Anda di halaman 1dari 45

Kejadian dan Karakteristik Cidera pada Petani di Wilayah Kerja Puskesmas

Jelbuk

MINI RESEARCH

Oleh
Adhang Isdyarsa 132011101060
M. Fakhri Ali 132011101076

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


SMF/LAB. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS JELBUK
2019
Kejadian dan Karakteristik Cidera pada Petani di Wilayah Kerja Puskesmas
Jelbuk

MINI RESEARCH

Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Madya SMF/Lab.


Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh
Adhang Isdyarsa 132011101026
M. Fakhri Ali 132011101076

Pembimbing:
dr. Alfi Yudisianto
dr. Sendy Dwi Pertiwi
dr. Ancah Caesarina Novi M., Ph.D
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
SMF/LAB. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS JELBUK
2019

iii
PENGESAHAN

Mini research berjudul “Kejadian dan Karakteristik Cidera pada Petani di Wilayah
Kerja Puskesmas Jelbuk” telah disahkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas
Jember pada:
hari, tanggal : April 2019
tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Tim Pembimbing:

Pembimbing Lapangan, Pembimbing Fakultas,

dr. Alfi Yudisianto dr. Ancah Caesarina Novi M., Ph.D


NIP. 19800701 201001 1 016 NIP. 19820309 200802 2 002

Kepala SMF
Ilmu Kesehatan Masyarakat

dr. Dwita Aryadina Rachmawati, M.Kes


NIP. 19801027 200812 2 002
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan miniresearch yang berjudul
Kejadian dan Karakteristik Cidera pada Petani di Wilayah Kerja Puskesmas
Jelbuk”. Miniresearch ini disusun untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik
Madya SMF/Lab. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Jember.
Penyusunan miniresearch ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Supangat, M. Kes, Ph. D., Sp. BA selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Jember;
2. dr. Dwita Aryadina Rachmawati, M.Kes selaku koordinator IKM Fakultas
Kedokteran Universitas Jember
3. dr. Ancah Caesarina Novi M., Ph.D selaku pembimbing miniresearch;
4. dr. Alfi Yudisianto, selaku Kepala Puskesmas Jelbuk dan dr. Sendy Dwi
Pertiwi selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan banyak
pengetahuan dan masukan selama menempuh pendidikan IKM;
5. Rekan kerja di Puskesmas Jelbuk yang telah memberikan dukungan dan
bantuannya;
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
miniresearch ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan miniresearch ini. Semoga miniresearch ini bermanfaat bagi
pembaca khususnya untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan Fakultas
Kedokteran Universitas.
Jember, April 2019

Penulis

v
ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Posyandu terhadap Angka Kunjungan


Posyandu Apel 20 Jenggawah Periode Maret 2019; Adhang Isdyarsa, M. Fakhri
Ali; 132011101060, 132011101076; 2019; 31 halaman; Fakultas Kedokteran
Universitas Jember.

Posyandu merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan promotif dan


preventif. Dimana masalah gizi pada balita dapat diketahui lebih awal dengan
peningkatan berat badan anak balita sebagai indikatornya yang dapat diketahui
melalui posyandu. Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan
indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Tahun
2017, di Jawa Timur angka D/S tercatat sebesar 80.8%. Pada tahun 2016, persentase
balita ditimbang di Posyandu (D/S) tahun 2016 di Jember sebesar 86,9% telah
mencapai target Renstra Dinas Kesehatan yang ditetapkan sebesar 85%. Namun
Puskesmas Jenggawah belum mencapai target dengan capaian D/S sebesar 83,1%
(Dinkes Kabupaten Jember, 2017). Apel 20 merupakan salah satu posyandu di
wilayah Puskesmas Jenggawah dengan D/S yang rendah yaitu sebesar 27,5% pada
November 2018, 55% pada Desember 2018 dan 35% pada Januari 2019. Pada
Februari 2019 D/S mencapai 100% karena diadakan operasi timbang.
Cakupan penimbangan ada kaitannya dengan faktor internal ibu balita
seperti: tingkat pendidikan ibu balita, tingkat pengetahuan ibu balita, perilaku
kesehatan. Berdasarkan teori dari Lawrence Green tahun 1980 dalam Notoatmodjo
(2003) telah dijelaskan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menjadi
penyabab dari perubahan perilaku seseorang, tetapi sangat berkaitan dengan
penentu awal seseorang untuk berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang posyandu terhadap angka
kunjungan posyandu.

vi
Jenis penelitian ini adalah analitik menggunakan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2019 dengan sampel 32
responden ibu bayi dan balita di Posyandu Apel 20.
Karakteristik responden pada penelitian ini sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 17 orang (53,1%), sedangkan responden
dengan pengetahuan baik sebanyak 15 orang (46,9%). D/S Posyandu Apel 20 pada
Maret 2019 sebesar 32,5% karena hanya 13 orang yang hadir dari seluruh populasi
yang berjumlah 40. Hasil analisis data didapatkan nilai p pengetahuan ibu mengenai
posyandu terhadap angka kunjungan posyandu adalah p 0,037 artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu dengan
angka kunjungan posyandu. Nilai OR pada komponen ini adalah 4,86, artinya ibu
balita yang mempunyai pengetahuan kurang mempunyai peluang tidak hadir di
posyandu sebesar 4,86 kali dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai
pengetahuan baik.

Kata kunci: Posyandu, Pengetahuan Ibu, Angka Kunjungan Posyandu.

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................ ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Prakata .....................................................................................................................iv
Abstrak .................................................................................................................... v
Daftar isi ................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ............................................................................................................ix
BAB 1 Pendahuluan............................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 3
1.4 Manfaat penelitian ............................................................................... 4
BAB 2 Tinjauan Pustaka........................................................................................ 5
2.1 Pengetahuan ......................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian pengetahuan ............................................................ 5
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan .
6
2.1.3 Proses Perilaku Tahu ................................................................. 7
2.2 Posyandu .............................................................................................. 7
2.2.1 Pengertian Posyandu ................................................................. 7
2.2.2 Tujuan Posyandu ....................................................................... 7
2.2.3 Sasaran Posyandu ...................................................................... 8
2.2.4 Fungsi Posyandu ....................................................................... 8
2.2.5 Kegiatan Posyandu ..................................................................... 9
2.2.6 Tahapan Posyandu ................................................................... 10
2.2.7 Langkah-langkah di Posyandu ................................................. 11
2.2.8 Strata Posyandu ........................................................................ 12
2.2.9 Buku KIA ................................................................................. 13

viii
2.2.10 Analisis Hasil Posyandu ......................................................... 14
2.3 Hipotesis .................................................................................................
16
BAB 3 Metodologi Penelitian.............................................................................. 17
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 17
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 17
3.2.1 Tempat Penelitian.................................................................... 17
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 17
3.3 Identifikasi Penelitian ........................................................................ 17
3.3.1 Variabel Bebas ........................................................................ 17
3.3.2 Variabel Terikat ...................................................................... 17
3.4 Definisi Operasional .......................................................................... 17
3.5 Populasi dan Sampel .......................................................................... 18
3.6 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 18
3.7 Instrumen Penelitian .......................................................................... 19
3.8 Prosedur Penelitian ............................................................................ 20
3.9 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 20
3.10 Pengolahan Data .............................................................................. 20
3.11 Analisi Data ..................................................................................... 21
3.12 Masalah Etik .................................................................................... 21
BAB 4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................. 22
4.1 Deskripsi Data ................................................................................... 22
4.1.1 Distribusi Karakteristik Responden ........................................ 22
4.1.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Posyandu ........... 23
4.1.3 Distribusi Kunjungan Posyandu Apel 20 ................................ 23
4.1.4 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Posyandu dengan
Kunjungan Posyandu .............................................................. 24
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 24
BAB 5 Penutup .................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 28
5.2 Saran .................................................................................................. 28

ix
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 30
Lampiran ............................................................................................................... 33
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden ...................................................... 22


Tabel 4.2 Tabel Distribusi Pengetahuan Responden tentang Posyandu ............... 23
Tabel 4.3 Tabel Distribusi Kunjungan Posyandu Apel 20 .................................... 23
Tabel 4.4 Tabel Tingkat Pengetahuan Responden dan Jumlah Kehadiran ............ 24

x
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pekerjaan petani adalah pekerjaan yang berpotensi menimbulkan cidera,
karena sering melakukan kegiatan seperti membungkuk, jongkok, berlutut,
membawa beban, aktifitas yang dilakukan secara berulang-ulang, dan lingkungan
kerja yang berganti-ganti temperatur (Gupta & Tarique, 2013). Pekerjaan sebagai
petani merupakan salah satu yang memiliki peluang cedera lebih tinggi yaitu 2,9
kali dari pada pekerjaan lainnya (Tana, 2015). Kejadian cidera di Lowa tiap
tahunnya meningkat hingga 13-20%. Tingkat cidera pertanian hingga tahun 2013
meningkat hampir tiga kali lipat menjadi 83 per 100.000 petani (Missikpode et al,
2015).
Resiko cidera dapat diakibatkan oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal meliputi usia, keletihan dan penggunaan pelindung diri, sedangkan
faktor eksternal meliputi peralatan, lingkungan tidak aman dan suhu lingkungan
(Nanda, 2015). Resiko cidera dan kecelakaan kerja pada pertanian cenderung lebih
tinggi karena kondisi kerja yang kurang diperhatikan. Beberapa cidera yang bisa
dialami oleh petani antara lain, cidera punggung bawah dan atas, cidera kepala,
cidera pergelangan tangan, cidera mata, dan cidera pada sendi panggul (Silviyani,
2013).
Resiko cedera dan penyakit bisa terjadi karena ketidak pahaman petani
terhadap bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan (Intan, 2013). Kejadian cedera
seperti akibat jatuh, benda tajam, benda tumpul dan hewan lebih tinggi salah
satunya pada petani (Tana, 2015). Kejadian kecelakaan kerja yang sering dialami
oleh petani yang dapat menimbulkan cidera adalah terpeleset (52,9%), terkena
cangkul (38,2%), terjatuh (35,3%), terkena sabit (32,4%), dan paling jarang terjadi
yaitu terkena alat pembajak sawah (14,7%). Bekas luka yang ditinggalkan akibat
kecelakaan kerja tersebut sebesar 67,6% (Kurnianingsih & Yuantari, 2016).
Bentuk upaya kesehatan dan keselamatan kerja salah satunya adalah Upaya
Kesehatan Kerja (UKK) pada puskesmas. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
didirikan guna untuk meningkatkan kesehatan kerja bagi pekerja informal yang
1
bersumberdaya dari, oleh dan untuk pekerja sendiri. Jenis pelayanan yang
dilakukan oleh pos UKK salah satunya mendata resiko bahaya yang dapat timbul
di tempat kerja yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja. Kegiatan dalam pos UKK seperti promosi kesehatan, pemeriksaan berkala,
pemberian pelayanan kesehatan dasar dan menjalin kemitraan merupakan wujud
dalam upaya pemeliharaan kesehatan untuk meningkatkan produktivitas pekerja
(Depkes RI, 2006). UKK menekankan pada upaya promotif dan preventif terhadap
perilaku pekerja untuk mengurangi atau menghilangkan resiko kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja (Kemenkes RI, 2016).
Kabupaten Jember melalui dinas kesehatan bagian pelayanan kesehatan
telah menjalankan program keselamatan kerja yang dilaksanakan pada 12 desa dari
49 Puskesmas yang tersebar diseluruh Jember. Pada Puskesmas Jelbuk sendiri
didapatkan peningkatan jumlah kunjungan pasien ke UGD karena kecelakaan kerja.
Didapatkan pada tahun 2019 hingga tanggal 31 Maret 2019 ada 19 kunjungan
dengan uraian 3 pasien pada bulan Januari, 6 pasien pada bulan Februari, dan 10
pasien pada bulan Maret.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Kejadian dan Karakteristik Cidera pada Petani di Wilayah Kerja
Puskesmas Jelbuk”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana kejadian dan karakteristik cidera
pada petani di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini terbagi menjadi
tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian dan karakteristik cidera
pada petani di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini dilakukan untuk:
1) mengidentifikasi kejadian cidera pada petani di wilayah kerja Puskesmas
Jelbuk;
2) mengidentifikasi karakteristik cidera pada petani di wilayah kerja
Puskesmas Jelbuk;
3) mengidentifikasi karakteristik agen internal cidera pada petani di wilayah
kerja Puskesmas Jelbuk;
4) mengidentifikasi karakteristik agent atau sumber cidera pada petani di
wilayah kerja Puskesmas Jelbuk;
5) mengidentifikasi karakteristik agen eksternal cidera pada petani di
wilayah kerja Puskesmas Jelbuk.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak,
antara lain sebagai berikut.
a. Bagi Puskesmas Jelbuk, dapat menjadi masukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya di bidang kesehatan
dan keselamatan kerja di masyarakat khususnya bidang pertanian.
b. Bagi akademisi, sebagai Evidance Based Medicine (EBM) pada bidang
agromedicine.
c. Bagi peneliti, sebagai tambahan wawasan mengenai faktor penyebab
kecelakaan kerja terutama pada bidang pertanian.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pertanian


2.1.1 Pertanian
Pertanian pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan bahan untuk
kebutuhan manusia. Sistem pengelolaan yang baik akan menghasilkan produk atau
panen yang baik pula, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Pada
pertanian terdapat dua sistem, yaitu sistem pertanian ladang yang menggunakan
faktor produksi alam sehingga petani akan berpindah-pindah mencari lahan yang
subur. Kedua, sistem pertanian menetap dengan faktor produksi alam, modal dan
tenaga. Sistem kedua ini petani menggunakan proses pemupukan, pembuatan
tanggul, pembuatan terasering dan pengolahan tanah yang baik (Suratiyah, 2006).

2.1.2 Masalah kesehatan pada pertanian


Pertanian merupakan sektor informal yang menimbulkan keselamatan kerja
dan risiko bahaya kesehatan. Resiko terhadap kesehatan petani tergantung pada
status kesehatan dan pestisida yang digunakan. Bahaya kesehatan yang muncul di
bidang pertanian berhubungan dengan peralatan dan pupuk atau pestisida yang
digunakan, baik untuk membasmi hama ataupun menyuburkan tanaman (Sutanto,
2002).
Penggunaan pestisida yang berlebih dapat mengontaminasi seseorang secara
langsung sehingga dapat mengakibatkan keracunan. Keracunan dibagi menjadi tiga
yaitu, keracunan akut ringan, keracunan akut berat dan keracunan akut berat dan
kronis. Akibat yang ditimbulkan oleh keracunan akut ringan yaitu gejala pusing,
sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit dan diare. Keracunan akut berat
menimbulkan gejala seperti menggigil, mual, kejang perut, pupil mata mengecil,
sulit bernapas, keluar air liur, dan denyut nadi meningkat. Keracunan yang
tergolong sangat berat dapat membuat seseorang kejang-kejang, pingsan, bahkan
hingga dapat mengakibatkan kematian. Keracunan kronis sulit diketahui karena
tidak menimbulkan gejala dan tanda spesifik (Yuantari, 2009).

4
Penggunaan mesin dan alat berat pada lahan pertanian dapat menimbulkan
resiko terjadinya cedera dan kecelakaan kerja. Faktor lain yang dapat memicu
terjadinya kecelakaan kerja adalah waktu, tingkat ketrampilan dan konsentrasi yang
tinggi sehingga dapat mengakibatkan kelelahan hingga berujung pada kecelakaan
kerja (Haerani, 2010). Selain itu, ketidakpahaman petani dalam menggunakan
mesin dan peralatan berat dengan benar juga dapat mengakibatkan kecelakaan yang
dapat menyebabakan cidera pada tubuh (Suratiyah, 2006).
Masalah kesehatan lain yang dapat muncul pada pertanian baik secara aktual,
risiko dan wellness dari aspek biologis, psikologis, social, kultural dan spiritual.
Masalah kesehatan tersebut antara lain gizi, anemia, hipertensi, nyeri sendi dan
tulang, sanitasi lingkungan, kesehatan keluarga, perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), ergonomi, stres dan beban kerja (Susanto & Purwandari, 2015).

2.1.3 Cidera pertanian


Cidera pertanian merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka fisik
selama pekerjaana pertanian (Chae H, 2014). Peristiwa tersebut muncul
dikarenakan petani selalu berinteraksi dengan lingkungan kerja yang banyak
terdapat bahaya. Para petani berisiko tinggi mengalami cidera, sakit, dan jenis
pekerjaan petani yang tergolong berat. Kebanyakan petani mengalami cidera akibat
peralatan yang mereka gunakan sehingga mengakibatkan luka. Luka-luka yang
terjadi pada tubuh petani biasanya terdapat pada tangan, lengan, kaki, paha, dan
kaki (Wibowo, 2016). Kapasitas kerja yang baik, sikap kerja yang baik seperti
ergonomi, kondisi fisik atau masalah kesehatan petani dan peralatan yang
digunakan merupakan penentu untuk mengurangi cidera pada petani (Suutarinen,
2004).

2.1.4 Penyebab cidera pertanian


5
Pertanian merupakan pekerjaan yang rentan terjadinya cidera saat bekerja.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan cidera khususnya pada pertanian adalah:
1) Alat atau mesin, peralatan atau mesin yang sering digunakan oleh petani
dalam membantu pekerjaannya di sawah sering menjadi penyebab petani
cidera atau terluka.
2) Gangguan muskuloskletal, gangguan atau keluhan yang terjadi pada otot-
otot tubuh
3) Kelelahan, kondisi tubuh yang lelah akan menurunkan ketahanan dalam
bekerja.
4) Status kesehatan, status kesehatan seperti kurangnya penglihatan dan
pendengaran serta gangguan kesehatan yang lain sangat berpengaruh pada
kondisi tubuh petani saat bekerja.

2.1.5 Jenis cidera pertanian


Pertanian merupakan pekerjaan yang rentan menimbulkan cidera pada
pekerjanya. Cidera yang terjadi biasanya dikarenakan petani tidak
memperhatikan kondisi kerja sehingga memberikan beban fisik dan terjadi
cidera ketika melakukan pekerjaannya. Jenis cidera yang sering dialami oleh
petani adalah:
1) memar;
2) lecet;
3) luka robek;
4) luka iris;
5) luka tusuk;
6) tergigit serangga (Triyono, 2016).

2.2 Konsep Cidera


2.2.1 Definisi cidera
Cidera merupakan kecelakaan yang terjadi dan mengakibatkan patah,
retak, cabikan, dan sebagainya (Heinrich dalam Ismara 2014). Cidera adalah
kerusakan fisik yang terjadi pada tubuh manusia baik secara tiba-tiba maupun
6
mengalami tingkat energi yang besar. Cidera disebabkan oleh paparan akut
terhadap agen fisik seperti energi mekanik, panas, listrik, bahan kimia dan radiasi
yang berinteraksi dengan tubuh dalam jumlah atau tingkat yang melebihi ambang
batas toleransi manusia (WHO, 2001).
Cidera atau sakit dianalisis untuk mengembangkan program untuk
mencegah cidera karena kecelakaan kerja. Tujuan lain dari analisis cidera ini
untuk mengetahui penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.
Beberapa bagian tubuh yang rentan terkena cidera dan sakit, yaitu:
1) Kepala, mata.
2) Leher.
3) Batang tubuh, bahu, punggung.
4) Ekstremitas atas seperti, lengan tangan, pergelangan tangan, jari tangan.
5) Ekstremitas bawah seperti, lutut, paha, pergelangan kaki, jari kaki dll
(Ismara et al, 2014).

2.2.2 Faktor penyebab cidera


Cidera dapat terjadi akibat pekerjaan yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja. Beberapa faktor penyebab cedera menurut Carrie & Carruth
(2014) antara lain:
1. Faktor intrinsik (host/individu), meliputi usia, status kesehatan,
kelelahan, stess, penggunaan alat pelindung diri dan sikap kerja.
2. Faktor agent yang merupakan sumber dari penyebab dari cedera seperti
peralatan atau mesin yang di gunakan dalam pertanian dan binatang.
3. Faktor eksternal meliputi, kondisi lingkungan, jam kerja, musim dan
pembagian kerja.

2.2.3 Klasifikasi cidera


Klasifikasi jenis cedera dan tingkat keparahan akibat kecelakaan kerja
dilakukan penerapan dengan tujuan untuk pencatatan dan pelaporan statistik
kecelakaan kerja. Berikut beberapa klasifikasi cedera adalah:
a. klasifikasi jenis cidera dan keparahannya.
7
1) Cidera fatal (fatality), yang merupakan suatu cedera hingga
menyebabkan kematian.
2) Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Injury),
merupakan cedera yang membuat seseorang tidak dapat masuk kerja
di hari jadwal kerja mereka. Cedera dapat berupa cedera ketika saat
ini ataupun cedera yang kambuh dari waktu lalu.
3) Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted
duty), merupakan seseorang tidak mampu melakukan pekerjaan
rutinnya dan hanya bisa pada pekerjaan tertentu atau pekerjaan
alternative.
4) Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury), cidera yang
tidak termasuk hilangnya waktu kerja atau masih dapat kerja di hari
atau shift berikutnya, namun cidera tersebut harus segera ditangani
oleh tenaga medis untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan
kerja.
5) Cidera ringan (first aid injury), cedera yang di akibatkan oleh
kecelakaan kerja yang masih bisa di tangani dengan menggunakan alat
pertolongan pertama sederhana, seperti luka lecet, mata kemasukan
debu dll.
6) Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident),
kejadian yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja, seperti seseorang terjatuh namun tidak terjadi
cidera atau luka pada fisiknya (Ismara dkk, 2014).

b. Klasifikasi cedera berdasarkan sifat dan penyebab.


1) Cidera mekanik

8
a) Cidera akibat benda tumpul: cedera yang disebabkan oleh benda
yang permukaannya tidak mampu mengiris. Cidera karena benda
tumpul dibagi menjadi dua variasi yaitu :
(1) Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.
(2) Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.
Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul :
(1)Memar (kontusio, hematom).
(2)Luka lecet, luka lecet di bagi menjadi dua, yaitu : luka lecet
tekan dan luka lecet geser.
(3)Luka robek.
(4)Patah tulang.
b) Cidera akibat benda tajam: cidera yang disebabkan oleh benda
yang permukaannya mampu untuk mengiris sehingga kontinuitas
jaringan hilang. Sifat luka yang terjadi yaitu :
(1)Luka iris.
(2)Luka tusuk
(3)Luka bacok.
c) Senjata api.
2) Cidera fisika
a) Suhu (panas atau dingin)
b) Listrik atau petir
3) Cidera Kimia (Guyton & Hall, 2007).

2.2.4 Cidera akibat kecelakaan kerja


a. Definisi kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu peristiwa yang berhubungan dengan
pekerjaan yang dapat mengakibatkan luka atau cidera ringan maupun parah hingga
dapat berakibat pada kematian (OSHA, 2015). Kecelakaan kerja merupakan
kejadian yang tidak disengaja dan berpotensi menimbulkan cedera, kesakitan,
kerusakan dan kerugian lainnya. Kecelakaan akibat kerja juga diartikan sebagai
peristiwa yang mendadak dan menyebabkan kekerasan terhadap struktur fisik tubuh
9
manusia seperti tergores, terpotong, jatuh dll. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan
berbagai resiko akibat bekerja seperti cacat, kematian dan perawatan (Darmiatun &
Tasrial 2015).
Berdasarkan tempat kejadian, kecelakaan kerja dikategorikan menjadi dua,
yaitu kecelakaan ditempat kerja dan kecelakaan diluar tempat kerja. Kecelakaan
ditempat kerja merupakan kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau lokasi kerja
ketika seseorang bekerja. Kecelakaan diluar tempat kerja merupakan kecelakaan
yang terjadi diluar lokasi atau tempat seseorang bekerja, contohnya kecelakaan
yang terjadi pada perjalanan pulang atau berangkat bekerja (Darmiatun & Tasrial
2015).
b. Klasifikasi kecelakaan kerja
Dasar dalam mengidentifikasi proses terjadinya kecelakaan kerja
dan menunjukkan dimana terjadi, bagaimana bisa terjadi dan apa yang
menyebabkan kecelakaan kerja tersebut merupakan tujuan dari
pengklasifikasian kecelakaan kerja menurut jenisnya. Cidera/sakit akibat
kerja dapat terjadi karena:
1) bagian tubuh menabrak objek;
2) terpajan oleh getaran mekanik;
3) tertabrak oleh objek yang bergerak;
4) terpajan oleh suara keras tiba-tiba;
5) terpajan suara yang lama;
6) terpajan tekanan yang bervariasi;
7) gerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah;
8) otot tegang;
9) terkena arus listrik;
10) kontak atau terpajan dengan suhu yang dingin atau panas;
11) terpajan radiasi;
12) kontak dengan bahan kimia;
13) kontak jangka panjang;
14) kontak dengan, atau terpajan faktor biologi;
15) terpajan faktor stres mental;
10
16) longsor atau runtuh;
17) kecelakaan kendaraan;
18) mekanisme cidera yang tidak spesifik atau berganda (Ismara et
al, 2014).
c. Dampak kecelakaan kerja

Kecelakaan akibat kerja menimbulkan berbagai dampak yang dapat


merugikan. Berikut beberapa dampak yang terjadi akibat kecelakaan kerja.

1) Kerusakan,

2) Kekacauan organisasi.

3) Keluhan dan kesedihan.

4) Kelainan dan cacat.

5) Kematian (Hudori & Rambe, 2003).

d. Faktor penyebab kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kondisi dan
tindakan yang tidak aman, namun kecelakaan kerja masih dapat dicegah
(Kurnianingsih & Yuantari, 2015). Kecelakaan kerja dapat terjadi di sektor
pekerjaan seperti sektor informal. Faktor penyebab kecelakaan kerja di sektor
informal seperti pada pertanian adalah:

1) Umur, usia sangat berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja.


Tingkat kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja akan semakain baik
seiring dengan bertambahnya usia, masa kerja dan lama kerja.

2) Lama kerja, durasi waktu seseorang dalam bekerja dapat berpengaruh


terhadap produktivitasnya dalam bekerja. Semakin lama waktu dalam
bekerja maka dapat menimbulkan kelelahan yang dapat menurunkan

11
konsentrasi dalam bekerja sehingga dapat berakibat terjadinya
kecelakaan kerja.

3) Penggunaan alat pelindung, salah satu sumber dari kecelakaan kerja


adalah peralatan yang digunakan ketika bekerja. Penggunaan alat
pelindung diri merupakan perlindungan yang digunakan untuk mencegah
atau mengendalikan resiko kejadian kecelakaan kerja, namun jika
sumber bahaya tidak mungkin dikendalikan, maka pekerja perlu
memakai alat pelindung diri.

4) Beban kerja, beban kerja yang diterima oleh pekerja harus seimbang
dengan kemampuan pada masing-masing pekerja, sehingga
meminimalisir terjadinya hambatan seperti kecelakaan kerja. Beban
kerja yang terlalu berat dapat menimbulkan kelelahan yang berakibat
pada kecelakaan kerja.

5) Faktor kimia, faktor kimia yang berasal dari bahan baku suatu produk,
hasil suatu produksi, proses produksi itu sendiri ataupun limbah dari
suatu produksi dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja
pada pertanian bersumber dari pestisida yang digunakan untuk
penyemprotan tanaman dan hama secara terus menerus dapat
menyebabkan residu pestisida dalam tubuh manusia menjadi lebih tinggi.

6) Faktor biologi, kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh faktor biologi


diantaranya jasad renik, bakteri, jamur, gangguan dari binatang di
lingkungan kerja, dan berbagai macam penyakit yang timbul akibat
alergi, infeksi, atau gigitan binatang berbisa hingga berdampak pada
kematian.

12
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
retrospektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kejadian cidera dan karakteristik
cidera pada petani di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Jelbuk yang beralamat di Jl.
Diponegoro no. 21, Jelbuk, Jember, Jawa Timur.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian berlangsung selama 2 minggu dimulai dari tanggal 1 April 2019
sampai dengan 13 April 2019

3.3 Identifikasi Penelitian


3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas penelitian ini adalah kejadian dan karakteristik cidera pada
petani

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah penjelasan dari variabel dan istilah yang
digunakan sehingga dapat mempermudah pembaca memberikan makna atau
maksud dari penelitian. Definisi operasional pada penelitian adalah variabel
independen yaitu karakteristik cidera petani. Sedangkan angka kunjungan balai
pengobatan adalah jumlah petani yang terdaftar sebagai pasien di poli umum pada
periode tertentu.

13
3.5 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua petani yang melakukan kunjungan
ke balai pengobatan Puskesmas Jelbuk.

b. Sampel
Jumlah sampel yang dijadikan sebagai responden adalah 32 orang. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Roscoe bahwa setiap penelitian, ukuran
sampel harus berkisar 30-500. Metode sampling yang digunakan adalah
non-probability sampling yaitu Purposive Sampling dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Kriteria inklusi
Responden pada penelitian ini adalah petani di Kecamatan Kalisat
Kabupaten Jember dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Bertempat tinggal di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.


2. Petani yang mengalami cidera pada tahun ini.
3. Petani yang melakukan kunjungan ke balai pengobatan Puskesmas
Jelbuk.
b. Kriteria eksklusi
1. Petani berusia kurang dari 17 tahun.
2. Petani yang tidak bersedia menjadi responden penelitian.

3.6 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu sampel yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian
sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
Peneliti mengambil data dengan target minimal 30 lembar kuesioner dalam 2
minggu pengambilan tersebut.

14
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Lembar informed consent
Informed Consent berupa pernyataan yang berisi tentang kesediaan
sampel untuk menjadi subjek penelitian.
2. Lembar identitas
lembar yang berisi tentang informasi responden baik identitas maupun
status responden
3. Kuesioner penelitian
Dalam penelitian ini alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
menggunakan lembar kuesioner yang berisi beberapa item pertanyaan
sesuai indikator yang ditentukan. Pada poin indikator posisi kerja
peneliti mengadopsi kuesioner dari Silviyani (2014). Poin indikator
sumber penyebab (binatang) dan kondisi lingkungan diperoleh dari
penelitian Carrie & Carruth (2014), poin lama kerja dan pembagian
kerja diperoleh dari penelitian Chae H, et al (2014), poin faktor
penyebab (peralatan atau mesin) dan alat pelindung diri mengadop
kuesioner dari penelitian Susanto & Purwandari (2015) dan poin jenis
cidera mengadop kuesioner dari Triyono (2016).

3.8 Prosedur Penelitian


15
Data pasien yang berkunjung ke balai
pengobatan Puskesmas Jelbuk

Penentuan sampel menggunakan kriteria


inklusi

Pengambilan data menggunakan kuesioner

Pengumpulan data dan pengolahan data

3.9 Jenis dan Sumber Data


Jenis dan sumber data pada penelitian ini adalah
1. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari kuesioner
2. Data sekunder adalah berupa data jumlah kelompok tani dan riwayat
cidera pasien di daftar register UGD.

3.10 Pengolahan Data


Data yang terkumpul diolah menggunakan Microsoft Excel 2013 dan IBM
SPSS Statistic version. Adapun tahap-tahap pengolahannya adalah
1. Cleaning yaitu memeriksa kelengkapan kuesioner yang telah diisi.
2. Coding yaitu memberikakn kode identitas responden beruapa angka
untuk menjaga kerahasiaanya dan mempermudah penelusuran biodata
responden.
3. Scoring yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban responden.
4. Entering yaitu memasukkan data ke dalam program computer.
5. Penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi.

16
3.11 Analisis Data
Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan
karakteristik-karakteristik petani di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk yang dijadikan
responden. Data numerik yang terdiri dari umur dan lama bertani akan disajikan
dalam bentuk mean, standar deviasi, median. Data kategorik yang terdiri dari
tingkat pendidikan, kejadian cidera dan karakteristik cidera dengan menghitung
distribusi frekuensi dan persentase.

3.12 Masalah Etika


Menurut Notoatmodjo (2003), penelitian memiliki beberapa etika yang
meliputi:
1. Lembar persetujuan
Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan responden yang
diberikan sebelum dilakukan penelitian. Tujuan pemberian lembar
persetujuan ini adalah untuk menghormati harkat dan martabat
manusia.
2. Tanpa nama
Merupakan sebuah jaminan untuk subjek penelitian dengan tidak
mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya
menuliskan kode pada lembar kuesioner atau hasil penelitian yang
disajikan.
3. Kerahasiaan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, informasi dan
masalah lainnya. Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
hasil penelitian.

17
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data


Data diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden dengan
sistem door to door. Responden yang terlibat pada penelitian ini berjumlah 52
orang, terdiri dari pasien dengan karakteristik yang sesuai dengan kriteria inklusi
penelitian.

4.1.1 Distribusi karakteristik responden


Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan terhadap 52 responden
dengan berbagai macam karakteristik yang berbeda berdasarkan usia dan tingkat
pendidikan. Gambaran distribusi karakteristik responden sebagai berikut:
Karakteristik Demografi Responden F %
Usia
<35 tahun 18 34,6
36-40 tahun 16 30,8
>40 tahun 18 34,6
Total 52 100
Pendidikan
SD 36 69,2
SMP 11 21,2
SMA 5 9,6
PT 0 0
Total 52 100
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

Dari tabel 4.1 dapat diketahui jumlah petani yang berusia kurang dari 35
tahun, 36-40 tahun, dan lebih dari 40 tahun secara berturut-turut berjumlah 18
responden, 16 responden, dan 18 responden. Berdasarkan pendidikan terakhir
petani yaitu, SD, SMP, SMA, dan PT secara berturut-turut berjumlah 36 responden,
11 responden, 5 responden, dan 0 responden.
18
4.1.2 Angka kejadian kecelakaan kerja
Komponen angka kejadian kecelakaan kerja dibatasi mulai tanggal 1 Januari
2019 hingga 31 Maret 2019. Gambaran distribusi jawaban responden
terhadap pertanyaan mengenai angka kejadian dapat dilihat pada tabel 4.2
Kejadian Frekuensi Presentase (%)
Ya 37 71,2%
Tidak 15 28,8%
Total 52 100%
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Angka Kejadian Cidera

Dari data yang ada pada Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa dari 52 orang
responden, mayoritas responden mengalami kecelakaan kerja pada tahun 2019,
yaitu sebanyak 37 responden (71,2%). Sedangkan responden yang tidak mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 15 orang (28,8%).

4.1.3 Karakteristik agen internal cidera


Karakteristik internal pada responden dapat dinilai dari penggunaan APD
dapat dilihat pada tabel 4.3
Pemakaian APD Frekuensi Presentase (%)
Ya 18 34,6%
Tidak 34 65,4%
Total 32 100%
Tabel 4.3 Tabel Pemakaian APD

Dari data yang ada pada Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa dari 52 orang
responden, 18 orang menggunakan (34,6%) dan sebanyak 34 orang (65,4%) tidak
menggunakan APD pada kesehariannya.

19
Selain itu APD yang digunakan oleh responden
Pemakaian APD Frekuensi Presentase (%)
Ya 18 34,6%
Tidak 34 65,4%
Total 32 100%

4.1.4 Karakteristik agen sumber cidera


4.1.5 Karakteristik agen eksternal
Tingkat pengetahuan responden dan jumlah responden yang menghadiri
posyandu di bulan Maret 2019 dapat dilihat pada tabel 4.4
Pengetahuan Kehadiran Presentase (%) P OR (IK 95 %)
Baik 9 69,2%
0,037 4,88 (1,06-22,38)
Kurang 4 30,8%
Total 13 100%
Tabel 4.4 Tingkat pengetahuan responden dan jumlah kehadiran

Dari data yang ada pada Tabel 4.4 diatas terlihat bahwa dari 13 orang yang
hadir, mayoritas responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 9 orang
(69,2%), sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang
(30,8%). Berdasarkan hasil uji statistic Korelasi Rank Spearman didapatkan
significancy (p) antara pengetahuan ibu terhadap kunjungan posyandu sebesar
0,037 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu terhadap kunjungan posyandu. Nilai OR pada komponen ini
adalah 4,86, artinya ibu balita yang mempunyai pengetahuan kurang mempunyai
peluang tidak hadir di posyandu sebesar 4,86 kali dibandingkan dengan ibu balita
yang mempunyai pengetahuan baik.

4.2 Pembahasan
Berdasar pada penelitian yang di lakukan di Posyandu Apel 20 Jenggawah
didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang
kurang tentang posyandu (53,1%) dan sebagian yang lain memiliki tingkat
20
pengetahuan baik (46,9%). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Tingkat pengetahuan ibu dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, pengalaman,
pekerjaan dan informasi. Pengetahuan yang baik akan mendorong pada perilaku
yang baik pula. Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku akan bersifat
langgeng (long lasting) apabila melalui proses yang didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran.
Hasil analisis data didapatkan nilai p 0,037 artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu dengan angka
kunjungan posyandu. Proporsi ibu dengan pengetahuan baik yang berpartisipasi
aktif menimbang balitanya ke posyandu yaitu 69,2% lebih tinggi dibanding
responden yang pengetahuan kurang, tetapi aktif menimbang balitanya ke posyandu
yaitu 30,8%. Nilai OR pada komponen ini adalah 4,88, artinya ibu balita yang
mempunyai pengetahuan kurang mempunyai peluang tidak hadir di posyandu
sebesar 4,88 kali dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai pengetahuan
baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djamil
(2017), Suryaningsih (2012), dan Purnamasari (2010) bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu balita dalam menimbang
anaknya ke posyandu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Djamil (2017)
didapatkan OR = 2,620, artinya ibu balita yang mempunyai pengetahuan yang baik
mempunyai peluang berperilaku baik dalam menimbang anaknya ke posyandu
sebesar 2,62 kali dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai pengetahuan
buruk.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan yakni : Awarness (kesadaran) terlebih dahulu, Interest
(ketertarikan) terhadap stimulus, Evaluation (evaluasi) terhadap baik dan tidaknya
stimulus, Trial (mencoba), kemudian Adaptation (adaptasi) dimana subyek telah

21
bersesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan diperoleh dari pengalaman
sendiri atau pengalaman orang lain. Seseorang memperoleh pengetahuan bahwa itu
panas setelah memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena api dan terasa
panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak
tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena tersebut belum pernah
memperoleh imunisasi polio.
Penelitian ini juga sesuai dengan teori yang mengemukakan bahwa perilaku
ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia adalah
akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat
karena adanya penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan
(Muninjaya, 2004).
Berdasarkan teori dari Lawrence Green tahun 1980 dalam Notoatmodjo
(2003) telah dijelaskan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menjadi
penyabab dari perubahan perilaku seseorang, tetapi sangat berkaitan dengan
penentu awal seseorang untuk berperilaku. Pengetahuan sangat erat dikaitkan
dengan tingkat pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang
tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi
perlu ditekankan bahwa pengetahuan seseorang bukan hanya diperoleh melalui
pendidikan formal saja namun juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal
(Wawan dan Dewi, 2010).
Menurut Green (2005) kesehatan individu dipengaruhi oleh dua faktor pokok
yaitu faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor
yaitu faktor predisposisi (presdiposing factor) mencakup umur ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, umur anak, jumlah anak balita, pengetahuan ibu tentang posyandu,
sikap dan motivasi ibu. Faktor pemungkin (enabling factor) diantaranya tempat
pelaksanaan posyandu, jarak posyandu, kepemilikan buku KIA, dan pelayanan
imunisasi serta faktor penguat (reinforcing factor) termasuk dukungan dari
keluarga, dorongan tokoh masyarakat dan bimbingan petugas kesehatan.

22
Dalam beberapa wawancara terbuka dengan para ibu di Posyandu Apel 20
ternyata terdapat beberapa alasan yang membuat responden tidak menghadiri
posyandu. Sebagian responden mengaku hanya datang ke posyandu jika ada jadwal
imunisasi dan pemberian vitamin A saja, jika hanya menimbang berat badan ia
mengaku enggan ke posyandu sebab memiliki timbangan sendiri di rumahnya.
Selain itu ada pula yang bekerja sebagai guru sehingga kesulitan jika jadwal
posyandu sama dengan hari kerja, namun ia akan meminta izin pulang dari tempat
kerja jika posyandu sedang ada jadwal imunisasi dan pemberian vitamin A. Alasan
lain yang diungkapkan oleh responden yaitu ia merasa trauma karena anaknya
pernah panas setelah di imunisasi dan tidak reda meski telah minum obat yang
diberikan oleh petugas posyandu. Kami juga melakukan wawancara terbuka dengan
kader dan menurut pengakuan kader warga jarang ke posyandu karena ada
kepercayaan bahwa anaknya akan meninggal setelah panas karena diimunisasi.
Disamping itu, ada pula ibu yang takut membawa anaknya ke posyandu karena
dilarang dan dimarahi oleh suaminya. Menurut pengakuan kader bahkan ada yang
suami yang menjemput paksa istrinya di posyandu.

23
Bab 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan mayoritas ibu (53,1%) di Posyandu Apel 20 tentang
posyandu tergolong kurang.
b. Kunjungan ibu bayi dan balita di Posyandu Apel 20 sebesar 32,5% masih
belum mencapai target rencana strategis Dinas Kesehatan Jember sebesar
85% maupun target Jawa Timur sebesar 78% .
c. Terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,037) antara pengetahuan ibu
tentang posyandu dengan angka kunjungan Posyandu Apel 20 periode
Maret 2019. Ibu dengan pengetahuan yang kurang memiliki odd ratio 4,88
kali lipat untuk tidak hadir di posyandu.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan di atas, disarankan bagi pihak terkait
dan peneliti selanjutnya:
a. Bagi pihak terkait, Puskesmas Jenggawah, diharapkan:
1. Meningkatkan sosialisasi dan promosi secara berkesinambungan
melalui penyuluhan dengan media seperti poster dan leaflet oleh bagian
promosi kesehatan puskesmas dibantu bidan dan kader terhadap
masyarakat tentang manfaat berkunjung ke posyandu untuk
meningkatkan persepsi dan sikap masyarakat terhadap posyandu,
terutama pada ibu yang mempunyai balita dan ibu hamil serta pada
keluarganya.
2. Diharapkan adanya suatu program yang melibatkan kader dan bidan
dengan melakukan penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan terhadap
keluarga dari sasaran Posyandu secara berkesinambungan dan terpantau
guna meningkatkan dukungan keluarga.

24
3. Diharapkan mampu menjalin kerjasama yang lebih intensif dengan
tokoh masyarakat terhadap kegiatan dan perkembangan posyandu
balita.

b. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan:


1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar dengan populasi yang lebih luas agar hasil penelitian dapat
digeneralisasi sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat.
2. Diadakan penelitian lanjutan baik kualitatif maupun kuantitatif
untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan
ke posyandu, diantaranya faktor perilaku (faktor predisposisi
(presdiposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan
faktor penguat (reinforcing factor)) serta faktor non perilaku.

25
DAFTAR PUSTAKA

Budiman dan Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Daryanto. 2010. Media pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dinkes Kabupaten Jember. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Jember tahun


2016. Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

Dinkes Provinsi Jawa Timur. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun
2017. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Djamil, A. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Balita


Menimbang Anaknya ke Posyandu. Jurnal Kesehatan, 8(1), 127-134.

Green L W, and Kreuter M W, (2005). Health Program Planning an Educational


and Ecological Approach, Fourth Edition.

Kemenkes RI. (2010a). Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

_____________. (2010b). Profil Kesehatan Indonesia 2009.


Indonesia

_____________. 2014. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat. Jakarta.


Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Profil Kesehatan


Indonesia 2009, Jakarta.

26
Kemenkes RI.(2011a). Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar
Gizi. Jakarta. Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan R.I.

___________. (2011b). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta

___________. (2012). Petunjuk pelaksanaan surveilens gizi khusus di kabupaten /


kota. Jakarta

Kemenkes RI.(2013). Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar


Gizi. Jakarta. Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan R.I.

Muninjaya, A. A. G. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka


Cipta.

Purnamasari, J. I. (2010). Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu Balita ke


Posyandu (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Keboan, Ngusikan,
Jombang) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Putri, M. A. D. (2015) Hubungan Faktor Perilaku Ibu Balita dengan Kunjungan


Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Mokoau. Surabaya.

Suryaningsih, H. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku


kunjungan ibu bayi dan balita ke posyandu di Puskesmas Kemiri Muka Kota
Depok tahun 2012. Depok. Universitas Indonesia.

Wawan A dan Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Peilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta.

27
28
LAMPIRAN

Spearman Rank Correlations

Correlations
Tk. Angka
Pengetahuan Kunjungan
Correlation 1,000 ,371*
Coefficient
Tk. Pengetahuan
Sig. (2-tailed) . ,037
Spearman's N 32 32
rho Correlation ,371* 1,000
Angka Coefficient
Kunjungan Sig. (2-tailed) ,037 .
N 32 32
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate


Estimate 4,875
ln(Estimate) 1,584
Std. Error of ln(Estimate) ,778
Asymp. Sig. (2-sided) ,042
Asymp. 95% Lower 1,062
Common Odds Ratio
Confidence Interval Bound

29
Upper 22,382
Bound
Lower ,060
ln(Common Odds Bound
Ratio) Upper 3,108
Bound
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically
normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption.
So is the natural log of the estimate.

30
INFORMED CONSENT
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian yang
dilakukan oleh:
Nama : Adhang Isdyarsa dan M. Fakhri Ali
Angkatan/NIM : 2013/132011101060 & 132011101076
Fakultas : Kedokteran Universitas Jember
Judul penelitian :
Pembimbing : dr. Alfi Yudisianto dan dr.Ancah Caesarina Novi M., Ph.D.

dengan catatan sebagai berikut:


1. Penelitian ini tidak berisiko membahayakan diri saya
2. Data atau catatan pribadi tentang penelitian ini akan dirahasiakan dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian
3. Saya berhak mengundurkan diri dari penelitian tanpa ada sanksi.

Demikian secara sukarela saya bersedia menjadi subjek dalam penelitian Kejadian
dan Karakteristik Cidera pada Petani di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk

Jember, ___ - April - 2019

Tanda Tangan
31
__________________

32
KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POSYANDU


TERHADAP ANGKA KUNJUNGAN IBU BAYI DAN BALITA KE
POSYANDU APEL 20 DI PUSKESMAS JENGGAWAH TAHUN
2019

Posyandu : [ ][ ] / [ ][ ]
Kode responden : [ ][ ] / [ ][ ][ ]
Petugas pewawancara :
Hari/tanggal wawancara :

A. Identitas Responden (Ibu Balita) Koding

A1 Nama

A2 Umur

A3 Pendidikan 1. Tidak sekolah [ ]


2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Diploma/Perguruan tinggi

A4 Pekerjaan 1. Tidak Bekerja / IRT [ ]


2. PNS

3. Pegawai Swasta
4. Wiraswasta
5. Petani / pelayan / buruh
33
6. Lainnya…………….. (sebutkan)

B. Identitas Anak balita

B1 Nama

B2 Umur [ ]

B3 Jenis kelamin Laki – laki / perempuan [ ]

C. Pengetahuan ibu tentang Posyandu

C.1 Posyandu kepanjangan dari.. [ ]


1. Pos Pelayanan Terpadu

2. Pos Pelayanan penimbangan


3. Pos tempat mengimunisasi bayi
4. Tidak tahu

Apa manfaat posyandu? Benar Salah

C2 Menimbang berat badan anak saja [ ]

C3 Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak [ ]

C4 Memperoleh makanan tambahan [ ]

C5 Untuk mendapatkan pelayanan imunisasi [ ]


[ ]

34
C6 Untuk mendapat pelayanan KB

C7 Untuk memeriksakan kehamilan [ ]

C8 Berapa kali anak balita perlu dibawa ke posyandu? [ ]


1. Setiap bulan sekali
2. Setiap 3 bulan sekali
3. Seperlunya
4. Tidak tahu

Hasil cek buku register, berkunjung 6 bulan terakhir: ……. kali

C9 Anak umur berapakah yang perlu dibawa ke posyandu? [ ]


1. Bayi saja (0-1 tahun)
2. Anak balita ( 0-5 tahun)
3. Semua anak (0-7 tahun)
4. Tidak tahu

C10 Bila anak sehat apakah masih perlu dibawa ke posyandu? [ ]


1. Perlu
2. Tidak perlu
3. Tidak tahu

35

Anda mungkin juga menyukai