Koteka digunakan untuk menutupi bagian kemaluan laki-laki atau alat vital. Koteka sendiri mempunyai arti pakaian dan nama ini digunakan oleh suku di Pantai. Uniknya, nama koteka pun sangat beragam sesuai dengan sukunya. Misalnya suku di pegunungan Jayawijaya menyebut koteka dengan nama holim atau horim. Koteka terbuat dari buah labu air tua yang dikeringkan lalu dibuang bagian dalamnya (biji dan daging buah). Proses pengeringan labu air tua ini dimaksudkan agar tidak cepat membusuk sehingga dapat digunakan sebagai bahan koteka. Mereka memilih buah labu air yang tua karena buah tersebut memiliki tekstur yang lebih keras sehingga lebih awet dibandingkan labu air muda.
2. Rimpu Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat
Dari bentuk Rimpu ini membuktikan bahwa pengaruh kebudayaan Islam di masyarakat suku Bima sangatlah kuat. Adapun, Rimpu sendiri berdasar fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu, Rimpu Cili khusus bagi perempuan yang belum menikah dan Rimpu Colo bagi perempuan yang telah menikah. Rimpu Cili menutupi seluruh tubuh penggunanya kecuali mata, sedangkan Rimpu Colo menutupi seluruh tubuh kecuali wajah. Bagi kaum laki-laki Bima, mengenakan ikat kepala dari kain tenun dengan nama Sambolo. Sambolo dikenakan dengan ujung-ujung melingkari kepala. Busana atasan pria berbentuk kemeja lengan panjang sedangkan bawahannya berbentuk sarung songket yang bernama Tembe Me’e. Busana bawahan dilengkapi selendang yang berfungsi sebagai ikat pinggang atau Salepe.
3. Pokko Pakaian Adat Toraja
Baju Pokko adalah baju adat Toraja yang digunakan oleh kaum wanita. Pakaian adat Sulawesi Selatan ini memiliki ciri-ciri lengan yang pendek dengan didominasi warna kuning, merah, dan putih. Bagi masyarakat Tana Toraja, mereka masih tetap melestarikan baju adatnya dengan mewajibkan setiap PNS di wilayah Kabupaten Tana Toraja mengenakan Baju Pokko tersebut pada setiap hari Sabtu. Untuk PNS pria, juga diwajibkan mengenakan seppa tallung buku pada setiap hari Sabtu. 4. Upah Nyamu Pakaian Adat Suku Dayak Baju ini berasal dari upah nyamu yang di pipihkan yang digunakan untuk membuat pakaian dan juga ewah atau cawat. Bajunya dibuat seperti rompi, terkadang ada juga seperti baju tanpa lengan.
5. Bagajah Gamuling Baular Lulut Pakaian Adat Kalimantan Selatan
Namanya yang unik yaitu Bagajah Gamuling baular Lulut merupakan pakaian ciri khas dari provinsi Kalimantan Selatan, pakaian ini biasanya digunakan untuk suatu adat pernikahan yang dipakai oleh laki-laki maupun perempuan. Tetapi, model pakaiannya tidaklah sama. Untuk laki-laki bisa tidak mengenakan baju, tetapi pada umumnya laki -laki mengenakan baju lengan pendek yang dihiasi dengan manik- manik yang mengkilau. Pada baju laki-laki tidak memiliki kerah, cara mengenakannya dapat dipadankan dengan celana panjang serta aksesoris seperti kalung samban, ikat pinggang, kain yang bermotif kelabang atau halilipan, dan penutup kepalanya yaitu mahkota yang melingkar berbentuk ular lidi. Dan untuk pengantin perempuan dapat mengenakan kemban sebagai penutup dada lalu ditambahkan aksesoris berupa selendang, ikat pinggang, konde yang berhiaskan mahkota, kembang goyang, dan kuncup bunga melati. Pada bagian bawa pengantin perempuan mengenakan kain panjang yang bermotif halilipan yang berfungsi sebagai rok. TUGAS TEMATIK 5 MACAM PAKAIAN ADAT TRADISIONAL INDONESIA