Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai
obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan, dan mencegah penyakit
tertentu, mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan
bugar. Menurut catatan sejarah diketahui bahwa fitoterapi atau terapi
menggunakan tumbuhan telah dikenal manusia sejak zaman sebelum masehi.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan keanekaragaman hayati telah
memanfaatkan berbagai macam obat sejak zaman nenek moyang, yang kemudian
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan makin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, pemanfaatan tanaman obat
pun semakin berkembang. Pemanfaatan tanaman obat dengan ramuan tradisional
dianggap sebagai media pengobatan alternatif yang lebih mudah dan murah untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tingginya biaya pengobatan
modern dan nilai manfaat yang tinggi serta efek samping yang relatif kecil dari
tanaman obat juga menjadi faktor yang turut mendorong berkembangnya
penggunaan obat-obatan tradisional di masyarakat. salah satu manfaat tanaman
obat ini adalah sebagai anti oksidan.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat atau
mencegah terjadinya kerusakan diakibatkan oleh radikal bebas dengan jalan
meredam aktivitas radikal bebas atau memutus rantai reaksi oksidasi yang
disebabkan oleh radikal bebas. Penggunaan antioksidan sintetik dewasa ini mulai
mendapat perhatian serius karena ada yang bersifat merugikan dan karsinogenik.
Oleh karena itu saat ini tengah digalakkan pengembangan antioksidan yang
berasal dari alam, yang relatif lebih mudah didapat dan aman dikonsumsi
manusia.
1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui tumbuhan apa yang mengandung antioksidan
 Untuk mengetahui senyawa apa yang termasuk dalam antioksidan
 Untuk mengetahui mekanisme kerja secara umum antioksidan

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain
 Dapat mengetahui tumbuhan yang mengandung antioksidan.
 Dapat mengetahui senyawa yang termasuk dalam antioksidan.
 Dapat mengetahui mekanisme kerja antioksidan secara umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,


memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti yang khusus,
antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi
antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid. Sumber-sumber antioksidan dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan
yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan
hasil ekstraksi bahan alami). Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi,
yang pertama yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Yang kedua yaitu untuk
memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme di luar mekanisme
pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih
stabil.
Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi
kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).
Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya untuk
makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol
(BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil hidoksi quinon
(TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan antioksidan
alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial.
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa
antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa
antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c)
senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke
makanan sebagai bahan tambahan pangan.
Fungsi paling efektif dari antioksidan dalam menghambat terjadinya
oksidasi adalah dengan menghentikan reaksi berantai dari radikal-radikal bebas
(primary antioxidant). Berkaitan dengan fungsinya senyawa antioksidan dapat
diklasifikasikan dalam 5 tipe antioksidan yaitu:
a) Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus
rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini
memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa
fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang
termasuk kelompok ini, misalnya BHA (butyl hidroksilanisol), BHT (butyl
hydrotoluen), dan tokoferol.
b) Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai
pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal
ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang
berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari
senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat),
askorbil palminat, asam eritorbat, dan sulfit.
c) Secondary antioxidant, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai
kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi produk akhir
yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk
menstabilkan poliolefin resin. Contohnya yaitu asam tiodipropionat dan
dilauril tiopropionat.
d) Antioxidative Enzyme, yaitu enzim yang berperan mencegah terbentuknya
radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase
(SOD), glutation peroksidase dan katalase.
e) Chelators sequestrants, yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat
logam seperti besi dan tembaga yang mampu mengkatalisa reaksi oksidasi
lemak. Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam
amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid.
Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam tumbuhan herbal biasanya terdiri dari
Steroid / triterpenoid, flavonoid, fenolik, saponin dan kuinon.
Steroid / triterpenoid merupakan senyawa lipid yang diturunkan dari
senyawa jenuh, yang memiliki inti dengan tiga cincin sikloheksanadan satu
siklopentana. Triterpenoid banyak terdapat dalam damar, gabus, dan kutin
tumbuhan.
Flavonoid merupakan sekelompok suatu senyawa bahan alam dari
senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan, meliputi flavonol,
flavon, dan antosianin.
Senyawa fenolik merupakan senyawa dengan cicin aromatik yang
mengikat satu atau lebih gugus hidroksil. Biasanya digunakan sebagai bahan
senyawa aromatik untuk membuat parfum ataupun untuk aroma terapi.
Saponin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam
tumbuhan dan menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Biasanya saponin
digunakan untuk membasmi serangga, untuk membunuh jamur / parasit yang ada
pada udang.
Kuinon atau benzokuinon, merupakan zat warna memiliki struktur C6H4O2
dimana dua atom karbon berseberangan pada cincin aromatik berkaitan dengan
atom O. biasanya digunakan sebagai sebagai senyawa pemberi warna tertentu.
Sebagai pemberi warna yang baik pada makanan.
Tumbuhan yang mengandung antioksidan antara lain adalah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa L.) dari suku Thymelaceae, daun tempuyung
(Sonchus arvensis) familia Asteraceae, daun benalu Dendrophthoe pentandra L.,
Kunyit (Curcuma domestica Val.), benalu Loranthus buah manggis (Garcinia
mangostana L.), dan lain-lain.
Buah manggis termasuk buah eksotik yang sangat digemari oleh
konsumen karena rasanya lezat, bentuk buah yang indah dan tekstur daging buah
yang putih halus sehingga manggis mendapat julukan Queen of Tropical Fruit.
Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir, dan luka.
Kulit buah manggis dimanfaatkan sebagai pewarna, termasuk untuk
tekstil, dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati
penyakit disentri. Sedangkan di Thailand, kulit buah manggis sudah menjadi
ramuan tradisional turun menurun untuk mengobati infeksi pada kulit, luka dan
diare. Bahkan di negara maju seperti di Amerika Serikat, ekstrak dari kulit
manggis sudah menjadi suplemen diet yang dianjurkan oleh Food and Drug
Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Pemerintah
Amerika Serikat karena potensial sebagai antioksidan.
Secara umum, kandungan kimia yang terdapat dalam kulit manggis adalah
xanthone, mangostin, garsinon, flavonoid, dan tannin. Senyawa xanthone
mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, antibakteri, antifungi, antiinflamasi,
bahkan dapat menjadi penghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
Selama ini pemanfaatan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) di
Indonesia untuk penyamakan kulit, sebagai zat warna untuk makanan dan industri
tekstil. Sedangkan getah kuningnya dimanfaatkan sebagai bahan baku cat dan
insektisida, selain itu air rebusan kulit buah manggis memiliki efek anti diare.
Padahal ada senyawa lain yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu
xanthone yang meliputi mangostin, mangosterol, mangostinon A dan B,
trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa dan beta mangostin, garcinon B,
mangostanol, flavonoid epikatekin, dan gartanin. Senyawa xanthone pada kulit
buah manggis merupakan antioksidan tingkat tinggi karena kandungan
antioksidannya 66,7 kali wortel dan 8,3 kali jeruk, selain itu sifat antioksidannya
melebihi vitamin E dan vitamin C. Oleh karena itu xanthone sangat dibutuhkan
dalam tubuh sebagai penyeimbang prooxidant (oxidizing radicals, carbon
centered, sinar UV, metal, dll).
Xanthone mampu mengikat oksigen bebas yang tidak stabil yaitu radikal
bebas perusak sel di dalam tubuh sehingga xanthone dapat menghambat proses
degenerasi (kerusakan) sel. Xanthone juga merangsang regenerasi (pemulihan) sel
tubuh yang rusak dengan cepat sehingga membuat awet muda. Selain itu xanthone
juga efektif mengatasi sel kanker dengan mekanisme apoptosis (bunuh diri sel)
yaitu dengan memaksa sel memuntahkan cairan dalam mitokondria sehingga sel
kanker mati. Senyawa xanthone juga mengaktifkan sistem kekebalan tubuh
dengan merangsang sel pembunuh alami (natural killer cell atau NK cell) dalam
tubuh. NK cell itulah yang secara alami bertugas membunuh sel kanker dan virus
yang masuk dalam tubuh manusia.
Beberapa manfaat antioksidan untuk kesehatan:
1. Mengonsumsi antioksidan yang cukup melalui makanan sangat penting
untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan. Antioksidan diyakini mampu
mencegah berbagai jenis kanker.
2. Antioksidan penting untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga
mencegah tubuh dari infeksi virus dan bakteri.
3. Alasan paling populer mengapa antioksidan disukai oleh banyak orang
adalah karena adanya manfaat anti-penuaan. Antioksidan mencegah proses
penuaan sel-sel tubuh sehingga membuat fungsi tubuh tetap terjaga dengan
baik.
4. Antioksidan membantu mencegah penyakit jantung dan meminimalkan
proses oksidasi kolesterol.
5. Selain bermanfaat untuk jantung, antioksidan juga efektif mencegah
gangguan mata seperti degenerasi makula dan glaukoma.
6. Antioksidan dikenal memberikan perlindungan terhadap sistem saraf
pusat.
BAB III
PEMBAHASAN
.
Tumbuhan yang mengandung antioksidan antara lain adalah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa L.) dari suku Thymelaceae, daun tempuyung
(Sonchus arvensis) familia Asteraceae, daun benalu Dendrophthoe pentandra L.,
Kunyit (Curcuma domestica Val.), benalu Loranthus buah manggis (Garcinia
mangostana L.), dan lain-lain.
Buah manggis termasuk buah eksotik yang sangat digemari oleh
konsumen karena rasanya lezat, bentuk buah yang indah dan tekstur daging buah
yang putih halus sehingga manggis mendapat julukan Queen of Tropical Fruit.
Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir, dan luka.
Kulit manggis mengandung antioksidan 17.000-20.000 orac per 100
ounce, sedangkan sayur dan buah berkadar antioksidan tinggi seperti wortel dan
jeruk masing-masing hanya 300 orac dan 2.400 orac. Orac (Oxygen Radical
Absorbance Capasity) yaitu kemampuan antioksidan menetralkan radikal
bebas penyebab penyakit degeneratif seperti jantung, stroke, dan kanker
Kulit buah manggis dimanfaatkan sebagai pewarna, termasuk untuk
tekstil, dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati
penyakit disentri. Sedangkan di Thailand, kulit buah manggis sudah menjadi
ramuan tradisional turun menurun untuk mengobati infeksi pada kulit, luka dan
diare. Bahkan di negara maju seperti di Amerika Serikat, ekstrak dari kulit
manggis sudah menjadi suplemen diet yang dianjurkan oleh Food and Drug
Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Pemerintah
Amerika Serikat karena potensial sebagai antioksidan.
Secara umum, kandungan kimia yang terdapat dalam kulit manggis adalah
xanthone, mangostin, garsinon, flavonoid, dan tannin. Senyawa xanthone
mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, antibakteri, antifungi, antiinflamasi,
bahkan dapat menjadi penghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
Selama ini pemanfaatan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) di
Indonesia untuk penyamakan kulit, sebagai zat warna untuk makanan dan industri
tekstil. Sedangkan getah kuningnya dimanfaatkan sebagai bahan baku cat dan
insektisida, selain itu air rebusan kulit buah manggis memiliki efek anti diare.
Padahal ada senyawa lain yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu
xanthone yang meliputi mangostin, mangosterol, mangostinon A dan B,
trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa dan beta mangostin, garcinon B,
mangostanol, flavonoid epikatekin, dan gartanin. Senyawa xanthone pada kulit
buah manggis merupakan antioksidan tingkat tinggi karena kandungan
antioksidannya 66,7 kali wortel dan 8,3 kali jeruk, selain itu sifat antioksidannya
melebihi vitamin E dan vitamin C. Oleh karena itu xanthone sangat dibutuhkan
dalam tubuh sebagai penyeimbang prooxidant (oxidizing radicals, carbon
centered, sinar UV, metal, dll).
Xanthone mampu mengikat oksigen bebas yang tidak stabil yaitu radikal
bebas perusak sel di dalam tubuh sehingga xanthone dapat menghambat proses
degenerasi (kerusakan) sel. Xanthone juga merangsang regenerasi (pemulihan) sel
tubuh yang rusak dengan cepat sehingga membuat awet muda. Selain itu xanthone
juga efektif mengatasi sel kanker dengan mekanisme apoptosis (bunuh diri sel)
yaitu dengan memaksa sel memuntahkan cairan dalam mitokondria sehingga sel
kanker mati. Senyawa xanthone juga mengaktifkan sistem kekebalan tubuh
dengan merangsang sel pembunuh alami (natural killer cell atau NK cell) dalam
tubuh. NK cell itulah yang secara alami bertugas membunuh sel kanker dan virus
yang masuk dalam tubuh manusia.
Senyawa antioksidan terkuat, yang terdapat dalam kulit manggis
adalah senyawa xanthone yang merupakan senyawa organik turunan dari
difenil-γ-pyron. Senyawa xanthone merupakan substansi kimia alami yang
dapat digolongan dalam senyawa jenis fenol atau polyphenolic. Karena
itulah, senyawa xanthone dapat digolongkan sebagai senyawa polar.
senyawa ini memiliki rumus molekul C13H8O2, sehingga memiliki massa molar
sebesar 196,16 gram/mol. Dalam penamaan menurut IUPAC, senyawa ini
diberi nama 9H-xanthen-9-one. Gambar 2.3 menunjukkan struktur senyawa
xanthone.

Gambar 2.3 Struktur senyawa xanthone

Polifenol umumnya banyak terkandung dalam kulit buah. Senyawa polifenol


terdiri dari beberapa subkelas yakni, flavonol, isoflavon (dalam kedelai),
flavanon, antosianidin, katekin, dan biflavan. Secara umum kekuatan senyawa
fenol sebagai antioksidan tergantung dari beberapa faktor seperti ikatan gugus
hidroksil pada cincin aromatik, posisi ikatan, posisi hidroksil bolak balik pada
cincin aromatik dan kemampuannya dalam memberi donor hidrogen atau
elektron serta kemampuannya dalam ”merantas” radikal bebas (free radical
scavengers). Semua polifenol mampu ”merantas” oksigen dan radikal alkil
dengan memberikan donor elektron sehingga terbentuk radikal fenoksil yang
relatif stabil. Ada hubungan antara kemampuan senyawa fenol sebagai
antioksidan dan struktur kimianya. Konfigurasi dan total gugus hidroksil
merupakan dasar yang sangat mempengaruhi mekanisme aktivitasnya sebagai
antioksidan.
Mekanisme kerja antioksidan
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif karena memiliki
elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya sehingga dapat bereaksi dengan
molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron sel tersebut, dan
[5]
mengakibatkan reaksi berantai yang menghasilkan radikal bebas baru .
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas dengan cara mengurangi
konsentrasi oksigen, mencegah pembentukan singlet oksigen yang reaktif,
mencegah inisiasi rantai pertama dengan menangkap radikal primer seperti
radikal hidroksil, mengikat katalis ion logam, mendekomposisi produk-produk
primer radikal menjadi senyawa non-radikal, dan memutus rantai hidroperoksida.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa
perbedaan struktur antioksidan berpengaruh terhadap daya antioksidan. Senyawa
BHT dengan subtituen t-butil pada dua posisi ortho dan para-nya menyumbang
aktivitas antioksidan lebih kuat dibanding dengan BHA. Senyawa fenol
tersubstitusi telah banyak digunakan sebagai antioksidan dan banyak terdapat
pada berbagai tumbuhan tropis berupa senyawa turunan polifenol seperti
flavonoid, flavon, flavonol, dll. Senyawa polifenol yang memiliki bioaktivitas
ini banyak ditemukan pada senyawa xanthone dengan gugus isoprene.
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama
merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.
Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai
antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke
radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara
turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding
radikal lipida.
Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu
memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme
pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih
stabil. Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada
lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak.
Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi
maupun propagasi (Gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk
pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat
bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru.
Inisiasi : R· + AH → RH + A·
Propagasi : ROO· + AH → ROOH + A·

PENGUJIAN DAYA ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH


SECARA KUALITATIF (REAKSI WARNA)
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) merupakan radikal bebas stabil
berwarna ungu yang digunakan secara luas untuk pengujian kemampuan
penangkapan radikal bebas dari beberapa komponen alam seperti komponen
fenolik. Metode DPPH berfungsi untuk mengukur elektron tunggal seperti
transfer hidrogen sekaligus juga untuk mengukur aktivitas penghambatan radikal
bebas dengan reaksi : DPPH· + AH → DPPH-H + A·
Dari reaksi warna ini dapat dilihat bahwa warna larutan pada
penambahan DPPH dengan larutan uji yang semakin tinggi kadar ekstrak kulit
buah manggis baik pada ekstrak hasil metode ekstraksi pengadukan
maupun ekstrak hasil metode ekstraksi reflux terlihat hasil warna ungu
semakin pudar. Hal ini membuktikan bahwa secara kualitatif ekstrak etanol
kulit buah manggis mempunyai daya peredaman radikal bebas terhadap
DPPH.
Campuran reaksi berupa larutan sampel dan DPPH yang dilarutkan dalam
etanol absolut dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit dan dibaca pada
panjang gelombang 517 nm. Metode ini sering digunakan untuk mendeteksi
kemampuan antiradikal suatu senyawa sebab hasilnya terbukti akurat, reliabel,
relatif cepat dan praktis. Sebagai akibatnya, penambahan senyawa yang
bereaksi sebagai antiradikal akan menurunkan konsentrasi DPPH ini. Adanya
penurunan konsentrasi DPPH akan menyebabkan penurunan absorbansinya
dibandingkan dengan absorbansi kontrol yang tidak diberi dengan senyawa
uji yang diduga mempunyai aktivitas antiradical.

Gambar 2 Mekanisme Penghambatan Radikal DPPH

Salah satu senyawa flavonoid dalam kulit buah manggis adalah


antosianin. Antosianin merupakan pigmen yang menyebabkan warna merah
sampai warna biru pada kulit buah-buahan maupun sayuran.

Tabel I. Uji identifikasi antosianin ekstrak kulit


buah manggis
Hasil
Uji
Penelitian Harborne, 1987
Dipanaskan dengan HCl 2M Warna tetap (dapat
selama 5 menit pada suhu diekstraksi dengan
100oC amil alkohol)
Warna berubah
Warna berubah menjadi
Ditambahkan larutan NaOH 2M menjadi hijau biru
hijau dan memudar
tetes demi tetes dan memudar
berlahan-lahan
perlahan-lahan

Kromatografi dengan fase gerak Rf rendah sampai


Rf : 0,58
HCl 1% pertengahan

Kromatografi dengan fase gerak


Rf : 0,25 HRf sedang (10-40)
BAA
BAB IV
KESIMPULAN

 Tumbuhan yang mengandung antioksidan antara lain adalah mahkota dewa


(Phaleria macrocarpa L.) dari suku Thymelaceae, daun tempuyung (Sonchus
arvensis) familia Asteraceae, daun benalu Dendrophthoe pentandra L., Kunyit
(Curcuma domestica Val.), benalu Loranthus buah manggis (Garcinia
mangostana L.), dan lain-lain.
 Senyawa antioksidan terkuat, yang terdapat dalam kulit manggis
adalah senyawa xanthone yang merupakan senyawa organik turunan dari
difenil-γ-pyron. Senyawa xanthone merupakan substansi kimia alami yang
dapat digolongan dalam senyawa jenis fenol atau polyphenolic.
 Mekanisme kerja secara umum memiliki dua fungsi. Fungsi pertama
merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom
hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering
disebut sebagai antioksidan primer. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder
antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai
mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan
pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Burda , S., and Oleszek, W. 2001. J. Agric. Food. Chem. 49:2774-2779.


Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung : ITB
Press. Terjemahan dari: Phytochemical Methods..
Richa, Y. 2009. Uji aktivitas penangkap radikal dari ekstrak petroleumeter,
etil asetat dan etanol rhizoma binahong (Anredera cordifolia (Tenore)
Steen) dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrihidrazil). Skripsi
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Supiyanto, W dkk. 2010. Uji Aktivitas Antioksidan Dan Penentuan Kandungan
Antosianin Total Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.).
Semarang : Majalah Obat Tradisional Vol 15.

Anda mungkin juga menyukai