Anda di halaman 1dari 16

B.

OUTLINE PROPOSAL

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ciri lingkungan jalan di perkotaan adalah banyaknya volume


pejalan kaki baik yang berjalan di atas bahu/trotoar (bila ada) maupun yang
menyeberang jalan yang berpotongan langsung dengan arus lalu lintas kendaraan.
Kondisi tersebut berdampak pada terganggunya kinerja ruas jalan akibat hambatan
samping yang tinggi dan pejalan kaki beresiko mengalami kecelakaan lalu lintas.
Banyaknya pejalan kaki di sepanjang ruas jalan perkotaan karena kota
merupakan salah satu tempat dimana segala macam aktivitas berlangsung dengan
tingkat intensitas guna lahan yang tinggi. Sementara di sisi lain, akses langsung ke
pusat pusat kegiatan seperti pertokoan, di sepanjang sisi sisi jalan cenderung tidak
dibatasi sehingga tingkat gangguan samping menjadi tinggi.
Salah satu upaya yang dilakukan selama ini dalam meminimalkan gangguan
lalu lintas kendaraan dan mengurangi tingkat resiko kecelakaan bagi pejalan kaki
di daerah perkotaan adalah membangun fasilitas fasilitas pejalan kaki (pedestrian)
seperti trotoar sebagai jalur pejalan kaki dan jembatan penyeberangan orang (JPO)
sebagai prasarana penyeberangan agar pejalan kaki tidak berkonflik dengan arus
lalu lintas kendaraan di ruas jalan sehingga resiko kecelakaan lalu lintas yang
melibatkan pejalan kaki dapat cegah.
Namun demikian banyak fasilitas fasilitas pejalan kaki tersebut yang telah
dibangun justru kurang diminati oleh pejalan kaki dengan berbagai alasan seperti
jarak tempuh menjadi lebih jauh, keamanan dan kenyamanan yang tidak
mendukung dan lokasi yang tidak tepat.
Kondisi demikian juga terjadi di Kota Banda Aceh dimana fasilitas pejalan
kaki seperti trotoar sebagai jalur pejalan kaki dan jembatan penyeberangan orang
kurang diminati oleh para pejalan kaki. Fenomena tersebut sangat mudah dilihat di

1
jembatan penyeberangan orang di simpang jambotape dimana pejalan kaki dominan
tidak menggunakan jembatan penyeberangan untuk menyeberang jalan.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah
mengetahui tingkat pemanfaatan dan faktor faktor yang mempengaruhi pemakaian
jembatan penyeberangan orang di simpang jambotape sehingga dapat ditemukenali
alasan alasan pejalan kaki tidak memanfaatkan fasilitas jembatan penyeberangan
tersebut. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah dapat menjadi bahan masukan bagi
pihak pihak yang berwenang dalam merencana dan merancang fasilitas jembatan
orang yang ada di Kota Banda Aceh.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumusakan masalah-


masalah yang akan dibahas dalam penelitian tersebut adalah :
1. Bagaimana keefektifitasan penggunaan jembatan penyeberangan terhadap
pejalan kaki yang memanfaatkannya.
2. Bagaimana susunan tingkatan dari kriteria alasan yang dipilih para pejalan
kaki dalam menggunakan jembatan penyeberangan.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas maka yang menjadi tujuan peneliti ini
adalah :
1. Untuk mengetahui keefektifitasan penggunaan jembatan penyeberangan
tersebut terhadap pejalan kaki yang memanfaatkannya.
2. Untuk menyusun tingkatan dari kriteria alasan yang dipilih para pejalan kaki
dalam menggunakan jembatan penyeberangan.

2
1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan


ilmu pengetahuan tentang :
1. Manfaat bagi peneliti

Mampu mengetahui kondisi dan potensi pengguna jembatan penyeberangan di


simpang jambotape, sehingga akan memunculkan sebuah rekomendasi yang
sesuai dengan syarat teknis yang ada.

2. Manfaat bagi pembaca

Mampu dijadikan referensi ataupun suatu wawasan baru dalam mengevaluasi


sebuah fasilitas jembatan penyeberangan terhadap potensi penggunanya.

3. Manfaat bagi pemerintah daerah

Mampu memberikan informasi dan rekomendasi mengenai masalah penggunaan


fasilitas jembatan penyeberangan di kota banda aceh sehingga bisa dijadikan
tolak ukur untuk memfungsikan jembatan penyeberangan secara efektif dan
efesien bagi pejalan kaki.

1.5 Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Simpang Jambo Tape Kota Banda Aceh.


- Hari/Tanggal : Sabtu
- Jam : 13.00 – 18.00 WIB

Tujuan observasi dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sejauh mana


kelengkapan prasarana jalan raya yang dapat dan mudah digunakan oleh para
pengguna jalan dan memberikan solusi penanganan pada masa yang akan datang.

3
1.6 Target Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan di atas maka yang menjadi pokok utama dari hasil
penelitian ini adalah agar bisa dengan mudah mengetahui keefektifitasan
penggunaan jembatan penyeberangan tersebut terhadap pejalan kaki yang
memanfaatkannya dan untuk menyusun tingkatan dari kriteria alasan yang dipilih
para pejalan kaki dalam menggunakan jembatan penyeberangan.

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengertian efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti efek,
pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan, daya
guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas
dengan sasaran yang dituju. Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf
tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien,
meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan
pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara
mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya
(Siagaan,2001:24).

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa efektivitas adalah


suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin
banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut,
sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang
dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Media pembelajaran bisa dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria,
diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat membawa hasil.
Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka efektivitas dapat dilihat dari
seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan tercapai, maka semakin

4
efektif pula media pembelajaran tersebut.

Menurut Sondang dalam Othenk (2008:4), efektivitas adalah pemanfaatan


sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan
yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati
sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Abdurahmat dalam Othenk (2008:7), efektivitas adalah pemanfaatan sumber
daya,sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat
disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta
merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan
derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.

Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Muasaroh (2010: 13), efektivitas


dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek-aspek
antara lain:

1. Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan efektivitas jika melaksanakan
tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program pembelajaran akan efektiv jika
tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik dan peserta didik belajar
dengan baik.
2. Aspek rencana atau program, yang dimaksud dengan rencana atau program
disini adalah rencana pembelajaran yang terprogram, jika seluruh rencana dapat
dilaksanakan maka rencana atau progarm dikatakan efektif.
3. Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari
berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga
berlangsungnya proses kegiatannya. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik
yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan peserta

5
didik, jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah
berlaku secara efektif.
4. Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan efektif dari
sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat dicapai.
Penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh peserta didik.

2.2 Efisiensi

Efisiensi bisa diartikan secara singkat dengan hemat biaya, waktu dan tenaga
serta memperoleh hasil yang maksimal tanpa harus mengeluarkan banyak.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efisiensi diartikan sebagai
sesuai atau tepat untuk menghasilkan sesuatu tanpa membuang biaya, waktu dan
tenaga, dapat menjalankan tugas secara cermat dan tepat, bertepat guna, berdaya
guna. Dengan kata lain pengertian efisiensi ialah segala hal yang diselesaikan
dengan berdaya guna. Jadi, bekerja dengan efisien adalah bekerja dan
menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat, hemat, tepat dan selamat.

2.3 Ruang Publik

Ruang publik yang dimaksud secara umum pada sebuah kota,


menurut Project for Public Spaces in New York tahun 1984, adalah bentuk
ruang yang digunakan manusia secara bersama-sama berupa jalan, pedestrian,
taman-taman, plaza, fasilitas transportasi umum (halte) dan museum.

Pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu


menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama
di udara terbuka. Ruang ini memungkinkan terjadinya pertemuan antar
manusia untuk saling berinteraksi. Karena pada ruang ini seringkali timbul
berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang terbuka ini dikategorikan
sebagai ruang umum.

6
Meskipun sebagian ahli mengatakan umumnya ruang publik adalah
ruang terbuka, Hakim (1987) mengatakan bahwa, ruang umum pada dasarnya
merupakan suatau wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari
masyarakatnya, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk
ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan.

Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :


1. Ruang publik tertutup : adalah ruang publik yang terdapat di dalam suatu
bangunan.
2. Ruang publik terbuka : yaitu ruang publik yang berada di luar bangunan
yang sering juga disebut ruang terbuka (open space).

Menurut Budihardjo (1998) ruang terbuka adalah bagian dari ruang


yang memeiliki definisi sebagai wadah yang menampung aktivitas manusia
dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik.
Ruang terbuka memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi umum :
- Tempat bermain dan berolah raga, tempat bersantai, tempat
komunikasi sosial, tempat peralihan, tempat menunggu
- Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk mendapatkan udara
segar dari alam.
- Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lain.
- Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan.
2. Fungsi ekologis :
- Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir,
memelihara ekosistem tertentu.
- Pelembut arsitektur bangunan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dalam Departemen PU


(2006), didefinikan bahwa aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia guna mewujudkan kesamaan
kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Prasarana
aksesibilitas di jalan umum didasarkan pada Peraturan Pemerintah No.43/Tahun

7
1998 Pasal 13 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat
(Sekretariat Negara, 1998) adalah:
1. Akses ke, dan dari jalan umum;
2. Akses ke tempat pemberhentian bis/kendaraan;
3. Jembatan penyeberangan;
4. Jalur penyeberangan bagi pejalan kaki;
5. Tempat parkir dan naik/turun penumpang;
6. Tempat pemberhentian kendaraan umum;
7. Tanda/rambu-rambu lalu lintas dan atau marka jalan
8. Trotoar bagi pejalan kaki/pemakai kursi roda;
9. Terowongan penyeberangan.

Asas fasilitas dan aksesibilitas menurut Departemen Pekerjaan Umum


(2006), mengemukakan bahwa setiap fasilitas publik harus memenuhi 4 asas yaitu:
keselamatan, kemudahan, kegunaan dan kemandirian. Menurut tata cara
perencanaan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan dalam
Direktur Jenderal Bina Marga (1995), disebutkan bahwa jembatan penyeberangan
pejalan kaki adalah jembatan yang hanya diperuntukan bagi lalu lintas pejalan kaki
yang melintas di atas jalan raya atau jalan kereta api. Berikut beberapa syarat yang
harus dipenuhi, adalah:
1. Ketinggian bagian bawah jembatan penyeberangan orang (JPO):
a) Jalan raya: 4,6 meter (tidak dilalui bus tingkat)/5,1 meter (dilalui bus
tingkat).
b) Jalur kereta: 6,5 meter.
2. Tangga penghubung jembatan penyeberangan harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
a) Tangga direncanakan untuk memikul beban hidup nominal sebesar 5 kPa.
b) Lebar bebas untuk jalur pejalan kaki minimum adalah 2 m.
c) Perencanaan dimensi tanjakan dan anjakan harus mengacu pada ketentuan:
- Tinggi anjakan minimum 15 cm dan maksimum 21,5 cm.
- Lebar anjakan minimum 21,5 cm dan maksimum adalah 30,5 cm.

8
- Jumlah tanjakan dan injakan ditetapkan berdasarkan tinggi lantai
jembatan yang direncanakan

1.5 Studi Terdahulu

Adapun penelitian sejenis sebelumnya tentag fasilitas pejalan kaki dapat


dilihat pada tabel dibawah ini :
1. Analisa Efektif Jembatan Dijalan Berdasarkan hasil penelitian, Jembatan
Gajah Mada Sebagai JPO Di Kota Penyebrangan Orang (JPO) yang terdapat di kota
Jember ( Ganda, 2014 ) Jember belum dimanfaatkan secara maksimal
oleh pejalan kaki untuk menyebrang jalan.
Pengguna JPO sebagai sarana penyebrangan
dipakai oleh pejalan kaki apabila kondisi jalan
raya sedang ramai kendaraan, sedangkan jika
jalan raya sepi pejalan kaki lebih memilih untuk
menyebrang langsung dijalan raya. JPO juga
mempunyai kegunaan selain untuk
penyebrangan,yaitu sebagai sarana atau lokasi
pemasaran iklan produk ataupun iklan politik.

2. Efektif Penggunaan Fasilitas Lokasi JPO yang berada di Kota Bandar


Jembatan Penyebrangan Orang Lampung merupakan lokasi yang strategis. Tiga
(JPO) Di Kota Bandar Lampung ( JPO yang terdapat dijalan Kartini merupakan
Irsyad, 2011 ) lokasi yang ramai kendaraan, dan dekat dengan
pertokoan. JPO dijalan Radin Intan juga
merupakan lokasi yang ramai kendaraan dan lalu
lalang pejalan kaki. JPO dijalan Teuku Umar juga
merupakan jalan raya yang lebar dan dilalui
banyak kendaraan dan pejalan kaki. Masyarakat
pejalan kaki mngakui strategisitas keberadaan
JPO, akan tetapi strategisitas JPO tersebut tidak
dibarengi dengan pemanfaatan yang maksimal
dari pejalan kaki. Hal tersebut karena pejalan kaki
tidak selalu menggunakan JPO untuk
menyebtrang. Pejalan kaki lebih sering
menyebrang langsung tanpa sarana JPO agar
lebih cepat sampai dan tidak capek karena harus
menaiki dan menuruni tangga.

9
3 Analisis Jembatan Penyeberangan Pembangunan Jembatan Penyeberangan
Orang (JPO) di depan Universitas Orang di depan Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Lampung Lampung adalah dengan pertimbangan
(yoga, 2013 ) Undang Undang Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan Mengenai Hak Dan
Kewajiban Pejalan Kaki untuk memperoleh
fasilitas penyeberangan yang aman dan
nyaman maka dibangun Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO) diwilayah itu.
Dan dari hasil data observasi dan wawancara
kelompok 7 menyimpulkan bahwa pengguna
JPO belum efektif dan tidak adanya hukum
sanksi dan denda bagi yang tidak
menggunakan JPO. Dan inilah yang
mengakibatkan pejalan kaki lebih banyak tidak
menggunakannya.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini menjabarkan secara rinci dan sistematis berkenaan


dengan objek dan lokasi penelitian, sumber data, pengumpulan data, serta analisa
data untuk hasil penelitian. Adapun bagan alir penelitian dapat dilihat pada
Lampiran A Gambar 3.1 halaman 18.

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan ini penulis melakukan penelitian dengan mengambil


objek penelitian pada ruas jalan yang ada di Simpang Jambo Tape Kota Banda
Aceh. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kualitas pelayanan dan kenyaman bagi pengguna jalan khususnya bagi pejalan kaki.

10
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi tempat penelitian yang dipilih peneliti adalah di kawasan Jalan Tgk.
Daud Beureueh Banda Aceh di Simpang Jamboe Tape. Objek yang diteliti adalah
jembatan penyebrangan orang. Karena dikawasan ini setiap saat selalu dilalui oleh
masyarakat untuk melakukan transportasi atau perpindahan dari satu lokasi kelokasi
lainnya. Khususnya pada saat dipagi hari dimana dimulainya seluruh kegiatan
perkantoran, perkuliahan,sekolah maupun aktifitas lainnya serta pada saat siang
hari dimana waktu tersebut digunakan oleh berbagai orang untuk beristirahat
maupun makan siang.

3.3 Tipe/Jenis Penelitian

Penelitian Deskriptif adalah memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal


misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Tipe/Jenis
penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif berupa penulisan, penelitian untuk menggambarkan keadaan suatu hal
yang sudah biasa terjadi disekitar kita mengenai suatu keadaan serta kondisi
fasilitas eksisting jembatan penyebrangan orang di simpang jambotape yang selalu
dilalui oleh masyarakat untuk melakukan transportasi atau perpindahan dari satu
lokasi kelokasi lainnya. Khususnya pada saat dipagi hari dimana dimulainya
seluruh kegiatan perkantoran, perkuliahan, sekolah maupun aktifitas lainnya serta
pada saat siang hari dimana waktu tersebut digunakan oleh berbagai orang untuk
beristirahat maupun makan siang.

3.4 Prosedur Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan dengan rincian sebagai berikut :
1. Tahap persiapan yang terdiri dari :

11
a. Merumuskan latar belakang, permasalahan dan tujuan dari penelitian;
b. Mengumpulkan literatur yang memuat teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian untuk mendapatkan data sekunder;
c. Membuat kuisioner untuk mendapatkan data primer.
2. Tahap pelaksanaan yang terdiri dari :
a. Membagikan kuisioner kepada responden;
b. Pengolahan dan analisis data;
c. Penyusunan laporan penelitian berdasarkan analisis dan pembahasan yang
dilakukan kemudian diambil suatu kesimpulan untuk menjawab
permasalahan yang diteliti.

3.5 Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, data penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua)


yaitu :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di
lapangan berupa data:
a. Kecepatan Kendaraan
Kecepatan adalah besaran vektor yang menunjukkan seberapa cepat benda
berpindah. Besar dari vektor ini disebut dengan kelajuan dan dinyatakan dalam
satuan meter per sekon (m/s atau ms-1).
Sedangkan dalam ilmu transportasi darat kecepatan dapat diartikan secara
kompleks dan tidak bisa berdiri sendiri karena saling berkaitan antara variabel
satu dan yang lainnya. Sebagai contoh kendaraan melaju dengan kecepatan
tinggi berarti volume lalu lintas di jalan tersebut sepi sehingga kendaraan dapat
melaju dengan kencang namun dalan ilmu transportasi volume ramai atau sepi
perlu di buktikan dengan angka.

12
b. Volume kendaraan
Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau pada suatu ruas
jalan dalam waktu yang lama (minimal 24 jam) tanpa membedakan arah dan
lajur. segmen jalan selama selang waktu tertentu yang dapat diekspresikan
dalam tahunan, harian (LHR), jam-an atau sub jam. Volume lalu-lintas yang
diekspresikan dibawah satu jam (sub jam) seperti, 15 menitan dikenal dengan
istilah rate of flow atau nilai arus. Untuk mendapatkan nilai arus suatu segmen
jalan yang terdiri dari banyak tipe kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan
tersebut harus dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang (smp). Konversi
kendaraan ke dalam satuan smp diperlukan angka faktor ekivalen untuk
berbagai jenis kendaraan.
c. Jumlah hambatan samping
Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas dari aktifitas
samping segmen jalan. Banyaknya aktifitas samping jalan sering menimbulkan
berbagai konflik yang sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran lalu lintas.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kelas hambatan samping
dengan frekuensi bobot kejadian per jam per 200 meter dari segmen jalan yang
diamati, pada kedua sisi jalan.
Aktifitas pejalan kaki merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
nilai kelas hambatan samping, terutama pada daerah-daerah yang merupakan
kegiatan masyarakat seperti pusat-pusat perbelanjaan. Banyak jumlah pejalan
kaki yang menyebrang atau berjalan pada samping jalan dapat menyebabkan
laju kendaraan menjadi terganggu. Hal ini semakin diperburuk oleh kurangnya
kesadaran pejalan kaki untuk menggunakan fasilitas-fasilitas jalan yang
tersedia, seperti trotoar dan tempat-tempat penyeberangan.

2. Data Sekunder, dimana data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait


yang meliputi jumlah kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban kecelakaan lalu
lintas untuk 5 tahun terakhir (2011-2016) dan studi literatur yang berkaitan
dengan penelitian.

13
3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data yang peneliti pakai adalah :


- Observasi / Pengamatan
Sebagai Metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan,
meliputi pemusatan pemerhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra. Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan
secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama
mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian
itu terjadi.
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
terhadap fenomena yang akan diteliti, dimana dilakukan perhatian terhadap objek
dengan menggunakan seluruh alat indra .
Dalam Penelitian ini, peneliti meneliti secara langsung suatu keadaan
mengenai suatu keadaan serta kondisi fasilitas eksisting jembatan penyebrangan
orang di simpang jambotape yang selalu dilalui oleh masyarakat untuk melakukan
transportasi atau perpindahan dari satu lokasi kelokasi lainnya. Khususnya pada
saat dipagi hari dimana dimulainya seluruh kegiatan perkantoran, perkuliahan,
sekolah maupun aktifitas lainnya serta pada saat siang hari dimana waktu tersebut
digunakan oleh berbagai orang untuk beristirahat maupun makan siang.

3.6 Analisis Data

Analisis data akan menggunakan program aplikasi SPSS Versi 21 dimana


aplikasi ini adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk membuat
analisis statistika.

14
IV. RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan disajikan tentang hasil dan pembahasan berkenaan dengan
pokok permasalahan dan tujuan dari penulis ini. Penelitian ini membahas mengenai
suatu keadaan di kawasan Jalan Tgk. Daud Beureueh Banda Aceh Simpang Jamboe
Tape serta kondisi fasilitas eksisting jembatan penyebrangan orang. Selanjutnya
Sesuai dengan judul penelitian ini maka diharapkan akan dapat diketahui hasilnya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini akan dapat ditulis setelah diperoleh hasil dan
melalui semua tahap-tahap di dalam evaluasi mengenai suatu keadaan di kawasan
Jalan Tgk. Daud Beureueh Banda Aceh di Simpang Jamboe Tape serta kondisi
fasilitas eksisting jembatan penyebrangan orang di simpang jambotape. Saran yang
akan disampaikan dikemudian waktu akan disesuaikan dengan rekomendasi
terhadap hasil dan pembahasan penulisan ini, mengenai apa yang telah menjadi
pokok permasalahan dan tujuan dari penelitian, baik diperuntuhkan bagi
pemerintah daerah juga kepada masyarakat di kawasan Jalan Tgk. Daud Beureueh
Banda Aceh.

15
VI. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Direktorat Bina Teknik. 1995. Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di
Kawasan Perkotaan No.027/T/BT/1995. Direktorat Bina Marga, Penerbit
PT. Medisa, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki


Pada Jalan Umum No.022/T/BM/1999. Direktorat Jenderal Bina Marga
PT.Medisa, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:


30/PRT/M/2006. Direktorat Bina Marga, PT.Medisa, Jakarta.

Nazir, M., 2011, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Sekretariat Negara, 1998, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43


Tahun 1998, Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Penyandang Cacat, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai