BAB II Pati
BAB II Pati
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis transaksional adalah suatu pendekatan psikoterapeutik yang sangat
dapat diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis. Analisis transaksional gagasan
Eric Berne (1910-1970) merupakan suatu pendekatan untuk mensistemasi,
menganalisis, dan mengubah saling pengaruh diantara manusia, yang menekankan
interaksi keduanya (antara diri dan manusia lain) dan kesadaran internal (regulasi diri
dan ekspresi diri). Tujuan Berne ialah untuk mensintesiskan gagasan-gagasannya,
dengan menggunakan istilah-istilah yang dapat dipahami, sehingga klien dapat
berpartisipasi secara aktif dalam mengorganisasikan arah penanganannya sendiri
(Berne, 2001:21). Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan
suatu pendekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan
relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya
kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang
paling dalam dan interaksi kehidupan nyata. Pendekatan Analisis Transaksional
merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada
hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi
salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar. Salah satunya adalah dalam
hal supervisi pendidikan yang kemudian dikembangkan dalam sebuah model
terintegrasi yaitu Supervision Triangle.
Supervision Triangle adalah suatu kerangka kerja baru yang memungkinkan
supervisor pemula untuk memahami proses dan mengatur konten pelaksanaan
supervisi. Hal ini juga dapat menjadi alat pemantauan diri untuk pengawas
berpengalaman dan alat bantu mengajar dalam pelatihan supervisor.
Perubahan demografi yang dialami oleh mahasiswa yang terjun ke sekolah
setelah menempuh pendidikan diperguruan tinggi menuntut para mahasiswa untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Model ini dibuat guna mensupervisi para
mahasiswa yang kurang memiliki pengalaman lapangan.
B. Permasalahan
Secara umum permasalahan yang diangkat untuk makalah ini adalah tentang
supervisi BK
C. Tujuan Penulisan
Memperbandingkan dari kedua model yang dipilih yaitu supervisi model Segi
Tiga dan Supervisi Peterson-Deuschle. Berdasakan indikator yang ditentukan yaitu
1. Menjelaskan Konsep/ pengertian masing-masing model supervisi
2. Menjelaskan Ciri khas masing-masing model supervisi
3. Menjelaskan Kelebihan dan kekurangan masing-masing model supervisi
4. Menjelaskan Langkah-langkah supervisi dari masing-masing model.
5. Membuat Catatan intepretasi mandiri untuk masing-masing model supervisi
D. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui perbandingan dari kedua model supervisi yang dipilih
BAB II
PEMBAHASAN
E. Intepretasi Mandiri
Berdasarkan lima model yang dikemukakan maka menurut saya kesan terhadap
lima model tersebut.
1. Bagi kepala sekolah diharapkan untuk dapat memberikan dukungan layanan
terhadap guru dan juga selalu sering melakukan kegiatan supervisi agar bisa
memperbaiki pengajaran guru di kelas sehingga dapat meningktkan pengetahuan
dan keterampilan dalam mengajar.
2. Bagi pengawas agar lebih giat memberikan penyuluhan kepada sekolah dalam
menambah pengetahuan, pemahaman, serta kterampilan sekolah dalam
melaksanakan supervisi. Maka dari itu untuk diharapkan kerja sama yang baik antar
sekolah dan pengawas dalaam pengembangan dan meningkatkan supervisi dimasa
yang akan datang.
3. Bagi guru diharapkan untuk lebih berperan dalam penyelengaraan pendidikan di
sekolahserta meningkatkan cara mengajar guru yang menyenangkan. Cara yang
bisa dilakukan seperti lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran atau
pemilihan media pembelajaran serta dalam pembelajaran lebih dekat dengan siswa
dan menjadikan guru teman bagi siswa.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan bahwa Supervisi
Tringle dengan model Segi Tiga dalam Pendekatan Transaksional. Supervision
Triangle adalah suatu kerangka kerja baru yang memungkinkan supervisor pemula
untuk memahami proses dan mengatur konten pelaksanaan supervisi. Sehingga
kemampuan, motivasi dan pengembangan kualitas guru dalam mengelola
pembelajaran tidak terlaksanakan dengan baik
B. Saran.
Bagi pengawas agar lebih giat memberikan penyuluhan kepada sekolah dalam
menambah pengetahuan, pemahaman, serta kterampilan sekolah dalam melaksanakan
supervisi. Maka dari itu untuk diharapkan kerja sama yang baik antar sekolah dan
pengawas dalaam pengembangan dan meningkatkan supervisi dimasa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA