Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PRESENTASI

DASAR TEKNIK ELEKTRO

Power Line Carrier (PLC)

Oleh :

Mohammad Wahyu Denys Saputra

1641160064

PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018

1
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ……………………………………………...…………………... 1
DAFTAR ISI ……….…………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …..…………………………………… 3
1.2. Pengamatan Sistem ………………………………… 4
1.2. Sejarah PLC ……………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sistem Telekomunikasi ……………………………………. 6
2.1.1. Pengertian Telekomunikasi Secara Umum ……………. 6
2.1.2. Konsep Dasar PLC ………………………………. 6
2.2 Blok Diagram Rangkaian Sistem PLC dan Penjelasannya … 8
2.3 Distribusi Jala-Jala Listrik PLN………………………...…… 8
2.4. Modulasi ……………………………………………...…… 11
2.2.1. Teknik Modulasi pada Proses PLC …………….......... 11
2.5. Piranti Pendukung Sistem PLC ………………………...…… 12
2.5.1 Kapasitor Kopling (CC) ………………………….... 14
2.5.2 Wave Trap/Line Trap …………………………….... 16
2.5.3 Line Matching Unit (LMU) …………………………. 19
2.5.4 Protective Device (PD) ………………………………... 20
2.6 Kelebihan PLC (Power Line Carrier) ……………...…… 21
2.7 Kelebihan PLC (Power Line Carrier) ……………...…… 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………... 23
3.2 Saran ………………………………………………............. 23
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….......... 24
LAMPIRAN ……………………………………………….......... 24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun
sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Perkembangan permintaan energi listrik tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan
pembangkit energi listrik dan kemampuan infrastruktur yang ada, sehingga penyaluran
energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas penyaluran energi listrik
yang memenuhi standar. Perkembangan sistem tenaga listrik terdiri dari perkembangan
beban dan perkembangan pembangkitan. Perkembangan pemakaian tenaga listrik dapat
disebabkan antara lain :
a. Perkembangan industri yang makin maju dengan pesat.
b. Pertambahan penduduk yang dengan sendirinya menyebabkan bertambahnya
pemakaian listrik.
c. Peralatan yang membutuhkan tenaga listrik semakin bertambah.
Karena bertambahnya beban, maka mesin pembangkit yang digunakan tidak
cukup hanya sebuah saja. Dengan beroperasinya lebih dari satu mesin, maka diperlukan
peranan pengontrolan yang lebih baik dan lebih banyak operator, dan dipastikan akan
muncul masalah koordinasi mesin pembangkit. Ada beberapa alternatif yang mungkin
dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut, salah satu diantaranya adalah
aplikasi teknologi nirkabel misalnya dengan wireless atau gelombang radio. Salah satu
alternatif lain yang mungkin untuk dikembangkan adalah Power Line Carrier (PLC).
Alternatif ini merupakan salah satu bentuk teknologi informasi melalui jaringan listrik.
Hal ini tentu saja sangat dimungkinkan oleh karena energi listrik merupakan komponen
utama dalam menjalankan perangkat elektronik dan peralatan komunikasi lainnya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa infrastruktur IT hanya bisa dibangun pada suatu
daerah jika pada daerah itu sudah ada jaringan listrik dan sangat dimungkinkan aplikasi
PLC dapat memenuhi kebutuhan informasi seluruh masyarakat di tanah air tanpa
terkecuali.
3
1.2 Pengamatan Sistem
Pada suatu sistem jaringan listrik yang luas, untuk mendapatkan hasil
koordinasi yang optimal, maka sangat diperlukan untuk melakukan pengamatan pada
pusat beban dan pusat pembangkit. Untuk dapat mengkoordinasikan hal tersebut,
diperlukan sarana komunikasi yang dapat mengatur seoptimal mungkin pembangkitan
energi listrik yang sesuai dengan permintaan. Sebab energi listrik yang dibangkitkan
oleh pusat - pusat listrik, tidak dapat disimpan, pad ahal berubah - ubah setiap saat.
Telekomunikasi adalah suatu sarana yang sangat dibutuhkan dan tidak dapat
dipisahkan dari suatu sistem pengaturan tenaga listrik secara terpusat. Sarana
telekomunikasi diperlukan untuk menerima informasi dan menyalurkan perintah dari
dan ke pusat pembangkit dan gardu induk. Salah satu jenis peralatan telekomunikasi
yang dipergunakan oleh PT PLN (Persero) untuk keperluan tersebut adalah power line
carrier (PLC).
PLC digunakan untuk keperluan hubungan komunikasi antar gardu
induk/pembangkit dan pusat pengatur beban, serta untuk keperluan media transmisi
data untuk teleinformasi data. PLC juga digunakan untuk keperluan sistem teleproteksi
yang dihubungkan dengan sistem pengaman listrik pada rele jarak. Apabila terjadi
gangguan pada zona transmisi/penghantar yang menghubungkan dua gardu induk,
maka rele jarak akan merasakan adanya gangguan tersebut untuk selanjutnya akan
memproses bekerjanya pemutus tenaga (CB) di kedua sisi akan lepas.
PLC menggunakan saluran transmisi tenaga listrik tiga phasa sebagai medium
perambatan sinyal pembawa yang mengandung informasi. Untuk mentransmisikan
sinyal pembawa yang berfrekuensi tersebut menuju tempat yang telah ditentukan, maka
suatu jalur komunikasi PLC harus dibentuk pada jaringan tenaga listrik.

1.3 Sejarah PLC


Pemain utama dalam telekomunikasi powerline ini adalah Norweb (anak
Perusahaan United Utilities PLC, London), dan terutama adalah seorang stafnya yaitu
Dr. Paul Brown.Pada tahun 1991, Dr. Brown ditunjuk untuk memimpin grup riset kecil
pada Open University di Inggris untuk menyelidiki kelayakan telekomunikasi melalui
kabel listrik. Dia menemukan bahwa di masa lalu banyak insinyur yang telah berjuang
dengan ide-ide yang sama tetapi gagal karena noise. Setiap kali listrik dinyalakan,

4
sejumlah besar gelombang disturbansi listrik melewati kabel dan mengubah setiap
transmisi data secara simultan.

Dr. Brown dan rekan-rekan tim risetnya menemukan suatu ide menggunakan
sinyal-sinyal pada frekuensi tinggi diatas frekuensi yang secara potensial mengubah
noise. Meskipun begitu, hal ini juga ada masalahnya. Sinyal-sinyal frekuensi tinggi
tidak mampu berjalan cukup jauh dan gaung atau pantulan dalam sistem dapat secara
efektif menenggelamkan sinyal-sinyal itu. Tim riset memutuskan untuk menggunakan
lebih dari satu frekuensi dan mengirim data dalam bentuk paket-paket diskrit yang
dipandu oleh beberapa bentuk sistem pensinyalan. Pengujian dan penyempurnaan
sistem ini dihasilkan pada uji coba proyek pilot dimana sekolah-sekolah dasar di
Manchester telah mempunyai sambungan Internet dengan laju 1 Mbps (hampir 10 kali
lebih cepat dari sambungan-sambungan ISDN yang telah ada).

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Telekomunikasi


2.1.1 Pengertian Telekomunikasi Secara Umum
Telekomunikasi adalah suatu sarana yang sangat dibutuhkan dan tidak dapat
dipisahkan dari suatu sistem pengaturan tenaga listrik secara terpusat. Sarana
telekomunikasi diperlukan untuk menerima informasi dan menyalurkan perintah dari
pusat dan ke pusat serta pembangkit dan gardu induk. Salah satu jenis peralatan
telekomunikasi yang dipergunakan oleh PT PLN (Persero) untuk keperluan tersebut
adalah power line carrier (PLC).
2.1.2 Konsep Dasar
Konsep dasar PLC adalah menumpangkan sinyal data pada jaringan listrik
dengan teknik modulasi. Jaringan listrik di Indonesia menggunakan frekuensi 50 Hz,
sedangkan sinyal data yang dimasukkan ke dalam jaringan listrik tersebut memiliki
frekuensi sepuluh juta kali lebih besar, yaitu 500 MHz, sehingga tidak terjadi kondisi
saling melemahkan. Hal ini dilakukan di gardu listrik distribusi (distribution substation)
yang bertegangan rendah 220 volt. Listrik yang masuk ke konsumen, kemudian akan
dipisahkan kembali antara sinyal listrik dengan sinyal data. Pada gardu distribusi,
tegangan tinggi diturunkan tegangannya dan terhubung dengan infrastruktur
komunikasi, baik berupa fiber, kabel coax, jaringan nirkabel, maupun jaringan satelit.
Repeater dipasang setiap jarak sekitar 300 meter, untuk memperkuat dan meng-
generate kembali sinyal yang ditransmisikan.
Pada sisi pelanggan akhir dari jaringan, CAU (Customer Acces Units)
menghubungkan peralatan pengguna apakah itu telpon, komputer atau yang lainnya, ke
jaringan kabel listrik utama. CAU ini juga sebagai unit-unit pengkondisi yang berfungsi
untuk mengisolasi secara elektrik peralatan-peralatan pengguna dari kabel listrik utama,
juga untuk mengekstraksi sinyal data dari arus listrik. CAU ini dihubungkan ke
infrastruktur komunikasi yang merupakan tegangan rendah induk (240-415 volt). Pada
substasiun listrik dimana jaringan distribusi tegangan rendah berasal, sinyal-sinyal
diinjeksikan ke dalam jaringan tegangan rendah dari jaringan data konvensional

6
eksternal (kabel tembaga koaksial, kabel optik fiber, jaringan nirkabel, atau bahkan
jaringan satelit). Jadi meskipun komunikasi data dapat dipropagasi melalui kabel listrik,
beberapa jaringan konvensional harus tetap ada atau diinstal ke substasiun. Sampai saat
ini belum ada metoda yang ditemukan untuk melakukan propagasi sinyal-sinyal data
melalui jaringan tegangan tinggi (> 415 volt).
Secara khusus, frekuensi sinyal daya listrik adalah dalam range 50/60Hz.
Dengan pengkondisian, sinyal-sinyal data ini dinaikkan ke frekuensi ultra tinggi dalam
range 500/600MHz, sehingga data dapat dilapiskan ke atas kabel utama listrik tanpa
terjadi kondisi saling melemahkan. Interferensi diminimalkan dengan memecah arus
data ke bentuk paket-paket sebelum diinjeksikan ke dalam jaringan listrik. Sistem
komersial dapat menawarkan laju data digital dalam kecepatan kelipatan lebih dari 32
kbps ke maksimum arus yang diperkirakan mencapai 1 Mbps. Laju data ini relatif
sangat stabil, bebas dari noise dan menawarkan spektrum-spektrum yang dapat
digunaan dalam range 6 dan 10 MHz ke para pelanggan akhir dari jaringan distribusi
dan kira-kira spektrum 20 MHz ke para pelanggan yang lebih dekat dengan substasiun.
Nilai tambah bagi perusahaan-perusahaan listrik adalah bahwa sekali teknologi ini
diimplementasikan akan memungkinkan mereka untuk memperoleh nilai tambah ke
jaringan mereka sendiri dengan berkemampuan untuk membaca meteran listrik pintar
dan mampu menyediakan peranti pengelolaan demand/supply cerdas yang memberi
kemampuan pada perusahaan dalam mengimplementasikan sistem tarif yang inovatif
ataupun sistem reward energi yang lain.
Transmisi data menggunakan pembawa pada frekuensi tinggi pada jala - jala
listrik AC. Pada jala - jala listrik yang dapat disisipkan paket data dan suara dalam
gelombang listrik AC yang frekuensinya lebih rendah dibandingkan gelombang listrik
AC. Pada satu jala - jala listrik seolah-olah terdapat dua kabel yang berbeda, kabel
pertama terdapat daya, kabel yang lainnya digunakan untuk transmisi data (Marzuki,
2008).

7
2.2 Blok Diagram Rangkaian Sistem PLC dan penjelasannya

System PLC berfungsi untuk melakukan komunikasi antara pembangkit ke


gardu induk ataupun sebaliknya melalui jalur saluran udara tegangan tinggi. Cara
kerjanya dimulai dari saklar substation, saklar substation 1 dihubungkan ke pembangkit
dan saklar substation 2 dihubungkan ke gardu induk 2. Kemudian, line trap akan
memblok frekuensi tinggi dari PLC agar tidak masuk pada gardu induk dan line trap ini
hanya meloloskan sinyal frekuesi 50Hz-60Hz dari pembangkit. Kemudian kabel jala-
jala listrik yang tersambung ke saluran udara tegangan tinggi (SUTT) menjadi tempat
sinyal carrier tersebut dan pada kabel jala-jala listrik inilah terjadi proses penumpangan
sinyal, antara sinyal frekuensi 50Hz-60Hz dengan sinyal frekuensi tinggi yang berasal
dari PLC. Antara terminal PLC dengan kabel jala-jala listrik tersebut terdapat Coupling
Capacitor yang berfungsi memblok tegangan tinggi dari saluran udara tegangan tinggi
agar tidak masuk ke dalam peralatan PLC. Setelah terminal PLC juga terdapat Coupling
device atau LMU. Pada LMU ini terjadi proses menyamakan impedansi antara
impedansi saluran (400 ohm atau 600 ohm) dengan impedansi PLC (75 ohm, 125 ohm,
150 ohm) agar sinyal informasi yang termodulasi dari PLC tersebut dapat
ditumpangkan ke jala-jala listrik dan tidak terjadi daya pantul dalam proses komunikasi
untuk kemudian dikirim ke gardu induk.

Sinyal yang terdapat di jala-jala listrik tersebut setelah mengalami proses


penumpangan sinyal, kemudian ditransmisikan dan diterima pada sisi receiver dan

8
sinyal tersebut dipisahkan kembali menjadi sinyal berfrekuensi rendah 50-60 Hz di
loloskan ke GI melalui line trap receiver (terdapat filter LPF didalamnya) dan sinyal
berfrekuensi tinggi yang berisi data dilalukan ke PLC yang sebelumnya melalui
coupling capasitor yang bertindak sebagai filter HPF pada sisi receiver. Pada PLC di
sisi receiver terjadilah proses demodulasi untuk memperoleh sinyal informasi aslinya
dari transmitter. Di dalam PLC transmitter maupun receiver tersebut terdapat modem
berupa modulator dan demodulator. Pada sisi transmitter , modem tersebut digunakan
dalam proses modulasi sinyal sedangkan pada sisi receiver , modem tersebut digunakan
dalam proses demodulasi sinyal. Hasil demodulasi itulah yang disebut sebagai sinyal
komunikasi antara GI-pembangkit ataupun sebaliknya.

Intinya untuk proses modulasi dan demodulasi sinyal, dilakukan pada PLC yang
didalamnya terdapat modulator dan demodulator serta terdapat filter LPF dan HPF yang
digunakan untuk menentukan frekuensi yang akan digunakan. Untuk jenis modulasinya
sendiri, kami menggunakan teknik modulasi FSK (Frequency Shift Keying).

Secara singkatnya, dapat dilihat pada gambar dan penjelasan dibawah ini:

1. PLCC Terminal = Suara dan Data Diterjemahkan menjadi High Frequency Carrier.
Daya Output = 10 ke 80W
1. Mode operasi: Single Side Band ditekan Carrier
2. Rentang frekuensi: 40 sampai 500kHz (diprogram dalam 4 kHz)
3. AF Bandwidth: 4 kHz (Speech band = 300-3400 Hz)
4. Transmitter RF output daya: 40W (46 dBm)

9
5. Selektivitas Penerima : 70dB (300Hz dari batas band)
6. Gambar penolakan Penerima> 80 dB
2. LMU (Line Matching Unit) = Untuk pencocokan impedansi antara garis dan kabel
koaksial, perlindungan tegangan tinggi termasuk perangkat seperti drainase coil
(20mH), keringanan arrestor (500V) dan saklar bumi.
3. Coupling Capacitor (C.C) = pembawa Pasangan frekuensi tinggi dengan Power Line
(4000 to10000pF)
4. Line Trap (L.T) = Jangan biarkan HF carrier yang ditransmisikan untuk masuk dalam
sub-stasiun. (L = 0,5 sampai 2mH) Dengan Jalur keluar HF carrier perangkap
mendapatkan sampingan melewati beberapa jalur lain di bar bus yang sama dan dapat
bocor ke tanah.
5. PLC Terminal

2.3 Distribusi Jala-Jala Listrik PLN


Pengiriman daya listrik pada perumahan melalui tiga tahapan, yaitu tahapan
pembangkitan, transmisi dan distribusi. Untuk mengurangi berkurangnya arus saat proses
pendistribusian karena derau, maka tegangan dinaikan dengan menggunakan
transformator. Proses ini menyebabkan pada masing-masing tahapan memiliki level
tegangan yang berbeda-beda.

Gambar 3. Diagram Sistem Tenaga Listrik (Marzuki,2008).

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui lokasi penempatan filter data untuk


mendistribusikan data-data dari pelanggan ke kantor pusat PLN melalui kabel tembaga
koaksial, kabel fiber, atau bahkan jaringan satelit. Contoh penggunaan PLC seperti terlihat
pada Gambar 4. Modem pada PLC berada di Gardu Induk dikarenakan kedua sinyal

10
(informasi dan carrier) ada di tempat tersebut dan kedua sinyal tersebut berdekatan
sehingga mudah diproses.
Gambar 4. Skema Modulator - Demodulator PLC (Tosaphol, 2011).

2.4 Modulasi

2.4.1 Teknik Modulasi pada PLC

Pada dasarnya, PLC bekerja dengan menempatkan (superimpossed) sinyal


analog di atas standar frekuensi tegangan 50 Hz atau 60 Hz, ini berarti yang lebih tinggi
dapat digunakan untuk transmisi dan pertukaran data. Jadi, PLC dapat menggunakan
frekuensi radio (RF) yang dikirimkan melalui tegangan AC. Frekuensi khusus ini
dimodulasi oleh pemancar dan didemodulasi disisi penerima. Teknik modulasi sinyal
diterapkan disisi modulator dan demodulator. Dalam kasus ini, modulasi diperlukan
sebagai teknik untuk mengubah data digital ke bentuk analog, sehingga sinyal dapat
ditransmisikan melalui saluran. Pada ujung yang lain, dipergunakan demodulator yang
mengubah kembali sinyal analog menjadi data digital. Teknik modulasi dan demodulasi
pada aplikasi target dan memiliki keuntungan tertentu.
Frekuensi Shift Keying (FSK) adalah salah satu teknik modulasi dan
demodulasi. FSK, menerapkan frekuensi sinyal pembawa bervariasi untuk
merepresentasikan biner 1 dan 0. Sistem FSK bekerja half-duplex dengan
menggunakan 8 saluran komunikasi, yang memungkinkan implementasi 4 baudrate
(600Hz, 1.2 KHz, 2.4 Khz, dan 4.8 Khz). Oleh karena itu,dengan menggunakan band
VLF ( Very Low Frequency) membuat sistem ini dapat bekerja secara optimal.
Menggunakan teknik FSK untuk mencapai kecepatan data tinggi tidak dianjurkan,
karena nilai kecepatan data (baud rates) adalah linear dengan nilai peningkatan
bandwith. Namun, sangat cocok untuk komunikasi data rendah dibawah 1 Mbps.

11
Untuk mencapai kecepatan data yang lebih tinggi dari 10 Mbps, Orthogonal
Frequency Division Multiplexing (OFDM) dipilih sebagai teknik modulasi dan
demodulasi yang dikenal. Sistem ini bekerja pada HF band, kuat terhadap berbagai
macam gangguan dan mendukung kecepatan akses data. Gambar dibawah

menunjukkan skema OFDM dimana data ditransmisikan dengan sub carrier


narrowband yang dimodifikasi menggunakan Quadrature Amplitude Modulation
(QAM).
Setiap sub saluran dimodulasi dengan simbol terpisah (C1, C2, .., Cn-1, Cn),
sehingga efisiensi saluran dapat ditingkatkan karena semua saluran frekuensi sub-
multiplexing menggunakan skema OFDM. Pada pemancar, data ditransformasikan ke
dalam domain-waktu menggunakan sistem Inverse Fast Fourier Transform (IFFT), dan
kemudian ditransmisikan dan diubah kembali ke domain-frekuensi menggunakan Fast
Fourier Transform (FFT) pada penerima. Jumlah total poin dalam IFFT dan FFT adalah
sama dengan jumlah sub-carrier.

2.5 Piranti Pendukung Sistem PLC

Untuk menyempurnakan jalur komunikasi pada saluran tenaga listrik tersebut


dibutuhkan peralatan saluran yang terdiri dari wave trap, kapasitor kopling, line matching
unit dan protective device, yang keempatnya disebut peralatan kopling. Wave trap dipasang

12
di kedua sisi penghantar di kedua lokasi gardu induk/pembangkit yang menuju ke
switchyard, dimana sinyal frekuensi tinggi tidak mengalir ke peralatan gardu induk.
Kopling kapasitor digunakan untuk meneruskan frekuensi tinggi dari peralatan PLC ke
penghantar tegangan tinggi dan memblok tegangan tingginya yang berfrekuensi rendah
yaitu antara 50 sampai dengan 60 Hz. Line tuner digunakan untuk menyesuaikan impedansi
antara impedansi line yang berkisar antara 300 ohm sampai dengan 400 ohm dengan
impedansi terminal PLC yaitu 75 ohm, 125 ohm, dan 150 ohm. Protective device untuk
menyalurkan ke tanah, arus yang masih ada dibagian bawah kapasitor kopling. Frekuensi
kerja yang digunakan untuk sistem PLC adalah diantara 50 sampai dengan 500 kHz.
Fungsi peralatan kopling adalah :
a. Melewatkan suatu lebar bidang frekuensi pembawa dari terminal PLC ke saluran
tegangan tinggi dan sebaliknya, dengan mengusahakan rugi-rugi berupa redaman sinyal
serendah mungkin.
b. Melindungi peralatan komunikasi dari tegangan surja yang berlebihan.
c. Memberikan impedansi tinggi terhadap frekuensi pembawa yang berfrekuensi tinggi
agar tidak dipengaruhi oleh peralatan yang terdapat pada gardu induk. Pelaksanaan tugas
masing-masing dari peralatan kopling ditunjukkan dalam Gambar 2.

Keterangan gambar :
1. drain coil
2. arrester pertama.
3. kontak pentanahan
4. transformator penyeimbang dan pengisolasi.
5. peralatan penala
6. arrester kedua.
a. terminal tegangan tinggi kapasitor kopling
13
b. terminal tegangan rendah CC
c. terminal utama peralatan kopling
d. terminal pentanahan
e,f. terminal peralatan kopling ke terminal PLC (SSB).
Jika saluran pada sisi tegangan rendah dari kapasitor kopling terganggu,maka
tegangan lebih yang besarnya mendekati tegangan kerja saluran akan timbul pada
peralatan kopling. Untuk mengamankan peralatan tersebut dan juga peralatan terminal
PLC terhadap tegangan lebih, maka peralatan kopling dilengkapi dengan alat
penyaluran arus listrik 50 Hz ke tanah yang berupa drain coil. Arrester surja dengan
tegangan kerja 2 kV, dipasang parallel dengan drain coil. Arrester ini digunakan untuk
melindungi sistem terhadap tegangan surja yang berasal dari saluran tenaga. Kontak
pentanahan (saklar pemisah tanah) akan menyebabkan terminal utama dari peralatan
kopling ditanahkan secara langsung, bila diperlukan. Hal ini harus dilakukan apabila
terjadi kerusakan, dan harus dilakukan perbaikkan pada bagian penala impedansinya.
Transformator penyeimbang dan pengisolasi serta peralatan penala termasuk kedalam
bagian peralatan yang disebut Line Tuner atau Line Matching Unit. Rangkaian ini
berfungsi untuk menyesuaikan impedansi karakteristik saluran dengan impedansi kabel
coaxial yang menuju peralatan terminal PLC,untuk lebar bidang frekuensi pembawa
yang digunakan. Arrester kedua (6) yang dipasangkan antara peralatan penala dan kabel
coaxial, digunakan sebagai pengaman terhadap tegangan lebih yang mungkin timbul
pada rangkaian line tuner.

2.5.1 Kapasitor Kopling

Kapasitor kopling tegangan tinggi adalah alat penghubung antara peralatan


sinyal pembawa yang berfrekuensi tinggi dengan konduktor kawat phasa yang
bertegangan tinggi. Gambar 3 memperlihatkan penampang dari peralatan kapasitor
kopling yang mendekati bentuk fisiknya, dengan susunan kapasitor di dalamnya
dihubungkan ke peralatan potensial transformator. Kapasitor jenis ini sering disebut
sebagai Capacitor Voltage Transformer (CVT), yang digunakan untuk keperluan
pengukuran tegangan, dihubungkan dengan volt meter di panel kontrol. Untuk
keperluan penyaluran informasi dari terminal PLC ke saluran tegangan tinggi
sebetulnya hanya kondensatornya saja yang digunakan, sedangkan peralatan potensial
transformernya digunakan untuk keperluan pengukuran tegangan dan keperluan

14
proteksi sistem tenaga listrik, jadi CVT berfungsi ganda. Terminal TFH seperti
ditunjukkan dalam Gambar 3, adalah terminal yang dihubungkan ke terminal PLC
melalui peralatan penyeimbang impedansi dan drain coil terlebih dahulu. Terminal
TFH harus diketanahkan pada setiap kawat phasa yang tidak dipergunakan untuk PLC,
agar tidak terjadi kebocoran tegangan kapasitif yang akan timbul bila terminal tersebut
terbuka (open circuit).Bila CVT akan dipergunakan untuk keperluan PLC, maka
terminal TFH dilepas dari pentanahannya dan dihubungkan dengan peralatan
pengaman (drain coil) dan LMU. Pengaman CVT juga diperlukan untuk mengamankan
transformator perantara dengan memasang peralatan pengaman tegangan lebih Fs,
untuk menghilangkan tegangan lebih ke tanah, yang mungkin timbul dari elemen
kondensator. Ditinjau dari sistem PLC, kapasitor kopling mempunyai tugas utama
untuk meneruskan frekuensi tinggi dari terminal PLC ke SUTT dan mencegah tegangan
tinggi dari SUTT memasuki peralatan PLC. Hal ini dapat disebabkan oleh berubahnya
impedansi dari kapasitor yang berbanding terbalik dengan frekuensi. Nilai reaktansi
besar atau kecilnya tergantung pada harga kapasitansi C dan nilai frekuensi yang
melalui kopling kapasitor. Kopling kapasitor akan memiliki nilai reaktansi yang kecil
terhadap frekuensi tinggi dan akan mempunyai reaktansi besar terhadap arus frekuensi
rendah. Coupling Capacitor (C.C) = pembawa Pasangan frekuensi tinggi dengan Power
Line (4000 to10000pF).

Jenis Kapasitor yang digunakan harus tahan pada tegangan kejut atau tegangan
surja petir, tegangan surja saat memutus dan menghubungkan saklar atau tegangan
lebih yang berlangsung lama saat terjadi gangguan. Kemampuan tegangan untuk satu
unit kapasitor adalah 34,5 sampai 161 KV. Untuk tegangan yang lebih besar digunakan
kombinasi dari beberapa unit kapasitor. Kontruksi kopling kapasitor ini adalah menjadi
satu dengan Coupling Voltage Transformer(CVT).

15
2.5.2 Wave Trap

Istilah lain yang dipakai untuk menyebut alat ini adalah Band Trap, Line Trap,
Blocking Coil. Wave trap digunakan untuk melalukan sinyal informasi dari terminal
PLC ke saluran udara tegangan tinggi, maka sangat diharapkan agar saluran transmisi
tersebut tampak seperti dua buah terminal komunikasi, seperti yang sering ditemui pada
saluran komunikasi biasa.Keadaan ini sangat dibutuhkan oleh semua jenis sistem
komunikasi yang selalu menggunakan medium perambatan, apakah udara, kabel dan
atau saluran udara tegangan tinggi. Karena sistem PLC ini menggunakan saluran udara
tegangan tinggi sebagai media perambatannya, maka keadaan atau kondisi saluran
harus dijaga agar komunikasi ini tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesalahan atau
perubahan yang terjadi pada sisi tegangan tingginya. Untuk mempertahankan agar
saluran transmisi tersebut betul-betul dapat berfungsi sebagai antenna dengan tanpa
adanya rugi-rugi sinyal perambatan, maka wave trap dipasang secara seri antara saluran
transmisi dengan peralatan gardu induk. Tugas utama wave trap adalah untuk memblok
sedemikian rupa sehingga frekuensi tinggi yang membawa informasi, baik yang
dipancarkan dari terminal PLC maupun yang diterima dari terminal PLC lawannya,
tidak disalurkan/mengalir ke peralatan gardu induk. Untuk dapat melaksanakan tugas
tersebut, maka impedansi wave trap harus dapat melalukan frekuensi rendah antara 50
~ 60 Hz yang membawa arus listrik untuk keperluan sistem tenaga listrik. Dengan
demikian wave trap harus mempunyai sifat berimpedansi rendah terhadap frekuensi
jala-jala 50 Hz dan berimpedansi tinggi terhadap frekuensi tinggi yang membawa sinyal
informasi.Karena pemasangan wave trap adalah secara seri dengan sistem tenaga
listrik, maka wave trap harus mampu mengalirkan arus listrik yang sesuai dengan

16
kemampuan dari penghantar/konduktor terhadap harga maksimum dari arus yang
diijinkan. Wave trap juga harus tahan terhadap tekanan-tekanan, baik berupa panas,
maupun mekanis yang ditimbulkan karena mengalirnya arus kerja yang cukup besar
atau karena adanya arus hubung singkat yang mungkin terjadi pada sisi tegangan
tingginya. Pada dasarnya wave trap adalah suatu rangkaian resonansi parallel, yang
terdiridari tiga macam komponen yaitu kumparan utama, arrester, kapasitor
penala.seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.

Adapun cara kerja wave trap dapat dijelaskan sebagai berikut :

Reaktansi sebuah kumoaran adalah: Xl = 2Fl. Besar kecilnya nilai reaktansi


tergantung dari nilai kumparan L (Henry) dan harga frekuensi yang melewatinya (Hz).
Wave trap akan mempunyai nilai reaktansi yang tinggi terhadap frekuensi tinggi,
sebaliknya reaktansi akan rendah pada frekuensi rendah. Dengan nilai kumparan di
kombinasikan dengan tunning unit yang sesuai dengan band frekuensi kerja PLC akan
menahan frekuensi kerja terminal PLC sedangkan untuk frekuensi power sistem 50Hz
akan tetap terlewatkan tanpa hambatan yang berarti.

Contoh: Wave trap = 0,5mH

Frekuensi PLC = 150Khz

 Reaktansi Xl untuk frekuensi 150KHz


= 2 x 3,14 x 150000 x (0,5 x 10^-3)

17
= 471 Ohm
 Reaktansi Xl untuk frekuensi 50Hz
= 2 x 3,14 x 50 x (0,5 x 10^-3)
= 0,157 Ohm

Terlihat bahwa reaktansi untuk arus listrik (50Hz) = 1/3000 dari reaktansi untuk arus
frekuensi tinggi, dengan demikian frekuensi tinggi akan ditahan dan arus listrik 50Hz
tetap dilewatkan.

 Kumparan Utama
Merupakan bagian yang berfungsi menyalurkan arus listrik dari pembangkit ke
gardu induk. Sehingga kumparan harus dibuat sedemikian rupa agar mampu dilalui arus
sesuai dengan kemampuan konduktornya, dan perlu diperhitungkan arus nominalnya
(In). Arus nominal adalah arus maksimum (rms) pada frekuensi 50 Hz dimana
kumparan utama masih dapat dilaluinya secara normal. Selain arus nominal atau arus
kontinu, wave trap juga harus didesain mampu terhadap arus hubung singkat yang
mungkin dan biasa timbul pada jaringan tegangan tinggi.Dari kumparan utama ini akan
dihasilkan suatu besaran induktansi dalam milli Henry yang akan menghasilkan suatu
resonansi untuk keperluan komunikasi. Tergantung dari besarnya induktansi yang
dibutuhkan, maka kumparan utama dapat dibuat dalam bentuk silinder atau piringan.
Biasanya kumparan ini terbuat dari aluminium atau tembaga dan mempunyai harga
induktansi bermacam-macam misalnya 0,2 mH, 0,32 mH, 0,4 mH, dan 1 mH yang akan
menghasilkan suatu resonansi untuk keperluan komunikasi.
 Arrester
Alat ini berfungsi untuk mengamankan kumparan utama dan rangkaian penala
pada wave trap dari tegangan berlebihan yang mungkin terjadi akibat sambaran petir
pada saluran transmisinya. Untuk keperluan tersebut, alat ini dipasangkan secara paralel
dengan kumparan utama.
 Tuning Unit (Kapasitor Penala)
Kapasitor ini dipasang secara paralel bersama dengan kumparan yang
membentuk suatu resonansi sampai diperoleh lebar bidang tertentu yang dapat
memblokir frekuensi penala sehingga tidak masuk ke gardu induk. Untuk memperoleh
nilai kapasitor yang sesuai dengan kebutuhan dapat dilakukan dengan kombinasi seri
dan paralel.

18
Frekuensi resonansi dapat dihitung dengan :

Frekuensi ƒR adalah resonansi wave trap yang harus sama dengan frekue nsi PLC.
Dengan demikian sifat alat ini adalah menahan atau memblokir frekuensi carrier. Hal
ini dapat terjadi karena besarnya frekuensi wave trap dicapai pada frekuensi resonansi
dari wave trap itu sendiri.

2.5.3 Line Matching Unit ( LMU )

Gambar Rangkaian Line Matching Unit (LMU)

Line matching unit (LMU) digunakan untuk menghubungkan kapasitor kopling dengan
peralatan terminal PLC, dengan fungsi :

19
a. Menyesuaikan karakteristik impedansi saluran udara tegangan tinggi ( 400-600 Ohm
) dengan impedansi kabel coaxial yang menuju terminal PLC ( 75/125/150 Ohm).
b. Menjaga peralatan terminal PLC terhadap tegangan dan arus lebih yang mungkin
timbul pada saluran tegangan tingginya.
c. Mengatur supaya reaktansi kapasitif kapasitor kopling memberikan beban resistif
bagi alat pemancar sinyal pembawa tersebut.

2.5.4 Protective Device

Protective Device(PD) berfungsi untuk menyalurkan arus yang tembus keluar


dari kopling kapasitor ke tanah.Arus yang dimaksud adalah arus dengan frekuensi
rendah 50 Hz yang tidak diperoleh dari PLC. Perangkat ini juga berfungsi sebagai
pelindung dan pengaman terhadap sisi tegangan rendah dari induksi yang berasal dari
sisi tegangan tinggi, oleh sebab itu sistem dari peralatan ini harus dihubung singkat ke
bumi.
.

Keterangan :
L: Kumparan, berfungsi menyalurkan arus yang terdapat dibagian bawah
kopling kapasitor (CC) ke tanah.
LA : Lightning Arrester Protection, berfungsi mengamankan tegangan lebih
yang mengalir dari CC akibat adanya petir. Arrester ini memiliki batas kerja
350 V.
S : Grounding Switch, berfungsi sebagai keamanan kerja. Grounding Switch
digunakan pada saat akan memeriksa kumparan, untuk keamanan bekerja maka
grounding switch tersebut dimasukkan, sedangkan saat keadaan normal operasi
dibuka.

20
2.6 Kelebihan PLC (Power Line Carrier)
Pemakaian Internet melalui arus listrik mempunyai keunggulan yaitu lebih cepat
diakses dibanding jika melalui konvensional dan jelas lebih murah karena hanya
mengandalkan arus listrik. Fasilitas bagi pengguana PLC adalah dapat dipakai di seluruh
ruangan selama ada jaringan listrik milik PLN. Pengguna cukup mencolokkan kabel
telepon ke stop kontak listrik menggunakan power line carrier (PLC).
Adanya teknologi via kabel listrik juga membuat pengguna tidak takut dengan
kenaikan tarif telepon. kecuali jika listrik padam yang berarti terputus jaringan telepon.
Dalam memanfaatkan Internet, tidak perlu takut putus di tengah jalan. Adanya alat itu
membuat seluruh anggota keluarga yang lain tetap dapat menggunakan saluran telepon
dari Telkom meski ada anggota keluarga yang tengah berinternet. Selain itu, tidak perlu
ada tambahan kabel yang artinya mengurangi keruwetan kabel di rumah. Untuk Internet,
pengguna cukup membayar biaya langganan per bulan ke provider.

2.7 Kekurangan PLC (Power Line Carrier)


Beberapa kendala Modem PLC yang terkait dengan jaringan listrik, antara lain:
 Noise
Setiap jaringan listrik menerima sinyal listrik yang diradiasikan oleh alat-alat
pada jaringan tersebut dan diemisikan oleh sumber-sumber lainnya. Karena itu
mengapa setiap jaringan listrik dapat dikarakterisasikan oleh suatu yang kita sebut
noise. Noise pada saluran daya sebagian besar disebabkan oleh peralatan listrik yang
terhubung ke saluran, seperti proses switching penyuplai-penyuplai daya. Contoh noise
tersebut bisa kita lihat pada Gambar 13.

Gambar 14. Contoh Rasio Sinyal – Noise


Kualitas kirim suara dan data dipengaruhi oleh bandwidth, frekuensi yang
digunakan dan rasio sinyal-noise (SNR, signal to noise ratio). Bandwidth tinggi dicapai
dengan menggunakan kisaran frekuensi yang tinggi atau dengan menaikkan tingkat
SNR. Untuk menaikkan tingkat SNR, dibutuhkan injeksi sinyal yang lebih tinggi.

21
 Atenuasi
Salah satu masalah utama dari PLC adalah atenuasi (peredaman) sinyal yang
sangat tinggi, terutama jika frekuensi kerjanya diatas kisaran puluhan MHz. Adanya
atenuasi akan menyebabkan penurunan tingkat sinyal pada suatu jarak tertentu,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 15. Sinyal peredaman sebagai fungsi jarak


 Disturbansi
Jaringan tegangan rendah tidak dapat membangun transmisi data dan menyebabkan
beberapa kerugian untuk pemakaian dalam telekomunikasi.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa:
PLC merupakan system pengiriman data menggunakan jaringan listrik dengan media
perambatan berupa saluran udara tegangan tinggi.PLC memiliki beberapa peralatan pendukung
untuk menjalankan system tersebut seperti line trap, LMU, coupling capasitor dan protective
device. PLC sendiri memiliki beberapa kelebihan yang meliputi lebih cepat diakses dibanding
jika melalui konvensional dan jelas lebih murah karena hanya mengandalkan jaringan listrik..
Selain memiliki kelebihan, PLC juga memiliki kekurangan yaitu sering terjadi noise, distorsi,
dan atenuasi.

3.2 Saran
Sebaiknya teknologi PLC ini lebih dikembangkan lagi dalam system telekomunikasi
agar dapat mengoptimalkan penggunaan daya dan dapat menekan biaya komunikasi (misal
penggunaan telepon) serta praktis dalam penggunaannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.polsri.ac.id/436/2/BAB%201.pdf
http://www.unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/ELIN/SCADA/SCADA.pdf
http://iatt.kemenperin.go.id/tik/fullpaper/fullpaper74_Fahrul_Marzuki.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Power_Line_Communication
http://pertekom-umm10.blogspot.co.id/2011/01/modem-plc-powerline-
communication_04.html

24
LAMPIRAN

25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai