terhadap kelayakan parameter kimia kualitas air pada lahan bekas tambang pasir di
Minggu Stasiun
1 2 3
1 0,003 0,004 0,005
2 0,003 0,004 0,005
3 0,004 0,01 0,005
4 0,009 0,006 0.012
Rata-rata 0,005 0,006 0,007
Standar Deviasi
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
Hasil pengukuran dari kadar amoniak pada minggu pertama dan kedua
pada atasiun 1 yakni 0,003 mg/l, sedang pada stasiun 2 0,004 dan pada stasiun 3
0,005. Untuk stasiun 1 dan stasiun 3 kadar amoniak mengalami peningkatan pada
minggu ke 4.
Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar amoniak (NH3) yang terdapat
dalam perairan umumya merupakan hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat
(faces) dan terlarut (amonia), yang dikeluarkan lewat anus, ginjal dan jaringan
insang. Kotoran padat dan sisa pakan tidak termakan adalah bahan organik dengan
dan akhirnya amonia sebagai produk akhir dalam kolam. Makin tinggi konsentrasi
.
4.1.2 H2S
Minggu Stasiun
1 2 3
1 0,008 0,007 0,01
2 0,009 0,007 0,01
3 0,008 0,006 0,009
4 0,005 0,004 0,004
Rata-rata 0,008 0,006 0,008
Standar Deviasi
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
peningkatan kadar H2S pada stasiun 1 dan stasiun 2 walaupun tidak signifikan,
4.1.3 pH
Minggu Stasiun
1 2 3
1 8,3 8,3 8
2 8,7 9 9
3 8,3 8 8
4 8 8 8
Rata-rata 8,3 8,3 11
Standar Deviasi
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
pada pH 5 masih dapat ditolerir oleh ikan tapi pertumbuhan ikan akan terhambat.
Menurut Asmawi (1983), bahwa derajat keasaman yang masih dapat ditolerir oleh
ikan air tawar adalah 4,0. Sedangkan menurut Anonim (2010), pH air yang baik
untuk budidaya ikan nila adalah 6 – 8,5 dengan kisaran optimum 7 – 8. Dengan
demikian, kisaran derajat keasaman selama penelitian masih berada dalam batas