Anda di halaman 1dari 17

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Tujuan Penyuluhan

Pengertian penyuluhan dalam artian etimologis, penyuluhan adalah usaha

memberikan keterangan, penjelasan, petunjuk, bimbingan, tuntunan, jalan dan

arah yang harus ditempuh oleh setiap orang sehingga dapat memecahkan masalah

yang dihadapinya dan meningkatkan kualitas hidupnya (Mardikanto, 1982).

Penyuluhan sebagai ilmu adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia ke

arah yang lebih baik terbentuk, perilaku manusia dapat berubah atau diubah

sehingga mau meninggalkan kebiasaan lama dan menggantikannya dengan

perilaku baru yang berakibat kualitas kehidupan orang yang bersangkutan menjadi

lebih baik (Slamet, 1992).

Dalam artian praktis, penyuluhan (pertanian) adalah suatu sitem pendidikan

di luar sekolah (non formal) untuk keluarga tani, dimana mereka belajar sambil

berbuat untuk menjadi tahu, mau, dan bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi

secara baik, dapat menguntungkan dan memuaskan (Wiraatmadja, 1985).

Hawkin dan Van den ban (1988) mengemukakan bahwa penyuluhan

mencakup usaha secara sadar mengkomunikasikan informasi untuk membantu

orang-orang membentuk opini dan keputusan yang baik.

Menurut Belli (1982), penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan non formal

untuk merubah perilaku (pengetahuan, keterampilan dan sikap) sasaran agar

mampu berperan sesuai dengan kedudukannya dalam mengatasi masalah yang

dihadapinya.
9

Saville seperti dikutip Sulama (1983) memberikan pengertian penyuluhan

sebagai bentuk pengembangan masyarakat terutama didalam bidang pertanian,

yang mempergunakan proses pendidikan sebagai cara pendekatannya untuk

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat.

Penyuluhan sebagai suatu bentuk perubahan kontak terarah atau perubahan

terencana, karena perubahan yang terjadi adalah perubahan yang disengaja dengan

adanya orang luar atau sebagian anggota sistem yang bertindak sebagai agen

pembaharu yang secara intensif berusaha memperkenalkan ide-ide baru untuk

mecapai tujuan yang telah ditentukan oleh lembaga dari luar (Hanafi, 1987).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa

penyuluhan pada dasarnya adalah upaya perubahan berencana yang dilakukan

melalui sistem pendidikan non formal dengan tujuan merubah perilaku (sikap,

pengetahuan, keterampilan) sasaran untuk dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya, sehingga kualitas kehidupannya menjadi meningkat (Yunasaf,

2003).

2.2 Kegiatan Penyuluhan

2.2.1 Perencanaan Program Penyuluhan

Perencanaan program penyuluhan adalah suatu proses pengambilan

keputusan yang rasional tentang apa yang akan dilaksakan, yang ingin dicapai.

dan mengapa hal itu harus dilakukan ( Slamet dan Suyatna, 1986).

Jahi (1986) mengartikan perencanaan program penyuluhan sebagai proses

pembuatan keputusan tentang arah dan intensitas kegiatan penyuluhan, yang

didasarkan pada prioritas masalah yang hendak dipecahkan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan.


10

Mardikanto (1993) mengemukakan beberapa pokok pikiran dari pengertian-

pengertian perencanaan program, yaitu :

1. Perencanaan program, merupakan suatu proses berkelanjutan. Artinya,

perencanaan program merupakan suatu rangkaian kegiatan pengambilan

keputusan yang tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan (kebutuhan,

keinginan, minat) yang dikehendaki.

2. Perencanaan program dirumuskan oleh banyak pihak. Artinya, dirumuskan

oleh penyuluh bersama-sama masyarakat sasarannya dengan didukung oleh


para spesialis, praktisi dan penentu kebijaksanaan yang berkaitan dengan

upaya upaya pembangunan masyarakat setempat.

3. Perencanaan program, dirumuskan berdasarkan fakta dan dengan

memanfaatkan sumberdaya yang tersedia yang mungkin dapat digunakan.

4. Perencanaan program, meliputi perumusan tentang keadaan, masalah, tujuan,

dan cara (kegiatan) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan itu.

5. Perencanaan program, dinyatakan secara tertulis. Artinya, perencanaan

program merupakan pernyataan tertulis tentang : keadaan, masalah, tujuan.

Selanjutnya mardikanto (1993) juga mengungkapkan beberapa alasan yang

melatar belakangi pentingnya diadakan perencanaan program penyuluhan, yaitu :

1. Memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang apa

yang harus dilakukan dan bagaimana cara melaksanakannya.

2. Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat dengan

pernyataan tertulis diharapkan dapat mencegah terjadinya salah pengertian,

dan dapat dikaji setiap saat, sebelum dan sesuadah program dilakukan.
11

3. Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul atau sasaran

yang perkembangannya dapat diukur dan dievaluasi.

4. Memberi pengertian yang jelas terhadap pemilihan tentang kepentingnya dari

masalah insidental dan pemantapan dan perubahan-perubahan sementara.

5. Mencegah kesalah artian tentang tujuan akhir, dan menyeimbangkan

kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan.

6. Memberikan kelangsungan dalam diri personal, selama proses perubahan

berlangsung.

7. Membantu perkembangan kepemimpinan, yatiu dalam menggerakan semua

pihak yang terlibat dan menggunakan sumber daya yang tersedia dan dapat

digunakan untuk tercapainya tujuan yang dikehendaki.

8. Memantapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan harus dicapai, yang

perkembangannya dapat diukur dan dievaluasi

9. Menghindarkan dari pemborosan sumberdaya (tenaga), biaya, dan waktu dan

merangsang efisiensi pada umumnya.

10. Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan didalam masyarakat dan

dilaksanakan sendiri oleh masyarakat.

Untuk memenuhi persyaratan prinsip-prinsip perencanaan yang baik, maka

setiap penyusunan program perlu memperhatikan filosofi program penyuluhan.

Dalam hal ini Dahama dan Bhatnagar (Mardikanto 1993) merumuskan filosofi

program penyuluhan sebagai berikut :

1. Bekerja berdasarkan kebutuhan yang dirasakan (feel need). Artinya program

dirumuskan harus bertolak dari kebutuhan yang dirasakan masyarakat, jika


12

ada kebutuhan nyata (real need) harus diupayakan menjadi kebutuhan yang

dirasakan. Hal ini dilakukan untuk menjamin adanya partisipasi.

2. Penyuluhan pertanian tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya semua saling

Bekerja dilandasi oleh anggapan bahwa masyarakat ingin dibebaskan dari

penderitaan dan kemiskinan. Artinya, setiap program yang dirancang harus

diupayakan untuk dapat memperbaiki mutu masyarakat.

3. Harus dianggap bahwa masyarakat menginginkan “kebebasan”, baik dalam

menentukan garis hidupnya sendiri untuk tercapainya perbaikan mutu

kehidupan mereka.

4. Nilai-nilai dalam masyarakat harus dipertimbangkan selayakanya. Artinya,

rumusan program harus mencakup dan mempertibangkan nilai-nilai

kerjasama, keputusan kelompok, tanggung jawab sosial, kepercayaan

masyarakat.

5. Membantu dirinya sendiri (self help). Artinya secara nyata warga masyarakat

harus diarahkan untuk mau dan mampu merencanakan dan melaksanakan

sendiri setiap pekerjaan yang diupayakan untuk memecahkan masalah mereka

sendiri yang akan dirumuskan dalam program.

6. Masyarakat adalah sumberdaya yang terbesar. Artinya dalam perumusan

program, harus sebesar-besarnya memanfaatkan potensi sumberdaya yang

tesedia di masyarakat itu sendiri.

7. Program mencakup perubahan sikap, kebiasaan dan pola pikir, artinya

perumusan program harus mencakup banyak dimensi perilaku manusia.


13

2.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan

Pada pelaksanaanya kegiatan penyuluhan ada beberapa unsur penyuluhan

yang turut serta atau diikut sertakan dalam unsur pelaksanaan kegiatan menunjang

dalam satu kegiatan (Samsudin, 1987). Adapun yang termasuk dalam unsur-unsur

penyuluhan pertanian meliputi :

1) Petugas Penyuluh

Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan hanya dikenal satu kriteria penyuluh

lapangan yaitu penyuluh pertanian. Tidak ada dikenal siapa penyuluh perikanan,

tanaman pangan atau penyuluh peternakan. Hal ini didasarkan pada kenyataan

bahwa petani akan dibuat bingung jika kehadapan mereka berdatangan para

petugas penyuluh, yang sebenarnya satu bidang garap yaitu pertanian (Samsudin.

1987).

Penyuluh lapangan yang dimaksud adalah penyuluh yang profesional yaitu

penyuluh tingkat desa atau penyuluh lapangan yang mempunyai profesionalisme

tertentu, artinya penyuluh lapangan harus mempunyai kemampuan untuk melihat

suatu masalah yang dihadapi oleh petani/peternak melalui indera mata atau media

indera yang lain, dan memiliki kredibilitas tinggi, maka penyuluh lapangan

mempunyai pengetahuan, keterampilan, disiplin yang tinggi dan sikap rendah hati

(Suhardiyono, 1990). Untuk memperoleh kualitas personel yang baik, maka

seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) kemampuan

komunikasi dengan petani, b) kemampuan bergaul dengan orang lain, c) antusias

terhadap tugasnya, dan d) berpikir logis dan inisiatif (Suhardiyono, 1990).


14

2) Materi penyuluhan

Materi penyuluhan merupakan segala sesuatu yang disampaikan dalam proses

komunikasi yang menyangkut ilmu dan dan teknologi pertanian atau isi yang

terkandung dalam setiap pelaksanaan kegiatan penyuluhan (Samsudin, 1987)

Materi penyuluhan berasal dari lembaga-lembaga penelitian, instansi-instansi

pelaksana, atau dari petani lainnya. Materi tersebut kemudian diolah penyuluh,

dirumuskan, selanjutnya diformulakan sesuai dengan tujuan dan tahapan-tahapan

yang dilaksanakan oleh penyuluh. Dalam menyusun materi penyuluhan harus

disesuaikan dan dipertimbangkan berdasarkan kebuituhan dan kondisi lapangan,

serta budidaya yang dikelola petani, juga yang tidak boleh dilupakan adalah iklim

yang ada diwilayah pertanian (Suhardiyono, 1990).

3) Metode penyuluhan

Memperoleh kegiatan penyuluhan yang efektif diperlukan untuk

menggunakan metode penyuluhan yang tepat guna, sehingga sasaran dapat

mendengar, melihat, merasakan atau melaksanakan contoh-contoh yang

diperagakan dengan tujuan untuk memberikan informasi secara teknis dan

meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan peternak (Belli, 1981)

Menurut Rines dan Dagobert (1989), yang dikutip oleh Belli (1981), dikenal

dengan adanya metode mengajar (teaching method). Metode mengajar adalah cara
memungkinkan orang yang mengajar bertemu dengan orang yang idajar.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kegiatan penyuluhan dikenal dengan

golongan metode pendekatan, yaitu : a) metode pendekatan perorangan,

contohnya berkunjung kerumah (anjang sono), surat menyurat perorangan,

kunjungan ketempat kerja perorangan (anjang karya), hubungan telepon, dan lain-

lain, b) metode pendekat kelompok, contohnya : diskusi kelompok dan temu


15

karya, kursus tani, demonstrasi cara atau hasil, karyawisata atau widyawisata, dan

lain-lain, c) metode pendekatan massal, contohnya : rapat, siaran radio/televisi,

pemutaran film, penyebaran brosur, pemasangan poster, leaflet, dan lain-lain.

4) Alat bantu penyuluhan

Perlengkapan berfungsi sebagai perantara yang menghubungkan penyuluh

dengan petani/peternak sebagai alat untuk melaksanakan komunikasi, sehingga

dengan menggunakan dapat menghasilkan keefektifan metode dan mempercepat

diterimanya bahan informasi.

Alat bantu atau alat peraga dalam penyuluhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Alat ilustratif, (illustrative device and visual device) contoh, film, gambar dari

pameran.

b. Alat yang sifatnya untuk memperluas (extension device) contoh : radio dan

pengeras suara

c. Alat yang sifatnya lingkungan ( enviromental device), contoh: tumbuhan

sekitar ruangan yang dapat digunakan sebagi alat peraga.

d. Alat manipulasi ( manipulative device), alat yang sifatnya dapat diatur seperti

alat untuk praktek (Samsudin, 1987).

5) Sasaran penyuluhan

Sasaran penyuluhan pertanian adalah siapa sebenarnya yang disuluh atau

ditujukan kepada siapa penyuluhan pertanian tersebut (Samsudin, 1987). Jadi

sasaran dalam penyuluhan adalah masyarakat yang membutuhkan sesuatu

informasi/ pesan yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan tersebut.

Dalam kegiatan penyuluhan pertanian ditujukan kepada keluarga tani

dipedesaan, yang terdiri dari bapak tani, ibu tani, dan pemuda-pemudi tani atau
16

ditujukan untuk masyarakat tani dipedesaan, yang merupakan kesatuan petani dan

keluarganya (Samsudin, 1987).

6) Waktu dan tempat penyuluhan

Waktu dan tempat penyuluhan pertanian merupakan faktor yang penting

karena menyangkut pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dibatasi oleh lokasi

dan waktu pelaksanaan, sehingga materi penyuluhan dapat diterima oleh sasaran

dengan baik (Samsudin, 1987). Maka diperhitungkan waktu dan lamanya serta

lokasi yang akan dilaksanakan, agar informasi/ pesan yang disampaikan dapat

diterima oleh sasaran.

2.3 Peternakan Sapi Perah di Indonesia

Perkembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia terus meningkat dari

tahun ke tahun, salah satunya akibat peningkatan permintaan susu. Peningkatan

permintaan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran

masyarakat terhadap gizi seimbang akan sumber protein hewani. Dilain pihak

harus diakui bahwa produksi susu dalam negeri masih rendah jika dibandingkan

dengan permintaan nasional.

Peternak pada umumnya memelihara sapi perah berdasarkan pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh dari lingkungan di sekitarnya seperti orang tua atau

tetangga. Guna meningkatkan kesejahteraan ternak dan meningkatkan produksi

susu telah dicanangkan berbagai program, diantaranya adalah penyuluhan.

Penyuluhan diharapkan dapat mengubah peternak dalam memelihara sapi perah

dengan menerapkan inovasi dalam memelihara sapi perah agar dapat berproduksi

dengan optimal.
17

Lebih dari 95% susu yang diproduksi di Indonesia berasal dari sapi perah.

Hanya sebagian kecil saja yang diproduksi oleh ternak lain, seperti kerbau dan

kembing perah. Sapi perah yang mula-mula dikembangkan di Indonesia adalah

sapi Fries Hollands (FH) (Siregar et al., 1996)

Setiap peternak sapi perah menginginkan dan berupaya untuk memelihara

sapi perah dengan produksi susu tinggi. Namun, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi sapi perah dalam berproduksi susu. Faktor-faktor tersebut

diantaranya genetik, pakan (kuantitas dan kualitas) , tata laksana pemeliharan dan

lingkungan. Faktor keaadan lingkungan baik secara langsung maupun tidak

langsung berpengaruh terhadap produksi susu, sedangkan komponen iklim berupa

sushu udara dan kelembapan dapat mempengaruhi secara langsung terhadap

produksi susu (Atmadilaga, 1959).

2.3.1 Pembibitan Sapi perah

Seleksi adalah memilih ternak atau sekelompok ternak yang unggul secara

genetik untuk menjadi tetua bagi generasi berikutnya dan mengeluarkan ternak

yang kurang baik. Semakin besar keragaman suatu populasi, semakin efektif

seleksi yang dilakukan. Recording dilakukan untuk memenuhi prasyarat agar

seleksi dapat dilakukan ke arah target seleksi yang ingin dicapai. Pada sapi perah,

target utama yang ingin dicapai melalui seleksi adalah peningkatan produksi susu,
dan dari segi manajemen adalah perbaikan efisiensi produksi secara menyeluruh

serta perbaikan kesehatan ternak per satuan waktu tertentu.

2.3.2 Pakan Sapi Perah

Keberhasilan usaha sapi perah tidak hanya ditentukan oleh pemasarannya

saja, tetapi juga oleh faktor lainnya, terutama ketersediaan pakan yang memadai
18

untuk menghasilkan produksi yang optimal. Biaya pakan dapat mencapai 62,5%

dari total biaya usaha sapi perah sehingga keuntungan yang diperoleh peternak

juga sangat bergantung pada besaran biaya pakan yang dikeluarkan (Yusdja,

2005). Tujuan utama pemberian pakan pada sapi perah adalah menyediakan

ransum yang ekonomis namun dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup

pokok, kebuntingan, produksi susu induk, serta kebutuhan untuk pertumbuhan

bagi ternak muda. Agar terpenuhi produksi yang optimal maka perlu tersedia

cukup pakan, baik kualitas maupun kuantitas. Dalam hal ini, terpenuhinya

kecukupan gizi sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak kekurangan ataupun

berlebihan.

Bahan pakan ternak sapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga,

yakni pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan ( Grisonta, 1995). Pakan

hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan

berupa daun-daunan, terkadang batang, ranting, dan bunga. Kelompok jenis pakan

hijauan adalah rumput, legume dan tumbuh-tumbuhan lain, yang dapat diberikan

dalam bentuk segar dan kering (Kusnadi dkk, 1983). Hijauan segar adalah pakan

hijauan yang diberikan dalam keadaan segar, dapat berupa rumput segar, batang

jagung muda, kacang-kacangan dan lain-lain yang masih segar (Sitorus, 1983).

Hijauan kering adalah pakan yang berasal dari hijauan yang dikeringkan misalnya

jerami dan hay (Anonimus, 1986).

Pakan hijauan dapat diberikan dalam bentuk kering (hay) maupun dalam

bentuk basah atau hijauan segar ( dalam bentuk silage). Pembuatan hay biasanya

berupa hijauan berbentuk tegak yang dikeringkan, sedangkan pembuatan silage

didaerah tropis masih sulit dilakukan karena banyak hijauan yang sudah tua dan
19

sukar mengeluarkan udara dari dalam silo sehingga bersifat anaerob yang

dibutuhkan kurang sempurna ( Zainuddin, 1982).

Pakan konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi

kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan dapat berupa

dedak atau bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon atau

gaplek dan lain-lain. Pada umumnya peternak menyajikan pakan konsentrat ini

masih sangat sederhana, yakni hanya membuat susunan pakan/ransum yang terdiri

dari dua bahan saja, dan bahkan ada yang hanya satu macam bahan saja (Sudono,

1983).

Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin dan mineral. Pakan

tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif dan hidupnya

berada dalam kandang terus-menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi

adalah vitamin A, vitamin C, vitamin D, dan vitamin E, sedangkan mineral

sebagai bahan pakan tambahan dibutuhkan untuk berproduksi, terutama kalsium

dan posfor (Sutardi, 1984).

Ukuran pemberian pakan untuk mencapai koefisien cerna tinggi dicapai

dengan perbandingan BK hijauan : konsentrat = 60% : 40%. Sapi perah

membutuhkan sejumlah serat kasar yang sebagian besar berasal dari hijauan untuk

memperoleh pencernaan pakan yang akan mempengaruhi kualitas susu yang

dihasilkan ( Sutardi, 1995). Pemberian ransum sapi perah yang tumbuh maupun

yang sedang berproduksi susu sesering mungkin dilakukan, minimal dua kali

dalam sehari semalam. Frekuensi pemberian konsentrat hendaknya disesuaikan

pula dengan pemerahan, yaitu dilakukan setiap 1-2 jam sebelum pemerahan

(Siregar, 1996).
20

Air minum mutlak dibutuhkan dalam usaha peternakan sapi perah hal ini

disebabkan karena susu yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa bahan

kering. Seekor sapi perah membutuhkan 3,5-4 liter air minum untuk mendapatkan

1 liter air susu (Sudono et.al, 2003). Perbandingan antara susu yang dihasilkan

dan air yang dibutuhkan adalah 1 : 4. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada

susu yang dihasilkan, suhu sekitarnya dan macam pakan yang diberikan (Sudono,

1999).

2.3.3 Pemerahan

Pemerahan sapi-sapi perah di Indonesia umumnya masih dilakukan secara

manual, yakni dengan tangan dan jari tangan. Pemerahan dilaksanakan pada pagi

hari pukul 03.30 WIB dan siang hari pukul 12.00 WIB. Sapi yang sedang

berproduksi memiliki jadwal pemerahan setiap hari yang pada umumnya

dilakukan 2 kali sehari (Anonimous, 1995). Jadwal pemerahan yang teratur dan

seimbang akan memberikan produksi susu yang lebih baik daripada pemerahan

yang tidak teratur dan seimbang.

Sebelum pemerahan dilakukan, ambing dicuci terlebih dahulu agar susu

tidak terkontaminasi dengan kotoran. Kemudian peralatan yang digunakan yaitu :

ember, minyak kelapa sebagai pelicin dan penyaring susu disiapkan. Menurut

Siregar (1995), bahwa sebelum pemerahan, puting diolesi dengan pelicin.


Menurut Blakely dan Bade (1992) bahwa proses pelepasan susu akan terganggu

bila sapi merasa sakit dan ketakutan. Selain itu tangan pemerah harus bersih, dan

kuku tidak boleh panjang, karena dapat melukai puting susu dan juga untuk

menghindari terkontaminasinya susu oleh kotoran yang mengandung bakteri.

Metode pemerahan yang digunakan sebagai berikut :


21

a. Whole hand, dengan cara jari memegang puting susu pada pangkal puting

diantara ibu jari dan telunjuk dengan tekanan diawali dari atas yang diikuti

jari tengah, jari manis dan kelingking seperti memeras. Pemerahan secara

whole hand membutuhkan waktu rata-rata 6,64 menit untuk memerah seekor

sapi dan cara ini digunakan untuk sapi yang putingnya panjang.

b. Strippen, dengan cara puting dijepit antara ibu jari dan jari telunjuk yang

digeserkan pada pangkal puting bawah sambil dipijat. Pemerahan secara

strippen rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memerah seekor sapi adalah

7,72 menit dan cara ini digunakan untuk sapi yang ukuran putingnya pendek

Cara pemerahan tersebut sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprastowo

(1985) yang menyatakan bahwa whole hand merupakan cara terbaik untuk sapi

yang memiliki puting panjang dan produksi susu tinggi sedangkan cara strippen

biasa digunakan untuk sapi yang putingnya pendek.

2.3.4 Perkandangan

Bangunan kandang sebaiknya diusahakan supaya sinar matahari pagi bisa

masuk kedalam kandang. Sebab sinar matahari pagi tidak begitu panas dan

banyak mengandung ultraviolet yang berfungsi sebagai disinfektan dan membantu

pembentukan vitamin D. Pembuatan kandang sebaiknya jauh dari pemukiman

penduduk sehingga tidak menganggu masyarakat baik dari limbah ternak maupun
pencemaran udara ( Grisonta, 1980).

Sistem perkandangan merupakan aspek penting dalam usaha peternakan

sapi perah. Kandang bagi sapi sapi perah bukan hanya berfungsi sebagai tempat

tinggal saja, akan tetapiharus dapat memberikan perlindungan dari segaa aspek

yang mengganggu (Siregar, 1993), seperti untuk menghindari ternak dari terik

matahari, hujan, angin, gangguan binatang buas dan pencuri (Sugeng, 2001)
22

Ukuran kandang induk laktasi yaitu lebar 1,75 m dan panjang 1, 25 m serta

dilengkapi tempat pakan dan minum, masing-masing dengan ukuran 80 cm x 50

cm dan 50 cm x 40 cm. Kandang yang baik mempunyai persyaratan, seperti lantai

yang kuat dan tidak licin, dengan kemiringan 5 derajat dan kemiringan atap 30

derajat serta disesuaikan dengan suhu dan kelembaban lingkungan sehingga

ternak akan merasa nyaman berada di dalam kandang serta letak selokan dibuat

pada gang tepat dibelakang jajaran sapi (Grisonta, 1995).

Menurut konstruksinya, kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua

yaitu kandang tunggal yang terdiri satu baris dan kandang ganda yang terdiri dari

dua baris yang saling berhadapan (head to head) atau berlawanan (tail to tail).

Tipe kandang head to head dirancang dengan satu gang bertujuan agar

mempermudah saat memberi pakan dan efisien waktu sedangkan kandang tail to

tail terdapat dua gang dengan tujuan untuk mempermudah saat membersihkan

feses (Anonimous, 2002).

Untuk bahan atap kandang dapat menggunakan genting, seng, asbes,

rumbia, ijuk/alang-alang dan sebaginya. Menurut Grisonta (1980) bahan atap

kandang yang ideal di negara tropis adalah genting. Dengan berbagai

pertimbangan yakni genting dapat meyerap panas, mudah didapat, tahan lama,

antara genting yang satu dengan yang lain terdapat celah sehingga sirkulasi udara

cukup baik.

2.3.5 Penyakit Sapi Perah

Penyakit yang biasa menyerang sapi perah laktasi dan mempengaruhi

produksi susu adalah mastitis, brucellosis, dan milk fever. Upaya pencegahan

penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi kandang, pengobatan, vaksinasi,

menjaga kebersihan sapi dan lingkungan (Siregar, 1993)


23

Mastitis adalah penyakit pada ambing akibat dari peradangan kelenjar

susu. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri streptococcus cocci dan saphylococcus

cocci yang masuk melalui puting dan kemudian berkembang biak dalam kelenjar

susu. Hal ini terjadi karena puting yang habis diperah terbuka kemudian kontak

dengan lantai atau tangan pemerah yang tekontaminasi bakteri (Djojowidagdo,

1982).

Brucellosis adalah penyakit keluron/keguguran menular pada hewan

disebabkan oleh brucella abortus yang menyerang sapi, domba, kambing, babi

dan hewan ternak lainnya. Brucellosis bersifat zoonosa artinya penyakit tersebut

dapat menular dari hewan ke manusia. Pada sapi, penyakit ini dikenal pula

sebagai penyakit keguguran menular, sedangkan pada manusia menyebabkan

demam yang bersifat undulasi yang disebut demam malta. Sumber penularan

brucellosis dari ternak penderita brucellosis, bahan makanan asal hewan dan

bahan asal hewan yang mengandung bakteri brucella. Penularan kepada manusia

melalui saluran pencernaan, misalnya minum susu yang tidak dimasak yang

berasal dari ternak sapi perah, oleh karena itu ternak sapi perah menjadi objek

utama kegiatan pemberantasan brucellosis (Tolihere, 1981)

Penyakit milk fever disebabkan karena kekuarangan kalsium (Ca) atau zat

kapur dalam darah (hypocalmia) (Sudono et.al, 2003). Milk fever menyerang sapi

perah betina dalam 72 jam setelah melahirkan dengan tanda-tanda tubuhnya

bergoyang kanan kiri saat berjalan (sempoyongan), bila tidak cepat diobati sapi

akan jatuh dan berbaring. Pengobatan dilakukan dengan menyuntikan 250-500 ml

kalsium boroglunat secara intravenaous (menyuntikan kedalam pembuluh darah).

Jika dalam 8-12 jam tidak berdiri maka penyuntikan dapat dilakukan lagi. Untuk

pencegahannya dapat melalui pemberian ransum dengan perbandingan kadar


24

kalsium dan fosfor dalam ransum 2:1 dapat pula dengan pemberian kapur

tembok/gamping 3% dari pakan konsentrat (Grisonta, 1995)

Anda mungkin juga menyukai