Identifikasi Gugus Fungsi
Identifikasi Gugus Fungsi
Mengetahui
Dosen Penanggungjawab
F. Pembahasan
1. Hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang hanya karbon dan hidrogen
yang dapat dibedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Alkana
digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena, alkuna dan senyawa
aromatik termasuk senyawa tak jenuh. Pada percobaan kali ini kita menggunakan
larutan alkana, sikloheksena, dan benzena untuk menguji ketidakjenuhan suatu
senyawa. Larutan penguji yang digunakan adalah KMnO4. KMnO4 digunakan
sebagai larutan penguji karena merupakan agen pengiksidasi yang mampu
mengoksidasi ikatan rangkap karbon-karbon, dan berlangsung melalui perubahan
warna larutan. Pada tabung pertama terdapat sikloheksena yang berupa larutan
bening, tidak berwarna. Sikloheksena adalah salah satu senyawa alkena berbentuk
siklik atau rantai tertutup yang memiliki enam atom karbon. Percobaan ini
dilakukan dengan mereaksikan sikloheksena (larutan tidak berwarna) dengan
larutan KMnO4 (larutan berwarna ungu).
Pada percobaan ini diperolah hasil yaitu pada tabung pertama tidak
mengalami perubahan warna, yaitu tetap berwarna ungu, dimana ini berbanding
terbalik dengan teori sebenarnya. Pada percobaan pertama ini mengalami
kesalahan, dimana seharusnya larutan sikloheksena yang semula berwarna bening
setelah ditambahkan dengan larutan KMnO4 yang berwarna ungu mengalami
perubahan warna menjadi larutan berwarna cokelat. Perubahan warna tersebut
menujukkan bahwa sikloheksena telah bereaksi dengan larutan KMnO4 sehingga
dapat dikatakan bahwa sikloheksena telah mengalami pemutusan ikatan rangkap
yang sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hidrokarbon tidak jenuh seperti
alkena jika direaksikan dengan KMnO4, umumnya mengalami reaksi adisi yang
ditandai dengan hilangnya warna pada larutan KMnO4 (Tim Dosen, 2017: 17).
Berdasarkan kesalahan pada percobaan, dapat disimpulkan bahwa
sikloheksena termasuk senyawa hidrokarbon tak jenuh karena dapat mengalami
reaksi adisi yang berarti memiliki ikatan rangkap atau ikatan karbon-karbon ganda
yang dapat diputuskan. Sikloheksena yang bereaksi dengan KMnO4 membentuk
suatu glikol atau senyawa yang memiliki dua gugus hidroksil bersebelahan. Saat
reaksi berlangsung warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh warna
cokelat dari mangan dioksida (MnO2). Adapun reaksi yang terjadi:
Pada tabung kedua terdapat benzena yang berupa larutan bening dan tidak
berwarna. Benzena adalah hidrokarbon aromatic siklik yang memiliki molekul
segienam datar dengan atom-atom karbon yang terletak pada keenam
sudutnya. Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan benzena (larutan tidak
berwarna) dengan larutan KMnO4 (larutan berwarna ungu). Fungsi penambahan
larutan KMnO4 adalah untuk mengadisi ikatan rangkap yang terdapat pada
benzena dan KMnO4 berperan sebagai oksidator, reaksi adisi tersebut berlangsung
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi. Berdasarkan percobaan, larutan
benzena yang semula berwarna bening setelah ditambahkan dengan larutan
KMnO4 yang berwarna ungu menunjukkan perubahan warna menjadi larutan
berwarna bening dengan endapan ungu kecoklatan. Perubahan warna tersebut
diperoleh dari warna larutan KMnO4 yang pada dasarnya berwarna ungu sehingga
tidak dapat dikatakan bahwa benzena dapat diadisi oleh KMnO4. Benzena sukar
diadisi karena ikatan rangkap dua karbon-karbon dalam benzena dapat
terdelokalisasi (berpindah-pindah) dan membentuk cincin yang kuat terhadap
serangan KMnO4, sehingga sulit untuk dioksidasi.
Percobaan ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa reaksi adisi sulit
terjadi pada senyawa aromatik (benzena) karena benzena mengalami reaksi adisi
yang karakteristik melalui reaksi substitusi dan biasanya diperlukan kondisi yang
lebih drastis misalnya konsentrasi, temperatur lebih tinggi dan dengan katalis
yang lain (Tim Dosen,2017: 19). Adapun persamaan reaksinya:
Pada tabung kedua yaitu terdapat fenol 5% yang berupa larutan bening. Fenol
merupakan senyawa yang memiliki gugus –OH yang terikat pada cincin benzena.
Pada saat fenol 5% ditambahkan dengan FeCl3, larutan fenol yang semula bening
berubah menjadi larutan yang berubah mrnjadi berwarna ungu kehitaman. Hal
tersebut menunjukkan bahwa fenol dapat bereaksi dengan FeCl3. Fenol
mengandung gugus –OH yang terikat pada suatu karbon tak jenuh sehingga dapat
menghasilkan senyawa kompleks. Fenol yang mengandung gugus –OH yang
terikat pada cincin aromatik dapat terdelokalisasi pada posisi orto dan para pada
cincin benzena melalui resonansi sehingga fenol dapat lebih mudah bereaksi
dengan FeCl3-. (Rasyid, 2009: 130).
Adapun persamaan reaksinya:
Pada tabung kedua terdapat aseton yang telah dicampurkan dengan fehling
yang berupa larutan berwarna biru. Aseton merupakan senyawa keton dengan
rumus senyawa C3H6O. Saat larutan fehling yang telah ditambahkan dengan
aseton dipanaskan, larutan yang semula berwarna biru tidak mengalami
perubahan. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa percobaan ini sesuai
dengan teori yang menjelaskan bahwa keton yang sederhana tidak menjalankan
reaksi dengan reagen fehling yang berwarna. Aseton tidak dapat bereaksi dengan
fehling biru karena atom H pada gugus aseton sulit untuk dilepaskan sehingga
tidak memungkinkan terjadinya reaksi (Fessendden, 1992: 105). Adapun
persamaan reaksinya:
4. Asam karboksilat
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal senyawa organik asam
karboksilat dan turunannya. Asam karboksilat ini memiliki gugus fungsi karboksil
(-COOH) yang namanya diperoleh dari nama 2 gugus penyusunnya yaitu gugus
karbonil (-C=O) dan gugus alkohol (-OH). Dalam asam karboksilat gugus -COOH
terikat pada gugus alkil (-R) atau gugus aril (Ar-). Meskipun yang mengikat gugus
–COOH dapat berupa gugus alifatik atau aromatik, jenuh atau tak jenuh,
tersubstitusi atau tidak tersubstitusi, sifat yang diperlihatkan oleh gugus –COOH
tersebut pada dasarnya. Percobaan pada asam karboksilat dilakukan dengan cara
mereaksikan asam asetat dengan etanol lalu ditambahkan dengan NaOH.
Pada percobaan tersebut larutan asam asetat berwarna bening. Setelah asam
asetat tersebut ditambahkan dengan etanol, asam asetat yang semula bening tidak
mengalami perubahan. Perubahan warna yang tidak terjadi menujukkan bahwa
asam asetat tidak bereaksi dengan etanol. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
yang menjelaskan bahwa asam karboksilat dapat bereaksi dengan alkohol
membentuk ester dan persamaan reaksi yang seharusnya:
Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2011. Kimia Dasar. Makassar: UPT
Mata Kuliah Umum.