PKN - Ardo Fix Tri
PKN - Ardo Fix Tri
Oleh :
Maxmilianus Tuslin D’Ardo
201432008
Oleh :
Maxmilianus Tuslin D’Ardo
201432008
i
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA
Oleh :
Maximilianus Tuslin D’Ardo
201432008
Disetujui Oleh,
Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA
Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Praktek Kerja Nyata
pada hari Sabtu, 6 April 2019 dinyatakan Lulus dan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana
Disusun Oleh :
Nama : Maximilianus Tuslin D’Ardo
NIM : 201432008
Diuji Oleh,
Dosen Penguji aksi Penguji Saksi
Dr. Ir. Agnes Hanna Patty, M.T. Lila Khamelda, S.T., M.T.
NIDK. 8895450017 NIDN. 0719197501
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Sipil
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
penyertaan-Nya, penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Nyata
(PKN) dengan judul Pengamatan Pelaksanaan Pembangunan Laprima Hotel,
Labuan Bajo sebagai syarat penyelesaian pelaksanaan PKN.
Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak yang telah membimbing, membantu dan mendukung dalam penyusunan
laporan PKN ini, yaitu:
1. Bapak Benedictus Sonny Yoedono, S.Pd., MT. selaku Dekan Fakultas
Teknik.
2. Ibu Sunik, ST., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
3. Ibu Lila Khamelda ST, MT. selaku Dosen Pembimbing dan Penguji Saksi.
4. Ibu Dr. Ir. Agnes Hanna Patty, M.T. Selaku Dosn Penguji
5. Ibu Jany D. Tanoe Elim, ST. selaku pembimbing lapangan.
6. Segenap Direksi Laprima Hotel sebagai penyedia obyek PKN.
7. Keluarga, sahabat dan teman-teman Fakultas Teknik.
8. Heri Festus Kambu sebagai rekan tim PKN
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa teknik sipil pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan.
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih.
Penulis
iv
ABSTRAK
v
DAFTAR ISI
vi
2.3.3 Tangga ............................................................................. 12
BAB III TINJAUAN PROYEK ......................................................................... 13
3.1 Deskripsi Umum Proyek ........................................................... 13
Gambaran Umum Proyek ................................................ 13
Struktur Organisasi Proyek ............................................. 14
Tugas dan Wewenang ..................................................... 14
3.2 Spesifikasi Teknis ..................................................................... 18
3.2.1 Spesifikasi Teknis Kolom ............................................... 18
3.2.2 Pelat lantai ....................................................................... 21
3.2.3 Tangga ............................................................................. 21
3.3 Pelaksanaan di Lapangan .......................................................... 22
3.3.1 Kolom .............................................................................. 22
3.3.2 Plat Lantai ....................................................................... 23
3.3.3 Tangga ............................................................................. 24
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 28
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 28
5.2 Saran ......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35
LAMPIRAN ......................................................................................................... 36
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mempelajari proses
pembangunan Laprima Hotel, Labuan Bajo khususnya untuk pekerjaan plat lantai,
kolom, dan tangga pada lantai sembilan.
Pelaksanaan PKL
Kebutuhan Bahan
2.1 Definisi
Beton
Beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat
halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
(admixture). (SNI 2847:2013).
Seperti substansi-substansi mirip batuan pada umumnya, beton memiliki
kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah
suatu kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi
menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. (McCormac, 2004).
Pelat Lantai
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada
bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar bidangnya. Pelat beton bertulang
ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini
berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat
untuk mendukung ketegaran balok portal. (Asroni, 2010)
2.1.2 Kolom
Kolom adalah komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral
terkecil melampaui 3 yang digunakan terutama untuk menumpu beban tekan aksial.
Untuk komponen struktur dengan perubahan dimensi lateral, dimensi lateral
terkecil adalah rata-rata dimensi atas dan bawah sisi yang lebih kecil. (SNI
2847:2013).
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga
beban aksial tekan vertikal. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh
bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia
yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk
5
6
meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan
barang-barang), serta beban hembusan angin. (Johannis,2017)
Beberapa jenis kolom berdasarkan bentuk tulangan adalah sebagai berikut:
(McCormac, 2004)
1. Kolom sengkang persegi; kolom beton bertulang dengan metode mengikat
tulangan secara lateral dengan serangkaian sengkang bentuk persegi yang
tertutup. Sengkang ini efektif dalam menigkatkan kekuatan kolom. Sengkang
mencegah tulangan longitudinal bergerak selama proses pembangunan/
konstruksi dan sengkang menahan kecenderungan tulangan longitudinal
untuk menekuk kearah luar akibat beban, yang dapat menyebabkan selimut
beton bagian luar pecah dan gompal.
2. Kolom spiral; kolom beton bertulang dengan tulangan longitudinal yang
dibungkus sekelilingnya dengan tulangan/kawat tebal yang menerus. Spiral
bahkan lebih efektif dibandingkan dengan sengkang persegi dalam
meningkatkan kekuatan kolom. Spiral dengan jarak yang berdekatan dapat
mengekang lebih baik tulangan longitudinal pada posisinya, dan menyelimuti
beton bagian dalam serta meningkatkan kekuatan tekan aksial dengan sangat
besar. Saat beton pada bagian dalam spiral cenderung menyebar keluar secara
lateral akibat beban tekan, spiral yang menahannya akan mengalami tarik,
dan kolom tidak akan runtuh sebelum spiral leleh atau putus. Untuk kolom
seperti ini pada umumnya tulangan utama disusun melingkar, akibatnya biaya
yang digunakan akan lebih tinggi. Kolom spiral biasanya digunakan hanya
untuk kolom dengan beban sangat besar dan untuk kolom di daerah gempa
karena ketahanannya terhadap beban gempa. Spiral juga sangat efektif
meningkatkan daktilitas dan kekokohan dari kolom.
3. Kolom komposit; adalah kolom yang diberi tulangan longitudinal dengan
profil baja struktur, dapat dilingkupi oleh tulangan baja atau tidak, atau kolom
komposit ini dapat terdiri dari tube baja struktural yang diisi beton.
2.1.3 Tangga
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua
tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga dapat berbentuk lurus,
huruf “L”, huruf “U”, memutar atau merupakan dari kombinasinya.
7
2.2.2 Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
1. Agregat normal: ASTM C33M.
2. Agregat ringan: ASTM C330M.
Perkecualian: Agregat yang telah terbukti melalui pengujian atau penggunaan
nyata dapat menghasilkan beton dengan kekuatan dan keawetan yang baik dan
disetujui oleh instansi tata bangunan.
Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
1. 1/5 jarak terkecil antara sisi cetakan, ataupun
2. 1/3 ketebalan slab, ataupun
3. 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan atau kawat, bundel tulangan, atau
tendon prategang, atau selongsong.
Batasan ini tidak berlaku bila dalam pertimbangan insinyur profesional
bersertifikat, kelecakan (workability) dan metoda pemadatan adalah agar beton
dapat dicor tanpa keropos atau rongga udara. (SNI 2847:2013)
Persyaratan teknis dalam penyimpanan material di lapangan (SNI 2847:2013)
1. Material sementisius dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk
mencegah kerusakan, atau intrusi material yang mengganggu.
2. Setiap material yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh
digunakan untuk pembuatan beton.
8
2.2.4 Semen
Material sementisius yang disyaratkan dalam Pasal 3, yang mempunyai nilai
pengikatan bilamana digunakan pada beton baik oleh material tersebut sendiri,
seperti semen Portland, semen hidrolis campuran, dan semen ekspansif, atau bahan
semacam itu yang dikombinasikan dengan abu terbang (fly ash), pozzolan mentah
atau alam terkalsinansi lainnya, silica fume, dan/atau slag tanur (blast-furnace slag)
berbutir. (SNI 2847:2013)
Material sementisius harus memenuhi salah satu dari ketentuan (SNI,
2847:2013) berikut:
a) Semen Portland: ASTM C150M;
9
b) Semen hidrolis blended: ASTM C595M kecuali Tipe IS ( 70), yang tidak
diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama beton struktural;
c) Semen hidrolis ekspansif: ASTM C845.
d) Semen hidrolis: ASTM C1157M;
e) Abu terbang (fly ash) dan pozzolan alami: ASTM C618.
f) Semen slag: ASTM C989.
g) Silica fume: ASTM C1240
Keterangan :
b f adalah lebar sayap, mm
d adalah tinggi penampang, mm
cm adalah koefisien lentur kolom sesuai (SNI 1729:2002)
2.3.2 Kolom
A. Pembengkokan (SNI 2837:2013)
1. Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali
bila diizinkan lain oleh insinyur profesional bersertifikat.
2. Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditunjukkan dalam
dokumen kontrak, atau diizinkan oleh insinyur profesional bersertifikat.
B. Kondisi Permukaan Tulangan (SNI 2837:2013)
Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau pelapis
bukan logam lainnya yang dapat menurunkan lekatan.
1. Kecuali untuk baja prategang, tulangan baja dengan karat, lapisan
permukaan hasil oksidasi akibat pemanasan (mill scale), atau
kombinasi keduanya, harus dianggap memenuhi syarat, asalkan
dimensi minimum (termasuk tinggi ulir) dan berat benda uji yang
disikat dengan tangan menggunakan kawat baja memenuhi spesifikasi
ASTM.
12
2. Baja prategang harus bersih dan bebas dari minyak, kotoran, lapisan
permukaan hasil oksidasi (scale), lubang permukaan akibat korosi dan
karat yang berlebihan. Lapisan tipis karat diizinkan.
C. Batas Spasi untuk Tulangan (SNI 2837:2013)
1. Spasi bersih minimum antara batang tulangan yang sejajar dalam suatu
lapis harus sebesar db, tetapi tidak kurang dari 25 mm.
2. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih,
tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di
bawahnya dengan spasi bersih antar lapis tidak boleh kurang dari 25
mm.
D. Penempatan Tulangan pada Slab/ Pelat (SNI 2837:2013)
1. Tidak kurang dari seperempat tulangan atas di tumpuan pada lajur
kolom harus menerus sepanjang bentang.
2. Tulangan bawah yang menerus pada lajur kolom tidak boleh kurang
dari sepertiga tulangan atas di tumpuan pada lajur kolom.
3. Tidak kurang dari setengah dari semua tulangan lajur tengah bawah dan
semua tulangan lajur kolom bawah di tengah bentang harus menerus
dan harus mengembangkan fy di muka tumpuan.
2.3.3 Tangga
Syarat-syarat teknis :
1. Panjang pijakan datar (riser atau aantrede) berkisar antara 20 cm sampai
dengan 30 cm, supaya langkahnya sesuai.
2. Tinggi pijakan (optrede) berkisar antara 15 cm sampai dengan 20 cm,
supaya tidak terlalu tinggi mengangkat kaki terutama bagi anak-anak dan
orang tua.
3. Sudut kemiringan tangga berkisar 25 - 40 derajat.
BAB III
TINJAUAN PROYEK
13
14
Baja
Notasi Ukuran Kolom
Tipe Kolom Tulangan Sengkang Gambar Kolom
Kolom (mm) Wf
(mm) (mm)
(Sumber : suksesjayaabadi.com)
3.2.3 Tangga
Sesuai perencanaan dan gambar kerja, spesifikasi untuk anak tangga yang
direncanakan di lapangan adalah sebagai berikut, lebar antrade adalah 280 mm,
tinggi optrade adalah 175 mm, tebal pelat adalah 150 mm dan kemiringan tangga
adalah 32°.
dengan spasi antar tulangan sejarak 150 mm. Untuk tulangan sengkang bediameter
D10 dengan spasi antar sengkang sejarak 150 mm.
2. Pemasangan Bekisting
Khusus untuk bekisting-bekisting kolom, maka pada tepi bawah kolom harus
dibuatkan pembukaan pada dua tepi sisi untuk mengeluarkan kotoran kotoran yang
terdapat pada dasar kolom. Pembukaan ini boleh ditutup setelah diperiksa
kebersihan dasar kolom dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Proyek. Bekisting
yang digunakan terbuat dari plat besi yang sudah diukur dimensinya sebelum
dipasang dan untuk peyambungnya menggunakan baut. Untuk mempermudah
23
pemasangan bekisting maka besi penyangga dipasang di bagian bawah dan atas
kolom baja dengan jarak 10 – 15 cm dari kolom baja,tergantung besar dimensi
kolom yang diinginkan. Penyangga ini berguna untuk membuat letak
bekisting presisi dan sesuai dengan gambar kerja. Setelah penyangga dibuat barulah
bekisting dipasang.
plat lantai yang diinginkan. kemudian di setiap ujung bondek yang bertemu
disambung dengan cara dilas. Setelah bondek dipasang secara menyeluruh barulah
dipasang wiremesh diatasnya dengan cara dilas ke bondek.
(a) (b)
3.3.3 Tangga
1. Persiapan
Pada tahap persiapan untuk pekerjaan terkait pembesian hal utama yang dapat
dilakukan adalah pekerjaan pemotongan besi untuk tulangan utama, pemotongan
besi untuk sengkang dan pembuatan wiremesh sesuai kebutuhan panjang dan
rencana gambar kerja, pekerjaan pemotongan dilakukan dengan bantuan mesin
pemotong,sedangkan pembengkokan besi dilakukan secara konvensional atau
tanpa bantuan mesin.
25
(a) (b)
Gambar III-6 Pekerjaan Tangga
(a) Alat Pemotong Besi, (b) Proses Pembengkokan Besi.
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
2. Pembesian tangga
Untuk perakitan tangga hal pertama yang dapat dikerjakan adalah
mengangkut besi tulangan yang sudah dipotong dan dibengkokkan sesuai
kebutuhan dari pabrikan besi ke lokasi perkitan. Perakitan tulangan dilakukan
langsung diatas bekisting yang telah disiapkan. Langkah awal dalam perakitan ini
dimulai dari perakitan untuk pelat tangga bagian bawah dan atas menggunakan
tulangan berdiameter D13 dengan jarak 150 mm yang dihubungkan dengan
overstake tangga yang telah disiapkan sebelumnya yaitu pada pertengahan lantai
sembilan dan sepuluh. Sisi atas pembesian tangga yang berhubungan langsung
dengan pelat lantai juga dihubungkan dengan lantai sepuluh. Setelah rangkaian
pembesian pelat untuk tangga arah memanjang selesai dapat dilanjutkan
pemasangan sengkang disisi dalam antara tulangan pelat bawah dan atas
berdiameter D10 dengan jarak 200 mm pada arah melintang dan dilas. Tahap
selanjutnya setelah rangkaian pembesian pelat tangga selesai, besi anak tangga
dapat dipasang satu persatu dengan tulangan yang digunakan adalah Ø8, jarak 150
mm yang dihubungkan menggunakan besi lonjoran diameter Ø8 untuk membentuk
rangkaian anak tangga. Setelah proses pembesian tangga selesai, selanjutnya dapat
dilakukan pekerjaan pemasangan bekisting untuk anak tangga. Bekisting ini selain
berfungsi untuk membentuk anak tangga secara fisik juga difungsikan sebagai
26
tumpuan atau pijakan untuk lalu lintas pekerja. Sehingga ketika pekerja melakukan
aktifitas melalui tangga dapat dengan mudah dilakukan dan tidak merusak
pembesian tangga yang telah dikerjakan sebelumnya
27
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Secara umum pelaksanaan konstruksi struktur lantai sembilan pada gedung
Laprima, Labuan Bajo pada tahap pelaksanaan sudah sesuai dengan SNI 2847:2013
dan SNI 1729:2002 sebagai acuan. Namun masih ada beberapa hal yang kurang
sesuai dengan aturan yang berlaku, seperti tidak adanya pelaksanaan uji slump dan
tidak dibuatnya benda uji untuk mengetahui kekuatan beton. Dalam gambar
rencana, tulangan yang dipasang pada profil baja ukuran dan jumlahnya berbeda,
namun yang terjadi di lapangan adalah pihak proyek mengambil keputusan jumlah
tulangan disamakan yaitu menggunakan besi D16 dan berjumlah 6 buah di setiap
kolom.
5.2 Saran
Dari beberapa hal yang diamati dan dipelajari oleh penulis selama kegiatan
PKN ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dan diperhatikan. Berikut ini adalah
beberapa saran yang bisa penulis berikan agar dapat meningkatkan pelaksanaan
proyek.
1. Lebih ditingkatkan kembali masalah kedisiplinan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di lokasi pekerjaan karena dari pengamatan penulis
piranti keselamatan kerja masih sangat minim,terlebih lagi dari beberapa
keluhan para pekerja tentang tidak adanya peralatan keselamatan.
2. Perlunya pengadaan bahan dan alat yang lebih tepat, sehingga pekerjaan tidak
memakan waktu yang cukup lama.
3. Perlunya pembuatan rencana pekerjaan (time schedule) sebagai pedoman
waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan dan juga
untuk pengendalian waktu dalam proyek.................................................
waktu dalam proyek.
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
1. LOG BOOK
2. LEMBAR ASISTENSI DAN LEMBAR REVISI
3. PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN
4. GAMBAR KERJA
5. FOTO PROSES DI LOKASI PROYEK
LI-2
Lampiran 1
Logbook
LI-2
Lampiran 2
Lembar Asistensi
LII-2
LII-3
LII-4
LIII-1
Lampiran 3
Perhitungan Kebutuhan
Bahan
LIII-2
A. Kolom
1. Perhitungan Volume Baja WF
Tipe Kolom Jumlah Tinggi Tipe WF Jumlah WF Total Jumlah Berat Total Berat BJ Baja Volume
Kolom Kolom (h) Panjang WF Kebutuhan WF WF WF Tulangan
WF
(m) (bh) (m) (lonjor/12m) (kg/12m) (kg) (kg/m3) (m3)
C4 16 3 250/125 4 48 4 355,2 1420,8 7850 0,18
C2 20 3 350/150 8 60 5 595,2 2976,0 7850 0,38
C5 10 3 350/150 8 30 2,5 595,2 1488,0 7850 0,19
C3 6 3 350/150 6 18 1,5 595,2 892,8 7850 0,11
B. Plat Lantai
1
m 1m
0,187 m 0,07m
0,05 m
0,132 m
C. Tangga
Total = 11 +1 = 12 lonjor
Total tulangan memanjang = (12 x 2 ) 4,74 = 114 m
Tulangan melintang plat lantai D10 – 150
4,75
Jumlah tulangan melintang = 0,15 = 31,67~ 32 lonjor
Total 32 + 1 = 33 lonjor
Total tulangan melintang = (33 x 2) 1,3 =85,8 m
Tulangan melintang bordes D13 – 125
2,6
Jumlah tulangan melintang 0,125 = 20,8 ~ 21 lonjor.
Volume
Plat Lantai
Cos α =4,5 / 4,74 = 0,95 = α 180
1,38
tg 18 = 𝑡𝑔 18 = 4,25
4,74+4,25
Volume Plat Tangga =[[( ) 0,12] 1,3] 2 = 1,402 m3
2
Bordes
Volume Bordes = 2,05 x 0,12 x 2,6 = 0,64 m3
Anak Tangga
Jumlah Pijakan = 4,5/0,28 = 16,07 ~ 16 pijakan
(0,28 𝑥 0,175)
Volume Anak Tangga = [[ 𝑥 13] 16] 2 = 1,02 𝑚3
2
Tulangan
Total Berat Tulangan = 165,75 + 76,81 = 242,54 kg
242,54 kg
Volume Tulangan = 7850 𝑘𝑔/𝑚3 = 0,03 m3
Lampiran 4
Gambar Kerja
LIV-2
LV-1
Lampiran 5
Foto Proses di Lokasi
Proyek
LV-2
( Pengantaran Campuran)
LV-5
(Pemasangan Wiremesh)
(Pelumasan Bekisting)
LV-4
(Pengelasan Wiremesh)