Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PONDASI(CAKAR AYAM)

DOSEN : HENDRO WIDARTO, S.T., M.T

DISUSUN OLEH:

IRFANDY ALI (216 190 095)

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2019
DAFTAR ISI

o BAB 1 PENDAHUAN

 Latar belakang

 Tujuan

 Manfaat

o BAB 2 PEMBAHASAN

 Sejarah Pondasi Cakar Ayam

 Struktur Pondasi Cakar Ayam

 Pengembanag Cakar Ayam Modifikasi

o BAB 3 PENUTUP

 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana pembangunan di
segala sektor masih menjadi prioritas utama. Pembangunan segala sektor tersebut
juga mencakup pendirian bangunan-bangunan sebagai tempat manusia
beraktivitas. Dengan adanya pendirian bangunan, maka tenaga-tenaga ahli di
bidang bangunan sangat diperlukan. Sejalan dengan hal tersebut, beberapa tahun
terakhir ini ilmu pengetahuan mengenai bangunan terus berkembang dan banyak
ditekuni oleh kaum intelektual. Salah satu bidang ilmu bangunan adalah teknik
sipil. Teknik sipil merupakan salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari
tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi, tidak hanya gedung dan
infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk keselamatan hidup manusia.
Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya terkandung
pengetahuan matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, komputer, dan
lingkungan.
Dalam membangun suatu bangunan, peranan pondasi turut menentukan usia
dan kestabilan suatu konstruksi bangunannya. Belakangan ini sistem pondasi telah
berkembang dengan bermacam variasi. Namun dari bermacam-macam variasi
tersebut hanya sedikit yang menampilkan sistem pondasi untuk mengatasi
masalah membangun konstruksi di atas tanah lembek.
Sistem pondasi yang konvensional, cenderung hanya di sesuaikan dengan
besarnya beban yang harus didukung, tapi kurang mempertimbangkan kondisi
tanah lembek. Akibatnya, bangunan itu mengalami penyusutan usia atau
ketidakstabilan, seperti penurunan, condong, bahkan roboh. Hal itu tentu
merugikan pemilik dan kontraktor yang bersangkutan.

1
Kondisi tanah yang lembek dapat ditemukan di daerah-daerah yang lembap
atau memiliki curah hujan relatif tinggi. Apabila pada tanah lembek didirikan
bangunan dengan pondasi konvensional. maka bangunan tersebut tidak akan
cukup kuat. Untuk menghadapi masalah ini pada tahun 1961, Prof. Dr. Ir.
Soedijatmo menemukan cara konstruksi baru yang disebut pondasi cakar ayam.
Cara ini dilakukan dengan mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari
plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu
melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara
meyakinkan. Oleh sebab itu pondasi ini disebut pondasi cakar ayam.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :
a. Mendapatkan sejarah dan perkembangan konstruksi pondasi cakar ayam.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah :
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai konstruksi
pondasi.
b. Dapat memahami dan mempelajari suatu konstruksi pondasi yang bisa
digunakan untuk suatu bangunan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pondasi Cakar Ayam


Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961 ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan
7 menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta. Dengan susah
payah, 2 menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional,
sedangkan sisa yang 5 lagi masih terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan
listrik dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga
Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962.
Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional
sangat sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru ,
lahirlah ide Ir Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri
dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu
melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara
meyakinkan.
Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam.
Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri
di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi kawasan industri. Bagi daerah yang
bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan
gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi,
sistem ini tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan kembang susut.

3
2.2 Struktur Pondasi Cakar Ayam

Gambar 2.1 Pondasi Cakar Ayam

Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang
didukung oleh buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan
secara monolit dengan plat beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton
berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 120 cm,
tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Buis-buis beton ini gunanya untuk
pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton dan tanah
yang terkurung di dalam pondasi bekerjasama, sehingga menciptakan suatu sistem
komposit yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan identik dengan
pondasi rakit ralft foundation.
Mekanisme sistem podasi cakar alam dalam memikul beban dari hasil
pengamatan adalah sebagai berikut: Bila diatas pelat bekerja beban titik, maka
beban tersebut membuat pelat melendut. Lendutan ini menyebabkan buis-buis
cakar ayam berotasi. Hasil pengamatan pada model menunjukkan rotasi cakar
terbesar adalah pada cakar yang terletak di dekat beban. Rotasi cakar
memobilisasi tekanan tanah lateral di belakang cakar-ayam dan merupakan
momen yang melawan lendutan pelat. Dengan demikian, cara mengurangi
lendutan pelat, semakin besar momen lawan cakar untuk melawan lendutan maka
semakin besar reduksi lendutan. Momen lawan cakar dipengaruhi oleh dimensi

4
cakar dan kondisi kepadatan (kuat geser) tanah disekitar cakar,yaitu semakin
panjang (dan juga lebar) cakar, maka semakin besar momen lawan terhadap
lendutan pelat yang dapat diperoleh.
Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang di ciptakan oleh Prof
Sedijatmo ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat
terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi
way serta apron di Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng,
pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda, jalan tol
palembang-indralaya, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota.
Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak negara, bahkan
telah mendapat pengakuan paten internasional di 11 negara, yaitu: Indonesia,
Jerman Timur, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman
Barat, Belanda; dan Denmark.

Gambar 2.2 Pondasi Cakar Ayam yang Telah diberi Tulangan dan Siap Cor

5
2.3 Pengembangan Cakar Ayam Modifikasi
Pada perkembangannya, konstruksi ini disempurnakan atau dimodifikasi oleh
para ahli dari Universitas Gadjah Mada, antara lain Bambang Suhendro, Hary
Christady, dan Maryadi Darmokumoro yang tergabung dalam Tim Pengembangan
Cakar Ayam Modifikasi (CAM), dan dinyatakan sebagai konstruksi yang cocok
untuk daerah dengan tanah yang lembek, ekspansif atau tanah gambut. Konstruksi
Cakar Ayam Modifikasi disebut paling cocok untuk konstruksi jalan dengan CBR
di atas 2.
Konstruksi Cakar Ayam berbeda dengan fondasi sumuran yang menumpu
pada tanah keras di dasar pipa, karena konstruksi cakar ayam hanya mengambang
di dalam massa tanah membawa bangunan di atasnya. Penurunan (setlement)
diijinkan pada konstruksi Cakar Ayam, tetapi penurunan tersebut terjadi bersama-
sama, bukan setempat-setempat. Inilah bedanya konstruksi Cakar Ayam di
bangunan jalan dengan konstruksi rigid pavement, pada konstruksi Cakar Ayam
tidak dikenal delatasi tetapi sepanjang jalan yang memakai konstruksi Cakar
Ayam dibuat secara monolit.
Pengembangan konstruksi Cakar Ayam menjadi CAM (Cakar Ayam
Modifikasi) menurut Direktur Cakar Bumi, Mitra Bani, telah diterapkan pertama
kali pada tahun 2005 sebagai fondasi jalan pengalihan sementara sepanjang 800
meter pada pembangunan jalan layang di Ancol.

Gambar 2.3 CAM di Pantura Pemanukan Indramayu

6
Uji coba skala penuh konstruksi CAM ini dilakukan di jalan pantura
Indramayu-Pamanukan. Dibandingkan cakar ayam konvensional yang dipakai
Waskita, CAM memiliki beberapa kelebihan. Pada sistem lama berat pipa
mencapai satu ton, sedangkan pipa pada sistem CAM hanya 35 kg, tetapi
memiliki kekuatan yang setara.
CAM muncul menggantikan Cakar Ayam konvensional karena beberapa hal,
yaitu sudah habisnya masa patent dari Cakar Ayam Konvensional dan
penyempurnaan metodenya.


Modifikasi 1 : Penggunaan pipa-pipa baja galvanis (tahan karat) sebagai
pengganti pipa-pipa beton
Ide penggantian pipa-pipa beton Cakar Ayam, yang aslinya terbuat dari
pipa beton berdiameter 120 cm dengan tebal pipa 8 cm dan panjang pipa 150-
200 cm, dengan pipa-pipa baja galvanis (dijamin tahan karat minimal 30
tahun) merupakan usulan dari Bp. Ir. Maryadi D. (di awal 2005), mantan
direktur utama Waskita, setelah mendapat dukungan dari Bp. Prof. Dr. Ir.
Bambang Suhendro, M.Sc., yang telah melakukan serangkaian
simulasi/verifikasi melalui permodelan numeris dengan Finite Element
Method 3-D di komputer, dan menghasilkan spesifikasi optimal pipa sebagai
berikut : diameter pipa 80 cm, tebal 1,4 mm dan panjang 120 cm yang
dipasang pada setiap jarak 250-280 cm.


Modifikasi 2 : Penempatan secara langsung slab Cakar Ayam pada
elevasi permukaan tanah lunak asli (tidak pada timbunan)
Modifikasi 2 yang disebutkan di atas merupakan pengembalian dari
apa yang diimplementasikan selama ini ke konsep aslinya pada saat
ditemukan pertama kalinya oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo, yang tentunya
setelah permukaan tanah asli tersebut di-stripping secukupnya dan
diberikan lean concrete secukupnya pula (tebal sekitar 5 cm).

7

Modifikasi 3 : Pengembangan material timbunan yang relatif ringan
namun dengan kekuatan dan kekakuan yang memadai
Sedangkan modifikasi ke 3, yaitu pengembangan material timbunan
yang relatif ringan namun dengan kekuatan dan kekakuan yang memadai
dan ditimbun langsung di atas slab Cakar Ayam Modifikasi, sebagai salah
satu upaya untuk memperkecil berat volume timbunan agar masalah
consolidation settlement dalam jangka panjangnya dapat ditekan sekecil
mungkin dan sekaligus mengimplementasikan modifikasi 2. Ide ini
merupakan pemikiran dari Prof. Dr. Ir. Bambang Suhendro M.Sc.

Gambar 2.4 Bentuk dan Dimensi Model CAM

Beberapa hal penting yang dapat dirangkum dari kinerja sistem Cakar Ayam
konvensional adalah sebagai berikut :
 Pipa-pipa Cakar Ayam berfungsi sebagai stiffener sehingga slab yang
relatif “tipis” (± 15 cm) dapat berprilaku seperti slab “tebal” (± 50 cm)

8
namun dengan beban berat sendiri slab yang jauh lebih kecil yaitu hanya
sekitar 1/3-nya.

Paling berfungsi bagus apabila mendukung beban terpusat atau
momen.

Karena “kakunya” slab, beban terpusat mampu disebarkan ke luasan
efektif yang relatif besar (semakin lunak tanahnya akan semakin luas
penyebarannya), sehingga meskipun tanah di bawah slab lunak namun
bearing capacity sistem menjadi jauh lebih besar. Meskipun demikian,
karena batasan nilai lendutan maksimum dan deformasi slab beton yang
diijinkan, sistem ini akan berfungsi optimal pada kisaran tanah lunak
2
dengan daya dukung 1,5 – 3,0 t/m .

Lendutan akibat beban terpusat relatif jauh lebih kecil (dibanding dengan
slab tanpa pipa Cakar Ayam)

Differential settlement yang terjadi relatif jauh lebih kecil.

Yang menahan rotasi pipa bukan tekanan tanah pasif (kp) namun reaksi
subgrade horisontal (kh), yang besarnya proporsional terhadap lendutan
yang terjadi.

Sistem tidak dapat mengatasi masalah consolidation settlement

Gambar 2.5 Cakar Ayam Cengkareng 1983

9
Konstruksi Cakar Ayam konvensional adalah karya bangsa yang sudah
dipatentkan dan diakui oleh pihak Luar Negeri (Jerman Timur, Inggris, Prancis,
Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan Denmark).
Setelah masa paten ini habis, maka CAM juga sudah dipatenkan ke Departemen
Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan nomor pendaftaran : P
00200700161.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pondasi Cakar Ayam adalah pondasi yang digunakan untuk mengatasi
masalah pembangunan konstruksi di atas tanah yang lembek. Sistem pondasi ini
ditemukan oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo sebagai solusi untuk menghadapi masalah
pembangunan di atas tanah lembek kawasan Tanjung Priok pada tahun 1961. Pada
tahun 1961, ketika menjadi pejabat PLN, Prof. Sedijatmo mengemban tanggung
jawab untuk mendirikan tujuh menara listrik bertegangan tinggi di daerah rawa-
rawa Ancol, Jakarta. Ketujuh menara ini didirikan untuk menyalurkan listrik dari
Tanjung Priok ke Gelanggang Olahraga Senayan, untuk keperluan
penyelenggaraan Asian Games tahun 1962.
Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang
didukung oleh buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan
secara monolit dengan plat beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton
berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 120 cm,
tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Sistem pondasi cakar ayam ini telah
pula dikenal di banyak negara, bahkan telah mendapat pengakuan paten
internasional di 11 negara, yaitu: Indonesia, Jerman Timur, Inggris, Prancis, Italia,
Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan Denmark.
Pada perkembangannya, konstruksi ini disempurnakan atau dimodifikasi oleh
para ahli dari Universitas Gadjah Mada, antara lain Bambang Suhendro, Hary
Christady, dan Maryadi Darmokumoro yang tergabung dalam Tim Pengembangan
Cakar Ayam Modifikasi (CAM), dan dinyatakan sebagai konstruksi yang cocok
untuk daerah dengan tanah yang lembek, ekspansif atau tanah gambut. Konstruksi
Cakar Ayam Modifikasi disebut paling cocok untuk konstruksi jalan dengan CBR
di atas 2.

11
DAFTAR PUSTAKA

( Online . https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruksi_cakar_ayam , diakses pada tanggal 25


Desember 2015 )

( Online . https://blogpenemu.blogspot.co.id/2014/11/sedyatmo-penemu-pondasi-cakar-
ayam.html , diakses pada tanggal 25 Desember 2015 )

( Online . http://smartbeauty22.blogspot.co.id/2012/01/pengaplikasian-pondasi-cakar-
ayam-dalam.html , diakses pada tanggal 25 Desember 2015 )

( Online . http://jumantorocivilengiinering.blogspot.co.id/2015/02/pondasi-cakar-
ayam.html , diakses pada tanggal 25 Desember 2015 )

( Online . http://eeshape.com/2015/01/22/konstruksi-cakar-ayam/ , diakses pada tanggal


25 Desember 2015)

12

Anda mungkin juga menyukai