yang dilakukan KPU, PPK, dan PPS hingga

kampanye politik dari calon yang tidak maksimal. Kedua, faktor ekonomi, masyarakat

lebih memilih untuk berkerja dari pada hilang penghasilan karena datang ke TPS.

Ketiga, sikap apatisme yang menganggap pilkada tidak dapat menjanjikan suatu

perubahan yang berarti terhadap kehidupan mereka. Kembalinya calon gubernur yang

sama dapat dianggap menjenuhkan oleh sebagian masyarakat Jatim. Sosok yang itu-

itu saja sejak Pilkada 2008 belum tentu dapat memengaruhi kelompok apatis atau

golput. Apalagi bila tidak ada optimalisasi dari KPU untuk melakukan sosialisasi dan

memfasilitasi penyelenggaran pemilu yang baik bagi setiap lapisan masyarakat.

Bagi penulis, beberapa nama baru yang dalam beberapa bulan terakhir mencuat

seperti Walikota Tri Risma, Bupati Trenggalek Emil Dardak, Bupati Bojonegoro

Suyoto dan Agus Murti Yudhoyono dapat menjadi angin segar dan bertindak untuk

memunculkan gairah baru sebagai alternatif pilihan dari dua orang yang sudah tampil

dan sudah dua kali bertarung, yaitu Gus Ipul vs Khofifah. Menuju Pilkada Jatim 2018

bukan soal kandidat semata, melainkan juga soal tingkat partisipasi masyarakat Jatim.

Karena jika sejak awal masyarakat sudah peduli dengan pemilu, ada kecenderungan

seterusnya mereka akan aktif berpartisipasi dalam pemilu bahkan untuk pembangunan

daerah itu sendiri.

Berdasarkan paparan dan realita dari partisipasi politik pada wilayah Jawa

Timur diatas merupakan suatu hal yang mendorong penulis untuk mengupas dan

pg. 6
mengkaji lebih lanjut tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik

masyarakat. Maka dari itu, penulis tertarik mengambil judul penelitian yakni

“PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI POLITIK

PADA PEMILU/PILKADA TAHUN 2018 (Studi Kasus Desa Bicak Kecamatan

Trowulan Kabupaten Mojokerto)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah di paparkan, maka peneliti dapat

mengambil rumusan masalah apakah pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi

politik pada pemilu/pilkada tahun 2018 di Desa Bicak Kecamatan Trowulan?

1.3. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah mengkaji, meneliti,

dan menggali terkait pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik pada

pemilu/pilkada tahun 2018 di Desa Bicak Kecamatan Trowulan

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yaitu:

1.4.1. Manfaat Akademis

Pertama, Memberikan sumbangsih dengan menambah khasanah ilmu

pengetahuan sosial khususnya yang mengarah pada kajian ilmu politik. Kedua,

penelitian ini diharapkan dapat digunakan pada referensi pada penelitian-

penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Memberikan wawasan bagi peneliti serta para pembaca mengenai pengaruh

tingkat status ekonomi terhadap partisipasi politik pada pemilu atau pilkada.

Adapun temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi inspirasi bagi calon

pg. 7
peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dibidang politik sosial

ekonomi dan kewarganegaraan.

1.5. Kerangka Teori

Partisipasi Politik

Menurut Samuel. P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice:

Political Participation in Developing Countries (1997:3) partisipasi politik adalah

kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk

memengaruhi perbuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual

atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau

dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. By political participation

we mean activity by private citizens designed to influence government decision

making. Participation may be individual or collective, organied or spontaneous,

sustained or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal, effective or ineffective.12

Selanjutnya, mengenai kegiatan individu untuk memengaruhi pemerintah, ada

ynag dilakukan atas kesadaran sendiri (kegiatan otonom atau self motion), dan adapula

yang dilakukan atas desakan, manipulasi, dan paksaan dari pihak lain ( mobilisasi).

Dalam kenyataan kedua hal ini seing kali sukar dibedakan, maka baik kegiatan yang

otonom maupun mobilisasi termasuk dalam kategori partisipasi politik. 13

Dia menambahkan bahwa di negara-negara berkembang, menunjukkan semakin

banyak partisipasi membuat orang menjadi yang terbaik. Sementara itu, tingkat

partisipasi menunjukkan bahwa orang bergabung dan mengerti masalah politik mereka

dan ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Namun, rendahnya partisipasi tidak

membuat orang baik, di mana orang tidak memberi banyak perhatian pada masalah

12
Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) hlm. 367
13
Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010) hlm.
182

pg. 8
negara mereka. Jika tidak ada lagi argumen, para elit tidak akan mengharapkan

kebutuhan dan aspirasi mereka, namun mereka cenderung memberi layanan kepada

beberapa kelompok secara pasif. Selain itu, Huntington menyebutkan bahwa kelas

sosial (tingkat pendidikan dan pendidikan), dan pembangunan ekonomi memiliki

pengaruh terhadap proses tersebut. demokratisasi. Orang-orang yang memiliki kelas

sosial lebih tinggi cenderung lebih berpartisipasi daripada orang-orang yang memiliki

kelas sosial rendah. Ini karena mereka percaya bahwa pemungutan suara mereka

berpengaruh terhadap sistem politik Keberhasilan atau tidak pembangunan bangsa

bergantung pada orang untuk berpartisipasi; Dengan demikian, ini akan membantu

menyelesaikan masalah negara di mana muncul beragam etnis, budaya, status sosial,

agama dan sebagainya. Integrasi nasional, pembentukan identitas nasional dan

kesetiaan kepada negara diharapkan dapat mendukung pembangunan itu sendiri

melalui partisipasi politik. 14

Selanjutnya, dia menggaris bawahi bahwa "secara lebih langsung,

pembangunan ekonomi nampaknya telah mendorong perubahan struktur sosial dan

nilai-nilai yang, pada gilirannya, mendorong demokratisasi". Perkembangan ekonomi

negara meningkatkan tingkat orang berpendidikan dan kelas menengah yang lebih

besar. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung mengembangkan karakteristik

kepercayaan, kepuasan, dan kompetensi untuk menuju demokratisasi dengan lebih

mudah. Sementara pendidikan tinggi orang dan kelas menengah yang lebih besar

muncul sebagai sikap budaya masyarakat seperti kepercayaan, kepuasan, dan

kompetensi terhadap sistem politik. . Status pendidikan yang lebih tinggi akan

mengembangkan sikap individu untuk lebih berpartisipasi dalam dunia politik. Dengan

14
Marlina Handayani. Samuel Phillips Huntington On Political Participation and Democracy. (Kuala
Lumpur: Jurnal International Islamic University Malaysia, 2008) hlm. 9

pg. 9
demikian pendukung demokratisasi paling aktif di setiap negara berasal dari kalangan

menengah kota. Karena mereka percaya bahwa suara atau aktivitas mereka dalam

politik dapat mempengaruhi sistem politik. Disini, proses demokratisasi akan sukses.

Akibatnya, tujuan mereka akan tercapai bila proses demokratisasi berhasil. Sementara

itu, demokratisasi memberi umpan balik juga. Tepatnya bisa dilihat di bawah. 15

More highly
educated public

Higher level of Civic culture


attitudes-trust, Support for
economic
satisfaction, democratization
development
competence

Larger middle-
class

Sebagai contoh, dia memberi Amerika Serikat sebagai negara demokrasi yang

sukses dimana elemen-elemen tersebut bekerja. Namun, Timur Tengah (Iran dan Irak)

sebagai negara demokrasi yang tidak berhasil dimana mereka memiliki tingkat

perkembangan ekonomi yang lebih tinggi namun tidak memiliki sistem demokrasi. Ini

berarti orang-orang terbatas untuk berpartisipasi dalam politik. Oleh karena itu, proses

demokratisasi tidak berjalan dengan baik. Terakhir, pembangunan ekonomi

menciptakan rezim demokratis selama masa depan, namun, pertumbuhan ekonomi dan

krisis ekonomi yang pesat mungkin akan mengarah ke rezim otoriter di jangka

pendeknya. Dengan demikian, pada gelombang ketiga, kombinasi antara pertumbuhan

ekonomi dan krisis ekonomi sangat mendorong transformasi dari sistem otoriter ke

sistem demokrasi bangsa. 16

1.6. Orginalitas

15
Ibid, 10
16
Ibid, 11

pg. 10
No Nama Teori Metode Abstrak

. Peneliti

1. Fernando Teori Michael Rush dan Philip Metode mengetahui

Marpaun Althoff Penelitia Pengaruh

g n Pendidikan

kuantitati Terhadap

f asosiatif Partisipasi

Politik Dalam

Pemilihan

Walikota 2012

di Kelurahan

Batu IX

Kecamatan

Tanjung pinang

Timur RT

004/RW 003

Tanjungpinang

).

2. Asrobi Teori Closky metode mengetahui

Panuntun kuantitati hubungan

f yang pendidikan

bersifat terhadap

asosiatif partisipasi

politik

pg. 11
masyarakat

dalam pemilu

Presiden 2014

di Kelurahan

Baqa

Kecamatan

Samarinda

Seberang Kota

Samarinda.

3. Dwira Teori Maran Metode mengetahui

Kharisma Penelitia peran agen

n pendidikan

Kualitatif politik terhadap

partisipasi

politik pemilih

muda dikota

Manado

1.6.1 Penelitian terdahulu oleh Fernando Marpaung

Judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Dalam

Pemilihan Walikota 2012 di Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur RT

004/RW 003 Tanjungpinang.” Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dapat

diketahui bahwa tinggi rendahnya pendidikan seseorang bukan menjadi acuan dalam

berpartisipasi walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan juga merupakan

salah satu hal penting dalam menentukan partisipasi masyarakat. Semakin tinggi

pg. 12
tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinggi juga pemahaman seseorang.

Pendidikan bermaksud untuk meningkatkan kesadaran setiap warga negara termasuk

dalam kehidupan berpolitik. Pendidikan yang dilakukan secara sadar dan berencana

pada kahekatnya adalah usaha untuk meningkatkan kesadaran partisipasi politik

masyarakat sebagai warga negara yang baik.

1.6.2 Penelitian terdahulu oleh Asrobi Panuntun

Judul penelitian “Hubungan Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik

Masyarakat Dalam Pemilu Presiden 2014 di Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda

Seberang Kota Samarinda”. Dari hasil analisis data menunjukan bahwa pendidikan

masyarakat Kelurahan Baqa masih cukup rendah hal tersebut dilihat dari frekuensi

jawaban yang diberikan dalam pertanyaan pada variabel pendidikan, masyarakat

banyak yang belum paham terhadap pengetahuan tentang ilmu politik khusunya dalam

pemilu Presiden 2014. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa, pendidikan

memiliki hubungan yang kuat terhadap partisipasi politik masyarakat, yang artinya

bahwa semakin baik pendidikan masyarakat maka semakin baik juga partisipasi politik

yang diberikan.

1.6.3 Penelitian terdahulu oleh Teori Maran

Judul penelitian “Peran Pendidikan Politik Terhadap Partisipasi Politik Pemilih

Muda di Kota Manado”. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pendidikan politik belum

terlalu berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi sebagai sosialisasi politk. Pada

kenyataan kebanyakan pemilih muda bersikap acu tak acuh walaupun mereka tetap

ikut berpartisipasi dalam pileg 2014 di kota Manado. Pendidikan politik belum terlalu

berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi sebagai sosialisasi politk. Pada kenyataan

kebanyakan pemilih muda bersikap acu tak acuh walaupun mereka tetap ikut

berpartisipasi dalam pileg 2014 di kota Manado. Para pemilih muda dikota Manado

pg. 13
hanya bersifat konvensional. Karena bentuk partisipasi berbentuk pemberian suara

walau bukan karena atas dasar pertimbangan yang matang terhadap pilihan yang

dilakukan, hanya sekedar ikutikutan. Peran keluarga dan lingkungan sekitar justru

lebih mampu mempengaruhi tindakan serta pengetahuan tentang politik mereka.

Pendidikan politik yang lemah menyebabkan para pemilih muda hanya sekedar ikut-

ikutan dan dengan mudah dan rentah dimobilisasi oleh kelompok-kelompok tertentu.

1.7. Definisi Konseptual

Berdasarkan dengan penelitian ini, maka penulis mencoba merumuskan definisi

konsepsional yang merupakan pembatas terhadap penelitian yang akan dilakukan,

yaitu:

1. Pendidikan adalah setiap usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus

dalam rangka untuk mengembangkan potensi diri agar cakap dalam menjalani

kehidupannya.

2. Partisipasi politik masyarakat adalah keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat

secara sukarela mencakup kegiatan pemberian suara, kegiatan kampanye, serta

diskusi politik dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2018 di Desa Bicak,

Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

1.8. Definisi Operasional

Penulis akan menentukan indikator-indikator yang digunakan dan untuk menentukan

gejala yang dihadapi dalam mengukur variabel-variabel sebagai berikut:

1. Pendidikan Variabel X (Independen) dalam penelitian ini diukur melalui sub

indikator sebagai berikut :

a. Pendidikan Formal.

pg. 14
b. Pendidikan Nonformal.

c. Pendidikan Informal.

2. Partisipasi Politik Variabel Y (Dependen) dalam penelitian ini diukur melalui sub

indikator sebagai berikut :

a. Keterlibatan Pemilu.

b. Tidak Terlibat Pemilu.

c. Pemahaman Tentang Organisasi.

1.9. Hipotesis

Berdasarkan konsep teoritis yang telah dikemukan diatas, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H0: Tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik pada

pemilihan kepala daerah 2018 di Desa Bicak Kecamatan Trowulan Kabupaten

Mojokerto.

H1: Adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik pada pemilihan

kepala daerah 2018 di Desa Bicak Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto.

pg. 15
BAB 2

METODOLOGI

2.1 Metode Penelitian

2.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian untuk penulisan proposal ini bertujuan untuk memecahkan masalah

seperti yang telah dirumuskan sebelumnya dan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara pendidikan dengan terhadap partisipasi politik masyarakat di

Desa Bicak Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto untuk itu diadakan analisa

data dengan tujuan untuk menguji hipotesis ynag telah dirumuskan sebelumnya.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah

penelitian yang bersifat asosiatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan mengetahui

pengaruh sebab akibat dari kedua veriabel yang di teliti yaitu antara Pendidikan

(variable bebas) dengan Partisipasi Politik sebagai (variable terikat). Seperti yang

dikemukakan Sugiyono (2012: 36) mengatakan bahwa pendekatan asosiatif adalah

suatu pendekatan penelitian yang bersifat menghubungkan antara dua variable atau

lebih.

2.1.2 Populasi dan Sampel

Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah masyarakat Desa Bicak Kecamatan

Trowulan Kabupaten Mojokerto yang terdaftar sebagai daftar pemilih tetap pada

pemilu kepala daerah 2018 dan memiliki pendidikan formal terakhir. Namun

karena jumlah populasi yang banyak maka tidak semuanya diambil menjadi

sampel, maka sampel diambil dengan metode proportionate stratified random

sampling, dengan jumlah 100 jumlah sampel.

2.1.3 Teknik Pengumpulan Data

pg. 16
Untuk penulisan skripsi ini, penulis dalam mengumpulkan data menggunakan

beberapa cara atau teknik sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan yaitu memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana

dalam mengumpulkan data, dengan mempelajari buku – buku sebagai bahan

referensi.

2. Penelitian Lapangan yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung

dilapangan dengan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Observasi yaitu pengamatan langsung dilapangan.

b. Wawancara sebagai pelengkap dan pendukung serta pembanding dengan

data dan informasi yang diperoleh.

c. Dokumentasi.

2.1.4 Alat Pengukur Data

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka penulis menggunakan skala ordinal

dengan model penyajian berdasarkan metode likert dan menetapkan score terhadap

jawaban yang diperoleh dari responden dengan menggunakan skala atau jenjang 3

(1,2,3) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jawaban a diberi nilai 3 untuk jawaban positi (sering).

2. Jawaban b diberi nilai 2 untuk jawaban netral (kadang-kadang).

3. Jawaban c diberi nilai 1 untuk jawaban negatif (tidak pernah).

2.1.5 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka penulis menggunakan skala

ordinal dengan model penyajian berdasarkan metode likert dan menetapkan score

terhadap jawaban yang diperoleh dari responden dengan menggunakan skala atau

jenjang 3 (1,2,3) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jawaban A diberi nilai 4 untuk jawaban sangat setuju.

pg. 17
2. Jawaban B diberi nilai 3 untuk jawaban setuju

3. Jawaban C diberi nilai 2 untuk jawaban tidak setuju.

4. Jawaban D diberi nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju.

pg. 18

Anda mungkin juga menyukai