Anda di halaman 1dari 21

Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas

12014058 AT-6013

1. Tujuan
- Menentukan Petroleum System dari Cekungan Sumatra Selatan yang terdiri dari Source rock,
Reservoir Rock, Cap/Seal Rock, Overburden Rock, dan Migration
2. Geologi Regional

Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah baratlaut-tenggara / NW-


SE. Geologi Cekungan Sumatera Selatan adalah suatu hasil kegiatan tektonik yang berkaitan erat
dengan penunjaman Lempeng. Blake
(1989) menyebutkan bahwa daerah
Cekungan Sumatera Selatan merupakan
cekungan busur belakang berumur
Tersier yang terbentuk sebagai akibat
adanya interaksi antara Paparan Sunda
(sebagai bagian dari lempeng kontinen
Asia) dan lempeng Samudera India.
Cekungan Sumatera Selatan termasuk
kedalam cekungan busur belakang
(Back Arc Basin) yang terbentuk akibat
interaksi antara lempeng Indo-Australia
dengan lempeng mikro-sunda.

Cekungan ini dibagi menjadi 4 (empat) sub cekungan


(Pulonggono, 1984) yaitu:

a. Sub Cekungan Jambi


b. Sub Cekungan Palembang Utara
c. Sub Cekungan Palembang Selatan
d. Sub Cekungan Palembang Tengah

3. Stratigrafi
Stratigrafi daerah cekungan Sumatra Selatan secara umum dapat dikenal satu megacycle
(daur besar) yang terdiri dari suatu transgresi dan diikuti regresi. Formasi Lemat dan older Lemat
diendapkan sebelum fase transgresi utama. Formasi yang terbentuk selama fase transgresi
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa (Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi
Gumai). Kelompok Palembang diendapkan selama fase regresi (Formasi Air Benakat, Formasi Muara
Enim, dan Formasi Kasai)
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

4. Analisis
A. Source Rock
I. Analisis Potensi Source Rock
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

Potensi Source Rock di Formasi Lahat cukup Excelent di Kepayang dengan 8.5% TOC dan
Good di Area Limau dengan 1.7 - 4.1% TOC
Formasi Talangakar mempunyai potensi yang Good khususnya di Area Limau dengan
1.5 - 8% TOC, 0.5 - 2.1 mg/g S1 dan 1.5 - 8 mg/g S2. Di Area Kuang mempunya potensi yang
Fair dengan 0.33 - 0.9% TOC, 0.1 - 0.5 mg/g S1 dan 0.2 - 4 mg/g S2. Area Muara Enim –
Lematang diprediksi memiliki potensi yang Fair.
Formasi Baturaja memiliki potensi yang Good sampai Very Good di Area Limau
dengan 0.6 - 1.5% TOC, 1.35 - 5.5 mg/g S1 dan 1.35 - 2.7 mg/g S2. Di Area Kuang memiliki
potensi yang Poor dengan 0.2 - 0.4% TOC.
Formasi Gumai memiliki potensi yang Fair hingga Excellent hampir di semua area
dengan 0.5 - 11.5% TOC, 0.1 - 2.2 mg/g S1 and 0.7 - 2.4 mg/g S2. Di Area Muara Enim-
Lematang diprediksi memiliki potensi yang Good karena ketebalan Formasi Gumai mencapai
1500 m dan memiliki TOC 0.7 - 1% and 2.1 - 3.6 mg/g S2.
Formasi Airbenakat memiliki potensi Fair hingga Good dengan 0.5 - 1.7% TOC, 0.2 -
2.88 mg/g S1 and 0.9 - 5.5 mg/g S2.
Formasi Muara Enim di well MBU-1 memiliki potensi fair hingga excellent dengan 0.5
- 52.7% TOC.

II. Analisis Kematangan Source Rock


Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

Formasi Lahat di Area Limau, Beringin, dan Muaraenim-Lematang matang/mature


dengan T-max values of 436-441 oC. Namun di Area Kepayang tidak matang/immature
Formasi Talangakar mature/matang di Area Limau, matang sebagian di Area Kuang
dan Muaraenim-Lematang dengan T-max values of 436 - 450°C dan Ro of 0.45 0.94%. di Area
Lembak dan Kuang ‘earlier mature´ dengan 425 - 433°C T-max and 0.3 - 0.4% Ro.
Kematangan Formasi Baturaja hampir sama dengan Formasi Talang Akar.
Formasi Gumai di Limau Area menunjukkan ’early mature’ dan matang
sebagian/partly mature di Area Kuang dengan 400 - 430°C T-max. Di Area Muaraenim-
Lematang matang dengan 435 - 440°C T-max and 0.51 - 0.7% Ro
Formasi Air Benakat dan Muaraenim tidak matang/immature dengan kurang dari
430°C T-max and 0.29 - 0.30% Ro.

III. Analisis Tipe Hidrokarbon


Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

Tipe Kerogen dari Formasi Lahat di Area Lahat (GNK-67 well) adalah vitrinite (III) yang mana
hanya menghasilkan gas. Namun, di area Kepayang yang belum matang/immature mengandung
tipe I dan II serta III.
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

Kerogen dari Formasi Talang Akar bertipe Amorphous dan Vitrinite dan kemungkinan
memproduksi minyak dan gas. Di Area muara Muara Enim (Merbau), kebanyak tipe kerogennya
adalah vitrinite yang mana menghasilkan gas.
Formasi Baturaja mengandung amorphous kerogen dan vitrinite dan kemungkinan
menghasilkan minyak dan gas.
Formasi Gumai mengandung vitrinite yang mana menghasilkan gas. Di lapangan Merbau
bertipe amorphous dan vitrinite.

IV. Hasil Analisis


 Tipe kerogen di Formasi Lahat di Limau Area (GNK-67 well) adalah vitrinite
(III), yang mana menghasilkan gas saja.
 Kerogen di Formasi Talangakar bertipe amorphous dan vitrinitic dan
kemungkinan menghasilkan minyak dan gas. Di Area Muaraenim (Merbau),
tipe kerogennya sebagian besar adalah vitrinit yang mana hanya
menghasilkan gas
 Formasi Gumai mengandung vitrinit yang mana hanya menghasilkan gas. Di
Area merbau bertipe amorphous dan vitrinite yang kemungkinan
menghasilkan minyak dan gas.
 Di Formasi Airbenakat dan Muaraenim bertipe kerogen amorphous, tapi
formasinya belum matang/immature

B. Analisis Reservoir Rock


I. Pra Tersier Basement Rock
 Analisis Petrografi
Analisis Petrografi bertujuan untuk menentukan litologi dan komposisi
mineral yang terdapat pada batuan. Untuk mengetahui fracture pada sayatan
tersebut maka digunakan Blue Dye Epoxy Resin untuk membedakan genuine
pores dan artificial holes (Raymond, L.A, 1943) (Sen, G., 2001) (Syafri, I, 2002).
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

 2. Analisis Fracture Picking


Sebagai secondary porosity, tidak semua fracture memliki ruang yang kosong
untuk diisi fluida. Hanya fracture tertentuk yang dapat berfungsi sebagai
secondary porosity yang disebut dengan open fracture. Analisa Fracture
Picking ini bertujuan untuk menentukan tipe-tipe fracture yang ada dibatuan
tersebut. Pada Gambar ini yang merupakan open fracture yaitu pada
sinusoidal yang berwarna gelap dan bersifat konduktif karena diisi oleh drilling
mud. Namun pada closed fracture yang merupakan sinusoidal yang berwarna
terang dan bersifat resistif karena telah diisi mineral atau semen
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

 3. Analisa Fracture Density


Tujuan dari analisa ini adalah untuk menentukan berapa banyak fracture yang
terdapat pada kedalaman tertentu (Nelson R.A, 2001). Dalam kasus ini,
digunakan kedalaman setiap 1 meter dan fracture yang diukur adalah open
fracture
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

 4. Analisis Fracture Aperture


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai bukaan dari fracture tersebut.
 5. Analisis Fracture Porosity
Analisis Fracture Porosity bertujuan untuk menentukan nilai porositas yang
dibentuk oleh fracture. Menentukan fracture porosity ini berguna untuk
mengetahui kualitas sebuah fracture ketika diisi oleh fluida.
Secondary Porosity Index (SPI) dari log sonic dan log density dapat membantu
dalam menganalisa fracture porosity. SPI adalah pengukuran terhadap
porositas sekunder yang berasosiasi dengan fracture/vuggy (Asquith, 1976)
(Koesoemadinata, R.P 2000) (Rider, M, 2001) (Zou, C, 2013). Untuk
menghitung SPI dapat menggunakan persamaan no. 2
Nilai dari fracture porosity ditentukan dari bukaan fracture dan fracture
density sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan no. 3
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

 Analisis Pra-Tersier Fractured Reservoir Rock


Well HA-1
-Pada jarak interval 100 m (kekurangan data namun cukup terwakilkan),
terdapat 447 fracture yang didalamnya terdapat 289 open fracture
-Didapatkan Fracture Density sebesar 0,832/m
-Fracture porosity sebesar 1.49%.
Well HA- 2
-Pada seluruh interval basement, terdapat 956 fracture yang didalamnya
terdapat 592 open fracture.
-Didapatkan Fracture Density sebesar 0,778/m
-fracture porosity sebesar 0.888%.
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

II. Analisis Formasi Batu Raja


Batugamping Baturaja dikenal juga sebagai Basal Telisa Limestone (Hutchinson, 1996).
Formasi ini mengandung paparan karbonat setebal 20-75 m (Hutchinson, 1996;
Hartanto and others, 1991). Cadangan pada Karbonat Baturaja dan Batugamping
pasiran ini sebesar lebih dari 1 BBOE dengan kandungan gas nya lebih dari
setengahnya (Petroconsultants, 1996). Oil Gravity nya berkisar dari 26—61° API
(Petroconsultants, 1996).

Zonasi porositas pada Formasi Baturaja dibagi menjadi 2 dan dibatasi pada kedalaman
2546 m yaitu, Upper Baturaja (2438-2546 m) dan Lower Baturaja (2546-2719 m ).
Porositas pada Upper Baturaja lebih porous dengan rentangan porositas 5-22%,
dimana porositas di Lower baturaja 1-13%

III. Formasi Air Benakat/Lower Palembang


Formasi Air Benakat atau dikenal sebagai Lower Palembang terendapkan selama
proses regresi dan berakhir di shale Formasi Gumai. Formasi ini memiliki ketebalan
1000-1500 m (Hutchinson, 1996). Penemuan terbesar cadangan di Formasi ini
mencapai 647 MMBOE (Petroconsultants, 1996). Porositas rata-rata dari batupasirnya
dalah 25%. Reservoir ini memiliki minyak dengan API gravity rata-rata 47° dan
beberapa gas (Petroconsultants, 1996).

IV. Formasi Muara Enim/Middle Palembang


Formasi Muara Enim atau dikenal sebagai Middle Palembang diendapakan sebagai
pasir laut dangkal hingga kontinen, muds, dan batubara. Cadangan minya pada
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

formasi ini sebesar 179 MMBOE dengan reservoir batupasir dan porositas 30%
(Petroconsultants, 1996).

C. Analisis Seal/Cap Rock


Formasi Gumai menunjukkan maksimum transgresi seiring perkembangan karbonat Batu Raja
(Hartanto and others, 1991). Shales di daerah formasi ini menjadi seal dari reservoir karbonat
dan secara lokal, menjadi seal dari reservoir sandstone dari Formasi Talang Akar (Martadinata
and Wright, 1984; Hartanto and others, 1991).

D. Analisis Migrasi
Migrasi HC secara lateral dan vertikal di Cekungan Sumatra Selatan dimulai sejak Late Middle
Miocene.
Migrasi vertikal terjadi melalui zona sesar, contohnya di Area Lembak yang bermograsi secara
vertikal sepanjang Sesar lembak dari Source rock Formasi Talang Akar. Gas yang ditemukan di
Formasi Air Benakat dan Muara Enim merupakan hasil migrasi secara vertikal sepanjang sesar
meerbau dari Source rock formasi Gumai.
Migrasi secara lateral terjadi searah dip slope. Contohnya, Minyak yang ditemukan di Formasi
Talang Akar di Area Kuang dan Beringin sebagai hasil migrasi lateral dari Source Rock Formasi
Talang Akar.

E. Analisis Overburden Rock


Maksimum transgresi terjadi ketika setelah batugamping Formasi Batu Raja Diendapkan
selama early middle Miocene (Sarjono dan Sardjito, 1989). Pengendapan klastik terus
bertambah selama regresi Late Middle Miocene membentuk claystone, sandstone, dan
siltstone di Lingkungan Laut Dangkal. (Sarjono dan Sardjito, 1989).

F. Analisis Entrapment
Perangkap yang pertama kali ditemukan dan yang paling penting di cekungan sumatra selatan
adalah perangkap antiklin yang berarah NW-SE (van Bemmelen, 1949). Total migas yang
ditemukan di antiklin sebanyak 3.1 BBOE (Petroconsultants, 1996). Antiklin tersebut terbentuk
akibat adanya kompresi pada awal Miosen (Courteney and others, 1990). Stratigraphic pinch-
out dan pengendapan karbonat secara lokal disertai lipatan (antiklin) meningkatkan ke-efektif-
an pembentukan perangkap primer.

5. Kesimpulan
Dari analisis tersebut maka didapatkan Petroleum System dari South Sumatra Basin yaitu
a. Source Rock
i. Formasi Lahat: Menghasilkan Gas
ii. Formasi Talang Akar: Menghasilkan Minyak dan Gas
iii. Formasi Gumai: Menghasilkan Gas
b. Reservoir Rock
i. Pra-Tersier Basement
ii. Formasi Batu Raja
iii. Formasi Air Benakar/Lower Palembang
iv. Formasi Muara Enim/Middle Palembang
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

c. Seal Rock
i. Shale dari Formasi Gumai
d. Overburden Rock
i. Formasi Kasai/Upper Palembang
e. Entrapment
i. Perangkap Struktur yaitu Perangkap Antiklin (Lipatan)
Yosia Luther Marpaung Hidrodinamika Cebakan Migas
12014058 AT-6013

Referensi
• Bishop, M.G., 2000a. South Sumatra Basin Province, Indonesia: the Lahat/Talang Akar–
Cenozoic total petroleum system. USGS Open-File Report 99-50S.
• Doust, H., and Noble, Ron A. 2007. Petroleum Systems of Indonesia. Elsevier.
• Riskha H., Syafri I., Ismawan, Natasia N. 2017. Characterization of Basement Fracture
Reservoir In Field X, South Sumatra Basin, Based on The Analysis of Core and FMI Log. JEET.
• Sarjono, S., and Sardjito. 1989. Hydrocarbon source rock identification in the South
Palembang sub-basin: Proceedings Indonesian Petroleum Association Eighteenth Annual
Convention, October 1989.
• Susanto, A., Suparka, E., Noeradi, D., Latuconsina, M., 2008. DIAGENESIS AND POROSITY
DEVELOPMENT OF BATURAJA FORMATION IN “X-1” WELL “X” FIELD, SOUTH SUMATRA. IPA.
• Yuliandri, I., Anggela, M., Yusmen, D., Kurniawan M., Latuconsina, M. 2013. Shale Gas
Resources of Lahat Formation at Topaz Area, Indonesia. Jakarta. AAPG.
• Wibawa, I Gusti Agung Aditya Surya , Syafriya, Andri., Syam, Beiruny., Risyad, M., 2017.Gas
While Drilling (GWD) Classification in Shaly-Sand Reservoir; an Effort to Unlock Gumai Play
Potential in South Sumatra Basin, Indonesia. AAPG.

Anda mungkin juga menyukai