Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis transaksional adalah suatu pendekatan psikoterapeutik yang sangat
dapat diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis. Analisis transaksional gagasan
Eric Berne (1910-1970) merupakan suatu pendekatan untuk mensistemasi,
menganalisis, dan mengubah saling pengaruh diantara manusia, yang menekankan
interaksi keduanya (antara diri dan manusia lain) dan kesadaran internal (regulasi diri
dan ekspresi diri). Tujuan Berne ialah untuk mensintesiskan gagasan-gagasannya,
dengan menggunakan istilah-istilah yang dapat dipahami, sehingga klien dapat
berpartisipasi secara aktif dalam mengorganisasikan arah penanganannya sendiri
(Berne, 2001:21). Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan
suatu pendekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan
relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya
kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang
paling dalam dan interaksi kehidupan nyata. Pendekatan Analisis Transaksional
merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada
hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi
salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar. Salah satunya adalah dalam
hal supervisi pendidikan yang kemudian dikembangkan dalam sebuah model
terintegrasi yaitu Supervision Triangle.
Supervision Triangle adalah suatu kerangka kerja baru yang memungkinkan
supervisor pemula untuk memahami proses dan mengatur konten pelaksanaan
supervisi. Hal ini juga dapat menjadi alat pemantauan diri untuk pengawas
berpengalaman dan alat bantu mengajar dalam pelatihan supervisor.
Perubahan demografi yang dialami oleh mahasiswa yang terjun ke sekolah
setelah menempuh pendidikan diperguruan tinggi menuntut para mahasiswa untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Model ini dibuat guna mensupervisi para
mahasiswa yang kurang memiliki pengalaman lapangan.
B. Permasalahan
Secara umum permasalahan yang diangkat untuk makalah ini adalah tentang
supervisi BK
C. Tujuan Penulisan
Memperbandingkan dari kedua model yang dipilih yaitu supervisi model Segi
Tiga dan Supervisi Peterson-Deuschle. Berdasakan indikator yang ditentukan yaitu
1. Menjelaskan Konsep/ pengertian masing-masing model supervisi
2. Menjelaskan Ciri khas masing-masing model supervisi
3. Menjelaskan Kelebihan dan kekurangan masing-masing model supervisi
4. Menjelaskan Langkah-langkah supervisi dari masing-masing model.
5. Membuat Catatan intepretasi mandiri untuk masing-masing model supervisi
D. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui perbandingan dari kedua model supervisi yang dipilih
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan konsep/pengertian masing-masing dalam supervisi model Segi Tiga


dan Supervisi Peterson-Deuschle
1. Supervisi Tringle dengan model Segi Tiga dalam Pendekatan Transaksional.
Supervision Triangle adalah suatu kerangka kerja baru yang
memungkinkan supervisor pemula untuk memahami proses dan mengatur
konten pelaksanaan supervisi. dan juga sebagaai suatu alat pemantuan diri untuk
pengawas berpengalaman dan alat bantu mengajar dalam pelatihan supervisior.
pengertian supervis atau konsep supervisi Tringle dengan model segi
tiga dalam pendekatan analisis transaksional gagasan Eric Berne (1910-1970)
merupakan suatu pendekatan untuk mensistemasi, menganalisis, dan mengubah
saling pengaruh diantara manusia, yang menekankan interaksi keduanya (antara
diri dan manusia lain) dan kesadaran internal (regulasi diri dan ekspresi diri).
Tujuan Berne ialah untuk mensintesiskan gagasan-gagasannya, dengan
menggunakan istilah-istilah yang dapat dipahami, sehingga klien dapat
berpartisipasi secara aktif dalam mengorganisasikan arah penanganannya
sendiri.
2. Supervisi Peterson-Deuschle
Konsep supervisi Peterson-Deuschle yang merupakan dalam suatu
model untuk digunakan mensupervisi para mahasiswa yang kurang memiliki
pengalaman di sekolah sesuai dengan program kerjanya. Dengan memicu pada
lima model komponen yang terkait dengan supervisi Peterson-Deuschle yaitu:
1. information,
2. immersion,
3. observation,
4. structurean
5. awareness.
B. Ciri khas masing-masing model supervisi
Berdasarkan konsep atau pengertian dari kedua model diatas. Maka ciri khas
yang membedakan dari kedua model tersebut yaitu:
1. Supervisi Tringle dengan model Segi Tiga dalam Pendekatan Transaksional.
Yang menjadi ciri khas atau dominan pada model segi tiga dalam pendekatan
transaksional merupakan kurang memberikan perijinan pada suatu dukungan,
manajemen dan pendidikan atau pengembangan.
2. Supervisi Peterson-Deuschle
Yang menjadi ciri khas atau dominan pada medel Peterson-Deuschle adalah
memicu pada suatu pengalaman dalam program kerjanya di sekolah.

C. Kelebihan dan kekurangan masing-masing ke-2 model supervisi


1. Kelebihan dan kekurangan supervisi model segi tiga
Kelebihan dalam model segi tiga ini berdasarkan kepada pendekatan
transiksional dan model Supervision Triangle dengan fungsi nurturative. Suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dalam
memberikan motivasi dan menumbuhkan semangat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Dan memberikan dukungan pelayanan yang disediakan oleh
kepala sekolah untuk membantu guru-guru agar menjadi guru atau personel yang
semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan
ilmu pendidikan khususnya. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan
bahwa beberapa aspek penting dalam supervisi dalam model segi tiga antara lain:
(1) bersifat bantuan dan pelayanan kepala sekolah terhadap guru; (2)
pengembangan kualitas diri guru; (3) pengembangan profesional guru; dan (4)
memotivasi guru. Aspek-aspek tersebut menuntut pengetahuan tentang konsep-
konsep dan pendekatan supervisi yang ditunjang dengan kemampuan serta
akuntabilitas yang tinggi dari kepala sekolah sebagai supervisor.
Berdasarkan penjelasan dari kelebihan diatas maka kekurangan yang dapat
disimpulkan dalam model segi tiga ini adalah kurangnya memberikan dukungan
pelayanan yang disediakan oleh kepala sekolah. Sehingga kemampuan, motivasi
dan pengembangan kualitas guru dalam mengelola pembelajaran tidak
terlaksanakan dengan baik.
2. Kelebihan dan kekurangan Supervisi model Peterson-Deuschle
Kelebihan dalam model Peterson-Deuschle yaitu:
a. Membangun kolaborasi dalam mengubah iklim sehingga tercipta situasi
yang tenang dan tentram sehingga tidak ada permusuhan dan konflik
b. Meringankan kecemasan di supervisor dan juga membantu pengawas untuk
memantau perkembangan pribadi dan profesionalitas individu.
c. Membangunkan interaksi yang baik dengan staf guru, siswa dan
mengembangkan keterampilan dalam kelas.
Berdasarkan penjelasan dari kelebihan diatas maka kekurangan yang
dapat disimpulkan dalam model Peterson-Deuschle yaitu kurangnya
keterampilan dan pengalaman lapangan program kerja.

D. Langkah-langkah supervisi dari masing-masing model


1. Langkah-langkah dalam supervisi model segi tiga adalah:
Berdasarkan konsep dan pengertian diatas maka langka yang digunakan dalam
model segi tiga ini adalah menggunakan pendekatan transiksional dan model
Supervision Triangle dengan fungsi nurturative. Sehinggga membentukkan kerja
baru yang memungkinkan supervisor pemula untuk memahami proses dan
mengatur konten pelaksanaan supervisi.
2. Langkah-langkah dalam Supervisi Peterson-Deuschle yaitu:
a. information,
b. immersion,
c. observation,
d. structure, dan
e. awareness.
Kelima komponen tersebut tidak harus berjalan secara berurutan, namun
dapat diterapkan sesuai dengan focus dari pelatihan dan pengawasan secara
tumpang tindih. Namun demikian, mereka mungkin dikonseptualisasikan agak
berurutan dalam hal ketika masing-masing mungkin menjadi fokus program
yang kuat.

E. Intepretasi Mandiri
Berdasarkan lima model yang dikemukakan maka menurut saya kesan terhadap
lima model tersebut.
1. Bagi kepala sekolah diharapkan untuk dapat memberikan dukungan layanan
terhadap guru dan juga selalu sering melakukan kegiatan supervisi agar bisa
memperbaiki pengajaran guru di kelas sehingga dapat meningktkan pengetahuan
dan keterampilan dalam mengajar.
2. Bagi pengawas agar lebih giat memberikan penyuluhan kepada sekolah dalam
menambah pengetahuan, pemahaman, serta kterampilan sekolah dalam
melaksanakan supervisi. Maka dari itu untuk diharapkan kerja sama yang baik antar
sekolah dan pengawas dalaam pengembangan dan meningkatkan supervisi dimasa
yang akan datang.
3. Bagi guru diharapkan untuk lebih berperan dalam penyelengaraan pendidikan di
sekolahserta meningkatkan cara mengajar guru yang menyenangkan. Cara yang
bisa dilakukan seperti lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran atau
pemilihan media pembelajaran serta dalam pembelajaran lebih dekat dengan siswa
dan menjadikan guru teman bagi siswa.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan bahwa Supervisi
Tringle dengan model Segi Tiga dalam Pendekatan Transaksional. Supervision
Triangle adalah suatu kerangka kerja baru yang memungkinkan supervisor pemula
untuk memahami proses dan mengatur konten pelaksanaan supervisi. Sehingga
kemampuan, motivasi dan pengembangan kualitas guru dalam mengelola
pembelajaran tidak terlaksanakan dengan baik
B. Saran.
Bagi pengawas agar lebih giat memberikan penyuluhan kepada sekolah dalam
menambah pengetahuan, pemahaman, serta kterampilan sekolah dalam melaksanakan
supervisi. Maka dari itu untuk diharapkan kerja sama yang baik antar sekolah dan
pengawas dalaam pengembangan dan meningkatkan supervisi dimasa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai