Anda di halaman 1dari 9

Lampiran Materi

ASI EKSLUSIF
A. Pengertian
ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan mengandung semua zat gizi
yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia enam bulan tanpa tambahan cairan ataupun
makanan lain. ASI dapat diberikan sampai usia dua tahun. Pemberian ASI saja pada bayi sampai
sampai usia enam bulan dianjurkan dengan menetapkan inisiasi menyusu dini (IMD) selama satu
jam setelah kelahiran bayi, diberikan tanpa makanan tambahan atau minuman, ASI diberikan
tidak menggunakan dot atau cangkir, mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah
dengan tangan di saat tidak bersama bayi dan menjaga pikiran dengan tenang (WHO, 2011).
B. Faktor yang Mempengaruhi
Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan pengeluaran.
Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh
hormone oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar ke puting susu ibu melalui rangsangan isapan
mulut bayi. Sehingga ketika ibu aktif menyusui bayinya maka hormon oksitosin akan terangsang
dan pengeluaran ASI pun cepat keluar (WBW, 2007).
C. Manfaat ASI
1. Bagi Bayi
a. Sebagai nutrisi lengkap.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh.
c. Meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang stabil serta spiritual yang
matang diikuti perkembangan sosial yang baik.
d. Mudah dicerna dan diserap.
e. Gigi, langit-langit dan rahang tumbuh secara sempurna.
f. Memiliki komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein dan Vitamin.
g. Perlindungan penyakit infeksi melipiti otitis media akut, daire dan saluran
pernafasan.
h. Perlindungan alergi karena dalam ASI mengandung antibodi.
i. Memberikan rangsang intelegensi dan saraf.
j. Meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal (Roesli, 2008).
2. Bagi Ibu
a. Terjalin kasih sayang.
b. Membantu menunda kehamilan (KB alami).
c. Mempercepat pemulihan kesehatan.
d. Mengurangi risiko perdarahan dan kanker payudara.
e. Lebih ekonomis dan hemat.
f. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.
g. Secara sikologi memberikan kepercayaan diri.
h. Memiliki efek perilaku ibu sebagai ikatan ibu dan bayi
i. Memberikan kepuasan ibu karena kebutuhan bayi dapat dipenuhi (Roesli, 2008).
D. Komposisi ASI
Meurut Mufdlilah (2017) komposisi ASI yaitu:
1. Kolostrum
Keluar dihari ke-1 sampai ke-3 kelahiran bayi, berwarna kekuningan, kental. Kolostrum
mengandung zat gizi dan antibody lebih tinggi daripada ASI matur. Kandungan gizi
antara lain protein 8,5%, lemak 2,5%, sedikit karbohidrat 3,5%, garam dan mineral 0,4%,
air 85,1 %.
2. Asi masa transisi
Keluar dari hari ke 4 sampai hari ke 10 kelahiran bayi. Kadar protein semakin rendah
sedangkan kadar lemak, karbohidrat semakin tinggi, dan volume meningkat.
3. Asi matur
Keluar dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar karbohidrat ASI relative stabil.
Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan utama dalam ASI sebagai sumber
energi untuk otak.

Asi Awal dan Asi Akhir

ASI awal (foremilk) berwarna bening dan cair. Kegunaannya untuk mengatasi rasa
haus bayi. ASI akhir (hindmilk) lebih keruh. Kegunaannya yaitu sumber makanan, untuk
pertumbuhan, dan memberikan rasa kenyang. ASI Akhir mengandung lemak 4x lebih
banyak dari ASI Awal, jadi ibu harus menyusui bayinya hingga payudara terasa kosong
(Mufdlilah, 2017).
Takaran Pemberian ASI pada Bayi (Mufdlilah, 2017).

Umur Kebutuhan dalam mL Pemberian


1 hari 5-7 ml sekali minum Setiap 2 jam sekali
3 hari 22-27 ml 8-12 x/ hari
1 minggu 45-60 ml sekali minum 8-12 x/ hari
Atau 400-600 / hari
1 bulan 80-150 ml sekali minum 8-12 x/ hari
1,5 – 2 jam sekali pada siang,
3 jam sekali pada malam hari.
6 bulan 720 ml / hari 720 ml/ hari ditambah asi perah
7 bulan 875 ml/ hari 93 % dari asupan gizi / hari +
MPASI
1 tahun 550 ml / hari 550 ml / hari + MPASI

E. Langkah Menyusui yang Benar


Langkah menyusui bayi yang benar yaitu (Suradi, 2013):
1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya adalah
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

3. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung.

4. Posisikan bayi dengan benar, yaitu:

- Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku
ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

- Perut bayi menempel ke tubuh ibu.

- Mulut bayi berada di depan puting ibu.

- Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan
bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu.

- Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.
5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan
cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta areola dimasukkan ke
dalam mulut bayi.

6. Cek apakah perlekatan sudah benar

- Dagu menempel ke payudara ibu.

- Mulut terbuka lebar.

- Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi.

- Bibir bayi terlipat keluar.

- Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI).

- Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunti menelan.

- Ibu tidak kesakitan.

- Bayi tenang.
Posisi Menyusui yang Benar
(Sumber: Kay-Hatfield, 2011)

Perlekatan Bayi yang Bener saat Menyusu


(Sumber: Mufdlilah, 2017)
PIJAT OKSITOSIN
A. Pengertian Pijat Oksitosin
Oksitosin adalah salah satu hormon yang diproduksi tubuh untuk bekerja dalam proses
kontraksi uterus dan produksi ASI (Suherni, Hesty & Anita, 2009). ASI merupakan satu jenis
makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi seperti nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi (Hubertin, 2007). Akan tetapi tidak semua ibu post
partum langsung mengeluarkan ASI. Adapun pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
sampai tulang kelima-keenam (Desmawati, 2013). Pijatan ini dilakukan untuk merangsang
refleks oksitosin atau refleks pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan merasa
lebih rileks (Monika, 2014).
Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi
atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu (WBW, 2007). Pijatan pada tulang belakang ibu
akan membuat ibu merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan rasa mencintai
bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar
(Mardiyaningsih, 2011).
B. Tujuan Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let down reflex. Selain
untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada
ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan
hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007)
C. Manfaat Pijat Oksitosin
Menurut Widuri (2013), banyak manfaat yang bisa diperoleh dari melakukan pijat oksitosin,
diantaranya yaitu:
1. Secara psikologis dapat menenangkan ibu dan menurunkan stress.
2. Meningkatkan rasa percaya diri.
3. Mengurangi bengkak payudara/ engorgement
4. Mengurangi sumbatan ASI
5. Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya.
6. Membantu memperlancar produksi ASI.
7. Merangsang pelepasan hormon oksitosin
8. Mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit
9. Melepas lelah.
10. Ekonomis.
11. Praktis.
D. Waktu Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin dapat dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya dengan duarasi 2-3
menit. Pijat oksitosin dapat dilakukan setiap saat, lebih disarankan sebelum menyusui atau
memerah ASI, frekuensi pemberian pijitan minimal 2 kali sehari (Ummah, 2014). Waktu
melakukan pijat oksitosin bisa dilakukan sebelum menyusi atau memerah ASI. Bisa juga
dilakukan ketika ibu sedang pusing atau pegal-pegal.
E. Langkah-langkah Pijat Oksitosin
Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :
1. Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)
2. Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya
3. Motivasi keluarga untuk mendukung proses pemijatan
Alat –alat yang digunakan :
1. 2 buah handuk besar bersih
2. Air hangat dan air dingin dalam baskom
3. 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk
4. Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007) :
1. Melepaskan baju ibu
2. Memasang handuk atau cangkir pada bagian depan perut bawah ibu
3. Ibu duduk rileks bersandar ke depan, tangan dilipat di atas meja dengan kepala diletakkan
diatasnya
4. Payudara tergantung lepas tanpa pakaian
5. Pemijat melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
6. Pemijat melakukan pemijatan di sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menghadap ke depan
7. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan melingkar kecil-kecil
dengan kedua ibu jarinya
8. Pada saat bersamaan, lakukan pemijatan ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang,
dari leher ke arah tulang belikat
9. Lakukan pemijatan selama 2-3 menit
10. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.
Sumber: Roito, 2013
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2007). Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak. Jakarta: Depkes RI
Hubertin, Purwarti S. (2004). Konsep Penerapan ASI Ekslusif. Jakarta: EGC
Kay-Hatfield, J. (2011). Exploring the Factors that Influence Adolescent Mother’s Choice of
Infant Feeding Method. Paper presented at theConference of Consultant for Community
Nurses Association of Canada, Canada.
Mardiyaningsih, E., Setyowati, S., Sabri, L. (2011). Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan
Pija Oksitosin Terhadap Produksi Asi Ibu Post Seksio di Rumah Sakit Wilayah Jawa
Tengah. Purwokerto : Jurnal Keperawatan Sudirman http://jks.fkik.unsoed.ac.id/in
dex.php/jks/article/view/321
Monika, F.B. (2014). Buku Pintar ASI Dan Menyusui. Jakarta: PT Mizan Publika.
Mufdlilah. (2017). Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program ASI Ekslusif. Yogyakarta:
UNISA.
Roesli. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Roito, J. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Deteksi Dini. Komplikasi. Jakarta: EGC.
Suherni, Hesty, Anita. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Suradi. R. (2013). Posisi dan Perlekatan Menyusui dan Menyusu yang Benar. Jakarta: IDAI.
WBW. (2007). Early Initiation of Breastfeeding Can Save More Than One Million Babies Press
Release. World Breastfeeding Week: Malaysia.
WHO. 2011. Guidelines on Optimal feeding of low birth weight infants in lowand middle-income
countries. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.
Widuri, H. (2013). Cara Mengolah ASI Ekslusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta: Gosyen
Publising.

Anda mungkin juga menyukai