EDITOR
Sjarif M. Wasitaatmadja
Cita R. S. Prakoeswa
Hari Sukanto
Sunarko Martodihardjo
BADAN PENERBIT
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Koordinator Penerbitan: dr. Hendra Utama Sp.PK dan Dr. dr. Herqutanto MPH, M ARS.
Redaksi Pelaksana Penerbitan: dr Sjarif M. Wasitaatmadja SpKK(K), FINS DV, FAADV.
Diterbitkan oleh Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia PER DOSKI melalui
Badan Penerbit FKUI.
ISBN: 978-979-496-818-5
ii
H iii
iv <r
Perontok Rambut 1 80
Sri Lestari
vi
vii
"Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM"
for internal-private use, not for commercial purpose
Kata Pengantar
ambut merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang tidak memiliki
fungsi biologik yang vital, akan tetapi fungsi rambut secara psikologis
sangatlah penting. Hal ini terbukti banyaknya masyarakat yang
melakukan konsultasi pada dokter kulit atau ahli kosmetik terkait dengan masalah
rambut yang mereka alami. Bagi sebagian besar wanita, rambut bahkan merupakan
"mahkota" yang sangat dijaga dan dirawat sehingga rambut yang sehat dan cantik
dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka dalarn bersosialisasi. Begitu pula
dengan kaum pria, mereka para pria yang telah menginjak usia 40 tahun keatas
seringkali menghadapi masalah rambut terkait dengan proses fisiologik ataupun
patologik yang terjadi didalam tubuh mereka, sehingga mereka juga tidak segan
segan untuk berkonsultasi dan mencari pemecahan atas masalah rambut yang
mereka alami.
EDITOR
viii
Karya ilmiah dari para penulis sangat disayangkan apabila tidak diterbitkan
untuk rnenjadi Buku Panduan, mengingat bahwa pengetahuan para dokter terrnasuk
dokter Spesialis IK Kulit dan Kelamin sekalipun terhadap masalah Rambut masih
sangat minim. Apalagi buku ilmiah tentang masalah Rambut di dalam negri maupun
di luar negri masih jarang ditemukan.
Apabila ada kesalahan dan kekurangan yang terjadi dalam penerbitan dan
terutama isi dari Buku ini, Penerbit mengucapkan permohonan maaf dan membuka
kritik serta saran untuk memperbaiki buku ini agar dapat menjadi buku acuan ilmiah
yang lebih baik.
SjarifM. Wasitaatmadja
Ketua KSDKI PERDOSKl
ix
PENDA H U LUAN
Rambut merupakan produk berkeratin yang dihasilkan oleh folikel rambut, struktur
menyerupai tabung panj ang dengan epidennis pada uj ung atas. Jenis rambut terdiri atas
rambut lanugo, velus dan terminal. Rambut lanugo adalah rambut halus yang ada pada tubuh
fetus, yang kemudian akan digantikan oleh rambut velus dan rambut terminal. Rambut velus
tipis dan berwarna terang, serta lebar batang rambut lebih tipis daripada selubung akar
dalam rambut. Ram but term in al kasar, tebal, dan berwarna hitam kecual i pada rambut pi rang,
putih dan merah. Rambut terdapat pada seluruh permukaan tubuh kecuali telapak tangan,
telapak kaki, labia minora, bibir, kuku, glans penis dan preputium. Pada laki-laki rambut
tetminal mungkin ditemukan di waj ah, dada, dan perut; tetapi pada perempuan di daerah
tersebut lebih dominan rambut velus . 1 Rambut kepala tumbuh kisaran 3-4 mm tiap hari.
Fungsi rambut adalah proteksi terhadap penyebaran produksi kelenjar keringat2, proteksi
kerusakan fisik dan kimia, serangga, isol asi terhadap kehilangan panas dan kekeringan3
serta mengindikasikan perkembangan seksual melalui karakteristik seksual sekunder laki
laki dan perempuan, misalnya perkembangan jenggot pada laki-laki.4 Sela in itu melalui satu
helai rambut dapat diungkap beberapa ha! mengenai pemiliknya. M isalnya dapat diketahui
infonnasi mengenai gen, usia, atau apakah si pemil i k rambut vegetarian. Pada hakekatnya
serabut rambut adalah benda mati, tetapi banyak karakteristiknya yang meyakinkan bahwa
rambut adalah benda hidup. Di antaranya rambut dapat dibuat bergelombang, dikeriting,
atau disimpul/konde. Semua gambaran rambut tersebut adalah refleksi fleksibilitas dan
sifat-sifat yang melekat di rambut. Rambut terdiri atas akar rambut yang berada dalam kulit
dan batang rambut yang berada diatas kulit. Folikel rambut merupakan kesatuan dari akar
rambut dan jaringan lapisan pembungkus yang mengeli linginya.
BATAN G RAM B U T
Pada potongan melintang batang rambut terdiri atas tiga komponen utama yaitu
kutikula, korteks dan medula. Unsur dasar rambut adalah protein yang kaya akan sulfur,
l ipid, air, melanin, dan sejumlah elemen antara lain Cu, Cd, Cr, Hg, Pb dan An.5
Komposisi Kimiawi
Rambut terdiri atas protein yang berasal dari folikel rambut. Komposisi kimiawi
rambut sangat penting karena membentuk karakteristik fisik rambut . 1 0
Komposisi kimiawi rambut dapat rusak pada manipulasi secara fi sik atau kimia,,
misalnya pada proses membentuk rambut atau mewamai rambut. Pada rambut terdapat
berbagai macam elemen yang dibutuhkan untuk membentuk asam amino, keratin, melanin,
dan protein. Keratin rambut adalah hard keratin. Keratin tipe ini tidak dapat larut di air,
terdiri atas 1 8 macam asam amino terutama di antaranya ialah sistin yang menentukan
kekuatan rambut. 1 0
Komposisi rambut normal terdiri atas karbon 45 .2%, oksigen 27.9%, hidrogen 6.6%,
nitrogen 1 5 . l %, dan sulfur 5 .2%. 1 0
Sembilan puluh satu persen rambut terdiri atas protein yang tersusun atas asam amino
rantai panj ang. Asam amino rantai panj ang disebut j uga rantai polipeptida dan dihubungkan
oleh ikatan peptida.
Ikatan ini membuat rambut e lastis dan berperan kisaran 3 5 % kekuatan dan kisaran 5 0%
elastisitas rambut. Ikatan ini mudah dirusak oleh air dan memungkinkan untuk mengubah
bentuk rambut. Tetapi ikatan ini mudah dibentuk kembal i .
B. I katan sistin
Sistin merupakan salah satu asam amino yang membentuk kumparan heliks. Ikatan
sistin atau dikenal j uga dengan ikatan sulfur, berikatan atau menyilang rantai molekul
sistin peptida. Ikatan tersebut tegak lurus terhadap kumparan heliks, dengan satu ikatan
pada setiap empat putaran heliks. Dengan kata lain, ikatan sistin memegang erat semua
serabut ram but dan memberi kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi.
C. lkatan gula
Ikatan gula dibentuk di antara rantai asam amino gugus OH ( ) dan gugus asam amino
-
( + ). I katan ini juga tegak lurus terhadap sumbu kumparan, juga memberikan kekuatan
pada rambut.
D. I katan garam
Ikatan garam merupakan ikatan ion yang dihasilkan dari transfer elektron gugus amino
dasar (-) ke gugus asam amino (++).
B erbeda dengan ikatan lain, ikatan ini sejajar sumbu kumparan dan menyokong 3 5 %
kekuatan rambut dan kisaran 50% elastisitas rambut, sama seperti ikatan hidrogen.
Seluruh ikatan di atas dikontrol secara elektrolit, berarti ikatan tersebut dikontrol oleh
tarikan muatan positifdan negatif. Ikatan inijuga dapat berubah atau rusak akibat perubahan
pH, baik pH rendah (asam) maupun pH tinggi (alkali). pH ideal untuk rambut adalah 5 .
Kutikula mulai membuka pada p H 6.9 dan terus meningkat seiring dengan peningkatan pH. 10
Sifat
Sifat F isik
Ada tiga sifat fisik ram but meliputi: 1 1
1. Elastisitas1 1
Ini merupakan salah satu sifat terpenting rambut. Karena sifat elastisitasnya, rambut
mampu menahan tekanan yang mengubah bentuk, volume atau panjan g rambut. E lastisitas
memungkinkan rambut kembali ke bentuk asal tanpa rusak. Jika rambut sehat basah dan
diregangkan, maka panjang rambut mungkin tambah hingga 30% dan kembali ke panjang
2. Porositas
Pada rambut normal, sangat sedikit air yang mungkin masuk ke korteks atau keluar dari
korteks. Hal ini karena kutikula yang rnenutupi korteks utuh dan hampir dapat dikatakan
( tidak selalu) tahan air/waterproof Sampo tidak dapat rnerusak kutikula. Ketika rarnbut
dikeriting atau diwamai, bahan kimia rnenembus korteks bereaksi dengan keratin di dalam.
Peningkatan suhu, atau aplikasi losio alkali dapat mernbuka susunan kutikula sehingga
lebih rnernbuka, cukup memungkinkan bahan kimia rnasuk melalui celah kutikula. 1 1
Setelah proses tersebut selesai, susunan sel kutikula kembali menutup. Tetapi j ika
ram but terlalu sering dimanipulasi, kutikula tidak rnarnpu rnenutup seperti sernula sehingga
proteksi hi lang. 1 1
Kutikula juga rnungkin rusak j ika terlalu sering dilakukan pengeringan rambut, proses
keriting rarnbut yang terlalu panas, efek angin, dan efek matahari . Jika pori rambut berlebih
rarnbut menj adi kering, karena memungkinkan air keluar dan cenderung pecah pada ujung
rambut11.
Kutikula yang rusak rnenj adi semakin rapuh dan memburuk seiring waktu. Sernakin
besar kerusakan, semakin korteks penuh dengan air saat rarnbut dicuci tetapi air semakin
lebih banyak hilang ketika kering. Pernbasahan dan pengeringan berulang pada korteks
dapat melemahkan rambut secara bertahap. 1 1
Beberapa keadaan dapat mempengaruhi porositas rambut antara lain pH alkali
meningkatkan permeabilitas rambut, suhu tinggi mengakselerasi penetrasi air, proses
kimiawi (pengeritingan permanen, perwamaan, dan pelurusan), dan kelembaban udara. 12
3. Tekstur. 1 1
Daya tarik rambut yang indah terletak pada tekstur. Tekstur rambut tergantung pada
beberapa hal, yang pertama adalah rerata diameter rarnbut. Diameter ini bervariasi pada
tiap individu. Semakin besar diameter rambut, maka rambut sernakin kasar. Kedua,
rambut masing-masing individu berbeda; ada yang kasar, ada yang lembut, seperti sutra
dan lainnya. Alasan dasar perbedaan ini masih menjadi bahan perdebatan para ilmuwan.
Ketiga, tekstur dipengaruhi derajat pelapukan/ penuaan rambut. Pada akhimya, tekstur
Permu kaan
Rambut manusia adalah bahan berserabut dengan permukaan hidrofobik muatan
negatif. Tegangan pemrnkaan rambut alami kurang daripada 30 dyne/em. Sifat tersebut
dihasilkan sekresi sebum yang diproduksi kelenjar sebasea kulit. 1 3
Rambut manusia secara alami dilapisi oleh sekresi sebum. Peningkatan adhesi
interfibril serabut rambut berhubungan dengan peningkatan kepadatan rambut. 1 3
Surfaktan anionik pada sampo berguna membersihkan serabut rambut, surfaktan
kationik atau polimer bahan dasar kondisioner akan menggantikan lapisan sebum dan
mengurangi adhesi interfibril serabut rambut sekaligus melindungi rambut dari kerusakan. 1 3
Elektrisitas Rambut
Permukaan rambut mengandung muatan elektrik positif dan muatan elektrik negatif
sedangkan kutikula memiliki titik netral (muatan elektrik positif dan negatif sama) dengan
pH di bawah 3.8 (titik isoelektrik ) . 1 2
Ketika rambut kontak dengan produk yang memiliki nilai p H lebih daripada 3 . 8, maka
rambut menjadi lebih negatif. Jika rambut kontak dengan produk yang memil iki nilai pH
kurang daripada 3 . 8, rambut menj adi Jebih positif. 1 2
...I BATANG/FIBER
I 1NFUNDIBULUM A/R
K/O
H&ACIOUI
t<;THMll'>
SUPRA
A/O
BULBAR
..... --�����-
R/T
___ ,,,_
BULBUS
·-·---·
c.-..-. --""' LonglRJdmal Section
c-
Cro.ss S.cfiOn
C.....•�
IHlil'TM---1.l�
..
..,: ..
c-
1-llOOT
Blll'l-L �r _ ,,..._
,. _....
Patient Populations
FOL I K E L RA M B U T
Folikel rambut manusia dewasa berjumlah sekitar satu juta di kepala, dan 1 00.000
di antaranya ada di kulit kepala (scalp). Bentuk batang rambut ditentukan oleh bentuk
folikal rambut. Rambut lurus atau rambut gelombang berasal dari bentuk folikel rambut
oval atau bulat. Rambut keriting tumbuh dari folikel rambut bentuk elip. Folikel rambut
merupakan struktur khusus di kulit karena baik pembentukan maupun fungsi organ ini
berlangsung berdasarkan interaksi antara komponen dermal dan komponen epidermal.
Seluruh struktur folikel rambut berada di jaringan fibrosa disebut "the Arao-Perkins
body". Papila dem1al terdiri atas sel fibroblas mesodennal. Papi la demrnl folikel rambut
berfungsi dalam diferensiasi sel selama masa anagen siklus rambut, memproduksi keratin
serabut rambut dan bahan lain. Se! papila dermal fol ikel rambut terus mempertahankan
kemampuan fungsional embrionik sehingga mampu menginduksi pertumbuhan rambut
baru. Tiap folikel rambut mampu membentuk kisaran 20 rambut baru selarna usia hidup.
Makin besar papila dermal, berarti makin banyak kandungan sel, maka makin tebal serabut
rambut yang diproduksi dari folikel tersebut14•
Folikel rambut memiliki struktur kompleks terdiri atas kompartemen dermal/
mesenkimal dan kompartemen epidermal/epitelial. Kompartemen dermal terdiri atas
selubung jaringan ikat dan papila dermal, keduanya dialiri pembuluh darah mikro. Melalui
dasar selubung dermal papila dermal dipenetrasi serabut syaraf dan pembuluh darah. 1 4
Kompartemen epitelial terdiri atas sel matriks bereplikasi tinggi. Folikel rambut tidak
hanya mengandung sel penghasil rambut barn, tetapi juga merupakan rumah untuk tipe sel
lain, seperti melanosit dan sel Merkel . 1 5
lnfu ndibulum adalah bagian folikel rambut yang terletak mulai dari bagian rambut
di bawah permukaan kulit sampai ke muara saluran kelenjar sebasea di saluran rambut.
lnfundibulum terdiri atas akroinfundibulum di superfisial dan infrainfundibulum bagian
yang lebih profundal . 1 6
Isth mus adalah bagian yang terletak di antara muara saluran kelenjar sebasea di kanal
rambut dan bulge (daerah insersi m. arrector pilli)16
Sel Merkel dan sel Langerhans memiliki karakteristik yang serupa yaitu keduanya
terletak di folikel rambut manusia, keduanya berhubungan erat dengan saraf perifer, dan
keduanya mengekspesi beberapa neuropeptida. D iduga ada komunikasi antara sel Merkel
dan sel Langerhans melalui dendrit khusus yang memproduksi beberapa neuropeptida dan
sitokin. Sel Merkel dan sel Langerhans berhubungan langsung dengan setiap dendrit dalam
lapisan basal outer root sheath. 1 6
PENUTUP
lstilah rambut yang lazim digunakan pada hakekatnya secara dennatologik mencakup
mulai dari folikel rambut yang terletak di dermis sampai uj ung batang rambut yang dapat
diamati di atas pennukaan kulit. Anatomi dan fungsi rambut tiap komponen di sepanjang
rambut tidak sama.
Komponen terpenting ialah folikel rambut karena sangat berperan dalam fungsi
pertahanan dan proses regenerasi rambut.
KEPUSTA KAA N
I . James D W, Berger AG, Elston D M . Diseases of the skin appendages. l n : Andrew's disease of
the skin c linical dermatology. l l 111 ed. Canada: Elsevier Inc; 20 1 1. p. 749-94.
2. Cotsarelis G, Paus R. the biology of hair follicles. The New England Journal of Medicine;
1 999: 3 4 1 ( 7 ) : 49 1 -7.
3 . Paus R , Peker S, Sundberg JP. Hair, nails and mucous membranes. In: Bolognia JL, Jorizzo JL,
Rappini RP, Schaver N, eds. Dermatology. 2"d ed. Edinburg: Mosby; 2008.
4. I ntroduction to skin and hair biology. [internet] . 2000 [cited 20 1 1 July I ] . Available from:
http://www.keratin.com
5. Gray J. Human hair. In: McMichael AJ, Hordinsky MK. Hair dan scalp disease. New York:
Infonna; 2008. p. 1 - 1 8.
6. There is nothing to relax about hair relaxers. [internet] . 20 1 0 [cited 20 1 1 October 22]. Available
from: http://www.surviving-hairloss.com/Hair_ Relaxers.html
7. Cotsarelis G, Botchkarev Y. D isorders of the hair and nail. I n : Wol l f K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, eds. F itzpatrick's dem1atology in general medicine. 71h ed.
New York: McGraw H i l l ; 2008. p. 739-48.
8. Hair follicle cycling. [internet]. 2000. [cited 20 1 1 July I ] . Available from: http://www.keratin.com
9. M i l lar SE. Molecular mechanisms regulating hair follicle development. The society for
investigative dennatology. 20 1 1 ; 1 1 8(2): 2 1 6-25.
IO. Chemical composition of hair. J Dermatol Sci. 20 1 0; 57( 1 ): 2 . doi : 1 0. 1 0 1 6/j .
jdermsci.2009 . 1 1 .005.
H ari Sukanto
Surabaya
PENDA H U L UAN
Folikel rambut merupakan organ yang unik karena mengalami rangkaian fase
pertumbuhan dan fase istirahat yang berulang yang disebut siklus pertumbuhan rambut.
Folikel rambut merupakan unit struktural yang paling bertanggung j awab menentukan
bentuk, ukuran dalam pembentukan rambut yang tergantung pada area fol ikel rambut itu
berada, meskipun struktur dasar dari folikel ini sama. Folikel rambut yang dibentuk semasa
embrio oleh epi dermal berbentuk tongkat (down growth) adalah sel sentral pembentuk
matriks rambut dan terletak diantara lemak subkutan. Hasil invasi dari bawah oleh struktur
dermal terdiri dari kapiler mirip nyala api (flame) akan menj adi papilla dari folikel. Se!
matriks ini berdeferensiasi dan bergerak keatas dan dengan pengaruh lapisan dalam dari
akar rambut akan membentuk ukuran, kelengkungan batang dan struktur disekeliling
rambut. Papila dermis merupakan fibroblast terletak didasar folikel akan mengatur jumlah
dari sel matriks dan ukuran rambut.
Ada variasi pertumbuhan rambut, di daerah kulit berbeda maupun di antara spesies
berbeda.
S I KLUS P E RT U M B UH A N RAM B U T
Rangkaian pertumbuhan rambut sangat komplek dan selalu berulang membentuk
siklus yang sebut Siklus Pertumbuhan Rambut (Hair Growth Cycle/ HGC). Terdapat 3
tahap dalam pertumbuhan rambut yaitu fase anagen ( fase pertumbuhan), katagen (fase
transisi) dan telogen (fase istirahat). Dengan pemeriksaan trikogram pada setiap saat
dikulit kepala didapatkan 85 - 90% folikel berada pada fase anagen, l 0- 1 5% fase telogen
dan kurang dari l % fase katagen , dimana dalam keadaan normal kurang lebih 50 - 1 00
rambut akan rontok setiap hari .
¥' '1; 11
i ni seperti gada, dengan knob putih, kering, padat dan keras dan akan terlepas saat disisir,
jumlahnya 25 1 00 helai, dan akan meningkat bi la dikeramas.
-
Pada keadaan fisiologis, j umlah total folikel rambut kepala tetap dan lama fase anagen
menentukan proporsi j umlah folikel pada fase telogen. Pelepasan rambut fase telogen
fisiologis bi la j umlahnya kurang dari 1 00 helai setiap harinya.
Sel punca dari epitel folikel memegang peran yang sangat sentral dalam pemeliharaan
jangka panj ang folikel rambut, mengatur siklus pertumbuhan rambut. Hal ini terlihat
dari bagian terbesar regio bulbus bagian luar akar rambut adalah sel punca epitel folikel
yang ditunj ukkan siklus yang lambat, dan rangsangan faktor pertumbuhan akan lebih
berproliferasi, sitoplasma relativ tidak berdeferensiasi . .
Taylor e t a l membuktikan bahwa migrasi kebawah dari sel punca bulbus akan
meningkatkan sel kortek dan medula.dari rambut.
Telah diketahui bahwa folikel rambut memegang peran penting dalam siklus rambut
baik pertumbuhan, involusi maupun pada fase istirahat ditunjukkan dengan banyaknya
perubahan terjadi di kulit sebagai fungsi dari siklus rambut berupa penebalan kulit pada
fase anagen dan menipis pada fase telogen. Vaskularisasi kulit ini juga mempengaruhi
siklus pertumbuhan rambut dimana vaskularisasi perifolikuler meningkat pada fase anagen
dan akan cepat menurun pada fase katagen dan telogen dengan kata lain pertumbuhan
folikel rambut menginduksi peningkatan supply darah untuk mencukupi kebutuhan
metabolismenya, juga pada fase anagen didapatkan sel Langerhans dalam folikel rambut,
l imfosit dan makrofag perifolikuler. Hal ini menunj ukkan pada fase anagen berhubungan
dengan reaksi immunosuppression zone berupa penurunan hipersensitifitas kontak, maupun
hipersensitifitas fotokontak,
Selama terjadi siklus pertumbuhan rambut akan berpengaruh pada struktur fungsi kulit
yang lain seperti kelenj ar sebasea, vaskularisasi, lemak subkutan, dan aktivitas imunologi.
Sel papi la folikel memproduksi beberapa growth factor, sitokin,dan faktor transkripsi
yang berperan dalam pengaturan siklus pertumbuhan rambut, menstimulasi pertumbuhan
rambut, misalnya KGF , mRNAs untuk insulin like growth factor binding, dan mRNA
untuk protease nexin- 1 (protease inhibitor) dan mRNA osteopontin ( growth regulation)
yang semuanya terdapat di papila folikel.
b. Pengaruh musim
Musim berpengaruh dalam siklus pertumbuhan rambut. Misalnya hibemasi yang
diatur oleh sistem endokrin dipengaruhi sinyal lingkungan, perubahan lama siang hari,
temperatur. Melantoin dari kelenj ar pineal akan mengkontrol endokrin dengan mempercepat
pertumbuhan rambut pada musim dingin dan menghambat pertumbuhan pada musim
12
c. Pengaruh molekuler
Fase anagen diinisiasi oleh sinyal dari papila dermis yang merangsang mitosis dalam
sel punca (stem cell) di bulbus yang merupakan bagian luar dari sanmg akar rambut .
Pengendalian molekuler dari siklus pertumbuhan rambut secara singkat terlihat pada
tabel dibawah ini:
TGF � 1,2,3 Hair bulb and ORS Inhibits hair development and growth
IL1cx, �, TNFcx
TNFcx receptor
13
Se! papila dermis mensekresi TGF-� dan TGF-� merupakan faktor pertumbuhan yg
dapat menghambat pertumbuhan rambut.
Kebotakan tidak terjadi pada laki-laki yg dikebiri, tapi juga tdk merangsang
•
PENUTUP
Folikel rambut mengalami rangkaian pertumbuhan dan fase istirahat yg berulang yang
lebih dikenal sebagai siklus pertumbuhan rambut yang terdiri dari fase anagen, katagen dan
telogen. Waktu setiap fase siklus rambut dan keseluruhan durasi siklus rambut bervariasi
diantara berbagai spesies, maupun regio, umur dan jenis kelamin pada spesies yang sama.
Berbagai faktor intrinsik maupun ekstrinsik misalnya sel punca epitel folikel, musim,
ekspresi seluler, molekuler serta hormon androgen berpengaruh pada cepat atau lambatnya
pertumbuhan rambut.
14
15
K. Etnawati
Dept/ SMF I l mu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RS Dr Sarjito/F K Universitas Gadj ah Mada
Yogyakarta
PENDA H U L UAN
Keluhan rambut rontok atau alopesia dapat disebabkan oleh berbagai gangguan, yang
pada prinsipnya dibedakan alopesia non parut dan alopesia parut. Pada alopesia non parut
disebabkan beberapa penyakit yaitu alopesia androgenik (AGA ), alopesia areata, telogen
eftuvium, anagen eftuvium. Sedangkan alopesia parut di sebabkan peradangan pada kulit
yang menyebabkan parut. Prosedur pemeriksaan dermatologi untuk kerontokan rambut
tidak jauh berbeda dengan prosedur pemeriksaan de1111atologis secara umum : anamnesis,
etiologi, diagnosis dan diagnosis banding. Ananmnesis yang ce1111at dapat mengarahkan
pada penyebab kerontokan rambut seperti lama sakit, riwayat keluarga, penggunaan
obat, gangguan nutrisi, stress fisik, stress psikis, perdarahan, tindakan bedah, perubahan
honnonal seperti hipotiroid atau hipertiroid, kehamilan, gangguan fungsi renal, gangguan
sistim imun, sehingga kemudian dapat mengarahkan pada pemeriksa kli nis, laboratoris
dan histopatologis yang sesuai . Tahap pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan klinis
kulit kepala untuk mencari inftamasi perifolikular, infeksi, parut, tumor, dan tanda spesifik
demiatosis lainnya. Dilanjutan pemeriksaan yang diperlukan misal daerah terpajan surya
pada kecurigaan l upus eritematosus, mukosa, dan kuku .
J E N I S P E M E RI KSAAN
Beberapa j enis pemeriksaan untuk rambut antara lain penentuan pola kerontokan,
penghitungan kepadatan rambut baik pada area kecil terbatas, pada regio tertentu maupun
secara global, penentuan fase pertumbuhan rambut te1111asuk perbandingan anagen dan
telogen, penghitungan masa rambut, kecepatan pertumbuhan rambut, diameter rambut,
pemeriksaan kl in is, serta pendapat subyek atau pasien. Berbagai jenis pemeriksaan tersebut
dapat dilakukan dengan bantuan sistim skoring, fotografi , sofware komputer, mikroskop
digital dan biopsi. Kemudian analisis batang rambut dapat di lakukan lebih teliti dengan
Confocal Laser Scanning Microscopy, Electron Microscopy, A tomic Force Microscopy. 1
16
/ ',
/
' '
,, "
v
"
I \
I \ ' I
' I
- -- - -
Gambar 1 .
Regio potensial rontok pada Rontok Pola Pria atau MPH
F,Frontal; T, Temporal ; M, M id; V, Vertex.2
(01!:.enl
M.ile Pallt•r l l D f'u:.e fronttil Acrl,nillat1on
1H,1m llton) ( Ludw1q)
Garn bar 2.
Pola Rontok Wanita, perbedaan dengan Pola Rontok Pria, dan
perbedaan gradasi rontok antara pola Olsen dan Ludwig7
17
penghitungan jumlah rambut terminal setelah dilakukan pemendekan rambut sampai I mm.
tatoo nonpermanen untuk memudahkan pemeriksaan sesudah terapi, kemudian dilakukan
Penghitungan kepadatan rambut dapat dilakukan langsung dengan bantuan kaca pembesar
atau pada foto area tersebut dengan tehnik fotografi yang sudah terstandarisasi, dengan
pembesaran tertentu (Phototrichogram) Dijumpainya peningkatan kepadatan rambut pada
area target setelah waktu tertentu menunjukkan adanya peningkatan persentase rambut
pada fase anagen dan atau peningkatan diameter rambut.
Unit area Trichogram merupakan metode semi invasif yang juga dapat menentukan
kepadatan rambut, rasio anagen/telegon, diameter serta panjang rambut pada area target.
Pada tehnik ini dilakukan pencabutan rambut satu demi satu pada area tertentu yang telah
ditandai, biasanya seluas 30 mm2, rambut disusun sesuai panjangnya pada double tape,
kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopik untuk menentukan fase, mengukur diameter
rata-rata batang rambut
18
2.c. Trichoscan
M erupakan metode kombinasi antara mikroskopi epilunesen dan analisis digital otomatik.
Penggunaan software khusus dapat menganalisis kecepatan pertumbuhan rambut, kepadatan
rambut, dan rasio anagen/telogen. Metode ini terutama dipergunakan pada uj i klinis9.
• 0
,' '
'
Il l
V2
. '0 -
8
Gamba r 3.
Skala Kepadatan Rambut Regional dan Zona untuk penentuan kepadatan regional .
E ver,v t li ; n g A b o u t Ha i r 19
3. MASA RAM B UT
3.a. Berat rambut
Perubahan berat rambut sebelum dan sesudah terapi dapat dipergunakan untuk
menentukan jumlah rambut, diameter serta panjang rambut. Pada metode ini rambut pada
suatu target area dicukur bersih, kemudian setelah periode terapi sekitar 30 hari, dilakukan
pencukuran lagi, dan rambut kemudian ditimbang. B eberapa ha! patut diperhatikan pada
penggunaan metode pengkukuran berat rambut ini, yaitu penentuan area target seluas
sekitar 1 ,2 cm2 dengan tato agar evaluasi pasca dapat dilakukan pada lokasi yang sama,
pengontrolan pada penggunaan kosmetik pada rambut yang dapat mempengaruhi berat
rambut seperti shampoo, cat rambut, disamping kelembaban .
20
6 . T E S TA RI K RAM B U T
Tes tarik terutama untuk menentukan siklus rambut pada proses kerontokan rarnbut,
dan dapat untuk memperkirakan keparahan kerontokan yang terjadi. Tes ini mudah
dilakukan oleh para klinisi, walaupun variabi litas antar pemeriksa cukup tinggi, sehingga
dianjurkan setiap klinisi mempunyai suatu cara yang konsisten untuk diri sendiri. Dan
hasil tes tarik ini akan lebih berguna untuk penegakkan diagnosis bila disertai pemeriksaan
mikroskopis.
Tes dilakukan dengan menarik sekitar 50- 1 00 helai rambut dengan ibu j ari, telunjuk
dan j ari tengah, tarikan dimulai dari akar rambut kemudian jari digerakkan sambi l menarik
kearah uj ung rambut. Kemudianj um lah rambut yang lepas dihitung dan bi la perlu diperiksa
dengan mikroskop untuk menentukan siklus rambut yang lepas tersebut. Tes ini positif bi la
rambut yang lepas lebih dari 1 0% rambut yang ditarik pada kondisi rambut tidak dicuci
minimal 2-5 hari sebelum test. Hasil positif pada tes tarik ini menunj ukkan adanya proses
kerontokan rambut yang masih aktif berjalan, sedangkan bila negatif maka kerontokan
dianggap masih fisiologis.Tes ini di lakukan pada beberapa lokasi yaitu biparietal, frontal,
occipital, dan daerah yang mengalami masalah. Sedangkan bila rambut baru dicuci maka
penemuan lebih dari 2 helai rambut telogen dari pada berbagai lokasi tersebut dapat dianggap
positif yang menunjukkan peningkatan rambut dalam fase telogen, dan dapat diperiksa
secara mikroskopis Tes tarik yang dilakukan pada beberapa lokasi ini untuk membedakan
dengan efluvium difus. Hasil tes negatif pada trichotilomania dan AGA, walaupun tes
ini juga dapat positif pada tahap aktif AGA pada bagian frontal, tetapi negatif di bagian
osipital. Sedangkan hasil positif pada alopesia areata, anagen atau telogen eftuvium akut,
telogen efluvium kronis tahap aktif dan loose anagen syndrome. B i la diperlukan, maka
Rasia anagen/telogen dapat dilakukan lebih cermat dengan tes tarik rambut.
21
9.TES S I S I R 60 DETIK 1 3
Tes yang cukup sederhana untuk menentukan jum lah rambut telogen, pada pria
dengan rambut lurus dan pendek, dirninta menyisir mulai dari vertex selama 60 detik
dengan sisir standard sepanjang 1 5 cm, dan gigi sisir berjarak 1 mm dan 2 mm, dan rambut
rontok dikumpulkan di atas bantal atau handuk yang berwama terang, kemudian rambut
yang lepas dihitung dan diperiksa dengan mikroskop, rambut yang patah tidak dihitung.
Sebelumnya selama 3 hari berturut-turut pasien diminta keramas dengan shampo tertentu.
Jumlah normal rambur rontok adalah 1 0 helai dengan tes ini.
PENUTUP
Pendekatan sistematik untuk penegakkan diagnosis kerontokan rambut atau kebotakan
dapat dilakukan oleh klinisi dengan mempertimbangkan pola kerontokan, prinsip
pato genesis, dan penggunaan berbagai prosedur pemeriksaan dermatologis, baik anamnesis,
pemeriksaan klinis dan laboratoris, serta pendekatan epidemiologis yaitu penyakit atau
22 E.¥eryt11111g A b o u t H 1r
KEPU STAKAAN
I . B lume-Peytavi U; Hillmann K; Guarrera M. Hair Growth assessment Tehniques in U lrike
Blume-Peytavi et al (eds) Hair Growth and Disorders Springer -Verlag Berlin 2008, pp. 1 25- 1 47
2. O lsen EA.J.Am.Acad. Dermatol 200 1 ;45(Suppl): S70-80
3. Hamilton JB. Patterned loss of hair in man: types and incidence. Ann N Y Acad Sci 1 95 1 ;53 :708-23
4. Norwood OT. Male pattern baldness: classification and incidence. South Med J 1 975;68: 1 3 59-65
5. Olsen EA. The midline part: an important physical clue to the c linical diagnosis of androgenetic
alopecia in women. J Am Acad Dennatol I 999;40 : 1 06-9.
6. Ludwig E. Classification of the types of androgenetic alopecia (common baldness) occurring in
the female sex. Br J Dermatol I 977;97 : 247-54
7. Olsen EA. Curent and novel methods for assessing efficacy of hair growth promoters in pattern
hair loss. J.Am.Acad.Dennatol 2003;48: 253-62.
8 . Kang H, Kang TW, Lee SD, Park YM, Kim HO, and Kim SY. The changing patterns of
hair density and thickness in SouthKorean women with hair loss: clinical office-based
phototrichogram analysis. Int J of Dermatol 2009, 48, 1 4-2 1
9. Hoffmann R. TrichoScan. A new instrument for digital hair analysis [in German] . Hautarzt.
2002;53 : 798-804.
I 0. Whiting D. Diagnostic and predictive value of horizontal sections of scalp biopsy specimens in
male pattern androgenetic alopecia. J Am Acad Dermatol l 993;28: 755-63 .
1 1 . Amato L, Mei S, Massi D, et al. Cicatricial alopecia; a dermatopathologic and immunopathologic
study of 33 patients (pseudopelade of Brocq is not a specific clinico-pathologic entity). Int J
Dermatol. 2002;4 1 : 8- 1 5 .
1 2. Lacarrubba F, D'Amico V, Nasca M R,Dinotta F, and Micali G. Use of dermatoscopy and
videodennatoscopy in therapeutic follow-up: a review. Int Journal of Dennatol 20 1 0, 49, 866-873
1 3 . Carina A. Wasko; Christine L. Mackley; Leonard C. Sperling; Dave Mauger; Jeffrey J. M i ller.
Standardizing the 60-Second Hair Count. Arch Dermatol. 2008; 1 44(6):759-762.
23
Marcel Pasch
Department of Dennatology,
Radboud University Nijmegen M edical Centre,
Nijmegen, The Netherlands
I NTRODUCTION
Hair has many useful biologic functions, including protection from the elements,
and dispersion of sweat-gland products. It also has major psychosocial importance in our
society, and patients with hair loss (alopecia) or excessive hair growth (hypertrichosis or
hirsutism) often suffer tremendously. 1 Not surprisingly, patients being confronted with hair
disorders will seek medical care in order to find the cause of their hair disorder. The main
course of hair loss is aging (male and female pattern hair loss) and is not the result of any
systemic biological impairment. However, factors concerning general health (e.g., thyroid
dysfunction, pregnancy, and malnutrition), inflanunatory and infectious scalp disorders, or
use of medication may p lay a role in individual patients. Therefore, a thorough individual
analysis is important in patients suffering from hair loss.
Basis knowledge of the hair cycle is essential to understand most types of hair loss
and their treatment.2 Cyclic growth is a typical characteristic of the hair follicle. Each hair
follicle perpetually goes through three stages: growth (anagen), involution (catagen ), and
rest ( telogen). The release of dead hair is sometimes cal led exogenous. The exogenous
coincides with the end of the telogen stage and the entrance to the anagen phase of the
next hair cycle. The duration of the anagen phase is two to eight years, the duration of the
catagen phase only few weeks and the telogen phase two to five months. Norn1ally, each
human hair fol licle cycles independently, so that while some hairs are growing, others
are resting and others are shedding. Thus, under nonnal circumstances there is a balance
between hair growth and hair shedding. S ince most people are born with about 80,000-
1 50,000 scalp hairs, and normall y a hair cycle lasts about up to 8 years, shedding of 50-
1 50 telogen hairs per day is nonnal. Loss of anagen hair is always pathological. Hair loss
and unwanted hair growth reflects aberrations of the hair-follicle cycling, except for rare
congenital hair defects, caused by mutations in keratins or other structural proteins, and
" scarring" alopecias.
The diagnostic approach i n patients with hair loss is similar to other dernrntological
patients. C l inical history and physical examination are the cornerstones of getting to
24
CLINICAL H ISTORY
A thorough clinical history facilitates making the correct diagnosis.2 The duration of
hair shedding, the character (episodic or continuous), a subjective estimation of percentage
of hair loss, recent surgery, fever, illness, recent childbirth, or physiological stress needs
to be addressed. Also the presence of chronic disease, malignancy, infection, autoimmune
disease, and liver or renal disease requires attention. The role of mental stress is not clear
but may also play a role. Particular attention should be paid to the time between a potential
cause and the initiation of the hair loss. A few simple questions may rule out the presence of
thyroid disease, while presence of hirsutism, acne, seborrhea, irregul ar cycle or infertility
may be indications for high androgen levels. Of particular importance is a meticulous
history of drugs used in the past months, including over-the-counter drugs, vitamin A, and
botanicals. I ncidental, acute, or chronic (occupational) exposure to chemicals, animals,
heavy metals, or radiation also needs to be addressed. Most effluvium is loss of telogen
hairs caused by a premature disruption of the anagen phase and subsequently an accelerated
entrance to the telogen phase. The telogen phase lasts on average two to three months, after
which the hair will shed. Thus, hair shedding after exposure to a causing factor will follow
2-3 months later. However, after exposure to many antimitotic agents, to high doses of
radiation, or to toxins an acute anagen effluvium may occur within days to few weeks.
PHYSICAL EXAMINATION
The physical examination of the scalp will show the severity, a potential pattern of
the hair loss and the presence of scalp disorders. H air loss of less than 25-50% may not be
visible for outsiders. The pattern will reveal whether the hair loss is diffuse, localized, or
has a distinctive clinical distribution like in male or female pattern hair loss (androgenetic
alopecia). Physical examination of the scalp may show the presence of an inflammatory or
infectious skin disorders like scalp psoriasis, atopic or seborrhoeic dermatiti s and fungal
infections. Infrequently primary or secondary cicatricial alopecias will present with both
hair l oss and skin scalp abnormalities.
25
Hair P u l l Test
The hair pull test is a simple test to determine the activity and severity of any kind of
hair loss.2 To perfonn the hair pull test a bundle of about 50 hairs is grasped between the
thumb, index finger, and middle finger near the scalp. The hair is finnly tugged away from
the scalp as fingers slide along the hair shaft. This procedure is repeated in the left and right
parietal area, the frontal area, and the occipital area. Hair that can be detached in the hair
pull test was only loosely attached to the hair follicle. Extraction of no more than I 0% of
the pulled hair, so five to six hairs, is considered physiological . Extraction of more hairs
constitutes a positive pull test, implying active hair shedding. Despite its simplicity, this
test has some major draw backs. The inter-observer variabi lity is very high and the result
greatly depends on hair care habits of the patient. Recent washing, the use of sticky hair
cosmetics, l ike hair spray, gel, wax, or extensive brushing wi ll influence the outcome of this
test. Therefore, 5 days prior to testing, patients are asked not to wash their hair and to avoid
sticky hair cosmetics. Nevertheless, the hair pull test only enables one to make a rough
approximation of the hair loss, limiting its use to acute and more severe phases of hair loss.
The nature of the extracted hairs can be analyzed by l ight microscopy to narrow the
differential diagnosis. In case of telogen hair loss the hair roots will have the typical club
like characteristics of telogen hair ( Fig. l a), in alopecia areata there will be both telogen and
tapered broken anagen hairs ( F ig. l b ), and in acute anagen effluvium increased numbers of
tapered anagen hairs or anagen hair ( Fig. l e) can be seen.
26
Trichogram
The trichogram is an alternative to the hair pull test. Contrary to the hair pull test it
can provide important quantitative information by a llowing the analysis of the proportion
of hair in different phases of the hair cycle.4 1 n a trichogram a fixed number of fifty hairs i s
pulled out in the frontal and occipital area. About 5 0 hairs are p lucked from the scalp using
rubber-armed forceps. The hairs are removed with one, quick, forceful pull perpendicular
to the scalp and always a long- the direction of hair growth. In most cases two sites are
investigated. The first site is 2 cm off the frontal l ine and 2 cm off the midline. The second
site is in the occipital region, 2 cm lateral from the protuberans occipitalis and 2 cm off
the hair line. Not only loosel y attached telogen or dystrophic hairs are pulled out but also
the normally attached anagen hairs. The nature of these hairs is differentiated by light
microscopy. This allows us to calculate the percentage of telogen and anagen hairs. A
trichogram is always done in the same, reproductive way: two centimeters behind the
frontal and occipital hair border, five days after the last washing. In addition people are
forbidden to use sticky hair cosmetics, like hair spray, gel, wax, and are not allowed to
brush their hair extensively during these five days.
Because of the highly standardized way a trichogram is performed, results from
patients with hair loss can be compared to values of healthy controls. Normally 1 0-20%
of the pulled hairs are telogen hairs (Fig 1 a), both frontal and occipital. I n case of male or
female pattern hair loss an increased number of telogen hairs is pulled out in the frontal
area, while the number of telogen hair in the occipital region remains normal . Telogen hair
loss is characterized by a diffuse hair loss resulting in increased numbers of telogen hair in
the hair roots derived from both the occipital and frontal area.
S ince a trichogram is more time-consuming than a hair pull test or trichoscopy it is not
very popular among many dennatologist. However, it is a very useful tool to differentiate
between pattern hair loss and telogen effiuvium and between diffuse alopecia areata and
telogen hair loss.
[vcry t h 1 n q A bo u t Hii i r 27
TR EATMENT
Given the importance of hair i n our sense of self-esteem most patients presenting with
a hair or scalp disorder rather seek an effective treatment than a scientific conect diagnosis.
Considering the almost infinitive number of hair diseases it is impossible to discuss all
treatments extensively in the context of this paper. Therefore only treatments to the most
common causes of hair loss (male and female pattern hair loss, alopecia androgenetica
, alopecia areata, and telogen hair loss) are briefly discussed. Surgical and cosmetical
treatments may benefit l arge groups of patients but will not be discussed here.
28
29
30
CONC L U SION
In trichological practice c linical history and physical examination will allow us to
make a correct diagnosis in the majority of patients. Sometimes additional diagnostic
tests may be useful or even required. Several non-invasive, semi-invasive and invasive
techniques are available to aid i n the diagnosis of both c icatricial and non cicatricial
alopecias. These include trichoscopy, hair pull test, trichogram and scalp biopsies. After the
diagnosis is made, numerous treatments are available but scientific convincing evidence of
their effectiveness is sparse. C l inical studies are urgently needed, considering the high need
in patients to get an effective treatment against their hair loss and the high prevalence of
hair disorders in the general population.
REFERENCES
1 . Tosti A, Gray J. Assessment of hair and scalp disorders. J Investig Dermatol Symp Proc. 2007
Dec; 1 2(2):23-7. Review
2. Pasch, M. Hair Disorders Induced by External Factors T. in: Rustemeyer, H . I . Maibach, P.
Elsner & S.M. John (eds . ), Textbook of Kanerva's Occupational Skin Diseases, Springer
Verlag Berlin Heidelberg 20 1 1
3 . Gordon KA, Tosti A. Alopecia: evaluation and treatment. Clin Cosmet Investig Dennatol .
20 1 1 ;4: 1 0 1 -6.
4. Olszewska M , Warszawik 0, Rakowska A, Slowinska M, Rudnicka L. Methods of hair loss
evaluation in patients with endocrine disorders. Endokrynol Pol. 20 1 0 Jul-Aug;6 l ( 4):406- 1 1 .
5 . B lumeyer A, Tosti A, Messenger A, Reygagne P, Del Marmol V, Spuls PI, Trakatel l i M , Finner
A, Kiesewetter F, Triieb R, Rzany B, B lume-Peytavi U; European Dennatology Forum (EDF).
Evidence-based (S3) guideline for the treatment of androgenetic alopecia in women and in
men. J Dtsch Dermatol Ges. 20 1 1 Oct;9 Suppl 6 : S 1 -5 7 .
6. Alsantali A. Alopecia areata: a new treatment plan. Clin Cosmet Investig Dennatol. 20 1 1 ;4: 1 07- 1 5 .
7. Olsen EA, Reed KB, Cacchio PB, Caudil l L . Iron deficiency in female pattern hair loss, chronic
telogen effluvium, and control groups. J Am Acad Dermatol. 20 1 0 Dec;63(6):99 l -9.
31
Asmaja D. Soedarwoto
Bandung
E F L U V I U M ANAGEN
Gambaran klinis dari anagen efluvium terdiri dari 2 bentuk, yaitu efluvium anagen
distrofik dan loose anagen hair.2 ·3
32
Tera pi
Walaupun masih merupakan kontroversi, dapat dilakukan pendinginan scalp dengan
agen pendingin, dan dilakukan pencegahan farmakologis terbatas pada folikel rambut,
seperti minoxidil 2% topikal pada orang yang diterapi kemo dengan obat tertentu.7
T E LOGEN EFLU V I U M
Efluvium telogen adalah kerontokan rambut telogen karena adanya siklus rambut
abnonnal, 9 sekitar 1 00-200 batang ram but telogen atau lebih dari 200 dilepaskan setiap
hari.
33
34
Tera pi
Pengobatan telogen efluvium ditujukan pada penyebabnya. Apabila level feritin < 30
mg/ml dapat diberikan preparat besi.
35
PEN UTU P
Telah diuraikan berbagai j enis kerontokan rambut (efluvium) yang sering terjadi dan
terapi umumnya yang dapat dilakukan.
K E P U STA KAAN
I. Eftuvium, diunduh dari http://www.americanhairloss.orfg/types_of_hairloss/cffluviums.asp
2. Trueb RM . Diffuse hair loss, dalam Blurne-Peytavi U, Tosti A , Whiting DA, Trueb RM. penyunting.
Hair growth and disorders. Berlin- Heidelberg : Springer Verlag . 2008 . him. 259 - 70.
3. Trueb R M . Systematic approach to hair loss i n woman. J DGG ; 20 I 0 . 8 : 284-297
4. Mounsey AL, Reed SW. Diagnosing and treating hair loss. Am Fam Physician. 2009; 80(4):
356 - 62, 373 - 4
5. Trueb R M . Chemotherapy - induced anagen effluvium: Diffuse o r patterned? Dennatology
2007; 2 1 5 : 1 -2
6. Yun SJ, Seong-Jin K. Hair loss pattern due to chemorherapy induced anagen effluvium: a
cross-sectional observation. Dermatology 2007; 2 1 5 : 36-40
7. Trueb R M . Chemotherapy-induced alopecia. Semin Cutan Med Surg 2 8 : 1 1 - 1 4© 2009. Publ
Elsevier I nc .
8. Gordon KA, Tosti A. Alopecia: evaluation and treatment. C li n Cosm I nvest Dennatol20 l I : 4 , I 0 I - 6
9. H arrison S, Sinclair R. Telogen effluvium. Clin Exper Dennatol 2002: 27, 3 89-395
I 0. Rebora A, Guarrera M, Baldari M, Vecchio F. Distinguishing androgenetic alopecia from chronic
telogen effluvium when associated in the same patient. Arch Dennatol. 2005; 1 4 1 : 1 243-5
1 1 . Rebora A. Telogen effluviun: an etiopathogenetic theory. I nt J Dern1atol 1 993; 32 ( 5 ) : 339- 40.
1 2 . Baldari M , M ontinari M, Guarrera M, Rebora A. Trichodynia is a distinguishing symptom of
telogen effl uvium. JEADV 2009, 2 3 . 702-38.
1 3 . Sinclair R. Chronic telogen effluvium. A study of 5 patients over 7 years. J Am Acad Dern1atol
2005; 52: s 1 2-6.
36
Dhiana E rn awati
PENDAHU LUAN
Rambut merupakan gambaran spesifi k dari karakter individu. Rambut dapat
menggambarkan aspek diri, kesehatan, etnik dan status sosio ekonomik. Hal ini tidak
mengherankan, karena rasa harga diri dan rasa percaya diri dapat berkurang pada orang
yang mengalami alopesia. Pengetahuan dokter tentang bennacam bentuk alopesia dan
pilihan pengobatan yang diperlukan penting dalam upaya penyembuhan. 1
J E N I S ALOPESIA
Alopesia secara umum dibagi 2 kelompok yaitu alopesia non si katrikal misalnya
alopesia areata dan alopesia androgenetik dan alopesia sikatrikal . Berbeda dengan alopesia
non sikatrikal, alopesia sikatrikal menyebabkan destruksi permanen pada folikel rambut.
Jen is alopesia sikatrikal dapat primer a tau sekunder. Pada alopesia sikatrikal primer, folikel
rambut rusak akibat inflamasi , sedangkan komponen lain di dermis tidak atau minimal
terkena. Pada alopesia sikatrikal sekunder, folikel rambut merupakan "innocent by stander"
( insidental) dan dirusak secara tidak langsung akibat trauma ekstemal. Contoh dari alopesia
sikatrikal sekunder adalah I uka bakar dan penyakit berlepuh misalnya pemfigus vulgaris,
infeksi berat, radiasi atau tumor. 1 •3 Pada semua kasus yang dicurigai alopesia sikatrikal,
diperl ukan biopsi kulit untuk memastikan adanya skar.
Alopesia sikatrikal dapat diklasifikasikan menurut adanya sel inflamasi ( limfositik,
netrofilik dan campuran). Jenis yang sering ditemukan pada alopesia sikatrikal primer
adalah l ikhen planopilaris, pseudopelade dari Brocq, alopesia sikatrikal sentral sentrifugal,
lupus eritematosus diskoid, folikulitis dekalvans dan akne keloidalis. Penyakit-penyakit
ini dapat dibedakan secara klinik, dengan didapatkan hilangnya orifisium foliku ler/ostia
pada area yang terkena. Secara histologis, semua alopesia sikatrikal menunj ukkan adanya
inflamasi langsung pada bagian atas folikel rambut tempat sel punca dan kelenjar sebasea
berada dan terj adi skar oleh karena destruksi folikeI. 1 -3 Alopesia sikatrikal dapat timbul pada
pria maupun wanita, lebih sering pada dewasa muda. Terlihat adanya titik-titik kebotakan
pada kulit kepala dan pada beberapa kasus juga ditemukan skuama dan kemerahan. Mereka
37
J.
Alopesia psoriatika
Trikoti lomania
Trikotilomania
Adalah penyakit yang terj adi akibat tindakan yang berulang-ulang atau kebiasaan
untuk mencabut rambut. Penyakit ini terj adi pada 0,6%-3 ,4% orang dewasa. Pada anak,
biasanya terjadi bersama kebiasaan mengisap j ari dan kebanyakan akan sembuh secara
spontan. Pada remaj a dan dewasa trikotilomania merupakan penyakit yang lebih serius
dan sering berkaitan dengan masalah psikiatrik. Gambaran klinik pada kulit kepala
biasanya khas dengan rambut kasar dan pendek-pendek yang konfl.uens, berbeda dengan
area yang nonnal. Pengobatan pada pasien ini sulit. Pada anak-anak kebiasaan ini sering
dapat dihentikan dengan pemberian pengetahuan tentang masalahnya atau dengan cara
modifikasi dari kebiasaan. Pada dewasa muda dan dewasa keadaan ini muncul dengan
masalah yang lebih berat. Pemberian obat psikotropik seperti klomipramin atau sertralin
dapat j uga menolong. Kombinasi dari terapi perilaku (training) dan pengobatan medis
mungkin lebih efektif. 5
38
Pseudopelade dari
Brocq
CentrTJ./ centri]Ugal
[
cicatrical alopesia
Lim fositik
Discoid lupus
eritematosus
Foliculitis dekalvans I
Netrofilik
Perifolliculitiscapitis
abscedensetsu.ffodiens
Akne keloidalis
Erosive pusrular
dermatDslsofthescalp
39
40
siklosporin oral.
•
A lopesia ft-ontalfibrosing ( Kossard)
• K linis :
o Epidemiologi : wanita paska menopause
o Kulit kepala : resesi frontotemporal dengan LPP
41
tazaroten, imiquimod.
• Graham little syndrome
• Klinis :
o Epidemiologi : dewasa
o Kulit kepala : bercak dengan hiperkeratosis folikular
o Diluar kulit kepala: dapat ada (non sikatrik pada aksila dan pubis )
• Terap i :
o Prednisolon, inhibitor kalsireunin, steroid topikal, psoralen dan U VA, etretinat
LPP
• Terapi :
o Topikal ± steroid intralesi, prednison, hidroksiklorokuin, isotretinoin
• Central centrifugal cicatrical alopesia (sebel umnya dikenal sebagai sindrom generasi
folikular pseudopelade di A frika Amerika)
• Klinis :
o Epidemiologi : khususnya wanita berkulit hitam
o Kulit kepala : kulit kepala dibagian sentral, stadium akhir non in fl amasi, bercak
42
fototerapi
2. Netrofilik
• Folikulitis dekalvans
• Klinis :
o Epidemiologi : dewasa
o Kulit kepala : biasanya dikulit kepala sentral, pustul folikular berkelompok,
abses mi liar pada garis tumbuh rambut diluar kulit kepala: U mumnya tidak
ada, dapat tampak varian kulit kepala dari hidradenitis supurativa/akne inversa
• Terapi :
o Antibiotik ± steroid topi kal, rifampin + antibiotik sekunder, asam fusidat +
zinc, isotretinoin
3. Campuran
• Akne keloidalis
• Klinis :
o Epiderniologi : khususnya pada pria berkulit gelap
o
43
c. Inkontinensia pigmenti
- Hanya wanita mengenai wanita
- Keadaan ini tampak pada 3 tingkatan sepanjang garis Blaschko
- Plak skar ireguler dalam bentuk l ingkaran/uliran ditemukan pada kulit kepala. Dapat
disertai malformasi .
- Pengobatan :
•
Pada lesi aktif dilakukan pencegahan superinfeksi. Bila ditemukan malformasi maka
perlu tindakan spesifik. Diperlukan konseling genetik.
•
Ibu dengan inkotinensia pigmenti punya kemungkinan yang sama untuk punya anak
wanita yang normal atau terkena, pada pria normal .
•
Bercak alopesia dapat dilakukan operasi dengan dihi langkan atau tandur dengan graft
unit folikuler autologus.
d. lktiosis
- Grup besar heterogenus dari kelainan komifikasi
- Ditemukan kulit berskuama
- Adanya superinfeksi akan menyebabkan fo likulitis kronis
44
•
Topikal N Acetyl cystein sebagai antiproliferatif.
•
Retinoid sistemik menunj ukkan efektif, tetapi butuh jangka panj ang atau pengobatan
interval
•
Penyakit ini dapat menyebabkan eft uvium telogen yang difus
•
U ntuk area skar yang luas dapat diberikan protesa (hair piece).
e. X-Chromosomal
Chondrodysplasia punctata
- Tulang & abnormalitas lainnya berhubung dengan lesi kulit lchthyosiform pada 25%.
- Lesi-lesi ini dapat sebabkan alopesia sikatrikal
superinfeksi
•
Terapi gen mungkin bisa sebagai pendekatan yang menolong
- Striktur esofogus dan karsinoma sel skuamosa dapat berkembang menjadi komplikasi
yang berat.
45
b. L uka bakar
(Alopesia paska terbakar)
- Luka bakar deraj at 3 dapat berlanjut menj adi alopesia dengan skar
- Temperatur lebih dari 60° C dapat sebagai penyebab dalam beberapa men it. Luka
bakar lokalisata mengenai kulit kepala telah dilaporkan setelah prosedur kosmetik.
- Pengobatan :
•
Pertama dianj urkan untuk menyiram air dingin, kemudian diberi pembalut kering yang
steril .
•
Luka bakar pada anak lebih dari 5% atau dewasa lebih dari I 0% harus dirawat di
rumah sakit. Sangat penting diperhatikan adanya superinfeksi, manajemen Iuka yang
prima, dan pengobatan nyeri. Biasanya krusta tidak dilepas pada proses penyembuhan.
Perkembangan menjadi kanker pemah di laporkan.
46
e . Radiasi
(Dermatitis radiasi kronik)
- Kerusakan yang l uas berkorelasi dosis dan karakteristik radiasi lainnya, yang
dapat berkembang menjadi alopesia pennanen.
- Pemeriksaan teratur diperlukan karena meningkatnya risiko dari kanker kulit
epitelial .
- Pengobatan:
•
Pil ihan terapi : operasi plastik. Untuk area yang lebih kecil dapat di lakukan pembedahan
dan transplantasi kulit dengan cara flap.
2. Infeksi
a. Bakteri :
- Karbunkel : fol ikulitis oleh kartena stafilokokus yang konfluens, dapat sembuh
dengan skar. Terapi dapat diberikan antibiotik topikal dan oral, pembedahan hanya
berguna bila terj adi abses.
- Lepra: infeksi oleh karena Mycobacterium leprae, jarang terjadi keterlibatan kulit
47
(micronized)
Griseofulvin 6-8 mgg
oTopikal
o Sampo sporisidal mengandung ketokonasol atau selenium sulfid
o Sistemik anti j amur bisa dikombinasi secara sinergistik dengan topikal misalnya
siklopiroksolamin
o Pengobatan dengan pembedahan hanya untuk kasus yang bisa diatasi dengan
pembedahan.
- Favus
(Tinea Favosa)
• lnfeksi kronis oleh Trichophyton schoenleinii, biasanya ditularkan setelah kontak
j angka lama
• Krusta kcutula berwama kuning spesifik dengan atas dasar erosi dan ulserasi
• Pengobatan :
o Seluruh keluarga yang terkena harus diobati secara simultan.
o Standard pengobatan : griseofulvin, hams diberikan lebih lama dibanding tinea
kapitis bentuk lain. Akan tetapi juga sensitif dengan obat anti jamur yang lebih baru.
48
untuk lesi lokalisata. Takrol imus dengan oklusif digunakan dengan hasil baik.
Antimalaria dan derivat vitamin D 3 sedang dievaluasi keberhasilannya ..
o Terakhir digunakan kombinasi dengan PUVA pada "linear scleroderma en
coup de sabre".
o Penggunaan kalsipotriol topikal berhasil mengurangi infiamasi dan mencegah
o Teknik flap & expander sama baiknya dengan fat atau implantasi polieti lene
perluasan.
Bula dengan berlanjut skar dan pembentukan milia terj adi pada derah yang tertekan
secara mekanik. Untuk mengatasinya digunakan imunosupresan.
4. Obat-obatan
(Obat-obatan yang menginduksi alopesia permanen)
- Kebanyakan obat menyebabkan alopesia temporer
- Akan tetapi dapat terjadi kebotakan pennanen keseluruhan atau sebagian.
- P engobatan:
•
Topikal: solusio minoksidil sebelum dan sesudah pengobatan sitostatika untuk menunda
kebotakan maupun membantu pertumbuhan rambut pada alopesia non permanen.
•
Aplikasi kantong es dipercaya untuk mengurangi efek toksi k antimetabolik pada kulit
kepala tetapi risiko potensial berkurangnya kemanjuran mengobati keganasan.
49
K E P U STAKAAN
I . Ross EK, Primary sikatrikal alopesia: Clinical features and management. Dermatol Nursing.
2007; 1 9(2): 1 3 7-43 .
2 . Sikatrikal Alopesia Research Foundation. 2004-20 1 1 : 1 -4.
3. Khan A. What is Sikatrikal alopesia? Sikatrikal Alopesia Research Foundation. 2004-20 1 1 .
4. Finner A M , Shapiro J . Secondary Sikatrikal and other Pennanent Alopesia. Dalam: Peytavi
U B , Tosti A, Whiting DA, Trueb R , eds. H air Growth and Di sorders. Heidelberg: Springer
Verlag; 2008: 227-53 .
5 . Paus R, O lsen EA, Messenger AG. Hair Growth D isorders. Dalam: Wolff K, Goldsmith
LA, Katz S I , Gi lchrest BA, Paller As, Leffel! DJ, eds. Fitzpatrick's De1111atology in General
Medicine. Edisi ke-7. Volume I . New york: M cGrawHill; 2008: 753-77.
6. Ross EK, Shapiro J . Primary Sikatrikal Alopesia. Dalam: Peytavi UB, Tosti A, Whiting DA,
Trueb R, eds. H air Growth and D isoerders. H eidelberg: Springer-Verlag; 2008: 1 87-220.
7. Shapiro J. Sikatrikal (scarring) alopesias. Dalam: Shapiro J ed. H air Loss. Principles of
Diagnosis and Management of Alopesia. Edisi ke- 1 . United Kingdom: Martin Dunitz Ltd;
2002: 1 55-72.
8 . M irmirani P. Sikatrikal Alopesia. Dalam: McM ichael AJ, Hordinsky MK eds. Hair and Scalp
Diseases. New York: I nfom1a H ealthcare USA, Inc; 2008: 1 37-6 1 .
50
S urabaya
PEN DA HU LUAN
Alopesia areata (AA) adalah suatu keadaan yang sering dijumpai ditandai dengan
kerontokan rambut setempat yang mendadak tanpa disertai tanda keradangan kulit atau skar.
Penyebab kelainan ini masih belum jelas, mungkin disebabkan oleh serangan autoimun
pada folikel rambut yang dimediasi oleh sel T. 1
Luasnya kerontokan rambut bervariasi dari satu area sebesar uang koin sampai ke
seluruh scalp dan seluruh tubuh. Kondisi ini tidak dapat diperkirakan, pertumbuhan
kembal i rambut yang spontan dapat terjadi sewaktu- waktu selama perjalanan penyakit
dengan kemungkinan dapat timbul relaps kemudian. 1
AA sulit untuk ditangani dan kebanyakan terapi yang ada tidak memuaskan.
Pengobatan AA kadang menimbulkan rasa frustrasi bila terapi menginduksi pertumbuhan
rambut hanya berhasil sementara atau bila muncul area kebotakan yang baru disamping
perbaikan pada yang diobati.2 Pada episode kerontokan yang aktif, penyakit ini terdapat
berbagai variabel dalam waktu onset, durasi, luasnya dan gambaran klinis yang berbeda
beda. Adanya variabilitas perjalanan klinia yang tidak dapat diprediksi untuk tumbuh
kembali secara spontan, tidak adanya kesamaan terhadap berbagai terapi , membuat clinical
trials sulit direncanakan dan diterapkan.3 Meskipun banyak pengobatan medis yang telah
dilaporkan tetapi bukti yang ada sulit untuk dinilai karena metode yang berbeda, populasi
pasien yang tidak homogen, pengukuran hasil yang bervariasi dan gagalnya mengontrol
pertumbuhan rambut spontan. 1
Penyakit ini menimbulkan stress psikologis pada penderita sehingga dokter harus dapat
memberikan nasehat yang realistis tentang pengobatan yang ada dan keefektifannya. 1
DEFINISI
AA adalah suatu kelainan pertumbuhan rambut, autoimun, non scarring yang terjadi
pada individu dengan predisposisi genetik. Ditandai dengan area kebotakan yang bulat
dengan exclamation mark hairs yang patognomonis yang dapat terj adi pada semua area
51
"Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM"
for internal-private use, not for commercial purpose
tubuh yang berambut. Pada AA yang berat seluruh rambut scalp (alopesia totalis) atau
seluruh rambut di tubuh (alopesia universalis) h ilang. 2
E PIDEM IOLOGI
Insiden dan prevalensi yang pasti tidak diketahui, diperkirakan sebesar 1 ,7% dari
populasi akan mengalami periode alopesia dalam hidupnya. AA didapatkan pada 2%
ruj ukan baru ke dermatologist di lnggris dan amerika serikat.2 The National health and
nutrition examination survey mengindikasikan bahwa prevalensi dari AA adalah sebesar
0, 1 5% dari seluruh populasi di Amerika Serikat. 2 AA dapat terjadi pada usia berapa saja
tetapi mayoritas (40- 50%) pasien mengalami alopesia areata pada usia sebelum 2 1 tahun
, sementara 20% yang lain timbul setelah usia 40 tahun 1 AA pada anak anak merupakan
20% dari kasus AA. Wanita dan pria mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi AA
dan tidak ada kecenderungan ras tertentu. Sekitar 20% pasien mempunyai keluarga dengan
riwayat penyakit AA yang positif. 1
ETIOLOG I
Penyebab dari AA tidak sepenuhnya je las.4 AA adalah suatu penyakit autoimun
yang tergantung sel T yang spesifik pada kulit dengan predisposisi genetik dan pencetus
lingkungan. 1 .2 Respon autoimun mungkin dicetuskan oleh interaksi antara genetik dan
faktor lain seperti stres fisik, trauma, infeksi atau masalah hidup yang berat.2•4 Tetapi
seringkali pencetus yang spesifik tidak dapat diidentifikasi.2
GAMBARA N KLINIS
AA dapat terj adi pada semua area tubuh yang berambut tetapi 90% kasus terjadi
pada scalp, ditandai dengan adanya area alopecia non scarring berbentuk bulat atau oval
berbatas tegas dengan permukaan halus. 5 Kulit diatasnya biasanya normal tetapi kadang
kemerahan.5
52
atopic diseases ( rhinitis alergik, asma, dermatitis atopik ). Penyakit lain yang sering
AA dapat terjadi berkaitan dengan penyakit lain . Penyakit yang sering (0-40%) adalah
H I STO PATOLOGI S 5
Pada AA terjadi siklus rambut yang tidak normal. Folikel anagen memasuki telogen
secara prematur atau sebagian bertahan beberapa saat dalam stadium anagen distrofik.
Dengan demikian gambaran histopatologi AA bennacam macam tergantung lama penyakit.
Pada setiap stadium AA terdapat peningkatan jumlah eosinofil pada kulit dan ini
merupakan tanda diagnostik yang berguna.
Pada stadium awal : suatu infiltrat limfositik peribulbar swarm of bees" terutama
"
pada folikel stadium anagen . I nfiltrat tersebut terdiri dari sel dengan CD4+ dan CD8+
dengan rasio CD4+/CD8+ lebih besar pada penyakit yang aktif. Akibat terjadi edema,
mikrovesikula, apoptosis, nekrosis, makrofag, foreign body giant cells didalam atau
disekitar folikel rambut yang terkena.
Se lubung akar dan matrik rambut diinfiltrasi oleh l imfosit, terdapat inkontinensia
pigmen folikel rambut, nekrosis sel keratinosit dan kerusakan vakuolar.
Khas: Vakuol isasi sel matriks foca l dan nekrosis.
Pada stadium subakut : rambut katagen dalam jumlah yang besar, diikuti rambut
telogen. Persentasi katagen/telogen meningkat dengan bennakna dan sering mencapai 50%
dari folikel total.
Pada stadium kronis : secara nyata terdapat folikel rambut yang megalami miniatur.
Rasio folikel rambut scalp yang tenninal terhadap vellus menurun menj adi 1 : 1 . Lesi yang
kronis ditandai dengan folikel nanogen. Nonscleroticfibrous tracts (streamers) memanjang
sepanjang tempat folikel tenninal sebelumnya sampai subkutis . B i la ada infiltrat keradangan
terdapat pada papilari dermis disekitar folikel yang mengalami miniatur.
Pada stadium penyembuhan : rasio terminal dibanding vellus kembali nonnal.
Persentasi rambut anagen meningkat, dan hanya terdapat sedikit atau tidak ada inflamasi .
Jumlah folikel normal atau menurun pada A A dibanding nonnal
53
Pemeriksaan rutin untuk mencari penyakit autoimun (tiroid) tidak selalu diperlukan.
AA yang persisten dan pasien AT I AU ditemukan lebih sering memiliki kelainan tiroid.
Pada pasien yang tua, pasien dengan durasi penyakit yang lama, wanita, pasien dengan patchy
DIAGNOSIS
AA biasanya didiagnosis secara klinis. Adanya riwayat kerontokan rambut setempat
yang kemudian tumbuh kembali serta ditemukan adanya area-area kerontokan rambut
non scarring sangat mengindikasikan suatu AA . 1 Kadang dibutuhkan pemeriksaan kultur
jamur untuk mengidentifikasi infeksi j amur yang dapat mirip dengan gambaran lesi anular
dari AA, dan biopsi scalp (menyingkirkan kondisi kerontokan rambut yang lain).5
54
TERAP I
Pengobatan AA sangat bermacam-macam, tetapi tidak satupun yang kuratif atau
preventif. Pengobatan yang berdasar Randomized double blind , placebo controlled trials
untuk pengobatan AA sangat sedikit.6 Sehingga terapi yang berdasarkan pendekatan
evidence based therapeutic sangat terbatas. Penilaian efikasi dari suatu tindakan sulit bila
tidak ada grup kontrol karena pada penyakit yang ringan dapat terjadi sembuh spontan.2
Bennacam macam terapi yang membantu pertumbuhan rambut kembali hasilnya bervariasi .
Tuj uan terapi adalah menunmkan aktivitas penyakit. meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan pertumbuhan rambut kembali yang secara estetis dapat diterima, atau
mendorong pasien untuk menerima kerontokan rambutnya. Pengobatan sering tidak
memuaskan sehingga perlu adanya support untuk pasien dan keluarganya.
Karena kemungkinan terjadi remisi spontan pada 34-50% pasien dalam I tahun maka
pasien dapat memilih atau menentukan apakah AA akan diobati atau tidak.
Diskusi mengenai prognosa yang buruk dan kemungkinan relaps akan membantu
mereka untuk menentukan pil ihan . 1
Pemil ihan jenis terapi tergantung pada 2 faktor utama yaitu : luasnya kerontokan
ram but dan usia dari penderita.4
55
intradennal dengan 0,5 in long 30 gauge needle sebagai suntikan multipel 0, 1 ml pada
interval 1 cm . Dapat dipakai anestesi topikal 3 0-60 menit sebelumnya untuk mengurangi
rasa sakit. Pengobatan dihentikan setelah 6 bulan bila tidak ada perbaikan
Efek samping : atropi , telangiektasia yang dapat dihindari dengan penggunaan volume
yang lebih kecil, meminimalkan j umlah suntikan dan menghindari penyuntikan yang terlalu
superfisial ( intraepidennal)
Kortikosteroid sistemik:
Penggunaannya terbatas karena e fek samping dan lebih tingginya angka relaps.
Beberapa macam cara pengobatan kortikosteroid sistemik:
Prednisolon oral vs p lacebo:
Pada 43 pasien prednisolone oral diberikan secara pu lse terapi setiap minggu
Prednisolon 200 mg oral sekali seminggu selama 3 bulan didapatkan moderate regrowth
3 1 -60% pada 30% penderita , > 60% regrowth pada 1 0% di banding tidak ada pada yang
dengan p lacebo. Angka relaps sebesar 25% pada akhir setelah 3 bulan periode observasi.
( RR 4.38; 95%CI 0.22, 86.08) Comparison 0 1 /02
mg/ hari seminggu, 20 mg/ hari untuk 3 hari, 1 5 mg I hari untuk 3 hari, I 0 mg /hari untuk
mg/ hari selama 1 minggu, 35 mg/ hari selama 1 minggu, 30 mg/ hari selama 1 minggu, 25
56 L,
Cyclosporin sistemik:
Cyclosporin adalah suatu imunosupresan yang menghambat aktivasi sel T helper
dan mengsupresi produksi interferon gamma. Angka keberhasi lan pemberian cyclosporin
pada beberapa percobaan adalah berkisar 25%, pada percobaan yang lain 76,7% j ika
dikombinasikan dengan metilprednisolone.
E fek samping : terutama nefrotoksisitas, imunosupresi, hipertensi
Karena efek sampingnya, tingginya angka relaps dan kebutuhan pengobatan dalam
jangka lama pengobatan dengan cyclosporin tidak direkomendasikan.
UVA :
Tidak ada studi dengan kontrol dari terapi PUVA untuk pengobatan A A . Laporan
terapi PUVA yang ada adalah response rate terhadap pemberian psoralen oral atau topikal
plus UVA (PUVA) phototerapi berbeda beda , berkisar kurang dari 1 5% hingga lebih dari
70% pada percobaan tanpa kontrol (uncontrolled trials). Pada 2 studi retrospektif besar
memperlihatkan bahwa response ratenya tidak lebih baik daripada angka kesembuhan
spontan.
Efek samping : meningkatnya resiko keganasan kulit
Karena tingginya angka relaps, tidak adanya RCT dan meningkatnya resiko keganasan
kulit terapi PUVA merupakan terapi yang kurang dipilih.
57
Anthralin ( dithranol) :
Terdapat beberapa kasus yang melaporkan efikasi dari anthralin. Schmoeckel et al
mendapatkan response rate sebesar 75% pada patchy AA dan 25% pada AT. Yang lain
melaporkan 25% pasien mendapatkan respon kosmetis dengan anthralin 0,5% - 1 % cream.
Mekanisme kerj a dari anthralin tidak diketahui, tetapi studi pada tikus menunjukkan
penurunan ekspresi tumor nekrosis faktor-alpha dan beta pada area yang diobati di banding
dengan area yang diberi vehicle.
58
4. Terapi Iain :
Excimer laser mungkin dapat membantu untuk patchy AA yang tidak l uas ( limited)
l rradiasi dengan infrared sebagai monoterapi atau sebagai terapi ajuvant dengan terapi
konvesional memperlihatkan beberapa keberhasilan .
59
yang menyel uruh dibandingkan I pada grup placebo. Dan pada yang diberi paroxetin 4
selama 3 bulan. Didapatkan 2 orang dari grup paroxetine mengalami pertumbuhan rambut
pasien mendapatkan pertumbuhan rambut parsial sedangkan pada placebo tidak ada.
Sampel yang kecil dan asesmen pertumbuhan rambut yang kurang optimal membuat
evaluasi dari percobaan antidepresan ini menjadi sulit
PEM BAHASAN
Pada Cochrane review yang memasukkan semua RCT yang mengevaluasi efektifitas
dari intervensi topikal atau sistemik untuk AA, AT, AU mendapatkan 1 7 studi dengan 570
partisipan penulis menyimpulkan bahwa sedikit sekali pengobatan AA yang telah dievaluasi
dengan baik menggunakan randomized trials, tidak ada bukti RCT bahwa kortikosteroid
apakah itu topikal, intralesi atau sistemik yang memberi hasil dalam mengobati AA.
Steroid sistemik mempunyai potensi untuk menimbulkan efek samping yang serius. Bukti
penggunaan minoxidil topikal, ciclosporin topikal, PDT, hair growth stimulants atau
imunoterapi yang lain untuk untuk pengobatan AA tidak cukup.2
Sedangkan penulis yang lain menyatakan meskipun buktinya belum konklusif terapi
dengan intralesi kortikosteroid dan imunoterapi kontak merupakan terapi yang efektif
untuk AA.8
Perencanaan penatalaksanaan yang dilakukan pada kunj ungan pertama pasien AA
adalah melakukan anamnesa yang teliti , melakukan pemeriksaan fisik yang baik tennasuk
keseluruh area tubuh yang berambut, kuku. Memberikan infonnasi yang jelas mengenai
perjalanan penyakit, kemungkinan untuk relaps, prognosis dan keuntungan dan kerugian
pilihan terapi yang ada. Adanya kemungkinan untuk sembuh spontan dan tidak adanya satu
terapi yang baik untuk semua orang.7
Bila pasien tetap ingin sekali mendapatkan pengobatan harus dikatakan bahwa bukti
yang ada menyatakan bahwa terapi yang ada sekarang tidak memberikan keuntungan
jangka panjang.2 Pilihan pengobatan dilakukan berdasarkan usia pasien dan luasnya
penyakit. Untuk anak kurang dari l 0 tahun kombinasi minoxidil 5% solusio dua kali sehari
dengan kortikosteroid topikal midpoten merupakan pil ihan pertama terapi. Bila tidak ada
respon setelah 6 bulan dapat dicoba dengan short contact anthralin Untuk pasien lebih
.
dari I 0 tahun dengan lesi < dari 50 % scalp inj eksi triamcinolon acetonid intralesi sebagai
60
PEN U T U P
AA adalah penyakit kebotakan setempat rambut yang penyebabnya belum begitu
jelas, patogenesisnya masih terns diteliti, gej alanya variabel dan pengobatannya yang
bem1acam-macam masih belum memuaskan. Sebelum memulai terapi untuk AA terutama
pada stadium awal dari penyakit , penderita harus diberi penjelasan mengenai perjalanan
alami penyakit dan kemungkinannya untuk sembuh spontan dan kurangnya bukti-bukti
unh1k terapi terapi yang ada. Bila pasien tetap ingin sekali mendapatkan pengobatan
harus dikatakan bahwa bukti yang ada menyatakan bahwa terapi yang ada sekarang tidak
memberikan keuntungan j angka panjang. Pi lihan yang masuk aka! untuk pasien dengan
penyakit yang luas adalah menggunakan wig.
KEPU STAKAAN
I . HarTies MJ, Sun J, Paus R, King L E. M anagement of alopecia areata. BMJ 20 1 0;34 1 : 242-246
2. Dclamcre FM, Sladden M M , Dobbins H M , Leonardi-Bee J. Interventions for alopecia areata.
Cochrane database Syst Rev 2008;2: CD0044 l 3
3 . Olsen EA, Hordinsky MK, Price VH, Roberts J I , Saphiro J, Canfield D, et al. Alopecia areata
investigational assessment guidelines-part I I . Alopecia Arcata foundation. J Arn Acad Dermatol
2004;5 1 :440-7
4. Sinclair R, Scarff CE. Alopecia areata. Tn: Wil liams H, Bigby M, Diepgen T, Herxheimer A,
Naldi L, Rzani B, editors. Evidence-based dennatology . London: BMJ publishing Group:
2003 .p.5 77-588
5. Al khal ifah A, Alsantali A, Wang E, et al: Alopecia areata update: part I. C l inical picture,
histopathology and pathogenesis. J Am Acad Dermatol 20 I 0;62 : 1 77-88
6. Hordinsky M, Ericson M : Autoimmunity: Alopecia Areata: J I D Symposium proceedings
2004;9:73-78
7 . Alkhalifah A, Alsantali A, Wang E, et al: Alopecia areata update: part I I . Treatment. J AM Acad
Den113tol 20 I 0;62 : 1 9 1 -20 I
8. Ohyama M: Management of hair loss disease. Dennatologica Sinica 20 I 0;28 : 1 39- 1 45
61
Lili Legiawati
PENDAH U LUAN
Alopesia androgenetik merupakan kelainan rambut yang sering ditemukan baik pada
laki-laki maupun wanita. Alopesia androgenetik pada laki-laki sering disebut j uga male
pattern hair loss merupakan kelainan yang androgen-dependent dan ditentukan secara
genetik. Sedangkan pada wanita sering disebut female pattern hair loss, namun peranan
androgen kurang jelas dibandingkan pada pria. 1 •2 Kelainan ini ditandai dengan penurunan
secara progresif lamanya fase anagen, yaitu fase pertumbuhan rambut. Di lain pihak terjadi
peningkatan fase telogen, dan miniaturisasi folikel rambut di daerah skalp, yang berakhir
pada regresi folikel rambut . 1 •2J
E PIDEMI OLOGI
Walapun alopesia androgenetik merupakan penyebab tersering hair loss pada wanita
dan laki-laki, namun laki-laki lebih sering terkena. Diperkirakan mengenai 35 juta laki
laki di Amerika Serikat.3 Kelainan dapat dimulai saat remaja dan makin meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Hampir semua laki-laki Kaukasia mengalami resesi pada gris
rambut di daerah frontotemporal pada saat pubertas. Frekuensi dan keparahan makin
meningkat seiring pertambahan usia. Lebih dari 5 0% laki-laki di atas usia 50 tahun
menderita kebotakan tipe ini dengan berbagai gradasi . Pada laki-laki Asia insidensnya
lebih rendah dibandingkan Kaukasia. 1
Seperti halnya pada laki-laki, awitan pada wanita dimulai pada periode pre pubertas.
Namun ditemukan j uga awitan pada usia menopause. Frekuensi dan keparahan penyakit
meningkat seiring pertambahan usia. 1
ETIOLOGI
Alopesia androgenetik pada laki-laki dihubungkan dengan berbagai kondisi medis
yaitu penyakit j antung koroner, hipertrofi dan kanker prostat, kelainan resistensi insulin
(diabetes dan obesitas), dan hipertensi. Pada wanita alopesia androgenetik dihubungkan
62
H ISTO PAOTOLOGI
Gambaran paling mencolok yang dapat ditemukan pada potongan vertikal spesimen
biopsi daerah skalp adalah berkurangnya rambut anagen terminal yang nonnal terletak
melintasi dennis hingga subkutis . Rambut ini digantikan rambut pseudo-vellus dengan
sisa traktus angiofibrotik yang disebutfollicular streamer atau stellae. Walaupun terdapat
penurunan j umlah folikel, namun pada potongan horizontal banyak ditemukan folikel
rambut pseudo-vellus di dermis pars papilaris. Hal ini menunjukkan folikel mengalami
miniaturisasi, bukan dirusak atau dihancurkan. Rambut pseudo-vellus dibedakan dengan
true-vellus oleh adanya muskulus erektor pi li dan angio_fibrotic streamers. Pada sebagian
besar kasus tidak terdapat penurunan j umlah folikel dan fibrosis folikular hanya tampak
pada I 0% kasus. Terdapat sebukan sel radang limfohistiositik perifolikular yangjumlahnya
bervariasi dari sedikit hingga sedang di sekitar infundibulum sampai 2/3 folikel atas.
Potongan horizontal berguna untuk diagnosis alopesia androgenetik, karena menunjukkan
adanya perubahan rasio rambut tenninal berbanding velus dari 6: l menj adi kurang dari
4: 1 . Sela in itu, rasio rambut anagen berbanding telogen berkurang dari 1 2: 1 menjadi 5 : J .4-5
63
kadar reseptor dan enzim 5 a reduktase tipe I dan I I lebih tinggi pada folikel rambut
biopsi kulit kepala daerah frontal dan oksipital . Baik pada wanita dan laki-laki didapatkan
daerah frontal dibandingkan oksipital. Reseptor androgen folikel rambut daerah frontal
pada wanita 40% lebih rendah dibandingkan pria pada daerah yang sama. Sitokrom P450
pada lokasi yang sama. Pada folikel rambut wanita didapatkan kadar enzim 5 a reduktase
aromatase pada folikel rambut wanita di daerah frontal 6x lebih tinggi dibandingkan pri
tipe I dan II masing-masing 3-3,5 kali lebih sedikit dibandingkan pada pria. Perbedaan
kadar reseptor androgen dan steroid-converting enzymes memberikan kontribusi pada
perbedaan gambaran klinis alopesia androgenetika pada wanita dan pria.6
DIAGNOSIS
Diagnosis alopesia androgenetik pada laki-laki biasanya ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis, khususnya pasien dengan riwayat kerontokan ram but yang bertahap pada
keluarga. 3•5 Pada wanita, biasanya diagnosis membutuhkan evaluasi diagnostik yang lebih
kompleks.7 Pada pemeriksaan mikroskop terdapat peningkatan j umlah rambut telogen
terutama pada daerah frontal dan mahkota kepala. Gambaran rambut distrofik dapat
ditemukan walaupun j arang. Pemeriksaan penunj ang berupa trichogram dapat memberikan
data j umlah folikel dan persentase rambut anagen dan telogen.5
Pada laki-laki pola kebotakan dimulai pada daerah dahi. Garis rambut (hair line)
semakin melebar membentuk gambaran karakteristik "M" shape. Rambut j uga menipis
pada daerab mahkota (crown), dan sering mengalarni progresivitas menjadi kebotakan
parsial atau komplit. Pola kerontokan rambut pada wanita berbeda. Ram but kepala menjadi
lebih tipis, tetapi garis rambut tidak pemah melebar. Alopesia androgenetik pada wanita
j arang menj adi kebotakan total . 3
Terdapat 2 gambaran utama kerontokan rambut pada pria yaitu kemunduran garis
rambut frontal dan kebotakan pada area verteks. Garis kebotakan akan bertemu dan
membentuk batas rambut nonnal pada bagian tepi dan belakang skalp. Meskipun demikian
kebotakan pada pria lebih rnerupakan suatu proses yang kontinyu, dan bukan stadium yang
berbeda, sehingga antar individu dapat nampak pola yang beragam. Rambut pada daerah
yang mengalami kebotakan secara progresif mengalami pemendekan dan diametemya
mengeci l hingga menghilang sama sekali, atau menunj ukkan kepadatan rambut yang
berkurang secara difus, dan meninggalkan sisa rambut dengan diameter nomrnl . Pada
sebagian kecil ras Kaukasia (kurang dari 5%) kebotakan terj adi secara difus pada daerah
puncak kepala dan frontal dengan garis frontal masih nomrnl, gambaran ini mirip dengan
kebotakan pada wanita. K ebotakan semacam ini lebih banyak dij umpai pada pria Asia. 1
64
James Hamilton pada tahun 1 950 dan direvisi dan diperbaharui oleh Dr. O'Tar Norwood
pada tahun 1 970.3
' � . �·�-- . . , �
� ..
' I
\.:--....:�/ �)
'
I
II
\.-:-�. >�/
..
..
11 A
·,� .:;· .
,"· ·�
·..
� \ .
........- .:
. ,;·
..
.. � ·
.
.. .. •
..... :..
. ·
VI Vil ·v A
Pola kerontokan rambut pada wanita biasanya merupakan proses yang lebih difus
dibandingkan dengan kerontokan rambut pada laki-Jaki . Yang khas adalah berkurangnya
kepadatan rambut pada daerah puncak kepala dan frontal , namun garis rambut di daerah
frontal tidak berubah. Perbedaan lainnya j ika dibandingkan dengan laki-laki adalah daerah
parietal juga dapat terkena. 1 •8 Pola kerontokan ram but pada wanita dapat muncul sebagai
rontoknya rambut dalam j umlah sangat banyak dan berkurangnya volume rambut, sebelum
kepadatan rambut berkurang secara nyata. S ulit membedakannya dengan telogen efluvium
kron ik. Pada keadaan semacam itu, diagnosis dapat ditegakkan melalui temuan pada
biopsi berupa tingginya proporsi folikel rambut yang mengeci l . Sebagian kecil wanita
menunj ukkan pola kerontokan yang serupa dengan pola pada laki-laki . 1
]] Ill
65
T E RAPI
Terapi pada laki-l aki dengan alopesia androgenetik adalah minoksidil topikal dan
finasterid. Sedangkan pada wanita dengan alopesia androgenetika ringan sampai sedang
dapat diterapi dengan antiandrogen dan atau minoksidil topikal . 5
Mi noksidil
Minoksidil 2% atau 5% merupakan obat topikal yang sering digunakan. M inoksidil
mempunyai efek spesifik terhadap proliferasi dan diferensiasi keratinosit fol ikular yang
mengakibatkan perpanjangan fase anagen ram but. Aplikasi 2x sehari selama periode waktu
yang lama. Tetapi efek terapetik bersifat temporer. 5 Pengobatan harus dilanj utkan untuk
pemeliharaan, dan bi la dihentikan, rambut yang telah tumbuh dapat rontok kembali dalam
4-6 bulan _ l .5 Efek samping yang dapat timbul berupa dermatitis kontak iritan atau alergi.
M inoksidil dapat dikombinasikan dengan tretinoin konsentrasi 0,025% - 0,05%. Preparat
diberikan secara terpisah, contoh minoksidil diberikan pagi hari, sedangkan tretinoin pada
malam hari. Kombinasi ke-2 obat ini menghasilkan efek stimulasi rambut yang lebih
besar, walaupun risiko terj adinya reaksi iritasi menj adi lebih tinggi .5
Uj i klinis dengan menilai hitung j umlah rambut, berat rambut, dan fotografi ,
menunjukkan 60% laki-laki mengalami perbaikan pada kebotakan di daerah verteks
dengan menggunakan minoksidi l 5%. Rerata peningkatan kepadatan ram but berkisar I 0-
1 2% . Respons pengobatan dengan minoksidil 2% l ebih rendah. 1
Finasterid
Finasterid merupakan inhibitor 5a-reduktase tipe 2. Sediaan oral dengan dosis
mg per hari mampu mencegah kebotakan terus berlangsung pada laki-laki. Setelah terapi
66
Bed a h
B erbagai teknik bedah telah dikembangkan untuk mengatasi pola kerontokan rambut
pada laki-laki, di antaranya yang paling banyak digunakan adalah transplantasi rambut.
Rambut terminal yang ada dipindahkan pada area yang mengalami kebotakan. Dengan
keahlian operator, dan pemilihan pasien yang sesuai, dapat diperoleh basil yang baik
secara kosmetik. Tindakan bedah merupakan satu-satunya cara yang dapat meningkatkan
pertumbuhan rambut pada pasien yang mengalami kebotakan total, dan dengan cepat
mengembalikan pertumbuhan rambut. Bedah j uga efektif untuk mengatasi kerontokan
rambut pada daerah frontal . 1
PADA WANITA
Sama halnya dengan terapi pada laki-laki, terapi pada wanita akan menunj ukkan basil
setelah 6 bu Ian, dan perlu diteruskan agar efek terapi berlanj ut. Kombinasi modalitas terapi
dapat memberikan efek yang menguntungkan. 1
Minoksidil
Uj i klinis penggunaan minoksidil dalam pengobatan kerontokan rambut wanita
memberikan hasi l peningkatan rerata kepadatan rambut sebanyak 1 0- 1 8%. S uatu studi
yang besar menunj ukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara minoksidil 2% dan
5%, meskipun tren menunj ukkan superioritas dari konsentrasi yang tinggi. Saat ini hanya
67
Anti Androgen
Antiandrogen bekerj a dengan memblok D H T untuk berikatan dengan reseptor di
jaringan target, mengurangi aktivitas enzim 5-alfa reduktase dan menurunkan produksi
androgen di ovari um. Anti androgen paling poten adalah si proteron asetat. Pada preparat
biasanya dikombinasi antara 2 mg si proteronasetat dan 3 5 µg etinilestradiol untuk wanita
usia subur.5
Anti androgen telah digunakan secara luas untuk mengatasi kerontokan rambut pada
wanita, namun hanya sedikit bukti uj i klinis yang menunj ukkan efektifitasnya dan belum
ada satu lisensi yang mengindikasikan penggunaannya. Satu uji kontrol menunj ukkan
pengobatan menggunakan siproteron asetat memberikan respons minimal dan terbatas
hanya pada wanita dengan kelebihan androgen. Sementara studi tan pa kontrol menunjukkan
manfaat siproteron asetat dan spironolakton pada pasien. Umumnya dosis 1 00-200 mg/hari
dibutuhkan untuk timbulnya respons. 1
Spironolakton mengurangi aktivitas 5-alfa reduktase dan menghambat biosintesis
androgen. Efek samping berupa gangguan siklus menstruasi dan efek antialdosteron yang
bermanifestasi berupa penurunan kadar kalium serum dan hipotensi. Sprironolakton harus
dikombinasi dengan kontrasepsi hormonal guna mengurangi efek samping khususnya
iregularitas menstruasi dan mencegah kehamilan pada wanita usia subur karena dapat
menyebabkan feminisasi pada j anin laki-laki. 1
Finasterid
Belum ada keputusan mengenai penggunaan finasterid sistemik pada wanita pasca
menopause dengan alopesia androgenetik. S uatu uji penggunaan finasterid pada wanita
pasca menopause tidak menunj ukkan manfaat, meskipun beberapa laporan kasus
menunj ukkan peningkatan pertumbuhan rambut pada wanita dengan hiperandrogenisme
dan pada wanita yang lebih muda. Wanita dalam usia subur harus menggunakan kontrasepsi
karena finasterid dapat menyebabkan feminisasi janin. 1
Estrogen Oral
Terapi menggunakan estrogen (estradiol) dapat memperpanjang fase anagen dan
mencegah kerontokan rambut secara prematur. Kontrasepsi hormonal bermanfaat sebagai
terapi sistemik pada childbearing women. Kombinasi estrogen dan progestin dengan efek
antiandrogen, yaitu siproteron asetat, klormadinonasetat, dienogest, dan drospirenon
harus dipi lih. Komponen estrogen meningkatkan produksi S H BG oleh liver yang dapat
menurunkan kadar testosteron bebas di dalam serum. Kombinasi estrogen dan anti
androgen dipilih untuk wanita dengan kelainan kulit yang bergantung androgen, yaitu
68
Estrogen Topikal
Meskipun uj i klinis yang meyakinkan guna mendukung penggunaan estrogen topikal
sebagai rej imen yang dapat digunakan untuk praktik empiris j angka lama masih kurang,
namun 1 71)-estradiol topikal ( 20-25 mg estradiolbenzoat dalam 70% isoprono l) sering
digunakan untuk mengatasi telogen efluvium. Estradiol dapat memperpanjang fase anagen,
paling tidak pada kultur jaringan kulit skalp. 1
Bed ah
Tindakan bedah lebih sedikit dilakukan pada kerontokan rambut berpola pada wanita,
karena sifat kerontokan yang difus dan kualitas ram but yang buruk pada area donor. N amun
hasil yang baik dapat diperoleh pada pasien tertentu, misalnya pada kerontokan rambut
yang jelas pada daerah frontal dan adanya area donor dengan pertumbuhan rambut yang
baik pada daerah oksipital. 1
PEN U T U P
Alopesia androgenetik adalah kelainan kebotakan ram but yang sering dij umpai. Dapat
mengenai laki-laki dan perempuan. Kelainan ini dapat menyebabkan problem psikologik
yang serius. Sampai saat ini pendekatan terapi pada laki-laki adalah minoksidil topikal
dan finasterid oral. Sedangkan alopesia androgenetik gradasi ringan sampai sedang pada
wanita dapat diterapi dengan antiandrogen dan atau minoksidil topikal dengan hasil yang
baik pada beberapa kasus. Terapi lain misalnya tindakan bedah dapat dilakukan dengan
pertimbangan kh usus.
69
70
PENDAHU LUAN
H ipertrikosis dan hirsutisme merupakan kondisi yang ditandai dengan berlebihnya
pertumbuhan rambut. H ipertrikosis secara spesifik berarti berlebihnya densitas atau
panj ang rambut pada usia, ras, dan j enis kelamin tertentu. Kelebihan rambut dapat bersifat
menyeluruh atau terlokalisir dan terdiri dari lanugo, vellus, dan rambut tenninal.
H ipertrikosis kongenital adalah istilah yang digunakan untuk semua pertumbuhan
rambut yang berlebihan pada bayi yang baru lahir. Pertumbuhan rambut tersebut dapat
muncul dalam berbagai bentuk variasi dan beberapa penyebab. Sedangkan hipertrikosis
aquisita dapat disebabkan oleh obat-obatan, kelainan endokrin ataupun dihubungkan dengan
keganasan. Beberapa obat-obatan yang diduga menjadi peyebab hipertrikosis akuisita
akibat obat (iatrogenik) diantaranya kortison, difeni lhidantoin, psoralen, difenilhidrantoin,
diazoksid, minoksidil, siklosporin, benoksaprofen, dilantin, dan streptomisin . 1 • 2
Menghilangkan penyebab dasar harus menjadi pendekatan utama untuk penanganan
hipertrikosis dan biasanya beruj ung pada regresi hipertrikosis. Metode menghilangkan
rambut dapat dilakukan dengan cara pencabutan, mencukur, waxing, depilatori kimiawi,
bleaching, elektrolisis, dan terapi laser. 1 • 3
Hirsutisme berarti pertumbuhan rambut pada wanita didaerah tubuh tertentu misalnya
dada, lengan dan paha bagian dalam yang dipengaruhi oleh honnon androgen yang
normalnya hanya ditemukan pada pria pubertas.Hirsutisme menimbulkan kecemasan
dan kurangnya rasa percaya diri pada wanita. Walaupun keadaan ini bersifat benigna,
tetapi seringkali merupakan tanda gangguan endokrin yang serius. Penegakan diagnosis
berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisis yang lengkap, pemeriksaan laboratorium dan
pencitraan yang diperlukan untuk memastikan atau menemukan penyebabnya. Penanganan
bernpaterapi obat terhadap gangguan metabolik yang mendasarinya, menghilangkan
rambut dengan berbagai metode, selain itu perlu diberikan edukasi kepada pasien . 1 • 4
71
H ipertrikosis Kongenital
H ipertrikosis kongenital muncul sebagai pertumbuhan rambut lanugo berlebih yang
berwarna pirang keperakan hingga keabu-abuan yang kon:fluen di seluruh tubuh pada saat
lahir atau bayi. Merupakan kasus yangjarang terj adi ( 1 dari 1 mil iar) dan diduga diturunkan
secara autosomal dominan dengan gambaran yang beraneka ragam. Rambut ini mungkin
menetap, meningkat, atau menurun sesuai pertambahan usia.Pada sebagian besar kasus,
dapat ditemukan anomali erupsi dental dan anak - anak biasanya cukup sehat.2
Gambar 1 .
H ipertrikosis Lanuginosa Kongenitai<21
Hipertrikosis Akuisita
Sekitar 60 kasus telah dilaporkan bahwa hipertrikosis berasal dari beberapa penyakit
keganasan pada organ tubuh misalnya saluran cema, bronkus, payudara, kandung
empedu, uterus, kandung kemih, maupun organ yang lain. H ipertrikosis dapat muncul
setelah diagnosa keganasan ditegakkan selama beberapa tahun. H ipertrikosis lanuginosa
generalisata akuisita sebagian besar menandakan adanya keganasan. Meski demikian,
kaitan dengan hepatitis autoimun juga pemah dilaporkan.2
H ipertrikosis generalisata akuisita non maligna dapat juga muncul akibat adanya
gangguan sistem endokrin misalnya hipotiroid, hipertiroid maupun gangguan mekanisme
pituitaridan gangguan pada otak, misalnya paska ensefalitis dan mumps. 2
72
H ipertrikosis iatrogenik
Merupakan suatu bentuk pertumbuhan rambut yang berlebihan pada daerah badan,
tangan dan wajah yang tidak berhubungan dengan androgen namun dihubungkan dengan
penggunaan beberapa obat tertentu. Mekanisme obat bekerja pada folikel rambut masih
belum j elas. Dimana mekanisme yang sama tidak selalu terj adi pada semua kasus. Kortison,
difeni lhidantoin dan penisilamine diketahui berpengaruh pada jaringan ikat, tetapi dengan
mekanisme yang berbeda. Psoralen yang digunakan pada pengobatan psoriasis dan vitiligo
dianggap menginduksi terj adinya hipertrikosis pada beberapa subjek melalui aksinya
yang berkaitan dengan paparan sinar matahari yang mengakibatkan terj adinya perubahan
yang bersifat sementara. Stimulasi pertumbuhan pada folikel rambut dengan paparan sinar
matahari oleh benoksaprofen mungkin mempunyai mekanisme yang serupa. ( l , lJ
Difenilhidrantoin menginduksi hipertrikosis setelah pemakaian 2-3 b ulan, dan bisa
ditemukan pada bagian ekstensor di ekstremitas bawah, juga pada waj ah dan badan.
Diazoksida dapat menyebabkan hipertrikosis lanugo pada waj ah, badan, dan ekstremitas
pada 1 -20 % orang dewasa tetapi hampir 1 00 % pada kanak - kanak. <2J
M inoksidil dilaporkan menimbul kan hipertrikosis pada 80 % pasien terutama
pada wajah, bahu, dan ekstremitas setelah beberapa minggu pemakaian.Siklosporin,
menyebabkan hipertrikosis rambut terminal pada 40-95 % pasien, dengan distribusi rambut
yang lebih difus terutama seluruh tubuh bagian atas.<1• 2 J
Benoksaprofen menginduksi terj adinya pertumbuhan rambut pada wajah dan
ekstremitas setelah penggunaan beberapa minggu.Streptomisin menyebabkan hipertrikosis
pada 22 dari 27 anak-anak yang mendapatkan i njeksi streptomisin 1 gr perhari yang di
diagnosa meningitis tuberkulosa miliar.(2)
Pemberian jangka panjang dari prednison dapat menginduksi terjadinya hipertrikosis,
umumnya terjadi pada daerah dahi , pada bagian depan dan sisi dagu dan sering j uga
didapatkan pada bagian belakang dan bagian ekstensor dari ekstremitas bawah.<2J
H ipertrikosis akibat efek samping penggunaan steroid inhalasi pemah dilaporkan.<6l
73
TE RAPI
Menghilangkan penyebab dasar harus menjadi pendekatan utama untuk penanganan
hipertrikosis dan biasanya berujung pada regresi hipertrikosis. Meski demikian, pada situasi
di mana hal ini tidak memungkinkan, maka pendekatan psikologi diperlukan. Metode
menghilangkan rambut dengan cara yang sama untuk pengobatan hirsutisme dapat pula
digunakan pada hipertrikosis, berupa pencabutan, mencukur, waxing, depilatori kimiawi,
bleaching, elektrolisis, dan terapi laser. r i , 3J
H I RSUTISME
H irsutisme merupakan gangguan berlebihnya pertumbuhan rambut pada seorang
wanita yang disebabkan oleh meningkatnya honnon androgen, meliputi pertumbuhan
rambut di daerah dagu, diatas bibir, payudara, punggung atas dan abdomen .Pertumbuhan
rambut seksual secara keseluruhan dipengaruhi oleh hormon androgen. r i . 2J
EPIDEMIOLOGI
H irsutisme terkadang sangat sulit didiagnosis, karena bergantung pada keberagaman
kultur dan faktor ras, persepsi umum tentang normalitas, dan persepsi individual dokter
dan pasien. D i London, 1 ,2% wanita menderita hirsutisme. Penelitian lain melaporkan
frekuensi hingga 1 8 %. Gangguan ini mempengaruhi 5- 1 0% wanita usia reproduktif( l l
KLASI FI KA S I
Kebanyakan wanita dengan hirsutisme ditemukan menderita sindrom ovarium polikistik
(Policystic ovary syndrome IPCOs), merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan
ketidakteraturan menstruasi m isalnya oligomenorhea atau amenore, infertilitas, dan tanda
tanda h iperandrogenisme seperti hirsutisme, akne, atau alopesia androgenik. Gangguan
metabolik meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, hiperlipidemia, dan
obesitas ( indeks massa tubuh > 30 kg/m2) dapat pula terjadi, sehingga meningkatkan resiko
74
Hirsutisme ldiopatik
Penggunaan Obat-obatan (Obat androgenik, steroid, asam valproat)
Hirsutisme dapat disertai dengan beberapa gejala vira lisasi seperti berkurangnya
rambut pada daerah frontoparietal, akne, amenore, masku linisasi pada massa otot, hipertrofi
pita suara, klitoromegali, dan peningkatan l ibido.<3· 7 l
Gambar 4.
Hirsutisme pada wanita premenopause.(7)
75
Gambar 5.
Modifikasi system skor Ferriman-Gallwey. Skor 8 atau lebih menandakan hirsutisme.C4l
Pada pemeriksaan fisik dapat dicari tanda hiperandrogenisme pada kulit lainnya seperti
akne, alopesia androgenik. Akantosis nigrikan merupakan tanda resistensi insulin. Tinggi
dan berat badan sebaiknya diukur dan indeks massa tubuh sebaiknya dihitung. Tekanan
darah sebaiknya dicatat, karena tekanan darah tinggi seringkali dijumpai pada Sindrom
Cushing dan penting sebagai faktor resiko kardiovaskuler. Tanda virilisasi sebaiknya
dikenali. Indikator penyakit Cushing seperti strie, moon face, redistribusi lemak, kulit
pecah-pecah, dan miopati proksimal sebaiknya diperiksa bersama dengan tanda-tanda
penyakit tiroid seperti perubahan tekstur kulit, gondok dan kebotakan. Galaktore spontan
menunjukkan adanya hiperprolaktinemia. Akromegali dikaitkan dengan melebamya wajah,
dan pembesaran tangan dan kaki . 1
Pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium dan radiologi pada pasien
hirsutisme diperlukan untuk memastikan diagnosis keadaan yang mendasarinya atau untuk
76 £ ve ry t; h i ng A P 1..u t Ha r
Tumor adrenal atau Hirsutisme (onset akut, berat, atau Kadar testosterone total dan bebas
ovarium progresif) Globulin pengikat hormon seks
Yirilisasi (peningkatan libido, Dehidroepiandrosteon sulfa!
bertambah beratnya suara, Androstenedion
klitoromegali, peningkatan massa otot) CT-Scan atau MRI (abdomen atau
pelvis)
77
78
f. 79
PE N U T U P
Telah diutarakan uraian tentang H ipertrikosis dan H irsutism beserta eriologi, gejala
dan terapinya.
KEPU STAKAAN
I . Paus R, Olsen EA, Messenger AG. Hair Growth D isorders. In: Freedeberg IM. EA, Wolf K,
editor. Fitzpatrick 's dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2008.
p. 774-7.
2. Messenger AG, De Berker DAR, S inclair RD. D isorders of hair. In: Tony Burns SB, Christopher
Griffiths, editor. Rook 's Textbook of Dermatology. 8th ed. Oxford: W I LEY-BLACKWELL;
20 1 0. p . 92-8.
3. Harrison S, Somani N , Bergfeld W. Update on the management of hirsutism. Cleveland Clinic
Journal of Medicine, 20 1 0;77(6) : 3 8 8-98
4. Kathryn A, Martin R, Jeffrey C . Evaluation and treatment ofhirsutism in premenopausal women
: An Endocrine society clinical practice guidelineThe Journal of Clinical Endocrinology &
80
IG A A Praharsini
Dept/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUP Sanglah I F K Universitas Udayana
Denpasar
81
asssociated transcription factor (MITF) , SOXJ O, Pax3, KIT, fibroblast growth factor-2,
lineage pada neural crest ditentukan oleh beberapa faktor mel iputi micropthalamia
[-
piebaldism sehingga terbentuk rambut tidak berpigmen.2
o=•noman•
"""' ' ' . ... .,.� -., C.(") .W ' (J
� C f:'. 1 0'(. I T £. f .l• F..LH'..ilf'# t;
t>FGS'"
- - J
D1Ho0,on1.�t-an
,:_,.,,,,,,e,at•Or•
f- U N M B;f-- T __\
'-'O<Of' lt>OC_.J' R t ""''
�Cll'" ioc; 1 r ....
OJ: '-0!:>1 t. l f
o,._ C".;."- POfVlC ""'°"'""••
Gambar 1 .
Perkembangan melanosit (dikutip dari kepustakaan no. 3 )
82 E
83
RELEVANSI K L I N I K
Baru baru ini dilaporkan ada hubungan antara merokok dengan canities prematur
dan ini menunj ukkan canities sebagai marker status kesehatan secara umum. Fenomena
ini berhubungan dengan merokok yang menyebabkan penuaan dini pada berbagai organ
te1111asuk pada unit folikuler pigmentasi. Efek secara langsung melalui smoke genotoxin
induced apoptosis yang j uga terlibat. Canities sebagai faktor resiko penyakit masih
kontroversi, di sebabkan karena metode penel itian yang tidak bagus. Telah dilaporkan
bahwa individu dengan canities prematur lebih berhubungan dengan kejadian osteopenia
dibandingkan individu tanpa canities. B eberapa penelitian melaporkan individu dengan
rambut uban sebelum usia 20 tahunan mempunyai densitas tulang yang rendah . Walaupun
belum j elas hubungan antara individu dengan canities prematur dan penyakit jantung,
beberapa penelitian melaporkan individu dengan canities mempunyai faktor resiko
terhadap kej adian infark miokard.3
84
rambut, kulit dan mata. OCA 1 terdiri dari OCA 1 A dengan tidak terdapat aktifitas
recessive.OCA I mempunyai gambaran klinis karakteristik tidak ada pigrnen pada
tirosinase akibat enzim ini tidak aktif dan OCA l B dengan aktifitas enzim tirosinase
berkurang. Melanosom normal terdapat di dalam melanosit dan dipindahkan ke
terdapat melanosom matur (stadium I I I atau IV). OCAI disebabkan mutasi gen TY R
keratinosit,tetapi hanya terdapat melanosom stadium awal (I atau II) dan tidak
85
86
' ' 87
88
1 Tehnik Eksperimental
1 . 1 K u ltu r Melanosit Folikel Rambut
Penelitian awal melanosit folikel rambut secara terbatas pada inkubasi isolasi folikel
rambut dengan reagen berbeda dinilai efek pada produksi melanin di dalam bulbus
rambut. Melanosit folikel rambut dapat diisolasi dari kulit segar yang berambut dan
tumbuh dalam mediun mengandung natural mitogens, dan penting untuk menghindari
kontaminasi rnelanosit dari epidermis atau infundibulum. Suspensi satu sel dari total
melanosit folikel rambut diperoleh melalui i solasi folikel rambut dengan tripsin/
ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA), sel folikel diletakkan piring kultur j aringan
dengan Eagle's M E M ditambah dengan serum bovin fetus 5ng/ml endotelin- 1 , 5 ng/
ml basic fibroblast growth factor dan media keratinocyte-free mengandung ekstrak
puituitari bovin dan 0,2 mng/ml recombinant epidermal growth factor. Melanosit
dari bulbus rambut anagen j umlah selnya sangat sedikit di dalam suspensidan mudah
diketahui rnelalui adanya p igmentasi intensif dan phenotype berbagai dendrit. 3 •10
lama sarnpai I 0 hari dalam serat ram but pada kultur ex vivo. Berbagai uji agen
Folikel rarnbut anagen V l yang utuh dapat dipertahankan dalam waktu yang
89
KEPU STAKAAN
1 . Passeron T, Mantoux F, Ortonne J P. Genetic disorders of pigmentation. Clinic in Dermatology
2003 ;23 : 50-57.
2 . Cotsarelis G, Botchkarev V B iology of hair follicle. In: WolfK, Goldsmith LA, Katz SI et al, editors.
Fitzpatric Dermatology in General Medicine. 7 "' ed. NewYork: Mc Graw Hill, 2008 : 739-748.
3. Tobin JD. Biology of hair follicle pigmentation. I n : B lume-PeytaviU, Tosti A, Whiting DA,
Trueb R M , editors. Hair Growth and Disorders. l " ed. Berl in : Springer-Verlag, 2008 : 5 1 -7 1 .
4. Slominski A, Wortsman J, Plonka PM, Schallreter KU, Paus R, Tobin DJ. Hair follicle
pigmentation. J Invest Dennatol , 2005 ; 1 24 : 1 3-2 1 .
5 . Tobin DJ. Aging of hair fol licle pigmentation system. International Journal of Trichology,
2009;(2): 83-93.
6. H air color. Avalaible at: http//www.keratin.com/as/asOO l .shtml. [ Acessed: Nov 1 5th, 20 1 1 ] .
7. Pesce K, Rothe M J . The premature aging syndromes. Clinic in Dermatology, 1 996; 1 4 : 1 6 1 - 1 70.
8 . Westerhof W. M i scellaneus hypomelanoses: extracutaneus loss of pigmentation. In : Nordlund
JJ, Bossy RE, Hearing RA, Oetting WS, Ortonne JP, editors. The Pigmcntary System. 2 nd ed.
Oxford : B lackwell Publ ishing, 2006 : 754-766.
9. Commo S, Gaillard 0, Bernard BA. Human hair graying is linked to a specific depletion of hair
follicle melanocytes affecting both the bulb and the outer root sheath. Br J Dennatol , 2004; 1 50
: 43 5-443.
1 0. Tobin DJ . Human hair pigmentation-biological aspect. lnternatioan Journal of Cosmetic
Science, 2008 ; 30 : 233-257.
1 1 . ltin PH, Goldsmith LA. Cutaneus changes in errors of amino acid metabolism . In: Wolf K,
Goldsmith IA, Katz S I et al, editors. Fitzpatric Dennatology in General Medicine. 7 t h ed.
NewYork: Mc Graw Hill, 2008 : 1 2 1 9- 1 228.
1 2. Lacovture ME, paller AS. Herritable disordersof connective tissue with skin changes. ln:Wolf
K, Goldsmith IA, Katz S I et al, editors. Fitzpatric Dermatology in General Medicine. 7 th ed.
NewYork: Mc Graw Hill, 2008 : 1 297- 1 3 1 1 .
1 3 . Jen M , Yan AC. Syndromes assoaciated with nutritional deficiency and excess. Clinic in
Dennato logy, 20 I 0 ; 28 :669-685.
90
PENDAHULUAN
Kelainan batang rambut dapat primer dan herediter atau sekunder akibat faktor ekstemal.
Beberapa kelainan batang rambut menunj ukkan bentuk akhir trauma atau kelainan
kelemahan batang rambut, dan beberapa lainnya spesifik kumpulan gej ala khas batang
rambut. Kelainan batang rambut dapat dibagi menj adi kelainan yang berkaitan rambut
patah dan rambut kusut.
Trichorrhexis nodosa
Trichorrhexis nodosa merupakan kelainan batang rambut patah tersering. Kerusakan
mekanik atau kimiawi memicu kelainan ini, yang dapat terj ad i pada rambut normal, tetapi
paling sering terj adi pada rambut yang telah lemah. Secara mikroskopis, rambut yang
mengalami kelainan menunj ukkan kutikel putus, yang akhimya dapat terj adi pemisahan
dan terurainya serat korteks yang terbuka, serta pembengkakan nodus. Serat korteks
kemudian fraktur dan tampak seperti sebaran cat semprot atau kipas (Gambar 1 ).
Gambar 1 .
Trichorrhexis nodosa.Poto inset: close-up nodul putih,
fraktur rambut, dan serat yang terurai
Every t h i n g A b o u t H a i r 91
Trichoschisis
Ram but patah pada trichoschisis merupakan fraktur transversal teratur/bersih memotong
keseluruhan batang rambut pada lokasi di mana tidak ditemukan kutikel (Gambar 2 kiri).
Trichoschisis biasanya, tetapi tidak spesifik, penanda defisiensi sulfur rambut pada TTD,
yaitu kelainan rambut kepala, bulu dan alis mata yang pendek dan rapuh (Gambar 2 kanan).
Abnonnalitas rambut TTD merujuk sekelompok kelainan autosomal resesif ekstratrikologik
neuroektodermal. Pada individu penderita, kandungan sistin rambut kurang dari setengah
rambut normal, terutama akibat pengurangan atau perubahan komposisi protein matriks
ultrahigh-sulfur. Pemeriksaan polariskopik rambut terlibat menunjukkan pita terang dan
gelap bergantian, diduga akibat sekunder variasi kandungan sulfur. Berbagai kelainan
struktur dapat dideteksi melalui pemeriksaan mikroskop elektron dan confocal, sedangkan
spektroskopi Raman secara energi tidak sesuai untuk konfinnasi disulfida pada rambut
TTD. Bila terjadi bersama, kompleks kelainan ini menyebabkan rambut TTD sangat rentan
patah dan rusak. Analisis sulfur dan/atau asam amino rambut merupakan diagnostik.
92
fotosensitif sebaiknya diperiksa responnya terhadap radiasi UV dan dianj urkan melakukan
xeroderma pigmentosum. Tidak ada pengobatan yang saat ini tersedia, tetapi pasien yang
Gambar 2 .
Pili torti
Rambut yang pendek dan rapuh pada pasien pili torti, bila dilihat melalui mikroskop,
menunj ukkan rambut pipih dan terpilin 90- 360°. Terpi linnya rambut harus dibedakan
dari terpilinnya rambut normal pada individu berkulit hitam dan rambut pubis/aksila ras
lainnya, melalui pengamatan interval iregular multipel pemilinan sepanj ang batang rambut
diselingi rambut lurus.
93
B. Rambut rusak rapuh khas pada pili torti kongenital disertai alopesia setempat
gambaran rambut jarang, rapuh, depigmentasi , dan pi/i torti atau trichorrhexis nodosa pada
kromosom X, atau trichopoliodystrophy. B ayi dengan sindrom Menkes menunjukkan
94 Every t h in g A bo u t Hair
Gambar 4.
(Kiri) Trichorrhexis invaginata (pemeriksaan mikroskop cahaya x400).
(Kanan) Rambut pendek, tipis, kusam, dan rapuh pada trichorrhexis invaginata.
Monilethrix
Kelainan ram but monilethrix merupakan kelainan ram but sangat rap uh dan pendek yang
tumbuh dari papul folikular keratotik (Gambar 5 kiri) . Awitan dapat lambat h ingga masa
remaja, dan kerontokan rambut dapat terj adi lokalisata atau difusa. Secara mikroskopi s,
ram but menunjukkan po la nodus elips dengan periodik regular setiap 0, 7 1 ,0 cm (Gambar
-
5 kanan). Di antara nodus, batang rambut mengalami konstriksi dan pada daerah ini rambut
mengalami fraktur. Monilethrix disebabkan oleh mutasi salah satu dari tiga gen pengkode
keratin korteks rambut tipe I I (KHb l , KHb3, dan KHB6). Kasus jarang yang secara klinis
mirip monilethrix menunjukkan pola autosomal resesif; gen yang mendasari, desmoglein
4 (DSG4), merupakan anggota superfami l i kadherin desmosom dan diekspresikan pada
korteks folikel rambut.
Kebanyakan kasus moniletrix menunjukkan pola penurunan autosomal dominan, dengan
gambaran klinis bervariasi. Pada kasus yang sangat ringan, defek rambut terletak pada oksiput.
Defek rambut dapat terjadi sendiri atau dalam kombinasi dengan keratosis pilaris, retardasi
fisik, sindaktili, katarak, dan abnormalitas kuku/gigi. Retinoid dan minoksidil topikal dapat
bermanfaat, walaupun perbaikan dapat terjadi spontan sej alan umur.
Every t h i n g A b o u t Hair 95
(dsg4), suatu protein desmosom. Pasien pada masa anak-anak dini menunjuk:kan rambut rusak
Hipotrikosis autosomal resesif lokalisata merupakan akibat mutasi gen desmoglein 4
dan jarang pada skalp dan alis mata, serta hiperkeratosis folikular (keratosis pilaris). Gambaran
klinis mirip monilethrix tetapi batang rambut tidak menunjuk:kan pola tasbih (Gambar 6).
Gambar 6.
H ipotrikosis autosomal resesif lokalisata
96
Gambar 7.
Sindrom rambut tidak dapat disisirluncombable hair syndrome.
A. Gambaran klinis khas. B. Alur longitudinal pada sindrom rambut tidak dapat disisir.
Keadaan ini dapat autosomal dominan atau sporadik. Pada mikroskop cahaya, rambut
tampak normal atau tampak alur longitudinal atau pemipihan seperti pita. Pemeriksaan
mikroskop elektron dapat dilakukan untuk konfirmasi alur longitudinal dan rambut pada
potongan melintang menunjukkan bentuk ginj al atau triangular, dan disebut sebagai pili
triangulate et canaliculi. Alur longitudinal pada batang rambut tidak spesifik pada sindrom
ini tetapi dapat terlihat pada rambut normal, etiologi rambut kusut lainnya, dan beberapa
tipe displasia ektodermal. Defek merupakan akibat sekunder konfigurasi abnonnal selubung
akar dalam, yang mengalami keratinisasi sebelum batang rambut, sehingga menentukan
bentuknya. Suplementasi biotin telah diberikan pada satu laporan kasus, tetapi secara
um um bukan merupakan terapi efektif sindrom ini.
97
Gambar 8.
Rambut wol resesif sporadik
PE NUT U P
Telah diutarakan berbagai kelainan batang rambut yang umurnnya akibat kelainan genetik.
Terapi yang dilakukan sesuai dengan etiologinya ini agak sukar, kecuali apabila jelas ada
faktor fisik yang menyebabkannya.
99
1 00
S u n arso Suyoso
Sedangkan infestasi pada kulit kepala dan rambut disebabkan oleh pedikulosis kapitis.
I N FE KSI BAKT E RI
Staphylococcus aereus. Folikulitis, Furunkel dan Karbunkel disebabkan oleh S. aereus, 1 ·5,6
101
d. Folliculitis decalvans
Kelainan neutrofilik karena S. aureus. P ada orang dewasa. Gata! , nyeri dan lunak.
Tepi tidak teratur dan banyak alopesia depigmentasi yang di tepinya dikelilingi pustul
folikular yang eritematus dan area krusta.4,7,s,9
e. Perifolliculitis capitis abscedens et sujfodiens (Dissecting cellulitis/ Dissecting
folliculitis )
Bentuk kronis dan folikulitis yang khas adanya nodul-nodul multipel dan abses yang
mengeluarkan nanah yang mengenai kepala pada dewasa muda. Dapat bagian dari
trias retensi oklusi folikular yaitu termasuk akne konglobata, hidradenitis supurativa
dan dissecting cellulitis kepala. Umumnya ada infeksi sekunder Staphylococcus aureus.
Penyembuhan lesi-lesi lama menimbulkan kerontokan rambut dan skar seperti keloid.4•8•9
Diagnosa Banding
- Tinea Kapitis tipe kerion. 1 .7·9
Tera pi
1 . Pencegahan
Higiene sanitasi, mandi dan mencuci kepala tiap hari. Periksa anggota keluarga sebagai
sumber infeksi. u,s ,6
2 . Terapi topikal
Topikal salep asam fusidad atau mupirocin dioleskan 3 x/ hari 7- 1 0 hari, mendampingi
obat antibiotik sistemik. Dapat untuk mengeliminasi organisme dari lubang hidung pada
kasus nasal kronis S.aureus. l ,l,3
1 02
Folikulitis decalvans : Kap. Rifampisin 600 mg I hari bersama dengan Kap. Klindamysin
diberikan golongan penisi l in beta laktamase atau golongan antibiotika lainnya. Pada
2-3 x 300 mg I hari (atau dengan Siprofloksasi n 2 x 500 mg) selama 1 0 minggu. 1 •7•9 Pada
Perifolliculitis abscedens et sujfodiens pemberian antibiotika sistemik jangka lama dapat
1 -3 bulan, dikombinasi dengan i njeksi intralesi Triamsinolone acetonide IAID seminggu
sekal i . 1 •4•9 Terbaik dengan isotretinoin oral 20 mg/ hari, selama 7 hari, istirahat 7 hari diulang
lagi sampai sembuh ± 3-6 bulan.
2. TBC KULIT
Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
Klasifikasi TBC kulit
I . lnfeksi Eksogen : TBC inokulasi primer, TBC verukosa kutis.
2. Penyebaran endogen : Lupus Vulgaris, TBC milier akut, Metastasis TBC abses,
Skrofulodemrn, TBC orificium. 1 •3
Epidemiologi :
TBC inokulasi primer kompleks dan TBC m i l ier akut terlihat di anak-anak. Lupus
vulgaris pada semua umur, wanita lebih banyak dari pria. Skrofulodenna pada dewasa dan
orang tua. Kulit berwarna lebih sering terkena daripada kulit putih dengan prognosa lebih
tidak menguntungkan. 1 •3•16
Gejala Klinis :
Gambaran khas infeksi teijadi pada yang belum pemah terinfeksi yaitu yang disebut
kompleks primer terdiri Iuka TBC primer, l imfangitis dan l imfadenitis regional. Pejamu
bereaksi imunologis dengan M tuberculosis dalam 3-8 minggu. Tuberkulosis test menjadi
positif pada saat itu. Gejala klinisnya tergantung keadaan imunologis pasien dan masuknya
bacillus tubercle mencapai kulit. Akhir-akl1ir ini peningkatan insidensi sering dihubungkan
dengan H I V/AI DS. lnokulasi kulit me11yebabkan Tuberkulosis kha11kre pada pejamu 11011
imu11, dan Tuberkulosis verukosa kutis pejamu imu11. Penyebaran secara endogen ke kulit
te1jadi melalui peredaran darah sebagaimana pada tuberkulosis milier, lupus vulgaris dan TBC
gwrnna. Ekstensi langsu11g dari proses tuberkulosis subkutis yang mendasari sebagaimana
padaskrofulodenna atau lupus vulgaris, pada situasi ini kepala dapat terkena. 1•3 • 1 0
I . Tuberkulosis Khankre
Jarang di kepala. l nokulasi primer tuberkulosis akibat i nokulasi bacillus tubercle kulit
pasien denga11 tidak ada terke11a mikobakteria sebelumnya. Khas : 11odul ulserasi pada tempat
inokulasi. Kelenjar limfe regional terkena sekunder dan membentuk kompleks tuberkulosis
1 03
2 . Lupus Vulgaris
Kepala jarang terkena dan terkena karena perluasan dari area muka, tersering di hi dung
dan pipi, leher atau bentuk disseminated. D i kepala tampak alopesia sikatrik ditengah lesi
lupus. Lesi khas nodul apple jelly, sikatrik seperti kertas ti pis dan ulserasi, kadang-kadang
hanya ulserasi yang tampak. 1 •3•1 0
Diagnosis banding :
Lupus vulgaris dikepala
1 . Alopesia sikatrik
Lupus eritematus kutis kronis, Sifilis tersier, Sarkoidosis, Leishmaniasis lupoid, infeksi
mikosis subkutan, keganasan dan lymphoma.
2. Kankre I Ulserasi
Keganasan dan infeksi mikosis subkutan
Pemeriksaan bakteriologis dan DNA test/ PCR perlu dilakukan. 1 .3 · 1 0
H istopatologi:
Khas tampak tuberkel dengan sel epiteloid, sel giant langerhans dan limfosit nekrosis
kaseosa tampak pada 50% kasus. Basil tahan asam tampak l 0% kasus. 1 •3
Terapi :
Rifampisin 1 0 mg I kg I hari
A. Pennulaan selama 8 minggu
3.
Pyrazinamide 30 m g I kg I hari
4. Isoniazid 5 mg I kg I hari
5.
6. Ethambutol 1 5 m g I kg/ hari (atau Streptomisin 1 5 m g I k g I hari)
B. Dilanjutkan selama 1 6 minggu 2 -3 x I minggu
a.
b. Isoniazid 5 mg I kg
Rifampisin 1 0 mg I kg
3 . KUSTA
Kusta adalah infeksi granulomatosis kronis karena Mycobacterium leprae.
Primer menyerang syaraf tepi dan sekunder menyerang kulit dan jaringan lain kecuali
susunan syaraf pusat. Luasnya penyakit ini dihubungkan dengan status imunologis pasien.
Mengenai kepala pada bentuk diseminasi oleh karena kaya aliran darah atau temperatur
yang tinggi dan terjadi pada kasus lepra lepromatus lanjut dengan lesi di leher atau wajah.
Pada tipe Tuberkuloid, kepala tidak terkena. Diagnosis banding : Lesi dikepala : lupus
1 04
4. S I F I LI S
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang sistemik kronis disebabkan karena
Treponema pallidum. B ila tidak diobati maka sifilis stadium primer (Khankre) akan berlanjut
menjadi Sifilis stadium 2 dengan bercak merah menyeluruh, limfadenopati menyeluruh,
Mucous pathches, Kandiloma latum, A lopesia dan manifestasi sistemik lainnya. Kemudian
pada stadium laten selama bertahun-tahun dan kemudian ke stadium 3 dengan mengenai
kulit, tulang, jantung atau susunan syaraf pusat. Bentuk kongenital karena infeksi prenatal
bayi dari ibunya yang terkena sifilis. Mengenai kepala pada stadium 2 sering tampak :
alopesia sifilitika tampak kerontokan rambut yang tidak teratur dan tersebar/ acak-acakan.
Bentuk gumma pada stadium 3 dapat dikepala hingga menjadi alopesia permanen. Tes
Serologi dikatakan positif sifilis bila VDRL :'.'.'_ 1 : 4, TPHA +. 1 ·\6•1 3 · 1 4
Pengobatan terbaik dengan penisilin : Penisilin Benzathin G 2,4 j uta µ I single dose
(stadium 1 dan 2), Penisilin Benzathin G 2 ,4 j uta µ I minggu, 2-3 minggu (stadium 3 ) .
Alergi Penisilin : Kap Tetrasiklin HCL 4 dd 500 mg, Kap Doksisiklin 2 d d 1 00 mg. Selama
1 5 har i - 30 hari. 1 ·3 ·6• 1 3· 1 4
1 05
Varisela yang lanjut lebih 3 hari baru diobati maka dapat mengenai kepala dan biasanya
sembuh tidak ada sikatrik, terj adi sikatrik karena garukan pada lesi yang gatal, superinfeksi/
infeksi sekunder atau bila menjadi keloid.
Bentuk nekrotik dari herpes zoster segmental (segmen VI, C 2/3 ) juga dapat
menyebabkan alopesia sikatrik, juga ekskoriasi artifasial oleh karena disesthesia. 1 • 1 5•1 6
Pasien menular pada 3 hari sebelum ( fase panas badan) dan 3 hari sesudah lesi keluar
pertama kali. 1 6
Terapi asiklovir 5x800 mg 7 hari/ valasiklovir 3 x l 000 mg 7 hari 1 • 1 5•1 6 untuk anak
anak dan orang dewasa yang lesi dini yang timbul pada hari 1 . Pada dewasa yang timbul
Dalam hidup, harus sekali pernah terkena varisela, maka bila belum pernah terkena
sampai dewasa terutama sebelum menikah seharusnya imunisasi Varicella virus vaccine
(Oka Strain) yang melindungi sampai 20 tahun. 1 6 Bila terkena varisela pada wanita
hamil trimester pertama dapat terj adi kecacatan pada bayinya, sedangkan bila ibu sedang
melahirkan terkena varisela lanjut ibunya biasanya meninggal setelah melahirkan.
I N FEKSI JAM U R
1 . TINEA KAPITIS
Pada usia anak-anak (> 1 1 minggu s/d prepuber).
a. Tinea kapitis tipe kerion
Tinea kapitis supurativa dengan keradangan yang sangat, biasanya karena jamur
zoofilik atau geofilik. Dapat disertai infeksi bakteri sekunder.
Gejala klinis : alopesia disertai folikulitis dalam nodular, bengkak sangat supuratif
dengan fistel dan sekresi pus dan beberapa lubang. Dapat l impadenopati regional,
kadang-kadang sakit kepala dan panas Dapat alopesia sikatrik. Diagnosis banding :
Dissectingfoliculitis, dermatosis pustular erosif.
b. Tinea kapitis tipe gray patch dan Tinea kapitis tipe black dot
Primer mengenai folikel rambut, dapat Alopesia . Tipe gray patch, rambut berwama
abu -abu, terputus beberapa mm diatas kepala. Tipe black dot, rambut terputus pada pangkal
rambut kepala hingga tampak titik-titik hitam. Alopesianya seperti tangan terbuka satu sisi
1 06
D iagnosis banding :
Alopesia areata: kulit kepalanya halus tidak berskuama dan tidak berambut.
Dermatitis seboroika: pada bayi _::: 1 0 bulan dan usia puber, area seboroik lainnya ikut
Trikhotilomania: masih berambut tidak teratur terpotongnya dan tidak berskuama.
terkena).
Psoriasis vulgaris: area trauma l ai n dapat terkena, semua umur, lesi seperti Dermatitis
seboroik.
KOH : Ektotrik (pada kerion & gray patch), Endotrik (pada black dot)
Diagnosa :
•
• Kultur
Terapi :
•
Lini pertama : Tab. Griseovulvin 20 mg/ Kg B B/ hari selama 6-8 m inggu
•
Shampo ketokonazole 2% tiap hari sekali . 1 ,2,1 7• 1 8
2. P I E D RA
P iedra adalah mikosis superfisialis dengan gejala khas adanya pembentukan nodul
yang melekat kuat pada batang rambut. Bila nodul tersebut berwama gelap disebut sebagai
black piedra, sedangkan bi la ber warna putih/ atau coklat muda disebut white piedra. Kata
piedra berasal dari bahasa Spanyol yang berarti batu. 3, 1 7 , 19
a, Black piedra
Sinonim : tinea nodosa, trichomycosis nodularis, piedra nigra. 3
Penyebab jamur Piedra hortae, D i Asia terdapat banyak kasus selain mengenai rambut
kepala dapat di j anggut dan kumis. Penularan terj adi antar manusia.
Gejala klinis : khas adanya nodul keras, seperti pasir, hitam melekat kuat pada rambut.
Rambut dapat patah bi la j amur tumbuh ke dalam batang rambut.
1 07
Terapi :
•
Rambut yang terkena dicukur atau dipotong
•
Sensitiv dengan terbinafin oral. 3•1 5• 1 7•1 9
b. White Piedra
Sinonim : Trichosporosis nodosa, piedra alba. 3
Penyebab j amur Trichosporon. Sering didaerah panas dan daerah semitropis; dapat
seluruh dunia. Dapat mengenai rambut kepala, alis, bulu mata, j enggot, ketiak, pubis.
Faktor predisposisinya kelembaban lokal. Jamur dapat di tanah, air dan tumbuh
tumbuhan
Gej ala klinis : tanpa gej ala, nodul tampak j e las, dirasakan rambut seperti berkru sta
hingga teraba kasar permukaan rambutnya.
Diagnosis banding : Black piedra, telur kutu kepala, trichobacteriosis. Diagnosis
penunjang pemeriksaan KOH .
2. Azole oral
3 . Shampo ketokonazole 2%. 3•1 5 • 1 7• 1 9
Pada pasien yang tidak bersedia dipotong rambutnya maka dapat diberikan kombinasi
azol oral selama 1 bulan dan azol krim/ shampo selama 2-3 bulan . 1 9
Patogenesis :
I . Sporotrikosis :
Infeksinya karena inokulasi traumatik biasanya bila menangani sayur-mayur.
Kepala dapat terkena pada kasus diseminasi. 3•1 5
1 08
Gambaran klinis
Polimorf. Dicurigai bi la ada lesi j angka lam a berupa ulkus, plak keradangan dan lesi
pseudo tumor yang tidak dirasakan nyeri . 3 , 1 5
Pengobatan
Pada sprorotrikosis : Tab Jodkali 30 mg/ kgBB/hari, sampai sembuh (± 1 bulan),
diteruskan sampai I bulan sesudah sembuh. D apat kapsul I trakonazol 1 -2 x 2 kapsul.
Pada histoplasmosis diberikan kapsul itrakonasol 3 x 200 mg sampai sembuh (± 1 bulan)
dilanjutkan 2 x 200 mg selama 3-6 bulan, sebaiknya disertai debridement. Amphoterisin �
T V pada kasus resisten dan imunokompromais.3•1 5• 1 7
1 09
KEPUSTAKAAN
I . Finner AM, Shapiro J. Secondary c icatricial and other pennanent alopecia. In : Blume - Peytavi
U, Tosti A, Whiting DA and Trueb R eds. H air Growth and disorders. Berl in: Springer - verlag;
2008, p. 227-57.
2 . Sinclair R, Yee JT. D isorder of the scalp. In : B l ume - Peytavi U, Tosti A, Whiting DA and
Trueb R eds. Hair Growth and disorders. Berlin: Springer - verlag; 2008, p. 389-406.
3 . Soliman M, Larangeira de A lmeida H. Tropical Dennatoses of the scalp. l n : Blume - Peytavi
U, Tosti A, Whiting DA and Trueb R eds. H air Growth and disorders. Berl in: Springer - verlag;
2008, p. 467-82.
4. Ross EK, Shapir J. Primary cicatricial alopesia. In : B l ume - Peytavi U, Tosti A, Whiting DA
and Trueb R eds. H air Growth and disorders. Berlin: Springer - verlag; 2008, p. 1 87-226.
5. Hay RJ . Scabies and P iodenna - diagnosis and treatment. Dennatol Ther; 2009. 22 : p. 466-74.
6. Finner AM, Otberg N and Shapiro J. Secondary cicatricial and other permanent alopecia.
Dennatol Ther; 2008. 2 1 : p. 279-94.
7. Otberg N, Hoon Kang, Alzolibani AA and Shapiro J. Folliculitis decalvans. Dem1atol Ther;
2008. 2 1 : p. 23 8-44.
8. Somani N and Bergfeld WF. Cicatricial alopecia : Classification and histopathology. Dermatol
Ther; 2008. 2 1 : p. 22 1 -3 7 .
9 . Paus R, Olsen EA, Messenger A G . Hair Growth disorders. In : WolffK, Goldsmith LA, Katz S I ,
Gilchrest B A , Paller A S , and Ceffell. D J eds, Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine
7'11 ed, New York : Mc Graw H i l l Medical; 2008. p. 753-77.
I 0. Handog EB, Gabriel TG and Pineda RTV. Management of cutaneous tuberculosis. Dermatol
Ther; 2008. 2 1 : p. 1 54 - 1 6 1 .
1 1 . Tappeiner G . Tuberculowsis and infection with atypical Mycobacterium. In : WolffK, Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, and Ceffell. DJ eds, Fitzpatrick's Dennatology in
1 2 . Worobec SM. Treatment of leprosy I Hansen's disease in the early 2 1 " century DennatoI Ther;
General Medicine 7'h ed, New York : Mc Graw H i l l M edical; 2008. p. 1 768-78.
2009. 22 : p. 5 1 8-37.
1 3 . Workowshi KA, Berman SM. Sexually Transmitted Di seases Treatment guidelines 2006.
US Department of Health and Human Services. Centers For Disease Control and Prevention
(CDC). Morbidity and M ortality Weekly Report; 2006. 55 : p. 54-6.
1 4. Hercogova J and Vanousova D. Syphilis and borreliosis during pregnancy. Dermatol Ther;
1 5 . James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Diseases of the Skin Cl inical Dem1atology. I 0'11
2008. 2 1 : p. 205-209.
1 10
[ 111
PENDAH U LUAN
Dandruff, atau biasa disebut dengan ketombe atau pitiriasis sika, adalah kelainan
skuamasi kulit kepala yang hampir fisiologis, ditandai oleh skuama halus, dan dapat atau
tidak berasosiasi dengan kebotakan atau keadaan seborea.
Dandruff dewasa ini merupakan masalah yang cukup penting, karena banyak
ditemukan dan dapat menyebabkan rasa khawatir,/tertekan atau tidak nyaman bagi
pengidapnya. Penyakit ini sering ditemukan pada usia dewasa muda, sedangkan pada anak
relatif jarang dan berbentuk ringan. Insidens puncak dan keparahan penyakit terjadi pada
usia sekitar 20 tahun, dan semakin j arang diketemukan setelah usia 50 tahun. Insidens yang
berhubungan dengan usia ini menunjukkan bahwa faktor honnon androgenik memegang
peranan penting. Dandruff biasanya mengenai orang yang secara konstitusional memiliki
kulit berminyak (seborrheic diathesis). Sekitar 5 0 % populasi dunia pernah menderita
penyakit ini dengan deraj at keparahan yang berlainan. Meskipun demikian, profesi medis
cendenmg menganggapnya sebagai masalah sederhana kecuali bila kelainan tersebut berat
atau merupakan bagian dari dermatosis yang lebih luas.
Dandruff pada umumnya dianggap merupakan ujung spektrum teringan dennatitis
seboroik (OS), yang ditunjukkan antara lain oleh beberapa ha! : kemungkinannya untuk
berkembang menj adi DS, lesi dandruff dan DS dapat berada bersamaan dan kadang sulit
dibedakan, serta keduanya memberi respons serupa terhadap obat anti jamur. M eskipun
demikian Kl igman et al pada awal 1 970-an menyatakan bahwa dandruffdan OS rnerupakan
kesatuan penyakit yang berbeda: DS merupakan proses inflamasi sedangkan dandruff
merupakan akibat langsung hiperproliferasi epidermis. M eskipun istilah D S memberi
indikasi gangguan pada kelenj ar penghasil sebum, temyata tidak ditemukan kelainan pada
kelenjar sebasea. Oapat dipastikan bahwa DS memang mempunyai predileksi pada daerah
sebore dan insidensnya berhubungan dengan saat produksi androgen yang tinggi.
1 12
ETIOPATOGEN ESIS
B anyak teori mengenai etiopatogenesis ketombe, tetapi penyebab yang pasti belum
diketahui. Beberapa faktor penyebab berhubungan dengan faktor penyebab DS, antara lain:
hiperproliferasi epidermis, kondisi sebore, pengaruh mikroba, peradangan, genetik, faktor
atopik, obat, abnonnalitas neurotransmitter, faktor fisik, dan gangguan nutrisi.
H iperproliferasi epidermis
Studi kinetik selular menemukan bahwa pada dandruffdidapatkan peningkatan indeks
label timidin 3H pada sel epidermis, suatu kondisi yang menunj ukkan produksi sel tanduk
berlebihan dan peningkatan tersebut sejalan dengan beratnya kondisi klinis. Selain itu
penggunaan kortikosteroid topikal yang memberikan efek baik secara temporer merupakan
salah satu alasan dikemukakannya teori bahwa dandruff semata-mata merupakan
,r 1 13
Kondisi sebore
Puncak insidens dan deraj at keparahan penyakit dandruff terjadi pada usia 20 tahun
danjarang ditemui di atas 50 tahun serta tempat predileksinya pada daerah yang kaya folikel
sebasea, menunj ukkan adanya dugaan bahwa pengaruh androgenik berperan penting dan
aktivitas kelenjar sebasea mungkin merupakan faktor penyebab. Tetapi sebore berat kadang
tidak disertai dandruff, sebaliknya dandruff berat kadang tidak tampak disertai aktivitas
sebasea berlebihan. Suatu studi menunjukkan bahwa pada OS lipid pennukaan kulit tidak
meninggi tetapi terdapat peningkatan proporsi kolesterol, trigliserida, dan parafin dengan
penurunan skualen, asam lemak bebas, dan ester Jilin.
Pada bayi baru lahir insides tinggi D S sejalan dengan besar dan aktivitas produksi
sebum dari kelenj ar sebasea, tetapi pada saat dewasa meskipun puncak aktivitas kelenjar
terj adi pada awal pubertas, D S dapat tidak m uncul sampai I dekade kemudian.
Peraan mikroba
Ragi Malassezia (dahulu dinamai Pityrosporum) merupakan bagian normal dari flora
kulit. Karena memerlukan lemak untuk tumbuh maka j amur ini ditemukan di bagian-bagian
tubuh yang kaya lemak, khususnya di dada, punggung, waj ah, dan kulit kepala. Kolonisasi
jamur ini pada kulit kepala yang terjadi pada masa bayi berkaitan dengan kemunculan
"cradle cap". Proliferasi Malassezia, dan adanya pseudohifa pada pemeriksaan mikroskopik
dengan KOH, mengaitkan Malasseziafurfur dan spesies Malassezia lain dengan pitiriasis
versikolor. Sebaliknya, ragi Malassezia pada kerokan kulit dari pasien dengan dandruff
atau dennatitis seboroik hanya dapat terlihat dengan teknik pulasan periodic acid-Schiff
( PAS) pada j aringan yang difiksasi formalin atau Wright-Giemsa, Nile B lue, atau merah
netral pada apusan baru. Pada skuama dandrufftidak ditemukan pseudohifa.
Malassezia terdapat pada kulit kepala normal atau dengan dandruff, dan merupakan
mikroorganisme terbanyak pada keduanya. Mikroorganisme umum lain yang dapat
ditemukan dari kulit kepala adalah kokus aerob dan Propionibacterium acnes. Peran
bakteri dalam pembentukan dandruff diperkirakan kecil karena obat antijamur selektif
merupakan terapi yang paling efektif. N amun, pada beberapa pasien yang tidak berespons
terhadap sampo antij amur sering dijumpai kolonisasi bakteri yang berlebihan. Dalam ha!
ini, mungkin terj adi peradangan yang dipicu oleh kolonisasi bakteri.
Secara umum, kulit kepala dengan dandruff mengandung lebih banyak sel ragi
daripada kulit kepala tanpa dandruff, namun j umlah dan distribusi sel ragi kurang penting
dibandingkan dengan respons pej amu terhadap keberadaan mereka. Eliminasi sel ragi akan
diikuti oleh berkurangnya skuama dan rekolonisasi diikuti oleh kambuhnya deskuamasi .
Pada masa anak, sebelum produksi sebum yang dibutuhkan oleh organisme dependen
f
lemak ini terj adi, dandruf j arang dijumpai .
1 14
paling prevalen adalah M restricta ( dahulu P ovate) dan M globosa ( dahulu P orbiculare).
dengan dandrujf' memiliki prevalens yang lebih tinggi untuk setiap spesies. Spesies yang
Peradangan
Bagaimana cara Malassezia memicu reaksi peradangan dan peran sensitivitas pejamu saat
ini masih diteliti. lmunitas humoral kecil kemungkinannya berperan. Kadar lgE umumnya
tidak meningkat, demikian juga kadar antibodi total. Beberapa peneliti melaporkan adanya
peningkatan kadar IgG, tetapi hal ini disangkal oleh peneliti-peneliti lain. Pengaktivan
komplemen dalam serum melalui jalur altematif dapat dibuktikan untuk isolat klinis Malassezia
(Pityrosporum ovale) dan diajukan sebagai mekanisme respons imun non-spesifik.
Pengaktivan toll-like receptor (TLR) oleh Malassezia dapat menyebabkan pembentukan
sitokin melalui sistern irnun bawaan. TLR2 diperkirakan berperan dalam reaksi terhadap
6, dan I L- I f3, sementara ekstrak ragi total tidak menyebabkan pembentukan sitokin-sitokin
Malasseziafi1rfur, di mana ekstrak ragi tanpa-lemak menginduksi pembetukan TNF-a, IL-
spesies Malassezia yang ditel iti, M globosa menginduksi l L-5, I L- 1 0, dan I L- 1 3 sementara
dapat dihambat oleh antibodi anti-TLR2. Jenis-jenis sitokin yang terinduksi berbeda sesuai
seboroik. Ragi M globosa yang diinkubasi pada sebum buatan, dapat mengubah komposisi
Malassezia dengan pembentukan skuama dan peradangan pada dandruff dan dermatitis
lemak dengan penguraian trigliserida dan peningkatan asam lemak bebas. Sebum dari pasien
dengan dandruff memperlihatkan kadar asam lemak tak-jenuh yang tinggi; kadamya pulih
ke normal setelah terapi sampo antimikroba. Deskuamasi mirip-dandr71ffdapat ditimbulkan
pada mencit dengan aplikasi ragi plus lemak mirip-sebum. Pada suatu penelitian terhadap
manusia, aplikasi larutan asam oleat 7,5% memicu pembentukan skuama yang identik
dengan dandruff baik secara visual maupun ultrastruktur, tetapi hal ini terjadi hanya j ika
diaplikasikan pada kulit kepala orang yang pemah memil iki riwayat dandruff. Orang tanpa
1 15
Kondisi atopik
H ay mendapatkan bahwa lebih dari 5 0% pasien DS pada kelompok penelitiannya
mempunyai kondisi atopik, sedangkan Ruiz Monaldo menyatakan bahwa sebagian besar
pasiennya yang mempunyai D S bentuk bayi terbukti di kemudian hari menj adi dermatitis
atopik. Lindmaier dkk. dalam studinya mendapatkan bahwa dandruff merupakan penanda
kondisi atopik dengan spesifitas rendah namun sensitivitas tinggi.
Faktor genetik
Beberapa peneliti menunj ukkan bahwa kecenderungan mendapat DS lebih besar
dalam keluarga; antara lain Bergbrant dan Faegermann yang menemukan D S pada orang
tua pasien dan tidak ada pada pasangan pasien.
Faktor i m unologik
Kenyataan bahwa DS lebih banyak ditemukan pada pasien A I D S mendukung dugaan
kemungkinan adanya mekanisme imunologis. Meskipun demikian penelitian hubungan
respons imun dan D S belum j elas karena belum terbukti adanya gangguan mekanisme
imunitas selular terhadap antigen spesies Malassezia. Gambaran klinis dan histologis D S
pada pasien seropositif HIV yang berbeda dengan gambaran klinis dan histologis DS klasik
menyebabkan dugaan bahwa kelainan serupa D S pada pasien seropositif H I V merupakan
suatu kesatuan penyakit yang berbeda.
Faktor fisik
Maibach menyatakan bahwa selain faktor patogen yang mengawali terjadinya DS,
berbagai faktor fisik juga mempunyai pengaruh: pH, tranpor C0 , dan kandungan air. Suhu
2
dan kelembaban rendah akan memperburuk D S , tetapi peningkatan suhu dan kelembaban
pun menempatkan pasien pada risiko mendapat D S .
Faktor n u trisi
Defisiensi biotin, abnormalitas metabolisme asam lemak bebas juga diduga sebagai
mekanisme penyebab D S . Selain itu defisiensi riboflavin atau piridoksin j uga dikaitkan
dengan D S .
1 16
H I STOPATO LOGI
Pada kulit kepala normal, lapisan stratum komeum umumnya terdiri atas 25-35
lapis epitel yang telah mengalami keratinisasi penuh dan merupakan sel yang koheren.
Pada dandrl{ff dij umpai stratum komeum intak yang tipis, kurang dari 1 0 lapis set. D i
permukaannya terdapat set yang rusak bergelung dan lepas membentuk skuama lebar yang
dipenuhi bakteri dan sel ragi. Sel parakeratoti k ditemukan tersusun iregular membentuk
pulau-pulau dalam j urnlah lebih sedikit daripada sel parakeratotik pada psoriasis.
Pemeriksaan sitologi eksfoliatif menunjukkan fraksi sel parakeratotik pada dandrufjkurang
dari 3 0%, sedangkan pada psoriasis lebih dari 60%. Setelah dilakukan pengangkatan
dengan sampo yang efektif, skuama biasanya muncul kembali dalam 4-7 hari.
DI AGNOSIS BANDING
Psoriasis
M erupakan penyakit autoimun yang bersifat kronis,dan seringkali berulang. Rasa gatal
pada penyakit ini tidak begitu nyata dibanding dandruff . Selain di kepala kelainan kulit
juga ditemui di ekstensor ekstremitas, punggung bagian tengah dan bawah. Skuarna psoriasis
lebih kasar dan berlapis-lapis sehingga bila digores akan terlihat seperti lilin pecah.
Tinea kapitis
M erupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur, tidak begitu kronis, dan dapat
disembuhkan apabila penyebabnya diobati. D itandai oleh bercak merah yang berbatas tegas
dengan skuama agak kasar, dan terasa sangat gatal terutama pada saat berkeringat. Mula
mula berbentuk bercak merah keci l yang melebar perlahan-lahan ke daerah sekitamya,
sehingga tampak tepi lesi lebih aktif dibandingkan bagian tengah. Rambut pada daerah lesi
rontok karena patah pada batas akar rambut dan batang rambut.
1 17
Keratolitik
Asam salisilat dalam bahan sampo digunakan untuk melonggarkan skuama. Bahan
ini mengurangi perlekatan antarkorneosit. Bahan Jain untuk menghilangkan skuama
adalah asam glikolat dan urea. Dalam menggunakan sampo keratolitik, pasien dianj urkan
membiarkan busa sampo di kulit kepala selama beberapa menit agar skuama lebih mudah
terlepas. Berbagai minyak, misalnya minyak kacang atau minyak zaitun yang dioleskan
ke kulit kepala di bawah oklusi shower cap dapat melunakkan skuama. Namun, sisa
minyak harus dibersihkan secara tuntas karena j ika tertinggal dapat memicu pertumbuhan
Malassezia dan memperparah penyakit.
Antipruritus
Dengan mengurangi peradangan yang dipicu oleh Malassezia, sebagian besar sampo
antimikroba diharapkan dapat mengurangi rasa gatal. Penambahan mentol 1 ,5% ke dalam
sampo tar terbukti dapat mengurangi gatal dalam jangka-pendek.
Obat anti-Malassezia
Efek antijamur tar batubara telah dibuktikan i n v itro terhadap galur-galur Malassezia
1 18
1 19
Obat Anti-inflamasi
Komponen inftamasi pada dermatitis seboroik yang lebih berat mungkin memerl ukan
tambahan terapi. Pilihan utamanya biasanya adalah kortikosteroid yang tersedia dengan
beragam potensi dan vehikulum. Meskipun j arang, dermatitis seboroik yang parah kadang
memerlukan pemberian singkat kortikosteroid oral.
Losio atau solusio untuk kulit kepala yang mengandung hidrokortison atau steroid
berpotensi terendah (obat bebas) mungkin sudah memadai untuk peradangan ringan dan dapat
digunakan secara intenniten di wajah dan kulit kepala. Juga tersedia kortikosteroid yang lebih
poten dalam bentuk gel, losio, solusio, sampo, oil-based pre-shampoo treatment, dan mousse
likefoam. Pasien biasanya lebih menyukai solusio dan bentuk busa karena tidak mengganggu
gaya rambut mereka, meskipun sediaan-sediaan ini dapat menimbulkan rasa pedih. Peradangan
yang lebih berat mungkin memerlukan gel atau salap kortikosteroid yang dioleskan di bawah
oklusi shower cap selama beberapa jam atau semalaman sebelum diberi sampo.
Sifat dermatitis seboroik yang kronik menyebabkan pemakaian kortikosteroid
berpotensi menyebabkan rosasea, telangiektasia, atrofi, absorpsi, dan dispigmentasi. Di
daerah wajah, pemakaian off-label inhibitor kalsineurin takrolimus dan pimekrol imus
dilaporkan memberi manfaat tanpa menyebabkan penyulit atrofi atau di spigmentasi . Selain
itu kedua obat ini terbukti memiliki efek antij amur terhadap Malassezia.
Terapi Kombinasi
Agar efektif, pengobatan dermatitis seboroik sering memerl ukan lebih dari satu jenis
obat. Sebagai contoh, orang yang aktif dengan potongan rambut pendek dan ketombe
derajat sedang, mungkin hanya memerlukan sampo anti-Malassezia untuk menghilangkan
gejala deskuamasi dan gatal. Namun pasien dengan peradangan kulit kepala yang lebih
parah mungkin memerlukan pemberian steroid berbentuk minyak atau salap di bawah
oklusi semalaman untuk dibil as pada pagi harinya dengan sampo anti-Malassezia hingga
peradangannya mereda, lalu dilanj utkan dengan steroid dalam bentuk larutan, semprot,
atau busa di antara pemakaian sampo.
1 20
121
K E PU STAKAAN
1 . P lewig G, Jansen T. Seborrheic dermatitis. Dalam: Fitzpatick's Dermatology in General
Medicine, 51" Ed. New York, M cGraw H i ll Book Co., 1 999, h. 1 482-89
2. Shuster S. The aetiology of dandruff and the mode of action of therapeutic agents. Br J Dermatol
1 984; 1 1 1 :235-6
3. Dawber R, van Neste D. Hair and Scalp D i sorders. London, M artin Dunitz, 2004
4. Downing DT, Stewart M E , Strauss JS. Lipids of the epidennis and the sebaceous glands.
Dalam: Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 51" Ed. New York: McGraw H i l l Book
Co, 1 999, h. 1 44-53
5 . Berger RS, Mills OH, Jones EL, Mrusek S, B arranco C P. Evolving concepts of dandruff and
seborrheic dermatitis. Scientific exhibit presented at the American Academy of Dermatology,
Washington DC, 1 988
6. Noah P. Matassezia (Pityrosporum) in seborrheic dermatitis: a historical review. Satellite
Symposium of the 2"d International Skin Therapy Symposium, Antwerp, Belgium, May 1 988
7 . Leyden JJ, McGinley KJ, K ligman A M . Role of microorganism in dandruff. Arch Dern1atol
1 976; 1 1 2 :3 3 3 -8
8. Ruiz-Maldonaldo R, Lopez-Martinez R, Chavarria ELP, Castanon LR, Tamayo L. Pityrosporum
ovate in infantile seborrheic dermatitis. Pediatric Dennatol 1 989; 6: 1 1 6-20
9. Schechtman RC, M idgley G, Hay RJ. H I V disease and Matassezia yeasts: a quantitative study
of patients presenting with seborrheic dermatitis. Br J Dennatol 1 995; 1 33 :694-8
1 0. Midgley G. The lipophilic yeasts: state ofthe art and prospects. Med Mycol 2000:38 (Suppl I ): 9- 1 6
1 1 . Pechere M , Krischer J , Remondat C , Bertrand C , Trellu L , Saurat J H . Matassezia spp. carriage
in patients with seborrheic dennatitis. J Dennatol l 999;26:558-6 1
1 2. Kieffer M , et al. Immune reactions to Pityrosporum ovate in adult patients with atopic and
seborrheic dermatitis. J Am Acad Dermatol 1 990; 2 2 : 73 9-42
1 3 . Wiekler JR, N i eboer C, Willemze R. Quantitative skin cultures of Pityrosporum yeasts
in patients seropositive for human immunodeficiency virus with and without seborrheic
dennatitis. J Am Acad Dennatol 1 992; 2 7 : 37-9
1 22
Surabaya
PENDAHU LUAN
Tumor kulit kepala adalah tumor kulit baik j inak maupun ganas yang lokasinya
terdapat pada kulit kepala, dimana dapat berasal langsung dari epitelium fol ikel rambut,
dari epidermis interfolikular atau dari jenis sel lain. Karena itu tumor kulit kepala dapat
digolongkan sebagai tumor yang timbul dari unit pilosebaseus dengan pola diferensiasi
yang bergantung pada populasi sel tempatnya berasal (endotelial sebaseus, epitelial, set
berpigmen, fibroblas, dan sebagainya), sebagai tumor yang m uncul dari epidermis atau
dem1is interfol ikular atau sebagai metastasis dari tumor lain. 1
Seki tar 2% dari sel uruh tumor kul it bertempat d i kepala dan Calonje mengklasifikasi kan
macam-macam tumor rambut ke dalam bagian besar tumor adneksa, yang kemudian
disubklasifikasikan lagi ke dalam beberapa bagian yaitu tumor folikel rambut, tumor yang
berasal dari lapisan batang rambut bagian luar (external root-sheath), hamartoma ; kista dan
tumor yang berasal dari embrio ram but (hair germ), tumor matriks rambut, tumor glandula
sebasea, tumor kelenjar apokrin, tumor kelenj ar ekrin, dan lain sebagainya.2
Tumor kulit kepala terjadi tersering pada orang dengan kebotakan atau lanj ut usia yang
mengalami paparan sinar matahari intens, tetapi dapat juga terjadi pada manusia dengan
rambut lebat atau kadang j uga pada genodennatosisY
Kadang jenis tipe kanker lain dapat bermetastasis ke kulit kepala sehingga dalam hal
ini deteksi dini merupakan kunci keberhasilan penanganan. Tumor kulit kepala tersering
adalah berikut ini : nevi sebaseus, keratosis aktinik, karsinoma sel basal , karsinoma sel
skuama, melanoma, angiosarkoma, metastasis kulit kepala atau karsinoma metastatik pada
kulit kepala. Limfoma atau hemangioma dapat juga terj adi pada kulit kepalaY
TUMOR U N IT PILOSEBASEA
Tumor pada unit pilosebaseus kulit kepala jarang terjadi dan memiliki aspek klinis
non-spesifik, tersering adalah tri koepitelioma dan pilomatriksoma. 1
123
1 . TRIKOE PITELIOMA
Gambaran utama dari tumor ini adalah:
- Adneksa j inak
- 5 0% pada kulit kepala dan waj ah
- soliter tetapi sering terjadi multipel.
Gambar 1 .
S ilindroma multipel pada sindrom Brooke
Spiegler (BSS)
(Sesuai kepustakaan nomer 4)
Secara klinis, TE tampak sebagai papula atau nodula yang tumbuh lambat, wama sesuai
wama k:ulit, tunggal ataupun banyak, beruk:uran diameter 2-8 mm, biasanya pada waj ah.
Variasi histologis trikoepitelioma meliputi trikoepiteliomaaadamatinoid, trikoblastoma,
dan trikoepitelioma desmoplastia.3
Gambar 2.
Trikoepitelioma pada waj ah (Sesuai kepustakaan nomer 2)
1 24 E veryt h i n g A bo u t H a ir
- Pasien dengan trikoepitelioma multipel j uga diterapi dengan C02, erbium : YAG, dan
laser argon dengan basil kosmetik baik serta angka kekambuhan rendah. 2
2.TRIKOFOLIKULOMA
Gambaran Utama
- Pada dewasa muda
- Jinak dan sering terdapat pada kulit kepala, leher dan waj ah
- Papul nodul berwama kulit dengan 2-3 helai rambut yang keluar dari permukaannya.
Gambar 3.
Trikofolik:uloma (Sesuai kepustakaan nomer 5 )
Tera p i
- Eksisi, terkadang sering rekuren l
3.PILOMATRIKSOMA
Gambaran utama
- nama lain: trikomatrikoma, pllomatrikoma, kalsifikasi epitelioma Malherbe2•3
- Tumor adneksa j inak yang berasal dari sel matriks rambut
- Seringkali terj adi pada anak
- Dapat terkait dengan sindrom
Gambar 4.
Pilomatriksoma ( sesuai kepustakaan nomer 2)
Terap i
Regresi spontan belum pemah dij umpai. Terapi p ilihan adalah eksisi bedah. Jika
diagnosis klinis tidakjelas, FNAB dapat dilakukan. Pasien harus dipantau untuk memastikan
lesi tidak kambuh kembali setelah eksisi dengan operasi . 1
4. KARSINOMA P I LOMATRIKSOMA
Dalam l iteratur telah dilaporkan kurang lebih 70 kasus pilomatrikoma maligna pada
usia rata-rata 70 tahun. Gambaran histologis tipikal pilomatrikoma dengan tambahan
perubahan pleomorfisme nukleus, peningkatan aktivitas mitotik, nekrosis, dan metaplasia
skuama fokal. Lesi tersebut biasanya menunj ukkan pola pertumbuhan infiltratif di dalam
dermis dan lemak subkutan.3
Karsinoma p ilomatriks cenderung kambuh dengan l aj u kekambuhan 59%. Metastasis
dan kematian dari invasi lokal telah j uga dilaporkan. Eksisi bedah lengkap dengan margin
j elas merupakan perawatan yang direkomendasikan untuk karsinoma pilomatriks. Bedah
mikrograf Mohs j uga berhas i l digunakan menangani karsinoma pilomatriks. Observasi
diperlukan berkaitan dengan potensi metastasis.3
NEVUS SEBASEUS
Gambaran utama
- H amartoma kongenital
- Bercak alopesia pada anak
Gambar 5.
Nevus sebaseus (Sesuai kepustakaan nomer I )
Tera pi
Pengangkatan dengan bedah profilaksis direkomendasikan secara luas di masa lalu,
tetapi tidak perlu dilakukan. D isarankan untuk memotong lesi yang menjadi lebih verukosa
atau membesar atau bi la terjadi tumor terkait . 1
AKT I N I K KERATOSIS
Gambaran utama
-Lesi premaligna
- Sering pada kulit kepala botak
- usia l anj ut
Keratosis aktinik adalah lesi pra-kanker yang sering terj adi, meliputi sekitar 1 4%
pasien dermatologi . 1
Penyebab utama keratosis aktinik pada individu sehat adalah sinar matahari dan karena
itu sering dijumpai pada kulit kepala yang botak pada pria usia lanj ut. 1 •2•6
u 127
Uchenolid Verrucous
eonn..nt Atrophic
Cutaneous hom
Gambar 6.
Manifestasi klinis aktinik keratosis ( Sesuai kepustakaan nomer 6)
128 E v e r y t /m g A b o u t Hd ' r
5-fluornuracil IE!udex•,
Fluomplex ', Carac' I Diclofenac ISolaraze' Gall lmiquimod IAldara"'I
-- Interferes wilh ONA ind lnhlbttscydooxygenase and Up·re;ul1tet cell·met:fistad immune
- qnthesis up-re;lialionol 111• arachidonic response in the skit
acid cunde
Dosiot ..... Twice da[jy until Uk:erttion Twice deitv for E&-90 dB'f'S AX: lX per wk 10< 1&v.t
nl lpplit- occurs fobout Hv.tJ
ace; sx P•• wt for s wt
Apply wt'th nomt41"'1app1icotD1
tnd g',,... Wash o« att.rB h
-··- Trem clinicel'Y undetectable AX Mii'/ be less irri!Jting than 5-RJ TreatJ clinically undetectable AX
ConCnutd cfaarlng during rest
Reduced rec:urren.ce
-·- Efficacy 11duoed by incomplete Uss· with ca:ution In patients Cycle lherepywith rest periods �
doslng due ID intolerable ac!ve<M w2th 1heup;rin tliod irt111tion becoma unbearabe
...
nfJ
Exc1lenl campbnc1 and 82%
eampJete de:arrnce Vt81"t demonsnt·
Id in a pilot stu<i\t (2S padentsl of
•Plll•do
l n: 3Xlv.tlor 4 "'4< fo/ owed
b't 1 .f.¥Jt rt.st p.eliodl - repeatfor any
""'lining AK !up to 3 cyclesI.•
5-fluornuracil IEludex'.
Fluoroplex'. Carac<) Diclolenac ISolarare Gel) lmiquimod IAldara"'l
--- lntsrferes wilh ONA and lnhilbifJ cycloo•ygenaae and Up-rqul1t11ctlll-mod;md immune
lWA synthesis U?"f"IQulalion al 111• arachidonic response in the skin
1ciid cascade
.,........ lY.ico ci'�'ly - ulc•ration Twl<e daily for li0-911days AX: lX per v.t la• 16 v.t
_ .....,_ occurs labout Hv.tJ
ace sx P••wt tor s v.t
APl'i'I W'1llDOMTU IPplicotDI
rnd Q�DWS Wash offeltlf 8 h
-- -.. Trem c [Tiical)' undetectalree AX May be leq irnlll.ting 1hon 5-RJ Trealllc!irf.:1.lly undom;table AK
Cont:nued c�11a1lng during rest
Reduced racurren"'
-- Bfrc•cy <ffucod by incomplete Un· with uut'On i• patients D(tle theropywith rnt pericl<lsW
lfoslng due 1D intrl1or.allo •......_ with 1he upim tniad initl'tian becomn unburabt•
-
Exce lenl compliance and 112'4
complete c;lur1nce were dtmons1rrt·
ed In o piot study (2S pllllentsl ol
•IJt>liulon: :w..tfor 4 v.t lo1Jowld
by 14-M rm peniod- repeat for ony
ro:nainin� AK lup to 3 cycles!.•
129
Gambar 7.
Karsinoma sel basal pada wanita umur 75 tahun (Sesuai kepustakaan nomer I )
Gambar 8.
Karsinoma sel basal dengan ulserasi pada pasien radiodermatitis
(Sesuai kepustakaan nomer 5 )
1 30
Gambar 9.
Karsinoma sel skuamos tipe nodular (Sesuai kepustakaan nomer 5 )
MELANOMA P R I M E R K U L IT KEPALA
Gambaran utama
- Jarang, 2%-5% dari semua melanoma kulit
- Pria 60% kasus
- Prognosis buruk karena ditemukan dan dirawat terlambat
Melanoma kulit kepala tidak sesering melanoma di bagian tubuh lain, tetapi
kontribusinya pada kematian melanoma bermakna. 1
Pada sebuah penelitian besar dari seri besar kasus melanoma primer, kurang dari 3 %
terletak pada kulit kepala. 1
Melanoma kulit kepala sering timbul dari nevi kongenital pada anak dan dewasa muda,
atau pada kulit kepala botak yang rusak akibat sinar matahari pada usia lanjut. Presentasi
klinis serupa dengan melanoma di bagian lain. Prognosis melanoma kulit kepala sama
dengan melanoma dengan ketebalan Breslow yang sama di bagian lain. Namun, angka
bertahan rerata 5 tahun pada melanoma kulit kepala relatif buruk (kurang dari 20%). 1 •3
131
Tera pi
Melanoma kulit kepala harus ditangani secara agresif. Deteksi awal dan eksisi bedah
selanj utnya dengan margin yang memadai pada kulit sekeliling yang tidak tersemg
merupakan poin penting yang diperlukan untuk mendapatkan prognosis baik. 1
ANG IOSARKOMA
G ambaran u tama
- Jarang
- Pria usia lanjut
- Presentasi klinis buruk
- Prognosis buruk
Angiosarkoma adalah neoplasma agresif jarang yang terutama menyerang pasien usia
lanj ut . 1
Secara klinis, tumor tersebut semula tampak sebagai plak mirip lepuh yang berbatas
tidak j elas dan Iambat laun membesar mirip hematoma. Sej alan waktu, Jesi tersebut
mengembangkan area nodularitas dan pada akhimya ulserasi. Lesi multifokal sering
dij umpai . Rambut normal, menipis atau kadang hilang dengan alopesia sikatriks ekstensif.
Metastasis terjadi ke kelenjar getah bening dan paru serta prognosisnya agak buruk dengan
angka bertahan hidup 5 tahun kurang dari 1 5 % . 1 .9
Tera pi
Meskipun perawatan optimal adalah operasi eksisi diikuti dengan radioterapi wide
field, penyakit ini sering begitu ekstensif sehingga tidak dapat direseksi sama sekali .
Kemoterapi dengan paklitaksel merupakan pilihan lain_ u.9
1 32
relatif sering terkena ( 1 2% dari semua metastasis kulit) karena pasok darahnya yang sangat
M etastasis kulit terjadi pada 2%-4% pasien dengan karsinoma intema, dan kulit kepala
1 33
Gambar 1 1 .
Nodul eksofitik pada kulit kepala, metastase dari kanker ginjal
( Sesuai kepustakaan nomer 1 1 )
Tera pi
Deteksi dini dan biopsi selanj utnya harus dilakukan. Perawatan lesi primer wajib
dilakukan. Metastasis dan dieksisi tetapi j uga dibiarkan sebagai lesi penanda selama
kemoterapi. 1
1 34
Tera pi
Jika tidak memungkinkan merawat lesi primer, maka prognosis buruk. 1 • 1 2
L IM FOMA
1. L I M FOMA NON-HODGK I N ' S
Limfoma Non-Hodgkin 's dapat menyerang kulit kepala. L imfoma kutaneus primer
merupakan tempat tersering kedua dari limfoma non-Hodgkin ekstranodal . 1
1 35
3.MUSINOSIS F OL I KU LAR
Musinosis folikular dapat berhubungan dengan mikosis fungoides atau sindrom Sezary
atau bisa j adi merupakan temuan terpisah, yaitu musinosis folikular idiopatik. Musinosis
folikular idiopatik biasanya didapat pada individu muda dan dianggap sebagai varian lokal
non-agresif dari mycosis fungoides dengan prognosis sangat baik.
Pada mycosis fungoides, musinosis fol ikular menghasilkan bercak kebotakan
dengan indurasi eritematosa pada kulit kepala, j anggut, dan alis. Lubang fol ikular
seringkali menonj o l . 1
Pembedaan antara musinosis idiopatik dan musinosis folikular terkait mycosis
fungoides sering tidak dapat dilakukan, bahkan pada analisis polymerase chain reaction
(PCR) pada infiltrat, karena populasi limfosit T monoklonal ditemukan di kedua jenis. 1
Gambar 1 3.
Folikular mikosis fungoides, tampak alopesia pada inguinal
(Sesuai kepustakaan nomer 1 )
KISTA E PI D E RMOID
Kista epiderrnoid adalah tumor jinak biasa yang sering terjadi pada kulit kepala.
Lesi tersebut muncul sebagai nodul yang mobile, elastik, dan merupakan nodula lunak
yang melekat pada perrnukaan kulit kepala. Lesi tersebut dapat mengalami inflamasi dan
mengalami supurasi. 1 Dapat berupa tumor fibromiksoid yang berrnanifestasi klinis sebagai
kista pada kulit kepala 1 3 , dan dapat berupa adenoid kistik karsinoma. 1 4
Gambar 14.
Adenoid kistik karsinoma dengan manifestasi tumor pada kulit kepala, palpasi kenyal,
wama daging dengan telangiektasia (Sesuai kepustakaan nomer 1 4)
Ev ry t h 1 n q A bo u t Hair 137
K E P U STAKAAN
I . Tosti A, Pazzagl ia P, Piraccini M. Scalp tumors. In: B lume-Peytavi U, Tosti A, Whiting D, et al,
editors. Hair growth disorders.· Berlin: Springer; 2008. p. 3 79-87.
2. Calonje E. Tumours of the skin appendages. In: B urns T, Breathnach S, Cox N, et al, editors.
Rook's textbook of dermatology. 8111 ed. UK: B lackwell Publishing Ltd; 20 I 0. p. 5 3 . 1 -44.
3. Mehregan DR, Mehregan DA, Hanson E. Hair fol licle tumors. In: Nouri K. Skin cancer. United
States of America: McGraw-Hill Companies; 2008. p. 25 1 -63.
4. Scholz IM, Numann A, Froster UG, et al. New mutation in the CYLD gene within a family with
Brooke-Spiegler syndrome. Journal of the German Society 20 1 0: 99- 1 0 1 .
5 . Wolff K, Goldsmith LA, Katz S I , editors. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. 7'11 ed.
United States of America: McGraw-Hill; 2008.
6. Bern1an B, B ienstock L, Kuritzky L, et al. Actinic keratosis: sequelae and treatments.
Supplement to The Journal of Family Practice 2006: 1 -8 .
7 . Hadley G, Derry S, Moore R. l miquimod for actinic keratosis: systematic review and meta
analysis. The Society for Investigative Dermatology 2006; 1 26: I 25 l -5 5 .
8. Leibovitch I, H uilgol S C , Richards S, e t a l . Scalp tumors treated with Mohs micrographic
surgery: cl inical features and surgical outcome. Dennatol Surg 2006; 3 2 : 1 369-74.
9. Holden CA, Spittle MF, Jones EW. Angiosarcoma of the face and scalp, prognosis and treatment.
Cancer 1 987; 59(5): 1 046-57.
I 0. Bray A P, Wong AC, Narayan S. Cutaneous metastasis from gastric glomus tumour. Clinical and
Experimental Dermatology 2009; 34: 7 1 9-2 1 .
1 1 . Estrada-Chaves G, Vega-Memije M E , Lacy-Niebla RM, et al. Scalp metastases of a renal cell
carcinoma. www. lej acq.com
1 2 . Cohen PR. Primary alopecia neoplastica versus secondary alopecia ncoplastica: a new
classification for neoplasm-associated scalp hair loss. Journal of Cutaneous Pathology 2009;
3 6 : 9 1 7-8.
1 3 . Seykora JY, Kutcher C, Van de Rijn M, et al. Ossifying fibromyxoid tumor of soft parts
presenting as a scalp cyst. Journal of Cutaneous Pathology 2006; 3 3 : 569- 72.
1 4. Torres T, Caetano M , Alves R, et al. Tender tumor of the scalp: clinicopathology challenge.
International Journal of Dermatology 20 1 0; 49: 605-607.
1 38
F KM Universitas Airlangga
Surabaya
PENDAHU LUAN
Kulit rnerupakan salah satu organ terbesar, merupakan sekitar 1 6% dari berat badan.
Ku lit merniliki beberapa fungsi pen ting, antara lain yaitu : merupakan sawaryang melindungi
organisrne terhadap trauma dan pengikisan, organ sensoris taktilnya dapat menerima
rangsangan dari luar, berperan penting dalam pengaturan suhu dan keseimbangan air.
Kulit terdiri atas dua lapis utama, yaitu epitel pennukaan yang biasa disebut dengan
epidermis dan lapis jaringan ikat dibawahnya yang disebut dengan dem1is atau korium.
Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar, yang disebut dengan hipodermis,
yang pada beberapa tempat, terutama terdiri dari jaringan lemak. Selanjutnya, hipodermis
kemudian melekat secara longgar pada fasia dalam atau periosteum tulang dibawahnya.
Pada bibir, hidung, kelopak mata, vulva, dan prepurtium kulit ini berhubungan langsung
dengan membran mukosa yang membatasi struktur ini.
Fungsi spesifik kulit terutama tergantung dari sifat epidennisnya. Epitel ini merupakan
pembungkus dari seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan setempat bagi terbentuknya
turunan kulit, seperti kuku dan rambut.
Rambut, yang merupakan salah satu turunan kulit, berkembang dari sel pelapis
invaginasi dari epidem1is dan disebut dengan fol ikel rambut. Panjang dan diameter rambut
bervariasi pada daerah berbeda di sekujur tubuh. Meskipun tubuh manusia sebagian besar
tampak tidak berambut, jumlah rambutnya tidak berbeda bennakna dengan j umlah rambut
pada primata yang lain. Dibandingkan dengan lapisan bulu hewan, sisa rambut manusia
dikatakan hampir tidak berfungsi sebagai isolator suhu, namun penting untuk sensasi takti l .
Mereka hanya berfungsi sebagai pengungkit mini dan bila dibengkokkan akan menekan
saraf sensoris sekitar folikel ram but.
Kesehatan rambut sangat tergantung daii kualitas dan sirkulasi darah, terntama dalam
mensuplai kebutuhan gizinya. Kekurangan sebagian atau seluruh zat gizi akan menyebabkan
problem pada rambut, seperti rambut nampak kering, atau rontok atau nampak suram. Susunan
diet yang baik ( "a well balance diet "), sangat penting untuk mempertahankan kesehatan rambut.
139
1 . Protein
Rambut terdiri dari protein yang jumlahnya mencapai sekitar 98%. Walaupun protein
merupakan zat dasar utama pembangun rambut, namun mengkonsumsi protein secara
berlebihan j uga tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan tubuh menjadi terlalu
asam. Bila hal ini terj adi, maka ginjal perlu mem buffer substansi asam ini dengan
kalsium (Ca++) sebelum dikeluarkan melalui air kemih. Bila keadaan ini berlangsung
lama tentunya dapat mengakibatkan berkurangnya kalsium tubuh, tennasuk kalsium
pada rambut. Keadaan ini tentunya akan mengakibatkan rambut menjadi tidak sehat.
Protein yang dikonsumsi sebaiknya berasal dari protein yang rendah lemak sepe1ti
misalnya ikan, daging ayam kampung, bij i-bijian, buah-buahan dan polong-polongan
termasuk kacang kedelai.
2. Vitamin A
VitaminAmembanturambuttetaplembutdanrnenjagaagarkulitkepalatetapsehat.Kekurangan
atau kelebihan vitamin A mengakibatkan kerontokan rambut. Tubuh mendapat vitamin A
melalui dua sumber, yaitu melalui retinol yang didapat dari bahan makanan yang berasal
dari hewan dan melalui beta karoten yang didapat dari makanan yang berasal dari tumbuhan.
Dewasa ini sudah banyak tersedia suplemen beta karoten berbentuk tablet. Suplemen
tersebut harus ditelan bersama makanan, karena untuk penyerapannya dibutuhkan
sejumlah lemak yang terdapat di dalam makanan. Guna menjaga kesehatan rambut,
dibutuhkan 1 0.000-25.000 IU beta karoten per hari yang akan diubah menjadi vitamin A
bila dibutuhkan.
4. Vita m in B Kompleks
Semua vitamin B penting untuk mempertahankan sirkulasi dan wama rambut. Vitamin B
kompleks mencakup sejumlah vitamin yang bisa didapat dari sumber yang sama antara
lain hati dan ragi. Salah satu golongan vitamin B kompleks ini antara lain adalah biotin,
yang dinamakan juga dengan vitamin H yang sangat penting untuk menjaga kesehatan
rambut. B iotin ini banyak ditambahkan pada berbagai produk shampo. Makanan yang
kaya biotin antara lain kacang-kacangan, biji-bij ian, hati, kuning telur, ragi dan sayuran.
1 40
6. Yodium ( Iodine)
Untuk kelangsungan fungsi kelenjar tiroid yang normal diperlukan yodium yang cukup.
Bila asupan yodium dari makanan berkurang maka sintesis hormon tiroid juga akan
berkurang. Keadaan ini menyebabkan turunnya kadar tiroksin bebas. Berkurangnya
kadar tiroksin (T4) di dalam darah akan menyebabkan rambut menjadi kusam dan
uj ungnya pecah-pecah.
Makanan yang banyak mengandung yodium umurnnya berasal dari laut seperti ikan,
kerang laut, ganggang laut yang dikeringkan dan garam beryodium. Makanan Jepang
seperti wakame, hij iki, atau ganggang laut arame juga kaya yodium. Semua makanan
tersebut di atas dapat membuat rambut menjadi lebat, hitam dan berkilap.
8. Cystein
Cysteine adalah asam amino yang ditemukan dalam jumlah besar, salah satunya pada
rambut. Cysteine bisa didapat dari telur, daging dan dari produk susu.
9. Selenium
Dalam kehidupan sehari-hari selenium bisa didapat dari makanan seperti padi-padian,
bij i bunga matahari, bawang putih, daging dan makanan lautterutama ikan tuna dan tiram.
Untuk mendapatkan rambut yang sehat dibutuhkan kecukupan selenium dari makanan.
Kebutuhan selenium sehari berkisar 1 00-200 mcg. Selenium dosis besar bersifat toksik
dan dapat menimbulkan keracunan dengan gejala rambut rontok.
141
MAKANAN SEHAT
Untuk mendapatkan zat gizi sesuai dengan kebutuhan ram but sangat diperlukan adanya
pola makan dan makanan yang sehat. Kerusakan rambut tidak hanya disebabkan masalah
lokal, akan tetapi juga dapat diakibatkan masalah general, terutama akibat radikal bebas.
Agar rambut mendapatkan penarnpi lan yang prima, maka sangat perlu memperhatikan
pola makan secara optimal . Dalam memahami masalah pola makan ini, maka ada hal yang
perlu diketahui lebih dahulu.
Hal yang perlu diketahui lebih dahulu adalah istilah pola makan. Bila berbicara
mengenai pola makan, maka yang harus dipahami adalah bahwa pola makan hendaknya
mengikuti aturan mengenai :
I . Jenis makanan
a. Makanan pokok (nasi, j agung, kentang, ketela pohon, ketela rambat, umbi
umbian, kentang, dan lainnya)
b. Lauk pauk, meliputi !auk pauk hewani (sapi, kerbau, domba, ikan, unggas) dan
nabati ( tahu, tempe, kacang-kacangan)
c. Sayuran (bayam, kangkung, wortel, kobis, bunga kol)
d. Buah-buahan (mangga, pepaya, rambutan, semangka, melon)
2. Jumlah makanan yang dikonsumsi.
3 . Frekwensi j umlah harian mengkonsumsi
Jadi supaya rambut tetap sehat dianjurkan dalam setiap waktu makan harus
lengkap terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani maupun nabati, sayuran dan
buah. Adapun jenis dari tiap-tiap makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buahnya dapat
dipilih sendiri sesuai dengan selera. Adapun jumlah makanan yang dikonsumsi haruslah
secukupnya. Janganlah makan terlalu kenyang atau bahkan terlalu kenyang. Sedangkan
jumlah frekwensi memakannya disesuaikan dengan kebiasaan makannya. Jadi frekwensi
mengkonsumsi makanan dapat sekali atau dua kali atau tiga kali seharinya. Moto yang
biasa digunakan untuk memilih makanan adalah makanan tersebut hendaknya beragam,
bergizi, berimbang dan aman.
Beragam
Hidangan yang beraneka ragam maksudnya adalah bahwa dalam susunan makanan sehari
hari minimal terdiri dari 4 jenis bahan makanan, yaitu berupa bahan makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah. Makin beragam hidangan yang dikonsumsi, makin baik mutu gizinya.
142
Berimbang
Berimbang artinya adalah bila mengkonsumsi makanan dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan j angan sampai kenyang atau terlalu kenyang. Berhentilah makan
sebelum kenyang, ha! itu dimaksudkan agar radikal bebas yang beredar dalam tubuh tidak
terlampau banyak.
Aman
Yang dimaksudkan aman disini adalah makanan yang bebas dari kuman penyakit
(j amur, bakteri, virus, parasit), aflatoxin, bahan kimia berbahaya (pestisida, antibiotik,
urea), bahan logam berbahaya ( Pb, Hg, Cd, Fe), bahan tambahan pangan yang tidak
memenuhi syarat untuk dikonsumsi atau dosis yang melebihi batas (pewama, pengawet,
penyedap, pengental, pemanis), bahan makanan hasil rekayasa genetika yang berbahaya
(transgenik), serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat (halal). Keamanan
pangan sangat penting, karena makanan yang tidak aman akan menyumbang radikal bebas
yang sangat besar.
Pola pangan dan bentuk makanan yang sehat ini mutlak diperlukan untuk rambut agar
tetap sehat, bercahaya, dan tidak mudah rontok. Dan memang bahan radikal bebas ini yang
mengancam kesehatan rambut secara general.
• K.l.lslurn. Vitun�n D,
ViUmin 8- 12
Air Putlh
143
1 . Kulit merupakan salah satu organ terbesar, merupakan sekitar 1 6% dari berat badan.
Kulit terdiri atas dua lapis utama, yaitu epithel permukaan yang biasa disebut dengan
epidermis dan lapis j aringan ikat dibawahnya yang disebut dengan dermis atau
korium. Fungsi spesifik kulit terutama tergantung dari sifat epidermisnya. Epithel ini
2 . Kesehatan rambut sangat tergantung dari kualitas dan sirkulasi darah, terutama dalam
mensuplai kebutuhan gizinya. Zat gizi yzng dibutuhkan adalah protein, vitamin
A, vitamin E, vitamin B komplex, vitamin C, yodium, zat besi, tembaga, zink, cysteine,
selenium, dan silika. Zat gizi tersebut banyak didapatkan pada protein hewani ( daging,
unggas, ikan, dll), sayuran dan buah-buahan.
3 . Untuk itu agar kulit dan rambut tetap sehat, sangat dibutuhkan makanan sehat, dimana
makanan tersebut harus beragam , bergizi, berimbang dan aman.
KEPUSTA KAAN
l . Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia. G izi Seimbang Menuju
H idup Sehat Bagi Usia Lanjut, Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Depkes RI dan Kesejahteraan Sosial RI, Jakarta.2000.
2. Fawcet, D.W. Buku Ajar H istologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.2002.
3 . Kirschmenn, JD. Nutrition Almanac, Nutrition Search Inc, USA. 2007 .
4. L inder, M.C. B iokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Penerbit Universitas Indonesia
Press, Jakarta. 2006.
1 44
Surabaya
PENDAH U L UAN
H ampir seluruh permukaan kulit manusia dipenuhi oleh folikel rambut. Folikel rambut
tersebut memproduksi batang rambut dan merupakan satu struktur yang kompleks. Lebih
dari 20 macam sel yang berlainan ikut memberikan kontribusi dalam satu unit mesin
penghasil rambut. Folikel tersebut j uga mengalami fase pertumbuhan dalam siklus yang
sangat dinamis. Struktur folikel yang kompleks menyebabkan sangat peka terhadap
berbagai gangguan dan pengaruh.
Kerontokan rambut dan pertumbuhan rambut yang berlebihan dapat terj adi sebagai
manifestasi berbagai penyakit sistemik. Walaupun demikian pengaruh penyakit sistemik
tersebut dapat digolongkan menjadi kegiatan folikel pada salah satu mekanisme tertentu
yang akan dibicarakan lebih lanjut.
Banyak faktor penyakit sistemik yang dapat menekan produksi rambut, antara lain;
malnutrisi, penyakit infeksi, penyakit metabolik, penyakit autoimun, bermacam macam
obat, kelainan endokrin, beberapa tumor, stres baik fi sis dan psikis yang berat.
Pada prinsipnya pengaruh penyakit sistemik terhadap folikel rambut dapat dibagi dua
yaitu: Pengaruh yang reversibel terhadap siklus pertumbuhan rambut dan pengaruh yang
ireversibel dengan merusak sel dalam folikel rambut.
145
KE LAINAN YAN G I RE V E RS I B E L
Kerusakan fol ikel rambut yang menj adi skar alopesia disebabkan oleh kerusakan stem
cell yang tidak bisa diperbaiki, perubahan pada muara folikular dan hilangnya folikel serta
1 46
H I RSUTISME 5
Pertumbuhan rambut yang berlebihan tergantung androgen pada rambut wanita.
Hirsutisme idiopatik sering didapatkan pada sindrom dengan kelebihan androgen sepertl
penyakit polikistik ovari, hiperplasia adrenal kongenital, sindrom Cushing, dan sindrom
HAI R-AN, serta akantosis nigrikan resisten hiperandrogen/ insulin.
147
DAFTAR P USTAKA
1. Messenger GA, Berker RAD, Sinclair D R . Disorders of hairs. I n : Bums T, Breathnach S, Cox
N, Griffiths C, editors. Rook's textbook of dermatology. 8'h ed. London : Blackwell publishing;
20 1 0. p.66. 1 -80
2. Trueb MR. Diffuse hair loss. In: Peytavi BU, Tosti A, Whiting DA, Trueb R, editors. Hair
growth and disorders. Berlin: Springer; 2008. p. 260-70
3. H erskovitz I, Tosti A. Female pattern hair loss. I nt J EndocrinolMetab 20 1 3 ; 1 1 (4)
4. Paus R, Olesen EA, Messenger AG. Hair growth disorders. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
S I , Gi lchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick dermatology in general medicine.
71hed. New York : McGraw Hill; 2008. p 753-7 7
S. Kerchner K R , Mcmichael A J . H irsutism and hypertrichosis. I n : Mcmichael A J , Hordinsky MK,
editors. Hair and scalp diseases. New York : Inforrna health care; 2008. p.2 1 1 -23
1 48
PENDAHULU AN
Banyak orang tidak mengira bahwa scalp merupakan kulit j uga, dan proses penuaan
terj adi juga disana. Kulit adalah organ tubuh yang berfungsi menutupi organ tubuh. Selain
itu fungsi kulit j uga mengatur (regulasi) suhu tubuh, dengan cara mengeluarkan keringat.2
Dengan demikian kulit kepala (scalp) sama dengan kulit di waj ah atau tubuh, mampu
berkeringat dan mengeluarkan minyak. Keringat dan minyak perlu dibersihkan secara rutin.
Beberapa orang mandi membersihkan tubuh tanpa membersihkan kulit kepala, mereka
membersihkan kulit kepala menunggu waktu cuci rambut (keramas) atau jadwal pergi ke
salon rambut. Hal ini akan membuat kulit kepala kotor dan berminyak, menyebabkan digaruk
dan akan menimbulkan Iuka, dan j ika dibiarkan akan menyebabkan masalah yang lebih
serius. Kesehatan kulit kepala tidak hanya menjaga kelembaban dan kebersihannya tetapi
j uga pengaruh terhadap produk-produk kimia dan semua bahan yang kontak dengan kulit
kepala. Kulit kepala yang sehat sangat penting untuk kesehatan dan pertumbuhan rambut.2
1 49
Dehidrasi
Kulit kepala dapat j uga dapat mengalami dehidasi seperti halnya kulit wajah atau kulit
tubuh. Lapisan epidem1is, yaitu lapisan terluar dari kulit sangat berperan dalam menjaga
kelembaban dan hidrasi dari kulit. 2
Penggunaan sampo pH tinggi dapat menyebabkan dehidrasi kulit kepala. Kelenjar minyak
memberikan p H kulit kepala antara 4,5 dan 5,5, pH (sedikit asam), sehingga sangat penting
untuk menggunakan sampo yang sedikit asam untuk melindungi kulit kepala. Penggunaan
pH-balanced shampoo (sampo dengan pH 7) malah menyebabkan kulit kepala kering.2
Pada kulit kepala yang kering akan tirnbul gejala gatal, rasa ketat dan bersisik.
J ika gatal j angan menggaruk kulit kepala dengan kuku atau sisir karena akan semakin
menimbulkan kerusakan pada kulit kepala dan akar rambut. Menggaruk secara terus
menerus menyebabkan epidermis menjadi tipis, sehingga menjadi lebih sensitif. Jadi
sebaiknya kulit kepala jangan sering digaruk kecuali pada waktu keramas karena pada saat
keramas kulit kepala terhidrasi melalui pijatan dan gosokan dari jari tangan.2
Jika kulit kepala gatal, harus diingat bahwa ada suatu problem yang mendasarinya,
mungkin suatu proses penyembuhan Iuka di kulit, kulit kepala dehidrasi atau tanda bahwa
kulit kepala kotor. Jika gatalnya menetap, mungkin ada suatu infeksi di kulit, jangan
menggaruknya tetapi lakukan pemijatan (memberikan tekanan menggunakan jari jari
tangan) pada kul it kepala. 2
Polusi
Ada tiga jenis polutan yang dapat merusak dan mempercepat penuaan kulit kepala dan
rambut, yaitu2:
I . Polutan kulit kepala (scalp pollutants)
Polutan kulit kepala berasal dari sel-sel kulit kepala yang mati yang menumpuk pada
kulit kepala dan menutup pori-pori atau muara folikel rambut
2. Polutan lingkungan (environmental pollutants)
Polutan ini berasal dari debu, debris, polen dan lain-lain dari udara
3 . Polutan kosmetik (cosmetic pollutants)
Polutan kosmetik berasal dari produk-produk bahan kimia yang digunakan untuk tata
rias rambut, seringkali bahan-bahan ini ( seperti wax, grease, filler) sukar dibersihkan
dengan air bahkan sampo, sehingga polutan ini akan menutup pori-pori /muara folikel
ram but
1 50
Sampo
Sampo (shampoo) diciptakan untuk menggantikan sabun yang biasa digunakan untuk
membersihkan kulit di tubuh. Komposisi dasar sampo adalah surfaktan (surfactans =
surface-active agents).8
Surfaktan adalah bahan larut air, yang merupakan komponen utama dari sabun
maupun sampo. Surfaktan ini akan melapisi lemak dan kotoran menjadi bentuk struktur
kimia yang disebut micelles, kemudian saat dibilas dengan air, lemak dan kotoran ini akan
dibuang dari kulit dan rambut. Terdapat empat macam surfaktan yaitu: anionik, kationik,
nonionik dan amfoterik. Berbeda surfaktan, berbeda kemampuan daya bersihnya, biasanya
sebuah sampo terdiri dari kombinasi beberapa surfaktan karena digunakan untuk berbagai
tipe rambut. Tetapi yang paling sering didapatkan adalah surfaktan anionik, karena daya
membersihkannya paling tinggi, contoh surfaktan anionik adalah: sodium lauryl sulfate
dan sodium laureth sulfate. 8·9
151
Seberapa sering kita harus mencuci rambut? Jawabannya adalah berdasarkan kebutuhan,
setiap orang akan berbeda, sedikitnya setiap tiga hari sekali, tergantung seberapa aktif tipe
kulit kepala dan rambut. Tetapi jangan lebih dari satu minggu tanpa cuci rambut/keramas.
J ika kulit kepala berminyak diperlukan keramas setiap hari dan pada beberapa kasus dapat
dua kali sehari. 2
Cara keramas yaitu: basahi rambut seluruhnya dan usapkan sedikit sampo, ratakan
dengan lembut menggunakan ujung j ari dan lakukan pemijatan (massage) kulit kepala
sekitar 1 -2 menit. Gosokkan merata sampai berbusa dengan air bersih, jangan menggaruk
2. Conditioner
Pemberian conditioner pada rambut setelah sampo bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan rambut, menjaga keseimbangan kelembaban rambut sehingga membuat rambut
menj adi lembut dan berkilau. Conditioner bermanfaat untuk melawan pengaruh sampo
yang bersifat alkalis. Sifat asam dalam conditioner akan menutup kutikularambut seperti
kondisi semula, juga memberi minyak pada rambut dan membuat lebih bercahaya.2•1 0
Fungsi dari conditioner rambut adalah:
• Melapisi bagian luar, lapisan kasar dari rambut, lapisan ini akan membuat rambut
menj adi lembut dan terlihat sama
• Menetralkan elektrisitas permukaan rambut, sehingga rambut terlihat teratur, mudah
disisr dan ditata, dan j uga membuat rambut terlihat lebih tebal.
Bahan aktif conditioner hanya mengenai permukaan rambut, tidak penetrasi ke dalam
rambut, efeknya hanya sementara, dan berkurang beberapa hari (tergantung kondisi
lingkungan). Ketika rambut dicuci, conditioner akan hilang. 1 0
Tipe conditioner9 :
• Surfaktan kationik
Mengandung rantai lemak panj ang, menghasilkan lapisan lemak pada permukaan
rambut sehingga memberikan efek pada rambut menj adi lembut, halus diraba dan
tampak berkilau
• Polimer kationik
Mengandung bahan: silikon, polyamides, polyamines, bahan dasar selulosa. Polimer
kationik akan mengisi kerusakan (defects) pada batang rambut sehingga permukaan
menjadi halus, conditioner j enis ini direkomendasikan untuk ram but normal
• Conditioner protein
Protein pada conditioner ini adalah dari j aringan binatang (protein seperti: keratin,
kolagen, casein, dll) atau dari sumber lainnya seperti sutra atau protein tanaman.
Fungsinya dapat untuk menguatkan rambut, tetapi tidak permanen, ketika rambut
dicuci maka conditioner ini akan hilang.
1 54
155
3 : Pilih sikat u ntuk menata rambut yang beruj u ng bu lat dan beventilasi
Yang paling sering digunakan kedua setelah sisir untuk penataan rambut adalah sikat
rambut, sehingga juga memerlukan pemil ihan yang cermat. Tujuan utama adalah untuk
mengurangi gesekan antara sikat dan poros rambut. Sisir sikat alami atau sikat dengan bulu
yang padat baru-baru ini menj adi populer karena sesuai dengan tren yang sedang populer
yaitu 'kembali ke alam' juga penggunaan tumbuhan dalam industri perawatan rambut.
Sayangnya sikat akan memaksimalkan kerusakan rambut. Sebuah pi lihan yang lebih baik
adalah dengan memilih desain sikat, yang dikenal sebagai sikat blow-dry, untuk kebutuhan
perawatan umum. Sikat ini memiliki ventilasi (ada bagian yang terbuka) pada kepala sikat
untuk mencegah panas antara rambut dan kepala sikat. Spasi (jarak) gigi-gigi sikat yang luas
(jarang), bulu dari plastik dan ujung yang berbentuk bola untuk meminimalkan gesekan.
Jika goresan sikat di telapak tangan men imbulkan ketidaknyamanan, sikat ini tidak
direkomendasikan untuk digunakan pada rambut. 1 1
5: Biarkan ram but kering dengan udara, hindari peralatan pengeringan yang dipanaskan
Banyak orang lebih memilih untukmempercepatproses pengeringan dengan memberikan
panas ke batang rambut untuk mempercepat penguapan air. Hal ini dapat di lakukan dengan
hair dtyer atau pengering. Panas juga digunakan untuk menata gaya ram but dalam bentuk
rol yang dipanaskan atau curling iron. Sayangnya semua jenis alat panas yang diterapkan
pada rambut secara permanen dapat merusak struktur protein rambut. 1 1
Hal ini penting untuk membedakan antara air yang berada pada bagian luar batang
rambut saat rambut basah dan air yang berada di dalam batang rambut yang bertindak
sebagai plasticizer. Pengering rambut berupaya untuk mempercepat penguapan air pada
bagian luar batang rambut dan peralatan yang dipanaskan berupaya untuk mengatur ulang
1 56
157
1 58
1 59
yang dilakukan untuk memperbaiki penampilan adalah dengan dengan memotong 1 -2 inci
Rambut yang tel ah rusak oleh pengolahan kimia biasanya tidak dapat dikembalikan. Hal
dari batang ram but distal yang disebut dengan tindakan trim. Dengan trim rambut bercabang
menghilang dan menciptakan ujung rambut baru yang kurang keriting. Pemangkasan j uga
menghilangkan ketidakteraturan rambut rusak yang menciptakan penampilan yang tipis.
Singkatnya, pemotongan rambut rusak dapat menciptakan ilusi lebih penuh, dan rambut
sehat. Tentu saj a, ujung yang baru terkena harus menerima perawatan yang tepat. 1 1 • 1 2
K E P U STAKAAN
I . Whiting DA, Dy LC. Hair Foll icle Anatomy in H uman Scalp Biopsies. In: McM ichael AJ,
Hordinsky M K, editors. Hair and Scalp Diseases. New York: lnforma Healthcare; 2008. p. 4 1 -58
2. Akbari L. Every woman's Guide To Beautiful hair at any Age. I llinois: Sourcebooks; 2007.p. 1 1 -93
3. Ide P. M encegah Kebotakan Dini. Jakarta: Gramedia; 20 I l . p.55-68
4. Trueb RM. Aging of Hair. Journal of Cosmetic Dermatology 2005; 4: 60-72
5. Vogt A, Kevin J M , Petavi U B . Biology ofthe Hair. In: Peytavi UB, Tosti A, Whiting DA, Trueb
R. Hair Growth and Disorders. Berlin: Springer; 2008. p. 1 -28
6. Bharkatiya M , Panchawat S. Hair Diseases and Their Treatment. Journal of Global Phanna
Technology 20 1 0; 2( 1 ): 58-64
7. Shiel S. Hair Health and management of Common hair disorders. Journal of Cosmetic
Dermatology 2007; 6: 1 2-7
8. Shai A, Baran R , Maibach H I . Shampoo. In: Shai A, Maibach HI, Baran R, editors. Handbook
of Cosmetic Skin Care. 2"d ed. London : lnforma; 2009. p. 229-36
9. Schwartz J R, Valenzuela M , M i dha. Shampoos for normal Scalp Hygiene and dundruff.
In: drae los ZD, editor. Cosmetic Dermatology Products & Procedures. London: Blackwell
Publishing; 20 I 0. p. 1 1 5-2 1
1 0. Shelkovitz I , Shilo. Hair Conditioners. In: In : Shai A, Maibach H I , BaranR, editors. Handbook
of Cosmetic Skin Care. 211d ed. London : l nforma; 2009. p. 23 7-40
1 1 . Draelos ZA. Hair Care. London: Taylor & Francis; 2005. p. 240-79
1 2 . Efron M, Reichenberg J, Magid M. When is a haircut medical ly necessary?. Journal of Cosmetic
dermatology 20 I O; 9: 1 52-3
1 60
Nelva K. Jusuf
Departemen I lmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan
PENDA H U LUAN
Rambut memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena merupakan
mahkota kebanggaan wanita maupun pria. Pada dunia yang amat visual seseorang dinilai
dari penampilannya sehingga sangat penting memiliki rambut yang sehat, indah dan tertata
dengan baik. Oleh karena itu modifikasi rambut seringkali diperlukan untuk meningkatkan
kepercayaan diri, mengikuti citra mode yang terbaru dan rasa nyaman dalam pergaulan
sosial. Pengikalan dan pelurusan rambut merupakan dua prosedur dari banyak cara yang
umum dilakukan. 1
Tuj uan proses pengikalan dan pelurusan rambut selain merubah struktur rambut
j uga untuk menambah keindahan penampilan rambut, maka dalam melaksanakan hal
tersebut dibutuhkan pemahaman tentang analisis dan diagnosis kondisi rambut dan kulit
kepala, pemilihan bahan/produk yang sesuai, prosedur dan l angkah yang benar sehingga
mendapatkan hasil yang sempurna dan sesuai dengan yang diinginkan. 2
Disisi lain proses pengikalan dan pelurusan rambut j uga dapat menimbulkan efek
samping yang tidak diharapkan, oleh karena itu perlu diketahui cara-cara pencegahan dan
penanggulangan yang tepat terhadap dampak negatif tersebut. 2•3
PENGI KALAN RA M B U T
Sistim pengikalan rambut secara sederhana sudah dikenal sejak beratus-ratus tahun
yang lalu tetapi baru pada tahun 1 906 terj adi kemajuan yang pesat dalam hal pengikalan
rambut permanen, ketika seorang yang bemama Carl Nessler menemukan mesin pengikal
panas yang digunakan dengan pasta borax. Kemudian dalam dunia pengikalan rambut
dikenal 2 macam metode yaitu pengikalan/keriting panas (hot wave) yang menggunakan
alat-alat yang terlebih dahulu dipanaskan dengan alat l istrik atau kompor dan metode
pengikalan/keriting dingin (cold wave) yang berdasarkan proses kimiawi dibantu tindakan
fisik. Metode hot wave sangat merusak rambut sehingga cold wave yang lebih populer dan
digunakan hingga saat ini. 2•4
161
Terdapat beberapa j enis bahan pengikalan permanen seperti tertera pada tabel berikut :
Tabel l . Jen is ikal permanen ( dikutip dari kepustakaan no. 7).
TY1>e of
Chc111istr-y pH A d v a n tages Disadvantages
pernta n c n t wave
S u l fite Sul file or bisul file 6-8 Less odor Long processing
time, harsh on hair
1 62
Wetting agent Fatty a l cohols, sodium lauryl Improve hair saturation with
sulfate, disodium laureth waving lotion
sulfosuccinate, sodium laureth
sulfate, cocoampho-diacetate
Tabet 3. Kandungan bahan neutralizer pengikal permanen (dikutip dari kepustakaan no.7)
1 63
P E L U RUSAN RAMBUT
Pelurusan rambut pada dasamya bertujuan agar rambut mudah diatur, ditata, disisir,
berkurangnya kerusakan rambut akibat reduksi friksi/gesekan karena penyisiran dan sesuai
kebutuhan mode.9
Rambut dapat diluruskan dengan teknik panas atau kimiawi. Pelurusan dengan panas
disebut juga hot style method atau hair pressing, 10 bersifat sementara dan membutuhkan
proses energi rendah yang melibatkan perubahan pada ikatan hidrogen dan garam. Hasil
istilah yang dikenal sebagai alat pemanas pelurusan rambut yaitu hot comb, hot iron, fiat
iron, electrical hair straightener dan sebagainya. 1 0•1 1
Pelurusan rambut permanen yangdisebut juga sebagai lantionisasi, didapat melalui
suatu proses kimiawi menggunakan logam-logam hidroksida atau guanidin untuk mengubah
struktur protein melalui pemecahan dan pembentukan ikatan kovalen disulfida. 5·1 0 Bahan
pelurus bekerja mengubah sekitar 3 5 % kandungan sistein dari rambut menjadi lantionin
dengan hidrolisis minor dari ikatan peptida. Sekali ikatan disulfida pecah maka rambut
akan menj adi lurus dan ikatan disulfida akan membentuk konfigurasi yang baru. Proses ini
akan mencegah rambut kembali kepada bentuk ikal alamiahnya hingga waktu pertumbuhan
rambut dari kulit kepala. 5•1 1 • 1 2
Produk pelurus rambut mengandung 3 komponen utama yaitu: komponen alkali
(basa), minyak, dan air. Pelurusan rambut secara kimiawi memerlukan komponen basa kuat
seperti natrium atau guanidin hidroksida. Fase minyak mengandung komponen lipofilik
dengan konsentrasi tinggi minyak dan wax. Material lipid membuat rambut mengkilat ,
lebih mudah ditata, dan melindungi kulit kepala. Fase minyak ini dianggap sebagai suatu
bahan pembawa pelembab dan protektif. Fase air mengandung bahan aktif dan sebagai
bahan pembawa komponen alkali. Keseimbangan antara ketiganya menentukan efektivitas
II Ill IV
v VI VII VIII
Gambar 1 .
Klasifikasi rambut untuk membedakan tingkat ikal rambut. ( ikutip dari kepustakaan no. 9 )
E v e ry t h i n g A b o u t H<Tir 1 65
2. Lye-relaxer
Umumnya dikenal sebagai pelurus yang mengandung soda. Komposisi terdiri dari
natrium hidroksida atau kalium hidroksida sebagai bahan alkali yang kuat. Subkategori
dari kelompok ini yaitu pelurus tan pa pel indung(no base straightening) dan pelurus dengan
memakai pelindung(base straightening) . Produk tanpa pelindung menggunakan emulsi fase
minyak yang tinggi sehingga tidak membutuhkan apl ikasi dasar protektifuntuk mengurangi
iritasi kulit kepala. Sedangkan pelurus yang memakai pelindung menggunakan derajat
rendah fase minyak dan relatif tinggi persentase natrium hidroksida sehingga memberikan
hasi l yang cepat namun dapat mengiritasi kulit kepala dan menyebabkan kerusakan ram but.
3. No lye-relaxer
Bahan aktif komponen mengandung guanidin hidroksida atau litium hidroksida.
Guanidin hidroksida disebut produk mix oleh karena merupakan sistim dua fase yaitu emulsi
kalsium hidroksida harus dicampurkan terlebih dahulu dengan solusio guanidin karbonat
untuk menghasilkan formasi guanidin hidroksida sebagai bahan aktif pelurus ram but. Hal ini
menyebabkan produk ini kurang praktis dan memerlukan waktu lebih panjang. Sementara
litium hidroksida disebut lye relaxer no mix karena tidak perlu dicampur. Potensi iritasi
berkurang secara lebih bermakna pada guanidin hidroksida di banding produk pelurus yang
mengandung natrium hidroksida.
Golongan lye-relaxer dan no lye-relaxer dikenal sebagai pelurus berbasis alkali
(alkaline technology) dan dianggap sebagai pelurus rambut yang paling permanen dan
efektif.
I ngredients Percentage
Stearic acid 1 7%
Oleic acid 3%
Stearyl alcohol 2%
Glycerin 5%
Sodium hydroxide 9 . 5%
Fragrance 0 . 5%
Water g.s
(dikutip dari kepustakaan no.6)
1 66
Pelurus rambut membutuhkan pengulangan 4-6 minggu dan hanya rambut yang baru
tumbuh yang di luruskan , agar kerusakan rambut tidak terjadi.
2·5 · 1 0• 1 3
P ROSED U R AMAN P E N G I KALAN DAN P E L U RUSAN RAMBUT
l . Penilaian klinis
Dalam hal ini perlu dilakukan analisis dan diagnosis kondisi rambut dan kulit kepala
yang menyeluruh. Sebelum dilakukan proses pengikalan atau pelurusan, rambut harus
diperiksa secara hati-hati untuk menilai jenis rambut, ada tidaknya rambut yang patah,
rusak atau rambut yang sudah pernah dilakukan manipulasi sebelumnya, seperti pengikalan,
pelurusan, pewarnaan, bleaching, dan lain-lain. Ku lit kepala j uga diperiksa untuk melihat
1 67
E F E K SAM P I N G
Pengikalan dan pelurusan rambut ada kalanya dapat menimbulkan dampak negatif
berupa efek samping, baik terhadap penata rambut maupun kliennya. Kerusakan rambut
yang tidak diharapkan dapat terj adi akibat pemilihan bahan pengikal/pelurus rambut dan
neutralizer yang salah, panas yang berlebihan, waktu pemrosesan yang tidak tepat atau
jumlah larutan pengikal/pelurus rambut yang tidak sesuai. 3
Beberapa efek samping yang dapat terj adi yaitu:3·5· 1 4
168
PEN UT U P
Pengikalan dan pelurusan rambut merupakan dua cara popular yang dapat dilakukan
untuk mendapatkan model rambut yang diinginkan.
Proses pengikalan dan pelurusan rambut permanen pada dasarnya memiliki prinsip
kimia yang sama yaitu memodifikasi struktur protein batang rambut melalui pemutusan
dan pembentukan kembali ikatan disulfida dalam fi lamen keratin rambut.
Perhatian dan kepedulian hams diberikan untuk mengurangi kemungkinan hasil yang
tidak sesuai dan terjadinya dampak negatif. Diperlukan pemahaman yang baik tentang
teknik, produk dan cara kerj a yang sesuai dengan kondisi kesehatan rambut seseorang
untuk memperoleh hasil yang sempurna.
1 69
I 0. de Sa Dias TC, Baby AR, Kaneko TM, Yalesca MYR. Relaxing I straightening of Afro-ethnic
Dermatology Product & Procedures. Blackwell Publishing Ltd. United Kingdom. 20 1 0 : 248-5 5.
1 70
Rahmadewi
PENDA H U L U AN
Rambut sangat berperan dalam persepsi diri dengan kata lain kepribadian seseorang
dapat tampak dari rambut. Rambut asli seseorang dapat berbentuk lurus, bergelombang,
ikal, pirang, hi tam, coke lat, merah, atau abu-abu. Rambut adalah salah satu yang penampilan
fisiknya mudah kita ubah, baik panj ang, wama, bentuk dalam berbagai macam gaya. 1
Kosmetik rambut dibuat untuk memelihara kesehatan kulit dan memperindah kepala,
misalnya shampo yang berfungsi untuk membersihkan dan mencegah infeksi kulit kepala,
dan kondisoner yang berfungsi untuk memperindah rambut. Selain itu ada kosmetik rambut
yang fungsinya untuk merubah rambut supaya lebih fashionable. Kosmetik rambut ini
termasuk styling agent, pewama , pengeriting pemrnnen. Produk-produk kosmetik perawatan
rambut seringkali dianggap menjadi penyebab kerontokan rambut oleh penggunanya. 3 .4
Rambut berpotensi mengalami kerusakan akibat gesekan oleh penyisiran dan
penyikatan yang berlebihan. Ditambah lagi dengan prosedur-prosedur kosmetik lain seperti
pemanasan berlebihan dari catok pengkeriting. Prosedur kosmetik kim iawi pada rambut,
misalnya pemudaran wama, pengecatan, pengkeritingan dan pelurusan, adalah penyebab
utama terjadinya kerusakan rambut, karena kutikula menjadi terangkat dan melunak serta
menjadi lebih rentan terhadap goresan mekanis. Kerusakan ini dapat mengakibatkan
rambut menjadi rontok. 2
Proses kerusakan rambut terutama mengenai ujung bebas dari helai rambut. Begitu
batang rambut keluar dari kulit dan tumbuh lebih panjang, maka batang rambut akan
mengalami beberapa derajat degenerasi tergantung besamya paparan lingkungan dan
kosmetik. Karena rambut kepala memiliki fase pertwnbuhan rambut yang paling panj ang,
maka rambut kepala mengalami kerusakan lebih banyak daripada rambut di bagian tubuh
yang lain. Dengan kecepatan pertumbuhan rambut sekitar 1 cm/bulan, maka helai rambut
sepanjang 1 2 cm akan menerima akumulasi trauma fisik dan kimia kurang lebih selama 1
171
Shampooing +
Heat drying +
Chemical processing
Permanent curling +
Relaxing + +
Bleaching +
Permanent coloring +
a. Sampo
Sampo (shampoo) adalah pembersih yang digunakan untuk rnenghilangkan lernak,
kelenjar minyak, kelenjar apokrin, kelenjear ekrin, elernen jarnur, skuarna korneosit,
produk styling dan debu-debu lingkungan dari kulit kepala dan rarnbut. Sampo berfungsi
sebagai pembersih, yang bersifat ampifilik. Sisi lipofilik terikat dengan lernak dan kotoran
larut lemak sedangkan sisi hidrofilik berikatan dengan air, sehingga lernak tercuci saat
rnernbersihkan. Seni dari formulasi sharnpo tergantung pernilihan kombinasi yang tepat
dari detergen untuk membersihkan kepala sekaligus mernperindah rambut. 1 0
1 72
b. Kondisioner
Membersihkan rarnbut secara berlebihan tidak dapat diterima secara estetis. Rarnbut
yang kehilangan lemak menj adi kasar, kusam dan sukar ditata. Sehingga penggunaan
shampo banyak dikombinasikan dengan kondisioner. Kondisioner menyebabkan rambut
lebih mudah ditata, mengkilap dan antistatik. Kandungannya berupa lemak alkohol, lemak
ester, minyak sayur dan minyak mineral atau pelembab. Juga dapat mengandung protei n
binatang terhidrolisa, gliserin, dimetikon, simetikon, polivinilpirolidon, propilen glikol dan
stearalkonium klorida. Kandungan protein tersebut populer digunakan pada kondisioner
untuk rambut rusak karena dapat menutupi rambut bercabang sementara sampai penggunaan
sham po berikutnya. 3
c.Hairspray
Hairspray adalah cairan aerosol yang diberikan setelah penataan rambut untuk
menjaga rambut tetap pada posisi yang diinginkan. Penggunaan hairspray yang berlebihan
menyebabkan penumpukan material hairspray di rambut dan membuat rarnbut cepat kotor
sehingga harus lebih sering dikeramas. Keramas yang sering ini membuat rambut kering,
kasar dan mudah bermuatan elektrik statis karena lemak/sebum pada rambut hilang.8
Produk-produk yang tersedia di pasaran biasanya difommlasikan dengan pH sekitar
5 dan telah diuj i keamanannya. Tidak terdapat laporan kasus tentang produk-produk
kosmetik dalam kelompok ini sebagai penyebab kerontokan rambut secara langsung. J ika
ada pasien datang dengan rambut patah, seperti trikoreksis nodosa, tetapi menyangkal
penggunaan produk kosmetik tertentu, harus difikirkan kemungkinan penggunaan produk
perawatan rambut yang berlebihan. Bahkan penyikatan rambut yang berlebihan pun dapat
menginduksi terjadinya trikoreksis nodosa, trikoskisis dan premature telogen hair loss,
yang dicirikan dengan adanya 'ekor kec i l ' di dasar ram but gada. 8
1 73
a. Keriting permanen
Prosedur mengeriting rambut secara pennanen melalui beberapa proses kimia yang
cukup kompleks. Seperti telah dibahas sebelumnya, berbagai macam ikatan kimia menjaga
rambut tetap pada bentuk alaminya, yang terkuat adalah ikatan disulfida. Ikatan kimia
lainnya dapat dengan mudah terputus dan tersambung kembali hanya dengan menata
rambut dalam keadaan basah menggunakan sikat atau rol . Untuk dapat mengubah bentuk
rambut secara permanen, maka ikatan disulfida harus dirusak. Reduksi ikatan disulfide di
kutikula dan korteks ini disebabkan oleh zat alkalin tioglikolat atau bisulfit yang terkandung
dalam obat pengkeriting rambut. Zat pengkeriting yang digunakan di rumah dan di salon
memiliki kandungan yang sama, hanya biasanya berbeda konsentrasinya. Setelah proses ini,
kemudian dilakukan manipulasi rambut menj adi bentuk yang baru, kemudian membentuk
kernbali ikatan disulfide dengan hidrogen peroksida.7• 1 1
Perubahan lain yang dapat diakibatkan oleh proses ini adalah pembengkakan dan
kontraksi longitudinal.
1 74
Bahan kimia yang digunakan dalam proses ini lebih baik j ika dalam bentuk krim,
karena tekstur krim yang berat membantu rambut tetap lurus selama prosedur berlangsung.
Banyak jenis bahan pelurus rambut dijual di pasaran. Zat aktif yang digunakan antara lain,
natrium hidroksida, guanidine hidroksida, kalium hidroksida, dan litium hidroksida. Natrium
hidroksida dan guanidine hidroksida adalah bahan yang paling efektif, dengan litiwn
hidroksida yang paling tidak iritatif. Konsentrasi pelurus rambut yang berbeda tersedia untuk
berbagai jenis rambut, dan dikelompokkan menj adi ringan, normal dan resisten 1 •
Proses ini sangat merusak karena rambut dimanipulasi pada saat proses kimia
berlangsung. Rambut kemudian dinetralkan dengan sampo acid balanced. Pelurusan
rambut perlu diulangi setiap 4-6 minggu dan hanya yang baru tumbuh yang perlu diluruskan,
1 75
Metode yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan larutan hidrogen
peroksida alkalis a tau persulfat sampai dengan 1 2 %. Larutan alkalis ini dibutuh.kan karena
pemudaran wama akan berkurang pada p H yang asam, dan ammonia adalah bahan yang
paling sering digunakan sebagai alkalis karena menunjukkan hasil pemudaran wama yang
paling baik. Derajat pemudaran wama akan bervariasi tergantung pada lamanya bahan
pelurus kontak dengan rambut, dan hal ini sulit dikendalikan. Rambut yang lebih gelap
tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama. Sedangkan waktu kontak yang lama,
misalnya 1 -2 jam, adalah sangat merusak bagi rambut. 1
Pada prinsipnya prosedur ini terbagi menjadi 2 langkah, pertama penyebaran granula
granula melanin. Proses penyebaran ini menyebabkan wama rambut berubah dari hitam
menjadi cokelat. Mengikuti fase disolusi ini, terdapat beberapa fase pemudaran warna rambut.
Mekanisme kedua proses ini belum sepenuhnya dipahami, namun diperkirakan bahwa pada
fase disolusi terjadi kerusakan berbagai ikatan yang menyatukan partikel-partikel pigmen,
sedangkan pada fase pemudaran warna terjadi pemecahan struktur polimer dari melanin. 1
Reaksi oksidasi yang terjadi pada proses ini tidak hanya merusak melanin, namun
juga beberapa ikatan disulfida di dalam keratin yang akan melemahkan struktur rambut.
Kerusakan juga terjadi pada lapisan kutikula yang menyebabkan rambut menjadi lebih
berpori. Setelah mengalami prosedur pemudaran wama ini, rambut akan lebih mudah
patah, lebih rentan terhadap kelembapan dan seringkali memiliki tekstur yang berbeda.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, digunakan kondisioner baik dalam bahan pemudar
wama ataupun digunakan setelah prosedur dilakukan. 1 •7
d. Pengecatan rambut
Ada 4 macam cat rambut berdasarkan larnanya warna bertahan di rambut, yaitu
pengecatan gradual, temporer, semi-pennanen dan permanen. 1
1 76
1 77
b. Panas
Pengeriting rambut,dengan k isaran suhu 1 00- 1 70 °C, direkomendasi-kan digunakan
untuk mengeringkan rambut dalam waktu singkat. Berbagai tes menunjukkan bahwa dengan
mengikuti pedoman yang direkomendasikan akan menghasilkan kerusakan yang minimal.
Mengabaikan pedoman penggunaan akan meningkatkan potensi kerusakan rambut yang
parah. Mengikal rambut kering berkepanjangan ( 1 0-menit) ditambah dengan regangan yang
meningkat menyebabkan tekanan moderat, disintegrasi, keretakan radial dan fusi tepi skuama
dari sel-sel permukaan kutikula, yang dapat diamati dengan mikroskop. Ketika proses
tersebut diulang pada rambut basah, terjadi distorsi sel kutikula dengan terbentuknya tonjolan
atau benjolan, kemungkinan besar dikarenakan oleh ledakan uap panas yang terjebak
dalam kutikula yang basah. Kerusakan tersebut mengakibatkan peningkatan kekuatan
saat menyisir, prosedur yang sangat mudah menyebabkan perubahan fisik di pem1ukaan
rambut. Penggunaan kondisioner sebagai pretreatment sebelum menggunakan pengeriting
rambut, dapat mengurangi kerusakan. 1 1
Aspek lain dari degradasi yang disebabkan oleh panas adalah peningkatan kekakuan
dan proses menguning dari helai rambut. Kekakuan rambut yang meningkat disebabkan
oleh peningkatan kandungan kristal alpha-keratin dalam rambut yang terpapar panas.
Proses menguning, yang mungkin terkait dengan pembentukan kromofor berwama kuning
oleh dekomposisi sistin dan tirosin serta oksidasi triptofan. 1 1
Terdapat juga perubahan struktur dan sifat batang rambut sebagai akibat dari paparan
panas yang ringan ( < l 00°C), seperti pengeringan oleh hairdryer. Perubahan struktural
dalarn kutikula ram but akibat blow-dry termasuk terbentuknya ruang antara lapisan kutikula,
yang mengurangi kilau rambut. Rambut yang dikeringkan dengan panas lebih rentan
terhadap muatan elektrik statis selama prosedur perawatan berikutnya. Fenomena klinis
rambut gelembung (bubble hair), kerapuhan dan kerontokan lokal, dengan terbentuknya
gel em bung dalam batang rambut,juga terkait dengan pemanasan setempat ram but basah oleh
panasnya pengering rambut. Gelembung itu berisi gas dan terj adi karena adanya kelembaban
yang mengembang dalam batang rarn but, dan merusak korteks nonnal. Kondisi ini dapat
diperbaiki secara bertahap dengan perawatan rambut lembut. 1 1
1 78 ' . 't
PENUTUP
Telah diuraikan berbagai macam kosmetik rambut yang menyebabkan kerusakan
rambut. Meskipun umumnya kosmetik tersebut aman dipakai, namun bila terj adi misuse
atau abuse dapat terjadi efek samping kerusakan batang rambut.
KEPUSTAKAAN
1 . Bolduc C, Shapiro J. Hair Care Products: Waving, Straightening, Conditioning and Coloring.
C linics in Dennatology. 200 1 . Vol 1 9. p43 1 -6
2. Tri.ieb RM . Aging of H air. Journal of Cosmetic Dennatology. 2005. Vol 4. p60-72
3. Draelos ZD. Hair Care, An I l lustrated Dermatologic H andbook. United Kingdom: Taylor &
Francis Group. 2005
4. N icholson AG, et al. Chemical ly Induced Cosmetic Alopecia. British Journal of Dennatology.
1 99 3 . Vol 1 28. p 537-4 1
5. Cotsarelis G, Botchkarev V. B iology of Hair Follicles. I n : Wol ff K, et al. F itzpatrick's
Dennatology in General Medicine. 7'11 ed. USA: McGraw-Hills Company; 2008. p739-48
6. Messenger AG, de Berker DAR, S inclair R D . D isorder of Hair. I n Rook's Textbook of
Dermatology, 8 111 edition. West sussex, U K : wiley-Blackwe l l publishing Ltd; 20 1 0. p66. l -6
7. S inclair RD. Healthy H air: What Is It? Journal of Investigative Dermatology Symposium
Proceeding. 2007. Vol 1 2 . p2-5
8. Gummer CL. Cosmetic and H a ir Loss. C linical and Experimental Dennatology. 2002. Vol 2 7 .
p4 1 8-2 1
9. Horev L. Environmental and Cosmetic Factors in Hair Loss and Destruction. I n : Environmental
Factors in Skin Diseases. Curr Prob! Dermatol . Basel, Karger, 2007, vol 3 5 , p 1 03- 1 7
1 0. Tri.ieb RM. Shampoo: Ingredients, efficacy and adverse effects. JDDG. 2007. Vol 5. p356-65
1 1 . Horev L. Exogenous Factors in Hair D isorders. Exog Dermatol . 2004. Vol 3. p 237-45
1 79
Sri Lestari
Dept /SMF l lmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RS Dr. M . Djamil/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
PENDA H U LUAN
Banyak orang memilih untuk menghi langkan rambut tubuh yang tidak diinginkan
dengan alasan estetik, sosial, budaya, atau medis. Indikasi medis hair removal antara lain
hirsutisme, rambut tenninal yang berlebih dalam distribusi pertumbuhan rambut yang
dipengaruhi oleh androgen (wajah, dada, punggung, perut), 1 hipertrikosis bawaan atau
yang diinduksi oleh obat, dan peningkatan pertumbuhan rambut di daerah yang tidak
dipengaruhi oleh androgen. I ndikasi med is lainnya seperti pseudofolliculitis, pertumbuhan
rambut dari daerah donor yang dicangkokkan, hair removal pra operasi . 2
Metode yang tersedia untuk hair removal sementara atau pemrnnen, masing-masing
dengan keberhasilan relatif dan efek samping tersendiri . 2
J EN IS
Depilasi adalah pengangkatan bagian rambut di atas permukaan kulit. Bentuk yangpaling
umum dari depilasi adalah mencukur (shaving). Pilihan lain adalah chemical depilatories,
yang bekerja dengan memutus i katan disulfida ( S-S) rambut yang menghubungkan rantai
protein yang memberikan kekuatan pada rambut.
Epilasi adalah pengangkatan seluruh rambut, temrnsuk bagian yang di bawah kulit.
Metodenya meliputi waxing, threading, elektrologi, dan laser. Rambut juga dapat diangkat
dengan cara mencabut dengan pinset (plucking).3
M E TO D E
Temporary hair removal - depilasi, epilasi, bleaching
Temporary hair reduction - hidroklorida Eflomithine ( VANIQA cream 1 3 ,9%)
Permanent hair reduction - IPL atau laser-assisted hair removal
Permanent hair removal - E lektrolisis2
1 80
b. Chemical depilatories
Chemical depilatories adalah kosmetik yang digunakan untuk menghilangkan sebagian
batang rambut dengan mudah dan tidak nyeri dari kulit manusia. Saat ini, bahan
aktif yang um um digunakan adalah asam tioglikolat (kalsium tioglikolat dan sodium
tioglikolat),2•4 yang dipatenkan pada tahun 1 930 untuk menghilangkan rambut dari
kulit ternak.2 Kerjanya menghidrolisis dan mengganggu ikatan disulfida ( S-S) keratin
rambut yang menyebabkan rambut menjadi tidak kuat, patah, sehingga sel uruh rambut
mudah dilepas dari folikel rambut.
181
2. Epilasi
Efektif untuk menghilangkan rambut sementara yaitu plucking, waxing, threading,
sugaring, secara abrasif atau dengan a lat mekanis (misalnya Epilady). Agar epilasi efektif,
rambut harus cukup panjang agar alat dapat memegang rambut. Efek jangka panjang
epilasi pada fol ikel rambut tidak diketahui. Luka akibat epilasi pada folikel rambut, epilasi
berulang selama beberapa tahun dapat mengakibatkan kerusakan matrik yang pennanen,
dan rambut menjadi lebih halus atau lebih jarang sehingga dalam jangka panjang terjadi
pengurangan rambut secara pemrnnen. Uj i kl inis jangka panjang menunj ukkan tidak adanya
efek samping pada epilasi berulang.2
a. Plucking
Mencabut rambut/ plucking/ tweezing, merupakan epi lasi, yang bermanfaat dan
ekonomis untuk menghilangkan rambut kasar atau sekelompok kecil rambut dengan
cara mekanis yaitu menarik rambut dari kulit seperti pada alis, dagu, atau puting susu.
Hal ini dilakukan untuk tujuan perawatan pribadi, biasanya dilakukan dengan pinset.2•3
Hasil pencabutan bertahan lebih lama daripada mencukur karena rambut ditarik
dari batang rambut, seperti di waxing. Metode ini memakan waktu, membosankan, dan
rnenyakitkan. Reaksi plucking pada folikel rambut tidak dapat diprediksi, dan dapat
mengakibatkan folikulitis, hiperpigmentasi, skar, dan distorsi folikel, nyeri dan ingrown
hair pseudofolliculitis.2 Epilator adalah suatu plucker dengan menggunakan elektromotor.3
b. Waxing
Waxing mirip dengan plucking, menggunakan lilin hangat atau dingin di atas kulit
yang berambut, dan dengan cepat menarik lilin yang mengeras dimana rambut tertanam
di dalamnya berlawanan arah dengan pertumbuhan rambut. Waxing merupakan metode
yang paling mahal namun paling efektif dari metode epilasi karena rambut akan diangkat
1 82
dihentikan selama 6 bulan sampai 1 tahun untuk menghindari Iuka dan skar. Pasien yang
[Accutane®], asitretin [Soriatane®]) sebaiknya tidak melakukan waxing sampai pengobatan
menggunakan retinoid topikal (tretinoin [Retin-A®, Avita®], adapalen [Dif.ferin®]) j uga harus
berhati-hati saat waxing unh1k menghindari luka pada kulit. Disarankan waxing di lakukan di
salon dan hindari pada pasien yang menggunakan retinoid.2
Waxing tidak boleh dilakukan pada tahi lalat, kutil, atau kulit yang iritasi, sun burn,
atau rusak. Perhatian khusus pada temperatur J ilin unh1k menghindari kulit terbakar.
Efek samping waxing seperti nyeri, hiperpigmentasi, skar, folikulitis, dan ingrowth hair
pseudofolliculitis. Dilaporkan kasus dengan infeksi Streptococcus pyogenes dan infeksi
Herpes simplex virus pada genitalia ekstema seorang wanita umur 20 tahun dengan diabetes,
yang secara rutin melakukan perinea! "Brazilian " bikini wax.6
Waxing merupakan suatu epilasi, metode hair removal semi-pennanen untuk
menghilangkan rambut dari akar rambut. Rambut baru tidak tumbuh dalam 2 - 8 minggu.
Hampir setiap area tubuh dapat di waxing, termasuk alis, waj ah, daerah bikini, kaki, lengan,
punggung, dan perut.6
Waxing dilakukan dengan mengaplikasikan Jilin tipis-tipis di atas kulit. Menggunakan
suatu strip dari kain atau kertas kemudian ditekankan di atas kulit dan ditarik dengan
gerakan cepat berlawanan arah pertumbuhan rambut. Hal ini akan menghilangkan lilin
bersamaan dengan terangkatnya rambut.6
Metode lain adalah menggunakan lilin yang keras. Dalam hal ini, lilin diaplikasikan agak
tebal dan tanpa strip kain atau kertas. Lilin kemudian mendingin dan mengeras, sehingga
memungkinkan melakukan pengangkatan Jilin yang ada rambutnya dengan mudah tanpa
bantuan strip. Metode ini sangat bennanfaat bagi orang-orang yang memiliki kulit sensitif.6
c. Threading
Threading adalah suatu teknik manual kuno, yang populer di banyak negara Arab;
menggunakan benang panjang berotasi secara cepat menyilang kulit. Dengan manuver
memutar tali, dimana rambut terjebak dalam kumparan yang terjalin ketat dan ditarik
atau patah. Efek samping threading antara lain nyeri, hiperpigmentasi, skar, folikulitis,
dan ingrowth hair pseudofolliculitis.2
Threading merupakan epilasi dengan metode kuno hair removal yang berasal dari
negri Timur yang kemudian populer di negara Barat. Menggunakan, benang katun mumi,
d. Sugaring
Sugaring mirip dengan waxing, menggunakan suatu campuran gula yang disiapkan
dengan memanaskan gula, jus lemon, dan air untuk membentuk sirup. Sirup dibentuk
menjadi bola, diratakan ke kulit, lalu cepat-cepat ditarik, dan rambut akan terangkat
seluruhnya dari batang rambut. Sugaring merupakan alternatif waxing bagi orang-orang
yang sensitif terhadap lilin. Efek sampingnya nyeri, hiperpigmentasi, skar, fo likulitis, dan
ingrowth hair pseudofolliculitis.2
e. Abrasif
Abrasif menggunakan batu apung a tau alat dari kertas amp las halus dan sarung tangan,
yang bekerja secara fisik, yaitu dengan menggosok rambut menjauh dari permukaan kulit.
Metode ini bisa menyebabkan iritasi kulit dan saat ini sudah j arang di lakukan.2
3. Bleaching
Bleaching bukanlah metode hair removal, namun banyak wanita menggunakan
bleaching sebagai metode yang murah untuk menyamarkan adaya rambut yang tidak
diinginkan dengan menghilangkan pigmen alami rambut. Daerah yang biasa dilakukan
bleaching adalah bibir atas, jenggot, dan lengan. B ahan aktif yang tersedia di toko adalah
hidrogen peroksida dan sulfat, suatu kombinasi bleaching, melembutkan, dan mengoksidasi
rambut. Berbagai bleaching komersial tersedia dengan instruksi yang mudah diikuti. Seperti
pada depilatori, terlebih dahulu dilakukan tes tempel kecil untuk meni lai reaksi alergi .2
Kelemahan bleaching antara lain iritasi kulit, perubahan warna kulit sementara,
pruritus, dan rambut memutih berbeda dengan warna kulit yang natural/ coklat. D ilaporkan
kasus urtikaria generalisata, asma, sinkop, dan syok sebagai reaksi terhadap aktivator
persulfat yang ditambahkan untuk meningkatkan efek pemutih dari hidrogen peroksida.2
berupa krim topikal hanya tersedia dengan resep dan telah disetuj ui oleh U.S. Food and
E.fiornithine, suatu metode baru untuk pengurangan rambut sementara pada wanita,
Drug A dministration untuk pengurangan rambut waj ah yang tidak diinginkan pada wanita.2
E.fiornithine bukan suatu hair remover atau obat depilatori, tetapi adalah krim topikal yang
menurunkan laj u pertumbuhan rambut. Ia bekerja dengan menghambat enzim ornithine
decarboxilase, suatu enzim dalam kulit manusia yang merangsang pertumbuhan rambut.
B i la aktivitas enzim ini dihambat oleh obat, aktivitas metabolik pada folikel rambut
berkurang dan pertumbuhan rambut lebih lambat. D igunakan pada wajah dan bawah dagu.
Karena e.fiornithine tidak mengangkat rambut, maka harus digunakan kombinasi dengan
1 84 E 1'e ry t h 1 n g L> f/ o u t -f a i r
Pada satu penelitian 32% dari 393 subjek perempuan menunj ukkan perbaikan yang
nyata (pengurangan rambut waj ah yang tidak diinginkan) dibandingkan dengan hanya
8% dari 2 0 1 subyek kontrol yang menggunakan p lasebo. Uji klinis dilakukan dengan
menggunakan efiornithine digunakan dua kali sehari selama 24 minggu (6 bulan). Perbaikan
terjadi dalam 4-8 minggu. Setelah pengobatan dihentikan, rambut wajah sama dengan
sebelum treatment dalam waktu 8 minggu.2
Efiornithine ( Vaniqa®) tidaklah hair remover atau depilatori, tetapi adalah krim topikal
yang mengurangi laj u pertumbuhan rambut. Pada percobaan hewan, zat ini menghambat
secara ireversibel enzim ornithine decarboxilase, sehingga menghambat pembelahan sel
dan fungsi sintetis serta memperlambat laj u pertumbuhan rambut. Studi klinis menunj ukkan
ha! itu juga menghambat pertumbuhan rambut pada manusia.2
Tekhnik ini dilakukan pada orang dewasa dengan mengoleskan tipis-tipis dua kali sehari
pada waj ah yang dikenai dan digosok. Jangan mencuci daerah tersebut selama minimal 4
jam. Belum ada rekomendasi pada pediatrik. Tidak ada interaksi dan kontraindikasi yang
telah dilaporkan, termasuk hipersensitivitas. Efiornithine dapat menyebabkan kemerahan
sementara, rasa menyengat, terbakar atau kesemutan, ruam, dan folikulitis. Untuk wanita
hamil termasuk kategori C yang berarti bahwa risiko terhadap j anin telah ditemukan pada
studi hewan tetapi belum dilakukan atau dipelaj ari pada manusia, oleh karena itu dapat
digunakan pada pasien hamil j ika manfaatnya lebih besar daripada risiko terhadap fetus.2
PENUTUP
M etode hair removal permanen atau temporer atau reduksi adalah komponen
penting dalam pengobatan pasien dengan rambut yang tidak diinginkan. Tidak ada
metode tunggal yang sempuma untuk semua pasien. Faktor-faktor seperti kondisi medis
yang mendasari yang menyebabkan pertumbuhan rambut yang berlebihan, ukuran dan
lokasi dari area pengobatan, keinginan untuk hair removal sementara atau hair removal
permanen, dan keahlian dari teknisi harus dipertimbangkan dalam memilih metode untuk
non-laser hair removal.
1 87
Tantari SHW
Malang
PENDA H U L U AN
Kosmetik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak
berabad-abad yang lalu. Saat ini kosrnetik sudah berkembang pesat, hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya industri kosmetik dan produk-produk yang beredar. Kosmetik rambut
merupakan salah satu jenis produk kosrnetik. Berbagai jenis kosmetik rambut tersedia
saat ini seperti pewarna rambut, pernutih (bleaching) pengeriting dan pelurus, sampo,
kondisioner, hair spray,foam, krim dan gel .
Rambut merupakan komponen penting dari citra diri dan memiliki kepentingan
psikologis besar untuk pria dan wanita. Untuk merubah dan memperbaiki penampilan
digunakan produk-produk kosmetik rambut sehingga dapat merubah wama rambut coklat,
hitam, merah dan bentuk rambut l urus, bergelombang atau keriting sesuai dengan mode
dan budaya. 1 Sayangnya u saha untuk merubah penampilan tersebut dapat mengakibatkan
efek samping tidak hanya pada rambut yang berakibat kerontokan tetapi j uga pada kulit
berupa dermatitis kontak dan urtikaria kontak. Pada keadaan berat dapat terjadi efek
samping sistemik berupa reaksi anafilaksis atau reaksi intoksikasi, bahkan beberapa studi
epidemiologi melaporkan adanya risiko kanker vesika urinaria pada penata rambut pria
akibat paparan pewarna rambut.2
I nsidensi efek samping kosmetik rambut sulit diketahui dengan pasti, hal ini
disebabkan kemungkinan reaksi yang terjadi ringan dan sementara sehingga penderita
hanya menghentikan pemakaiannya dan tidak berobat ke rumah sakit a tau dokter. Di Eropa
efek samping kosmetik rambut menempati peringkat kelima diantara dennatitis akibat
kerja pada wanita.3 D i Indonesia data mengenai efek samping kosmetik rambut terbatas
hanya dari catatan medik poliklinik kulit di beberapa kota besar. Di R SU D Dr. Saiful
Anwar, Malang pewama rarnbut merupakan bahan kosmetik rambut yang terbanyak
menimbulkan efek samping.
1 88
Trauma Fisik
Berbagai gaya dan model rambut seperti mengikat rambut, memakai topi atau penutup
kepala yang ketat, berakibat terj adi kerusakan sel-sel kutikula rambut dan terjadi fisura
transversal yang berakibat kerontokan. Faktor-faktor seperti ras, fashion dan pekerj aan
serta berbaring lama karena sakit mengakibatkan tekanan fisik pada kepala sehingga
kadang rnerusak batang dan folikel rambut, demikian pula pada proses dengan anestesi
yang lama pada pernbedahan yang rnemungkinkan terj adi tekanan pada kepala sehingga
rnenyebabkan kerontokan rambut dan alopesia. Penelitian pada 60 pasien yang dioperasi
jantung, 50% terjadi alopesia, kemungkinan karena iskemia kulit kepala dan rambut luruh/
lepas pada fase anagen.
Garnbaran klinis alopesia karena tekanan adalah kerontokan terbatas pada daerah
yang mengalami tekanan berkepanjangan pada daerah kepala bagian belakang seperti
pada pasien korna. Topi atau penutup kepala lainnya maupun penjepit/ klip rambut j uga
rnenyebabkan tekanan lokal pada kepala.4 Kerontokan ini menunjukkan suatu kondisi
anagen efluvium, sedang apabila tekanan terj adi cukup lama dapat berakibat nekrosis
jaringan dan hi langnya folikel rambut.
Alopesia karena traksi dapat terj adi akut maupun kronis. A lopesia karena traksi yang
akut terjadi apabila rarnbut memang sengaja dicabuti sendiri dan gambaran klinisnya
berupa patchy hair loss, sering didiagnosis sebagai loose anagen syndrome. Keadaan ini
bersifat autosomal dominan dan terdapat gangguan kohesi antara selubung akar luar dan
dalam dengan kutikula, dengan hasil rambut anagen yang melekat kuat pada folikel dapat
ditarik dengan rnudah tan pa rasa sakit. 5 Karakteristik dari rambut ini tampak akar distrofik,
alur longitudinal dan tidak adanya selubung akar dalam dan l uar serta kutikula berkerut.
Alopesia karena traksi yang kronis biasanya disebabkan karena cara menyisir, menyikat,
pemakaian rot dari spon, di kepang dan ekor kuda.4•6 Untuk itu perlu mengetahui pola dari
traksi, bila karena ekor kuda atau dikepang gambaran klinisnya berupa alopesia di batas
tepi rambut dengan dahi, di atas telinga dan dapat sampai daerah nuchae. Apabila kondisi
ini telah berlangsung lama, sekitar 3-5 tahun dan pada usia remaja akan menyebabkan
alopesia sikatrikal . Kebiasaan memakai rot rambut menyebabkan kerontokan pada daerah
rambut yang dirol, sedang. penambahan j um lah dan volume rambut (hair weaving/ hair
extensions) rnenyebabkan kerontokan rambut daerah puncak kepala pada perlekatan antara
rarnbut asli dan rambut tarnbahan.
Alopesia karena panas disebabkan karena pengeringan rambut dengan suhu yang
terlalu panas atau pemakaian sisir dan sikat yang terlalu panas. Efek samping panas pada
rambut ini disebut bubble hair.4 Gambaran klinisnya yang khas berupa alopesia sikatrikal
1 89
Trauma Kimia
Pewarna, pelembab, pengeriting, pelurus dan beberapa sampo dapat menyebabkan
kerontokan sehingga berakibat alopesia. Kerontokan oleh karena pewarna rambut bersifat
sementara, hat ini kemungkinan dikarenakan kerusakan hanya pada batang rambut dan
epidermis dikepala saja, karena bahan kimia tidak mungkin terabsorbsi lebih dalam
sehingga sangat j arang terj adi alopesia sikatrikal. Sampo yang mengandung deterjen
kationik harus dihindari karena dapat menyebabkan rambut kusut, sedangkan paparan air
garam yang berlebihan dapat menyebabkan rambut lapuk.6•7 Krim dan minyak rambut juga
dapat menyebabkan kerontokan karena pori-pori tertutup dan rusaknya folikel rambut.
Swee et al (2000) melaporkan bahwa 95% wanita dan anak-anak yang melakukan
pelurusan rambut mengalami alopesia. Pelurus rambut mengandung natrium atau guanidin
hidroksida yang bersifat alkali dengan pH antara 1 2,5 sampai 1 4. Beberapa pelurus juga
mengandung cooper. Seperti diketahui bahwa sebagian besar produk kimiawi untuk
rambut bekerja dengan membuat bengkak kutikula sehingga kutikula terbuka dan molekul
yang dimaksudkan masuk ke dalam korteks. Pembukaan kutikula ini dapat te1jadi pada
pH yang tinggi dan suhu panas. 1 Pada proses pengeritingan atau pel urusan rambut terjadi
pemecahan gugus sulfhidril diikuti pelekukan atau pelurusan rambut, kemudian terjadi
reoksidasi jembatan sulfhidril . Obat pelurus dan pengeriting dapat menimbulkan rambut
rontok, rambut terbelah dan trichorrhexis nodusa.
1 90
191
U RTIKARIA KONTA K
Urtikaria kontak merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak yang khas, yang
terj adi setelah adanya kontak antara bahan penyebab dengan kulit. Biasanya terjadi setelah
beberapa menit sampai 1 j am pascakontak dan reda dalam waktu 3 j am tanpa meninggalkan
bekas. 1 5• 1 6 Pada kasus yang berat dapat terjadi urtikaria generalisata, asma, rinitis dan
gangguan saluran nafas serta syok anafilaksis.
Patogenesis terj adinya urtikaria kontak dapat melalui mekanisme imunologik,
nonimunologik atau mekanisme yang tidak diketahui. Mekanisme non imunologik
merupakan mekanisme yang banyak terj adi. 1 6 Reaksi nonimunologik lebih sering daripada
reaksi imunologik.
Jenis kosmetika sebagai penyebab adalah pelurus rambut, pemutih, pewangi, dan
kondisioner.
Gejala klinis yang terj adi dapat berupa urtika atau edema eritem pada tempat kontak
yang dapat disertai rasa gatal atau panas, dapat dengan manifestasi sisitemik berupa rinitis,
angioedem dan anafilaksis. 1 6 Pelurus rambut mengandung natrium hidroksida, natrium
bisulfit atau amonium tioglikolat selain menimbukan reaksi iritasi karena bersifat alkali
dapat j uga menimbulkan reaksi urtikaria kontak. Amonium persulfat merupakan bahan
yang terdapat pada pemutih, selain menimbulkan reaksi alergik maupun iritan dapat juga
reaksi kontak urtikaria, asma bahkan mengakibatkan kolaps vaskuler. Dilaporkan seorang
wanita 54 tahun dengan riwayat pemutihan rambut selama 25 tahun yang tanpa masalah,
timbul l esi eritem dan urtika dikuti syok setelah pemutihan, pada uj i pakai dengan amonium
persulfat positip dalam waktu 1 5 menit. Perfetti et al. ( 2000) melaporkan seorang penata
rambut usia 2 1 tahun yang mengalami reaksi anafilaksis karena amonium persulfat dan
1 92
DI AGNOSIS
Untuk menentukan diagnosis kerontokan atau alopesia karena trauma fisik atau trauma
kimia diperlukan anamnesis yang teliti meliputi:
I . Riwayat kerontokan, riwayat keluarga.
2. Riwayat perawatan rambut yaitu: berapa kali keramas, kosmetik rambut yang dipakai
3. Model penataan rambut misal : ekor kuda, dikeriting, diubah wamanya, cara menyisir,
penggunaan rol , hair d1yer d i!.
4. Riwayat penyakit: pemah masuk rumah sakit, operasi .
5 . Gej ala pada kepala yaitu gatal, sakit atau rasa terbakar.
Pemeriksaan klinis yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan dermatologik mel iputi
lokasi alopesia, pola kerontokan, tes penarikan rambut (pull test), evaluasi akar secara
mikroskopik, trichograms serta biopsi kulit kepala. 1 8
Diagnosis dennatitis kontak dan urtikaria kontak ditegakkan dengan anamnesis
yang cermat terutama bila reaksi yang timbul ringan atau pemakaian kosmetik yang telah
lama, meliputi riwayat penyakit, perj alanan penyakit, lokasi, pekerjaan, hobi dan riwayat
kontak dengan bahan penyebab, riwayat atopi diri dan keluarga. Pemeriksaan klinis yaitu
pemeriksaan umum dan pemeriksaan dermatologik meliputi lokasi, jenis dan distribusi
dari lesi dan tes kulit berupa uj i tempel, repeated open application test ( ROAT) atau uj i
pakai serta uj i el iminasi untuk kasus dermatitis dan uj i tusuk untuk urtikaria.
Untuk menentukan diagnosis dennatitis akibat kerj a pada penata rambut, kriteria dari
Mathias di bawah ini dapat dipakai sebagai pedoman. Dengan jawaban 4 "ya "dari 7
pertanyaan yang ada, yaitu;
1. Apakah klinis sesuai dengan dennatitis kontak?
2. Apakah paparan kerj a potensial iritan atau a lergen?
3. Apakah distribusi erupsi sesuai dengan paparan kerja?
4. Apakah hubungan waktu antara paparan dan awitan sesuai dengan dermatitis kontak?
5. Apakah paparan non okupasi dapat dikesampingkan sebagai penyebab?
6. Apakah ada perbaikan dermatitis apabila jauh dari pekerjaan yang berhubungan dengan
iritan atau alergen?
7. Apakah uj i tempel atau uji provokasi menunj ukkan adanya kemungkinan penyebab
alergi?
1 93
TERAPI
Penatalaksanaan meliputi menghindari bahan penyebab, pengobatan dan pencegahan.
Menghindari bahan penyebab dan menghilangkan trauma pada rambut misalnya: menghentikan
penggunaan rol rambut, menghindari pemakaian hairdryer terlalu panas merupakan cara yang
paling.6·8 Pengobatan bergantung pada stadium dermatitis, umumnya kortikosteroid topikal
sedang, antihistamin dan kortikosteroid sistemik dapat diberikan berdasarkan keadaan klinis.
Fototerapi dengan Ultraviolet B (UVB) Psoralen Ultraviolet A (PUVA) dapat sebagai alternatif
apabila tidak resposif dengan kortikosteroid.8•13 I munomodulator yaitu: pimecrolimus atau
tacrolimus dapat diberikan sebagai terapi pilihan lainnya.8
Pencegahan yang paling efektif adalah menghindari kontak dengan bahan penyebab
bagi pengguna sedang penata rambut memakai alat pelindung d iri (APD) seperti sarung
tangan yang terbuat dari nitri l, polyvinyl chloride atau karet dan perawatan kulit dengan
emolien. 16·19 N amun sarung tangan yang telah terkena pewama ram but sebaiknya tidak
dipakai kembal i .2
ALERGEN
l. Ammonium persulfate
2. p-Toluenediamine
3. p-Aminophenol
4. Hydroquinon
5. m-Aminophenol
6. Pyrogallol
7. Glyceryl monothioglycolate
et al, ,
8. Cocamidopropyl betain
Dikutip dari Uter 2003
1 94
Emulsifiers
Methy l\dibromogl utaronitri le/phenoxyethanol
Lanolin alcohol OKA
Cetearyl alcogol
Linalool
Paraben mix
Matting ofhair
Sampo Formaldehyde Rambut rontok
Cinarnon alcohol
Zinc pyrithione
Sodium pyrithione
Selenium sulfide
Cocamidopropyl betain
Methyldibromo glutaronite
Triethanolarnine poly-peptide o leat
Cetri mide
Kondisioner Protein hydrolysate: stearyl trimethylammonium Kontak urtikaria
Workshop & Symposium : Cosmetic Dermatology Update " Everything About Hair " 202
Surabaya February 3"' -51" 2012
PENUTUP
Telah diuraikan berbagai efek simpang dari penggunaan kosmetik rambut yang dapat
terj adi pada pasien penggunanya.
Eve1 vtl1 1 n 1 A bo u t H ; ir 1 95
1 96 /.::very t h 1 n g A b o u t H.1 1 r
Widji Soeratri
Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga
S urabaya
PENDA H U LUAN
Rambut berperan penting dalam menj aga fungsi organik tubuh dan fungsi estetika,
terutama dalam meningkatkan rasa percaya diri. Sebagaimana kulit, rambut j uga
mempunyai fungsi vital, maka rambut dan kulit kepala harus senantiasa dijaga kesehatan
dan penampilannya. Secara umum fungsi rambut adalah: a) Perlindungan kulit kepala
terhadap paparan sinar matahari ( UV A dan UV B ), b) Penyaring terhadap kotoran atau
de bu, c) Fungsi sensori atau perasa panas, dingin, d) Pertahanan, misal saat cuaca panas
folikel rambut akan memproduksi air dan minyak yang selanj utnya berfungsi sebagai
sawar kulit kepala agar tidak kering atau dehidrasi, e) Estetik, untuk memperindah tubuh,
khususnya bentuk wajah.
E very c h mg A b o u t H a ir 197
1 98
Mikrocapsules,
• Destilasi Keamanan)
o
• Refluks • Stabilitas
Formulation,
Manufacturing
PHYTOPHARMACA FOR :
o Essential Oils o Skin Products
o Extracts Hair Products
& Tars
o Tinctu res Nall Products
o Resin o Descoratlve
o Waters Products
£very t h 11q A l o u t H 1r 1 99
•
Daging daun tebal, tidak bertulang
•
Extract Aloe mengandung al. : Aloenin
(meningkatkan pertumbuhan rambut) ,
Barbaloin (1 5-40%), Hydroxyaloin (
3% ), Mucilage (Glucose, Galactose,
Mannose, Galacturonic acid ) Aloe ,
2
mengandung al. Terpen (5 sesqu1terpene
hydrocarbons and sesquiterpene
alcohols), Coumarin. Digunakan untuk
anti bakteri dan mampu menghilangkan
kelebihan minyak),
200
/:· 20 1
Soya tinctur
Solutio ad
RI Zinc Shampoo
Form u la 4 Sediaan u n utk menyuburkan ranbut
Green Tea
G inseng
Vitamin
Solutio ad
Form u la 5 Sediaan untuk penyubur rambut
RI Common Nettle
Burdock
Amica
Ivy
Evening primrose
Solutio ad
RI A lysilic acid,
Form ula 6 Sediaan Anti Dandruff-NAO
202
PENUT U P
Telah diuraikan berbagai fitofarmaka yang dapat digunakan sebagai bahan dalam
kosmeseutikal rambut. Berbagai bahan lain dari alam, terutama tumbuh-tumbuhan
di I ndonesia akan menambah koleksi fitofannaka yang dapat memperkaya khasanah
fannakope I ndonesia dimasa yang akan datang.
203
204
Sjarif M. Wasitaatmadja
Kelompok Studi Dennatologi Kosmetik Indonesia
Perhimpunan Dokter Spesialis K ulit dan Kelamin Indonesia
(PERDO S K I )
PENDA H U L UAN
Menua adalah proses alami yang akan terjadi pada setiap mahluk hidup; tumbuh
tumbuhan, hewan atau manusia. Proses menjadi tua pada manusia umumnya terj adi
pada awal dekade ketiga hidup manusia dan gej alanya mulai terlihat dengan jelas pada
seperempat dekade terakhir hid up manusia yang rata-rata sekitar 60-70 tahun. 1 Penuaan
kulit merupakan topik yang sudah banyak dibahas di dalam makalah maupun buku dan
diteliti berbagai peneliti sehingga hampir setiap detil sudah menjadi jelas, namun berbeda
dengan hal tersebut penuaan pada rambut lebi h j arang mendapat perhatian.2 Padahal ram but
adalah adneksa kulit, sehingga penuaan yang terj adi pada kulit akan selalu diikuti dengan
penuaan pada rambut.
Saat ini rambut merupakan bagian dari keseluruhan penampilan seseorang, tidak
hanya dalam segi estetik tetapi j uga dari segi kesehatan. Kadang-kadang rambut j uga
dihubungkan dengan derajat sukses sosial dan tingkat keberhasi lan karier seseorang. Aki bat
dari hal tersebut, kini mulai lebih banyak perhatian terhadap masalah rambut dan penelitian
lanj utan tentang rambut mulai banyak dilakukan.
Proses penuaan pada kulit dan rambut dapat berj alan secara fisiologis sesuai dengan
pertambahan umur pada penuaan murni atau normal (true aging), atau lebih cepat dari
pertambahan umur fisiologisnya pada penuaan dini (premature aging). Proses penuaan
pada rambut adalah proses kerusakan batang rambut karena lingkungan dan kosmetik yang
terjadi disekitar batang ram but yang lebih dikenal sebagai weathering dan proses penuaan
(aging) yang terjadi dalam folike l rambut. Penelitian tentang penuaan rambut meliputi 2
hal pokok yaitu pertama penelitian tentang problem estetik rambut dan managemennya
dalam kata lain berbagai hal yang terj adi di luar kulit dan kedua penelitian tentang problem
biologik rambut menua yaitu penelitian mikroskopik, biochemical ( honnone, enzimatik),
serta perubahan molekular dengan kata lain "kehidupan rahasia" dari folikel rambut di
dalam kul it.3
205
I . Faktor intrinsik : umur, genetik dan mekanisme epigenetik dengan variasi individual;
familial premature graying, alopesia androgenetik, stress psikis dan penyakit sistemik.
2. Faktor ekstrinsik: radiasi u ltraviolet, polusi udara, stress oksidatif, trauma fisik dan
trauma kirnia, rnerokok,nutrisi dan life style.
Penuaan fisiologis lebih banyak diakibatkan proses yang terjadi oleh faktor intrinsik,
sedangkan penuaan dini lebih banyak diakibatkan proses yang terjadi oleh faktor ekstrinsik.
Radiasi sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet rnerupakan faktor penyebab
yang penting pada kulit dan rambut, namun berbeda dengan kulit, faktor lingkungan lain
terutama kosmetik rambut yang digunakan untuk mendekorasi rambut juga rnerupakan hal
sangat penting dalam penuaan rambut.
206
207
208
209
ini umumnya ada; berupa traction alopecia, rambut kusut (hair matting) atau patah
(breakage).
d. Pel urusan (straightening) dan pengikalan ( waving). Penggunaan panas tinggi sampai
300 0 F 500 0 F pada prosedur ini dapat menyebabkan rambut patah , terjadi bubble
-
f. Cat rambut (dyeing) terutama yang pennanen dapat menyebabkan kerusakan kutikel
e. Perming rambut menyebabkan kerusakan rambut dari ringan sampai berat.
2. Environmental Weathering
Sinar UV dan sinar matahari secara keseluruhan merupakan faktor l ingkungan
yang sering mengakibatkan kerusakan rambut karena terjadinya photooxidation dan
photodegradation pada berbagai unsur pada batang rambut. Kerusakan yang terj adi adalah
rambut kering, kasar dan kusam, kutikel rusak, degenerasi kortek yang akan menyebabkan
kerusakan rambut lebih dalam. Rambut pirang/blonde dan brunette lebih mudah terkena
akibat kerusakan dari ram but coklat dan hi tam.
Gejala klinis lanjutan dari hair weathering selain kehilangan penampilan nom1al
dari rambut antara lain adalah terjadinya trikoreksis nodosa (nodus pada batang rambut),
trikoklasis ( fraktur transversal batang rambut tetapi kutikel masih baik), trikosisis ( fraktur
transversal dengan kerusakan kutikel), trikoptosis ( fraktur longitudinal batang rambut),
bubble hair ( rongga dalam batang rarnbut), trikonodosis ( 1 -2 nodus pada batang rambut)
yang dalam simposium ini sudah dibahas oleh penulis lainnya.
210
3. Trauma ( weathering)
2. Ekstrinsik 2. Ekstrinsik
TERAPI
I . TERAPI TOPIKAL dan TERAPI S I ST EMI K untuk penuaan rambut bergantung
pada kerusakan yang terjadi dan sudah dibahas secara khusus di bab sebelumnya oteh
pembicara sebelumnya.
2. PREVENTI F :
a . M inimalkan tindakan dekoratif rambut yang berpotensi menyebabkan kerusakan
rambut, misalnya pewarnaan rambut, pengikalan dan pelurusan rambut (rebonding).
b. Lindungi rambut dari faktor alami yang merusak rambut, misalnya proteksi terhadap
sinar ultraviolet/ sinar matahari dan proteksi terhadap polusi sekitar lingkungan hidup
kita.
c. Aplikasi perawatan rambut dengan baik dan benar, misalnya pembersihan dengan
sampo, pelembaban rambut, proteksi rambut.
d. Segera terapi penyakit kulit kepala dan penyakit sistemik kronis yang akan menjadikan
rambut dan kulit cepat menua, sebel um menimpa struktur dan faal rambut, misalnya
diabetes mellitus, tinea capitis.
211
kulit dengan terjadinya gangguan pigmentasi rambut sehingga jadi putih (gray a white/
(weathering). Penuaan pada rambut j uga lebih j elas terlihat dibandingkan penuaan pada
canities/ uban), dan rambut rontok ( efluvium) sampai botak (alopesia). Penatalaksanaan
dari penuaan pada rambut selain terapi topikal dan sistemik adalah pencegahan dini dari
akibat faktor yang sering menimbulkan gejala penuaan tersebut, misalnya dalam melakukan
tindakan dekoratif rambut.
K E P USTAKAAN
I . Wasitaatmadj a SM. Kulit menua. Dalam: Wasitaatmadja SM. Dermatologi Kosmeti k. Edisi 2.
Jakarta: Badan Penerbit FKU ! ; 20 1 1 :242-7.
2. Messenger AG. The Control of Hair Growth and Pigmentation. In Disorder of Hair Growth,
Diagnosis and Treatment. Ol sen EA ed. New York: McGraw-Hill Inc; 1 994: 39-58.
3 . Trneb RM. Aging of hair. J Cosmet Dennato! 2005; 4: 60-72.
4. Osorio F, Tosti A. Hair Weathering, Part l : Hair Structure and Pathogenesi s. J Cosmet Dermatol
20 1 1 ; 24. 1 1 : 53 3-9.
5. Signori Y. Review of the current understanding of the effect of ultraviolet and visible radiation
on hair structure and options for photoprotection. J Cosmet Sci 2004;55( I ) : 95- 1 1 3 .
6. Serri F, Cerimele D. Embryology of The Hair Follicle. In Hair and Hair Diseases. Orfanos CE,
Happle R eds. Berlin: Springer-Verlag: 1 990: 1 - 1 7 .
7. Choi H I eta!. Hair graying is associated with active active hair growth. Brit J Derma to I 20 1 1 ;
8 . Geyfman M, Andersen B. Clock genes, hair growth and aging. Aging 20 I O; 2. 3: 1 22-8.
1 65 : 1 1 83-9.
9. Jeong KH et al. I nvestigation of aging effects in human hair using atomic force microscopy.
Skin Research and Technology 20 1 l ; 1 7 : 63-8.
I 0. M innirani P. Hormonal changes in menopause: do they contribute to a midl ife hair crisis in
women?. Br J of Demrntol 20 1 1 ; 1 65 ( Supp3 1: 7- 1 1 .
1 1 . Berker D. Cl inical features of hirsutism: variation with age and race. In: Hair and Its Disorders.
Camacho F, Randall V, Price VH eds. UK: Martin Dunitz Ltd; 2000: 3 5 1 -7 .
1 2 . Castanet J, Ortonne JP. Hair pigmentation. I n : Hair and I t s Disorders. Camacho F, Randall V,
Price VH eds. UK: Martin Dunitz Ltd; 2000: 49-65.
1 3 . Dawber R. Cosmetic and medical causes ofhair weathering. J Cosmet Dem1atol 2002; I : 1 96-20 I .
212
I NT RO D UCTION
Stem cell properties have recently been described in many resources as well as bone
marrow, adipose, organs like pericardium, PBMCs, preputium, forebrain including ( Rantam
et al., 2009). In general tenns, stem cells ( SCs) are thought to be capable of dividing
indefinitely, and of giving rise to more differentiated progeny. Thus, SCs share the defining
characteristics of self-renewal, which maintains or expands the SC pool. In addition, one
daughter cell can undergo single- or multi-lineage differentiation. This process usually starts
from transient amplifying cells, but with a limited number of cell cycles that can be traversed,
whose progeny then generates and regenerates tissues. As a core element of their self-renewal
feature, and counter-intuitive to what one might suspect at first glance, SCs actually cycle
very rarely (Cheng, 2004). This important, " slow-cycling" property is utilized in pulse-chase
experiments to identify the local ization of SCs in various tissues: All rapidly dividing cells of
a tissue incorporate nucleotide analogs such as 50-bromo-20-deoxyuridine or tritiated [3 H]
thymidine into newly synthesized DNA (Cotsarelis, 2006a), and others labeling using PKH .
There are five terms are frequently used to define the differentiation potential of SCs:
totipotent, pluripotent, multipotent, oligopotent, and unipotent. Cells from a fe11ilized
oocyte, in the first few days after fertilization, are totipotent and can give rise to a fully
functional organism.
During the development of the embryo, the totipotent cells become specialized and
are considered to be pl uripotent, meaning they can give rise to every cell in the body but
will not give rise to the placenta or supporting tissues necessary for fetal development.
Pluripotent SCs become increasingly restricted in their lineage potential and generate
tissue-specific multipotent SCs, which can give rise to the cell types from the tissue they
were derived ( Wagers and Weissman, 2004).
I t is sti ll a matter of debate whether all individual SC populations in and around the
hair follicle are committed to a specific differentiation to a specific l ineage or whether,
213
Shh, and TNF. The Notch pathway may be acting downstream as recent work has shown
ligand members of many common developmental pathways including BMP's, FGF's, Wnt's,
Permanent
] ��I�
Cycling
PLASTICITY STEM C E L L
More recently, new facets o f hair follicle dermal c e l l activity have been observed
outside skin. Like many mesodermal tissues, the hair follicle dermis has been identified as
a source of cells with potential stem cell activity. Cultured primary papilla and sheath can
be driven to differentiate towards fat, bone, muscle and cartilage, among other tissues. At
least some of these can be achieved with human as well as rodent cells. Interestingly, hair
follicle dennal cells show haematopoietic activity both in vitro and in vivo, where they have
been used to reconstitute the entire mouse haematopoietic system (Richardson et al., 2005;
Lako et al., 2002). Such plasticity i s also observed ex situ during reconstitution assays
where stem cells (green cells) like Fig.2 from both the b ulge and secondary germ (either
directly isolated or after expansion in culture) are associated with a dermal component
(red) and transplanted into irnmunocompromised mice. Transplanted stem cell populations
divide and differentiate giving rise to new fol licles complete with second generation stem
cell niche (bulge), sebaceous glands and epidermis (green). Under some experimental
conditions the mesenchymally derived components of the hair follicle, the dermal papilla
(DP) and dermal sheath (DS), can replace each other (purple arrow). The strong inductive
capacity of DP cells (blue) forms de novo hair fol licles complete with new bulge stem cells
(green cells) and sebaceous glands when transplanted into non-hairy skin.
215
l
�
ltolmcl dermal celll
trln9P11nted uftder
� Tran1plantatlon
..
non·halry epklermi.
. � lnto lmmuno-
compn>mlHd
-
··
dennal calls
Neonatal
dermis
Expansion
In culture
Fig. 2. Plasticity and inductiveness of hair fo llicle stem cells. Epithelial stem
cells in the adult hair follicle bulge have the abi lity to regenerate all lineages of
the pilosebaceous unit including all layers of the follicle and fibre, the sebaceous
glands as well as interfollicular epidermis. Although routinely self renewing and
contributing to the cycl ing section of the fol licle (blue arrows), under abnormal
conditions such as during wound repair, bulge cells are capable of contributing to
sebaceous glands and interfollicluar epidermis (red arrows) (Waters et al. 2007).
As well as at Fig. 3 . the i ll ustration of stem cells and their individual location as below;
lnfu n d i b u l u m
Sebaceous gland
JJ Bulge I Kl 5*
Hair germ
216
Fig. 4. Hair follicle cultured using complete medium of stem cells, 1 2 days
after incubated by incubator with 5% C02 , 37°C. Hair fol l icle stem cell saw
proliferation mostly from bulge and dermal papilla, ( inverted microscope 40x )
(Rantam et al. 201 1 on going research).
Fig.5. Colonies of hair fol l icle stem cell from different hair follicle, after 1 2 days
cultured using complete medium stem cell. A. Colonies of hair follicle stem cell
from single cell, arrow showed colonies of hair follicle stem cell . B. colonies of
stem cell, and their proliferation directed from bulge. Arrow showed bulge and
colonies of hair follicle stem cells ( Rantam et al . 2 0 1 1 on going research)
M I C RO ENVIRONMENT
The need to understand the environment of the follicular stem cell niche and the role
dermal components play in maintaining that environment is crucial if follicle epithelial stem
217
218
M i croenvironment for stem cells development are very important to attachment and
homing and differentiation in the tissue damage area. In these environment can be stem
cell integration with host tissue and then l i ke signaling molecule, growth factor stimulate
using paracrine or autocrine to activated of others cell. How is the metabolism and stem
function l ike below;
�
sternness Stem Cells
� l
•1
Transit Amplifying
response
�
t
Progenitor Cel ls
E v e r t h 1 n q \ b 1u • Ha r 219
Maintenance Activation
(Quiescence) (Differentiation)
Fig.7. Simplified hierarchy and interactions of eSC regulators. Red color
denotes a relative " stem-ness" (Lhx.2, p63, TcD, Noggin, B M P, Rae l , 1) 1 -
integrin, 1)6-integrin) green color indicates increasing commitment towards a
hair follicle-type epithelial differentiation pathway ( Shh, Wntl)/catenin, N Fk.B,
TGFl)2, Keratin I S , Tanascine C), (Tied et al., 2007)
A B c D E
:!
··· · · ··
· · ·· ·· ·
·
··
······ ·
. ·· · · · · ·
·
jf
.. .
,•\ :
::
. .
../:1/
.::
..
4ti
,�::::
Fig. 8. Schematic i l lustration of the differential contribution of stem cell
progeny to hair follicle maintenance during homeostasis. The marked outer
circles ( Lgr6, Lrig l ) display the lineage tracing patterns and marked inner
circles ( K l 5, Lgr5, B limp ! ) the initial location of the stem cell populations
(Jack et al., 20 1 0)
220
Fig. 9. I solation hair follicle stem cells and culture, l 2days after culture showed
proliferations stem cells and differentiation like in bild C and D. A and B are
original hair that collected direct from human volunteer and the analyzed
using haemocytometer under inverted microscope. Hair follicle stem cells can
identification and characterization using some kinds of specific markers like in
the table l .(Rantam et al ., 20 1 1 ) .
22 1
60 iPSC 2 Cl2
�
/::__fPSC 1
iPSC 2 Cl1
0
-60
1 00
1 2 3 4
novelty
upper part
-- -
' .. . . ... . . . . . . . .
middle port
(lnlc. bul;o)
__ ..... _
I . ···-·-·········
•
(lnlc. bulboJ
�- - --
•
I
f--
I
rn
'°
upper part
�l.. J l
!
I .
I
mlddlt P'll1 (Incl. bulo-)
/ ,,!. .� cl # .�
••
t • lower part
/ ,,!.
0
� . ...,
I
•••
. .,. , . ,/
/t ,
... .. .... ..-· .,.. ..
..�
,.....,
..�
,..
.,
;<���..�
,�
... ,..
.,
..
r
Every t l m g A bo u t H r 223
224
---------______
n
cyc11 g Catagen
Hair cycle
Fig. 1 3. Hair fol licle SC populations and their supposed location during the hair
cycle. Cyclical changes in hair follicle growth are divided into different stages,
referred to as anagen, catagen, and telogen. Hair fol licle epithelial and melanocyte
SCs localize to the bulge at the site of arrector pili muscle insertion (see blow-up).
During anagen, rapidly proliferating progenitor cells in the bulb generate the hair
shaft and its surrounding inner root sheath. The onset of catagen is marked by
completion of proliferation as well as by apoptosis of the epithelial cells below
the bulge. The mesenchymally-derived dermal pap i l la survives catagen and
moves to the lowennost portion of the bulge during telogen, which then forms the
secondary hair genn at its base as a pool for melanocyte SCs, which are moved
down from the bulge, and maybe for a second epithelial SC population (see blow
up). As the new hair shaft grows in, the old hair is shed. Possible SCs populations
and their locations in the human hair fol licle are indicated in the anagen VI hair
fol licle blow-up i l lustrations (Tied et al., 2007).
225
226
( 1 ). Somatic ( " ad u lt") SCs of all lineages are vitally needed to cyclically generate
pigmented hair shafts and to generate all cell populations that are required for
normal function and remodeling of the hair follicle, a prototypic neuroectodermal
mesodermal interaction system ( Schmidt-Ullrich and Paus, 2005).
(2). These somatic SCs serve multiple additional purposes. Fol l icular eSCs have
been termed "the bone marrow of the skin " , while hair follicle eSCs have been
demonstrated to be critical for re-epithelialization during wound healing in mouse
skin (Brouard and Barrandon, 2003).
(3). Develop mentally progra mmed commitment towards the production of a defined,
hair follicle-type or hair follicle-related cellular progeny in vivo, suggests that hair
fol licle SC populations can be experimentally re-programmed and dedifferentiated
in vitro, and develop a much wider range of differentiation potential after wounding/
trauma in vivo. Importantly, under physiological circumstances, all types of hair
fo llicle SCs are geared towards generating only a l imited kind of routinely produced
progeny, and require special signals to divert from their restricted, lineage production
activities (Tied et al., 2007).
227
228
229
230 ' 1 1 11 i A o u 11 i
I N T RODUCTION
Hair removal is one of the most popular cosmetic procedures performed today. Several
methods of hair removal have been explored. 1 Traditional hair removal teclmiques have
included shaving, waxing, tweezing, chemical depilation, and electrolysis.2.3 Although effective
for short-term control of hair growth, most of these methods are associated with significant pain
and prolonged treatment times, making them fairly impractical for larger areas. 4·5 Electrolysis
is a tedious procedure that may be considered for smaller hair-bearing areas.3•5
Since 1 996, lasers and high-intensity pulsed light sources have been successfully used
for hair removal. When the procedure was first described by Grossman et al., it created much
controversy. However, the devices and their technical specifications have been developed, and
today photoepilation with lasers and intense pulsed light ( IPL) sources constitutes an established
method that is widely accepted for long-term hair reduction. Lasers and IPL devices are, in
general, regarded as the most efficient methods for the reduction of unwanted hair. 3
Common areas of cosmetic treatment include the axilla, bikini line, legs, and face
in women, as well as chest, back, and shoulders in men. Hypertrichosis is defined as an
increase in hair growth that is not androgen-dependent and may present at any body site.
Hypertrichosis occurs in both sexes and may be acquired or congenital; it may present from
genetic predispotition; from medication such as ciclosporin, prednisolone, phenytoin; or it
may be part of a variety malignancies, malnutrition, or anorexia nervosa.3•5 Hypertrichos
also maybe associated with a variety of underlying tumors and malformations, such
as melanocytic and Becker's nevi, metabolic disorders, such as porphyrias, internal
malignancies, as in acquired hypertrichosis lanuginose, and medications, such as minoxidil,
cyclosporine, and phenytoin.4 H irsutism denotes the growth of tenninal hair in women at
androgen-dependent sites where normally only men develop coarse hair, primarily on the
face and neck around the beard area and sideburns. 3•4
However, the majority of laser procedures aimed at hair removal in both genders are
not perfonned for medically excessive hair growth, but rather for unwanted hair. Patient
preferences may be influenced by social or personal perceptions of nonnal hair distribution
and density. Thus, c lear understanding of the patient's specific expectations and of the
actual capabilities of laser hair removal is a must for anyone undertaking such procedures.<
231
M EC H AN I SM
The tem1 "hair removal" is quite ambiguous. Patients may believe that all the hair at
given site will be completely and pe1manently removed. Even in best candidate with fair
skin tone and dark hair color, this may not be feasible. In such patients, pem1anent hair
reduction, rather than complete removal, is the usual outcome. Permanent hair reduction
is defined by the FDA as stable decrease in the number of tem1inal hairs for a period
longer than the complete hair cycle at a given site following a treatment regime, which may
include multiple sessions. Frequently, regrowing hair is thinner and lighter, as hair follicles
are miniaturized. Patients with red, blonde, gray, or white hair may not get permanent hair
reduction, but typically experience temporary hair loss, which can be maintained through
treatments every 3 months.4
232
233
234
235
SUMMARY
The most common methods of hair removal with lasers and light devices is via
selective photothermolysis, with melanin as the chromophore. Choosing the right system
for each patients depending on skin color, hair color, and hair caliber is essential. Patient
laser procedure. And also regarding the importance of post operative care and comp I ications
compliance with a regimen including sun protection is also a critical part of any successful
RE FE RENCES
I . Kaufman J . Lasers and Light Devices. In : Baumann L. Cosmetic Dermatology. 2"d ed. New
York : M cGraw-Hill, 2009 : p. 2 1 2-220
2. Goldberg DJ, H ussain M . Laser Treatment of Unwanted Hair. In : Goldberg DJ editor. Laser
Dermatology. Netherland : Springer, 2005 : p . 6 1 - 8 1
3 . Faurschou A, Haedersdal M . Photoepilation of Unwanted Hair Growth. In : Raul in C, Karsai S,
editors. Laser an IPL Technology in Dennatology and Aesthetic Medicine. Berl in H eidelberg :
Springer, 20 1 1 : p. 1 25 - 1 46
4. Goldberg DJ. Laser Dennatology : Pearls and Problems. Massachusetts : Blackwell Publishing,
2008 : p. 35 - 69
5. Lepselter J, Elman M . Biological and Clinical Aspects in Laser Hair Removal. Journal of
Dermatological Treatment 2004; 1 5 : 72-83
6. Avram M R, Tsao S, Tannous Z, Avram M M . Color Atlas of Cosmetic Dermatology. New York
: McGraw-I-I i II Companies, 2007 : p. 1 1 0 - 1 20
7. Sakamoto FH, Wall T, Avram M M , Anderson RR. Lasers and Flashlamps in Dermatology. In :
Wolff K, Goldsmith LA, Katz S I , et al editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.
7'11
ed. New York : M cGraw-Hill, 2008 : p. 2263 - 2279
236
FK. UN S I RS UD . Dr M oewardi
Dept/SM F. l l rnu Kesehatan Kulit dan Kelarnin
Surakarta
PENDAH U LUA N
Kerontokan rarnbut dan botak rnerupakan suatu masalah yang sering didapatkan pada
rnanusia, baik pria maupun perernpuan, disamping faktor penarnpilan secara kosrnetika,
tidak jarang alopeesia diakibatkan oleh berbagai macarn penyakit, seperti lupus, jarnur,
infeksi bakteri, kontak alergi, kontak iritan maupun beberap penyakit dalarn yang Jain.2
Pada sebagian besar kerontokan rambut dan alopesia, hanya membutuhkan perawatan dan
edukasi pada penderita, tetapi sebagian yang lain rnernbutuhkan penatalaksanaan serta
evaluasi pengobatan, te1masuk diantaranya riwayat penyakit yang menyangkut lamanya
penyakit serta sifat dari kerontokan ataupun kebotakan, riwayat keluarga, pemeriksaan
fisik dan perneriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis.
I . Alopecia difusa : kerontokan rarnbut yang mengenai seluruh bagian kepala, namun
Jenis Kebotakan (Alopecia).
237
Topikal I mu no supresor
Kortikosteroid topikal dengan efekti vitas kuat maupun menengah(bersifat sebagai
imuno supresor), telah banyak digunakan untuk mengatasi kebotakan terutama alopecia
areata walaupun hasilnya sangat terbatas, digunakan juga pada anak-anak dengan
alopeesia yang tidak dapat diberikan injeksi kortikosteroid intrakutan. Dari beberapa
topikal kortikosteroid yang digunakan :
• Fluocinolone acetonide krem 0, 05%, (topikal kortikosteroid paten) dioleskan pada
kulit kepala 2 x /hari selama ± 1 2 minggu terutama untuk alopeesia yang kurang dari 1
tahun, dari beberapa laporan pemberian dua kali sehari memberikan basil yang sangat
baik sebanyak ± 6 1 % , mengingat fluocinolone acetonide termasuk golongan super
paten k01tikosteroid, tidak dianj urkan untuk anak anak usia kurang dari 1 0 tahun.
• C/obetasol propionate 0, 05% dalam bentuk cairan (topikal kortikosteroid super paten)
memberikan efek sama dengan fluocinolone acetonide. Cara pemakaian : 2 x I ml/haii.
Dioleskan pada seluruh kepala, lama pengobatan ± 3 - 4 bulan, apabila telah terjadi
perbaikan dari alopeesia dosis dikurangi dan rentang antara waktu pengolesan juga mulai
dikurangi, apabila dalam waktu 3 bulan tidak ada perbaikan signifikan, segera diganti
atau diberikan kombinasi topikal alopeesia yang lain seperti minoxidil solutio.3 •4·5
Pada tahun 2008, dilaporkan dari 2 8 penderita alopecia totalis dan universal is (yang
sangat sulit disembuhkan) mendapatkan 2 , 5 gram k lobetasol propionate secara oklusif
dengan p lastik, dimalam hari, 6 hari dalam 1 minggu selama 6 bu Ian terjadi pertumbuhan
rambut pada 8 (28,5 %) dari 28 penderita, pertumbuhan rambut terjadi diantara rninggu
ke 6 - 1 4, dan bertahan selama 6 bulan pada 5 (62,5 %) dari 8 penderita, pada penelitian
ini didapatkan hanya 1 7,8 % keberhasilan kortikosteroid potent topikal untuk pemberian
jangka panjang.
Dari basil penelitian ini, disimpulkan bahwa topikal kortikostroid tidak memberikan
basil yang baik. 3•5
Efek samping yang sering timbul beberapa minggu setelah pengobatan dengan topikal
kortikosteroid, adalah fol ikulitis lokalis, teleangiektasi dan atropi pada kulit kepala, tidak
didapatkan efek samping sistemik.4
Topikal I mu no modulator :
Disebut sebagai imuno modulator karena memicu dan merangsang timbulnya reaksi
sensitisasi secara periodik pada kulit kepala, oleh bahan alergen topikal yang kuat.
238
Diphenylcyclopropenone I Diphencyprone ( D PC P)
Wiseman dan kawan-kawan melaporkan basil penelitian ekohort pada penderita
alopeesia sebanyak 1 48 orang, dengan keluhan alopeesia areata berat (mengenai lebib dari
5 0% luas kepala), mendapat pengobatan dengan DPCP, terjadi perbaikan ± 30 - 50 (%)
penderita. Dari basil analisanya, menunjukk:an perbaikan pada 77,9% penderita, setelah
penggunaan ± 32 bulan.7. Respon terbadap DPCP, bervariasi tergantung dari luasnya
alopeesia, basil penelitian penggunaan kosmedik yang mengandung D PCP oleb Wiseman
dan kawan-kawan sebagai berikut, perbaikan 1 7,4 (%) pada alopeesia totalis dan uiversalis,
60,3 (% )pada penderita yang mengalami kerontokan/ kebotakan berkisar antara 75 - 99
(%), dan perbaikan 88, l (%) pada penderita dengan kerontokan/ kebotakan 5 0 - 74 (%), dan
perbaikan atau terjadi pertumbuhan rambut yang sempuma sebanyak 1 00% pada penderita
yang mengalami kerontokan lebib kurang 25 - 49 (%). E l-Zawahry dan kawan - kawan,
melaporkan bahwa makin muda usia maka pertumbuban rambut baru akan lebib baik, dan
terjadi setelah penggunaan DPCP ± 1 2, 2 bulan.
Pemberian DPCP, dimulai dengan sensitisasi cairan D PCP pada daerah kulit kepala,
dua minggu kemudian baru dimulai pemberian cairan DPCP dengan dosis awitan rendab
0,000 I %, kemudian bertahap dinaikkan, 0,00 1 %, 0,0 1 %, 0, 1 %, selanjutnya 0,25% perlahan
ditingkatkan pada pecapaian kadar 2% dengan selang waktu 1 minggu. Apabila dalam waktu
6 bulan efeknya kurang dari 2 5 % maka pengolesan DPCP dibentikan. Sensitisasi kontak
alergi yang diakibatkan oleb DPCP dapat menyebabkan persaingan antigenik, yang akan
menghambat berbagai reaksi auto imun. 1 •3•5•6 terapi topikal yang menggunakan mekanisme
kontak alergi membutuhkan waktu berbulan - bulan, serta menyebabkan efek samping
pruritus, adenopati kelenj ar lyimphfe regional, eritema multiforme, serta autosensitisasi
yang membahayakan penderita, selain itu relaps pada 62,6 (%) penderita yang mendapat
pengobatan DPCP topikal, setelah terj adi pertumbuhan ram but.
Kesimpulannya adalab penggunaan imunoterapi topikal dengan DPCP, memberikan
basil yang tidak memuaskan setelab pemberian obat dalam jangka waktu lama. 8•9
239
( I L-2), I nterleukin- I 0 ( I L- 1 0), Tumor nekrosis faktor -a (TNF - a).\, serta meningkatnya
limposit T, juga terjadi penunman ekspresi dari I FN , serta peningkatan lnterleukin-2
y
apoptosis autoreaktif sel - T, j uga dihasilkannya T- cel l supresor non spesifik yang diduga
menghambat sitokin pro - inflamasi. 1 1 • 1 2
Keberhasilan pemberian imunomodulator topikal tergantung pada tiga hal, luasnya
daerah kulit kepala yang menderita kerontokan, lamanya menderita serta ada atau tidaknya
kelainan pada kuku (nail pitting, onychorrexis, onycholysis, koilonychia)
Efek samping yang sering timbul berupa, pruritus atau rasa gatal yang sangat, dermatitis
kontak berat, pembesaran kelenj ar getah bening pada daerah sekitar kepala, eritematosa
pada kulit kepala, vitil igo atau leukodem1a. 1 3
Penggunaan topikal imunomodulator yang bersifat kontaktan, sampai saat ini belum
mendapat izin dari FDA (USA), mengingat efek samping yang tidak ringan . Untuk itu
penggunaan kosrnedtik pada kerontokan rarnbut dengan bahan kontaktan kuat, harus
mendapat perhatian dan evaluasi penuh.
Minoxidil
M inoxidil ( 2,4-diamino - 6 piperidinopyrimidine-3-oxide) Obat topikal yang beke1ja
langsung pada folikel rambut, dengan memacu pertumbuhan serat ram but. Minoxidil tidak
beke1ja secara honnonal ataupun efek imuno supresan, tetapi sebal iknya bersifat mitogenik
pada sel epidermis.
Meskipun mekanisme kerja minoxidil merangsang pertumbuhan rambut sampai sekarang
belum diketahui. Bbeberapa laporan penelitian :
• M inoxidil berperan pada perpanjangan sel keratinosit ( sel keratinosit pembentuk
bangunan fol ikel rambut), rnenumbuhkan dan memperpanjang fase anagen, rambut kera
dan manusia yang menderita alopeesia androgenik
• Minoxidil j uga memperpanjang masa hidup sel keratinosit secara in vitro
• M inoxidil menghambat masuknya Calsium (Ca ++) intra sel, Ca ++ yang mengalami
influx kedalam sel pada keadaan normal akan memacu epidermal growth factor ( EGF),
berakibat pada penekanan pertumbuhan rambut. M inoxidil yang mengalami konversi
menjadi M inoxidil sulfate, meningkatkan permeabilitas Kali um kedalam sel, dengan
demikian menghambat masuknya Ca ++ kedalam sel
• M inoxidil yang awalnya digunakan sebegai obat hipertensi, dengan menyebabkan
vasodilatasi pada pembuluh darah vena, pada penggunaan topikal minoxidil menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah arteri terutama pada pembuluh darah folikel rambut. 9· 1 1
Pemberian solutio minoxidil pada wanita dengan kadar 2%, 2 kali I hari pada kulit
kepala setiap olesan untuk diameter I 0 cm 2 dan sabun cair dengan kadar 5% I x/hari,
240
Anthralin
Anthralin merupakan terapi topikal imunomodulator non spesifik bersifat sebagai
bahan iritan dengan cara memutuskan pertumbuhan sel yang nom1al dan diferensiasi sel
kulit, dengan akibat kerusakan fisik dan merangsang sistim imun untuk bereaksi dan
membatasi kerusakan kulit. Antral in merangsang pertumbuhan rambut kembali oleh karena
sifat iritannya, diduga berbagai mediator atau sitokin berfungsi pada reaksi peradangan
ram but antara lain Interleukin - 1 B ( T L- I B), dan terjadi penurunan kadar Tumor nekrosis
yang dipicu oleh anthralin. 1 •3•5•7 Sitokin yang berperan pada perbaikan dan pertumbuhan
241
K EPUSTAKAAN
I. Antonella Tosti M D . , Biaca M aria Piaccini M D . 20 1 0: Diagnosis and treatment Hair Disorders :
An Evidence Based Atlas. ;Taylor and Francis NW Corporate Bpolevard:p 5- 1 5 .
2. Abdullah Alkhalifah. ,20 1 1 : Topical and l ntralesional Therapies for Alopecia Areata.
Dermatologic Therapie; vol 24: 355-6 3 .
3 . Ulrik.ke B lume. , Peytavi Annika Vogt,20 1 1 :Current Standard i n Diagnostics and therapies of
Hair diseases- hair Consultation. JDDG;9: 3 94-4 1 2.
4. Tosti A, Piraccini BM, Pazzaglia M, Vincenzi C. 2003 :Clobetasol propionate 0.05% under occlusion
in the treatment of alopecia totalis/universalis. J Am A cad Dermatol. July ;49( I ):96-8. [Med/ine]
5 . Vera Price & Paradi M irmirani.,20 1 1 : Cl inical Assesement of the Patients,in Cicatricial
Alopecia An Approach to D iagnosis and Management; Springer New York;pg 22 - 9.
6. Wiseman MC, Shapiro J, MacDonald N, Lui H. Aug 200 1 :Predictive model for immunotherapy
of alopecia areata with diphencyprone. Arch Dermato/.; 1 3 7(8): I 063-8.
7 . Hoffmann R, Happle R. Oct 1 996 :Topical immunotherapy in alopecia areata. What, how, and
why?. Dermatol Clin; 1 4(4):739-44. [Medline]
242
S urabaya
P E N DAH U L U A N
Kerontokan rarnbut (hair loss) dapat terj adi pada pria dan wanita pada berbagai usia
dan sering berdampak sosial dan psikis sehingga mempengaruhi kualitas hidup. Banyak
hal dapat menjadi penyebab kerontokan rambut, oleh karena itu diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang yang cermat untuk menegakkan diagnosis. A ndrogenetic
alopecia (AGA) merupakan kerontokan rambut tersering dengan pola spesifik temporal
frontal pada pria dan penipisan sentral pada wanita. 1 Sekitar dua puluh tahun yang lalu
belum ada terapi spesifik untuk kerontokan rambut karena rnasih belurn jelas patofisiologi
yang terjadi. Pada tahun 1 940 an, telah diketahui peran dihydrotestosterone ( D HT) pada
kerontokan rambut pria (disebut j uga male pattern hair /oss/MPHL atau AGA). Sernentara
hanya sedikit yang diketahui tentang kerontokan rambut wanita (disebut j uga female
pattern hair /oss/FPHL) karena banyak faktor perancu yang rnenyertai FPHL.2
Berbagai modalitas terapi kerontokan rambut telah dikenal yaitu: ( 1 ) topikal, merupakan
modifikasi respon biologis melalui mekanisme non honnonal, (2) sistemik, terdiri dari anti
androgen merupakan modifikasi untuk memblok androgen pada proses produksi, transport,
metabolisrne dan terapi lain (miscellaneous) misalnya vitamin dan suplemen, ( 3) tindakan
bedah termasuk laser dan transplantasi.3
Tuj uan penulisan makalah ini adalah memberi informasi terkini tentang pendekatan
berbasis bukti terapi sistemik M PHL dan FPHL, terdiri dari antiandrogen baik perifer
maupun sentral serta terapi lain (miscelaneous).
243
Evidence-based medicine
Dua tahun setelah finasteride terdaftar untuk terapi Benign Prostatic Hyperplasia
( B P H ), muncul publikasi pertama mengenai efikasi finasteride pada M P HL . Pada saat yang
bersamaan, obat tersebut terdaftar di Amerika Serikat ( 1 993) dan Eropa ( 1 994) untuk terapi
M P H L pria ringan sampai sedang.4
Laporan pertama mengenai kegunaan dutasteride sebagai terapi pada alopesia
androgenetik dipublikasikan pada tahun 2006 tetapi sampai saat ini obat tersebut masih
terdaftar untuk terapi B P H .4
Ohyama (20 l 0) merekomendasikan pengunaan kombinasi finasteride dan topikal
minoksidil atau durasteride pada pasien yang refrakter terhadap finasteride.5
Grade of evidence:
A l : meta analisis, setidaknya l Randomized Control Trial dengan grade A2 dan hasilnya
relevan dengan berbagai studi .
A2: Randomisasi buta ganda, studi klinis komaparatif dengan kualitas baik (kalkulasi
besar sampel, kriteria inklusi dan metode Intention to Treat)
B : Randomisasi, studi kl inis komparatif dengan kualitas jelek (tidak di lakukan
randomisasi, desain cohort atau studi kasus control )
C : Studi tanpa kelompok pembanding
D : Pendapat para ahli
Level of evidence:
l . Studi A l atau sebagian besar A2 dan mayoritas memiliki hasil yang konsisten
2.Studi A2 atau sebagian besar B dan mayoritas memiliki hasi l yang konsisten
3 . Studi B atau sebagian besar C dan mayoritas memiliki hasil yang konsisten
4. Tidak ada I sedikit sekali bukti
244
pada L 2 buIan, 2 L .5% pada 24 bulan, L 9 .5% pada 36 bulan dan 2 1 .6% pada 48bulan vs
Price et al. melaporkan peningkatan berat rambut pada 1 2 sampai 48 bulan ( 20.4%
-5 .2%, - I 4.2%, - 1 4. 8% atau -24 .5% pada grup plasebo, dengan p<0.00 1 . 1 2•15
Dos is
Dua studi tentang perbedaan dosis finasteride dilakukan oleh Roberts dan Kawashiwa.
Roberts eta! menelitifinasteride 0 . 0 1 mg, 0.2mg, l mg dan 5 mg vs p lasebo. Perubahan rata
rata dari baseline total hair count dengan terapi finasteride (0.2mg, l mg,5mg) berbeda
bermakna dibandingkan dengan plasebo pada 6 dan 1 2 bulan (p<0.00 1 ) dimana pada dosis
0.0 L mg kerontokan rambut tetap terj adi (perbedaan dengan plasebo tidak bennakna).
Sementara itu perbedaan perubahan rata-rata dari baseline total hair count antara grup
finasteride (0.2-5mg) tidak bermakna.7
Kawashiwa et al melaporkan terdapat peningkatan 5 8% dan 54% pada finasteride
dengan dosis I mg dan 0.2mg, dan efikasi pada kedua grup secara signifikan berbeda bila
dibandingkan dengan plasebo (p<0.00 1 ).13
Finasteride vs minoxidil
Dua studi meneliti penggunaan finasteride dibandingkan minoxidil 2% topikal dengan
aplikasi dua kali sehari. Kedua studi tersebut menunj ukkan keunggulan finasteride. Pada
bulan ke l 2, perubahan rata-rata baseline total hair countdari 36. 1 rambut/cm2 (29. 1 %)
untuk :finasteride l mg dan 1 9 . 6 rambut/cm2 ( 1 4.8%) untuk minoxidil 2% dua kali sehari
245
Dutasteride
Dua studi mempelaj ari dustasteride pada MPHL dengan grade ofevidence A2 sehingga
dalam evidence-based evaluation menghasilkan level of evidence 2 . 1 9·20
Strough et al melaporkan peningkatan rata-rata bermakna dari baseline total hair count
yaitu sebanyak 6.8 rambut/cm2 pada 6 bulan dan 1 6 . 5 rambut/cm2 pada 1 2 bulan untuk
penggunaan dutasteride 0. 5mg sehari.20 Olsen et al menunj ukkan pada studi dengan 4 1 6
pasien terdapat peningkatan bennakna dari baseline total hair count untuk dos is dutasteride
yang berbeda ( dutasteride 0. 1 mg sebanyak 1 5 .4rambut/cm2 ( 8 . 7%), dutasteride 0. 5mg
sebanyak 1 8. 6 rambut/cm2 ( 1 0.2%), dutasteride 2 . 5mgsebanyak 2 1 .5 rambut/cm2 ( 1 1 .3%)
pada 24 minggu. 1 9 Perubahan rata-rata dari total hair count terapi finasteride 5mg berbeda
bennakna dibandingkan dutasteride 2 .5mg ( 1 4.8 rambut/cm2 ( 8 .4%) vs 2 l . 5 rambut/cm2
( 1 1 .3%), p=0.009. Sementara dutasteride dan finasteride 5 mg menunjukkan perbedaan
signifikan p<0.00 1 vs plasebo. Dutasteride 2 .5mg sehari menunj ukkan peni ngkatan terbaik
dalam j umlah rambut. Belum ada penelitian yang membandingkan dutasteride dengan
dosis standar finasteride. ( Dosis Dutasteride 0.5 mg setara dengan Finasteride 5 mg).4
246
Terapi kombinasi
Leavitt et al mengamati 79 pasien transplantasi rambut dan melaporkan kombinasi
dengan finasteride l mg perhari menunj ukkan peningkatan hair counts setelah 1 2 minggu,
dimana transplantasi rambut itu sendiri menyebabkan penurunan hair count pada area
frontal (perubahan rata-rata dari total baseli ne hair count 1 8. 5 rambut/cm2 ( 2.6%) vs - 1 3 . 5
rambut/cm2 ( 8.9%), p= 0.0 1 9 . 22
Khandpur et al membandingkan kombinasi finasteride l mg sehari dengan minoxidil
finasteride 1 mg per hari dan minoxidil 2% dua kali sehari sebagai monoterapi . Pada 1 2
2% dua kali sehari masing-masing dengansharnpo ketoconazole 2% 3x seminggu dengan
bulan, 1 00% pasien pada masing-masing terapi kombinasi, 87% untuk finasteride dan
42% untuk minoxidil 2% dinilai membaik. 1 7 Lebih jauh, D iani et al menunjukkan efek
aditif finasteride dan minoxidil pada stumptail macaque ( sej enis kera).23 Mekanisme
kerj a finasteride dan minoxidil berbeda. Oleh karena itu kombinasi keduanya dapat
dipertimbangkan pada pasien yang telah dimotivasi .4
247
"Only scanned for Departemen Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM"
for internal-private use, not for commercial purpose
Spironolakton adalah antagonis aldosterone yang juga mempunyai aktivitas
antiandrogen, menurunkan total level testosterone. E fek samping sementara yang umum
terjadi antara lain letargi, gangguan pencemaan, dan menoragi, biasanya akan menghilang
spontan 2-3 bulan setelah terapi . SeJain itu, untuk menurunkan insiden menoragi, dosis
rendah OCP (oral contraceptive pills) dapat digunakan. Efek samping lain yang cukup
potensial meliputi penurunan libido, pembesaran payudara, sakit kepala dan hiperkalemia.
Meskipun resiko hiperkalemia sangat rendah pada wanita muda yang sehat, namun dapat
disarankan untuk tidak mengkonsumsi terlalu banyak pisang, soda, dan juga melakukan
pemeriksaan rutin level kalium. Obat ini kategori X untuk wanita hamil. Efek samping
pada kulit meliputi pruritus, xerosis, erupsi makulopapular, urtikaria, pigmentasi wajah
menyerupai melasma, dermatitis kontak, eritema anulare centrifugum, vaskulitis, eritema
multiforme, fenomena Raynaud, alopesia, erupsi meyerupai lupus, dan yang jarang terjadi
meliputi erupsi l ikenoid.3•24
Anti-androgen terutama bekerja melalui blokade dari reseptor androgen, sebagian
besar berfungsi sitemik dan digunakan pada wanita (merupakan kontraindikasi pada pria
karena efek feminisasi).4
Evidence-based medicine
MPHL
Tidak ada bukti untuk mendukung penggunaa� anti androgen oral untuk meningkatkan
atau mencegah progresifitas MPHL I AGA pada pasien pria (level ofevidence 4).4
FPHL
Dua studi menunjukan grade of evidence B, level of evidence 3. Peereboom-wynia et
al membandingkan sebuah kelompok wanita yang diterapi diane ( 5 0 ug estradiol+ 2 mg
CA) selama 1 tahun + 20 mg CA hari 1 - 1 4 dengan kelompok kontrol yang tidak diterapi
tanpa randomisasi. Data trikogram menunjukkan perubahan persentase rata-rata anagen
dari 49. 7 pada baseline ke 74.4 setelah setahun pada kelompok perlakuan dibanding dengan
penurunan dari 60.4 ke 48.8 yang terjadi pada kelompok kontrol.25
Vexiau et al melaporkan terdapat perbedaan bermakna pada total hair count setelah 1 2
bulan antara grupkontrasepsi oral + 5 0 m g C A dibandingkan monoxidil 2 % 2x/hari dan
kontrasepsi oral (p< 0.000 1 ), dimana terj adi reduksi rata rata pada total hair count dari 2.4 ±
6.2 I 0.36 cm2pada subjek yang mengkonsumsi kontrasepsi oral + 50 mg CA sedangkan pasien
yang diterapi dengan kombinasi monoxidil 2% 2 x/hari dan kontrasepsi oral menunjukkan
peningkatan rata-rata hair count 6.9 ± 9 I 0.36 cm2•26 Pada investigasi lebih lanjut dengan
membagi sub grup, pada dua studi tersebut dibuktikan CA oral dapat memperbaiki FPHL
dengan hiperandrogenisme (akne, hirsutisme dan gangguan menstruasi).
Sinclair (2005) melakukan studi perbandingan efikasi anti androgen CA dengan
spironolakton dengan basil tidak didapatkan perbedaan tren di antara keduanya. Dari 80
Dos is
Anti-androgen oral pada wanita
CA (25-50 mg per hari, hari 1 - 1 0) umumnya diberikan bersama kontrasepsi oral.
Efek samping dari CA adalah perubahan mood depresif dan toksisitas hepar. Terdapat
peningkatan resiko trombo-embolisme vena pada pasien yang mengkonsumsi kontrasepsi
oral yang mengandung estrogen, dengan resiko lebih besar pada pasien yang mengkonsumsi
CA dibanding kontrasepsi oral yang lain.3
Spironolakton 1 00-200 mg/hari. Pada saat yang bersamaan diperlukan kontrasepsi bagi
wanita fertil. Efek samping meliputi gangguan menstruasi dan hiperpotasemia.3
Terapi kombinasi
Belum ada studi tentang kombinasi terapi (misalnya minoxidil + anti-androgen)
TERAPI LA I N N YA
Selain pilihan terapi fannakologi yang sudah dij elaskan antara lain 5 -alfa reduktase
inhibitor dan preparat anti androgen, pasien sering bingung karena begitu banyaknya
produk yang mengklaim efektif dalam penatalaksanaan M P H L maupun FPHL.
Berbagai macam produk oral beredar di pasaran termasuk produk natural, vitamin,
mineral. Meskipun penelitian i lmiahjarang dilakukan pada banyak kasus, pasien cenderung
tertarik pada promosi produk yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut, mitos, rumor
maupun asumsi yang beredar di internet. Pada saat konsultasi dengan ahli, biasanya pasien
akan mengkonfrontasi dengan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan efikasi produk
produk tersebut. Sebaiknya dokter dapat menginformasikan potensi maupun limitasi dari
produk-produk tersebut.
Berbagai asumsi terhadap mekanisme kerj a obat-obat M P H L maupun FPHL sebanding
dengan banyaknya jumlah produk-produk bersangkutan. Meskipun masih tidak jelas
Evidence-based medicine
M PH L dan F P H L
Berbeda dibanding pembahasan sebelumnya, efikasi dari terapi lain ini diringkas
menjadi satu untuk terapi laki-laki dan perempuan, karena bukti yang menunj ukkan efikasi
terhadap terapi tertentu tidak tersedia.
Selain itu evaluasi j uga terbatas, karena kebanyakan produk yang <l ites mengandung
banyak substansi berbeda, seperti suplemen rnakanan dengan asarn amino dan elemen lain
atau preparat herbal lainnya. Hanya 1 1 dari 20 penelitian yang dimasukkan yang memeriksa
satu agen terapi dengan level of evidence 4 pada beberapa pilihan pengobatan.4
Asam amino
Asam amino khususn7n metabolisme sistein. Penel itian yang di lakukan pada mencit
menunj ukkan bahwa N acetylcysteine, merupakan analog dan precursor L-cyslein dapat
menghambat efek sigaret melalui system detoksifikasi.30 Morganti el al melaporkan
perubahan bermakna pada total hair count pria dan wanita setelah 50 minggu dengan terapi
oral yang mengandung sistein, histidin, copper dan zinc yang diminum 4 kali sehari (29%
vs 1 1 % p lasebo, p< 0.005 ) . Kombinasi sistein, calcium panthotenat dan millet seed dua
kali sehari selama 6 bulan pada 40 wanita menunjukkan peningkatan laju anagen bermakna
dibanding plasebo (p=0.0225).31
Trace elements seperti copper dan zinc dianj urkan untuk meningkatkan nutrisi
rambut, meskipun penelitian yang memeriksa hubungan antara serum dan konsentrasi trace
elements, vitamin pada folikel rambut tidak berhasil menunjukkan adanya korelasi.4
Millet seed adalah produk natural yang mengandung asam si licic, asam amino, vitamin
dan mineral. Suplemen oral yang mengandung ekstrak millet seed, sistein dan kalsium
panthotenat yang dikonsumsi dua kali sehari selama 6 bulan menunjukkan peningkatan laju
anagen pada pasien wanita (p 0.0225 vs plasebo) .32Viviscal® merupakan suplemen oral
=
yang mirip yang mengandung ekstrak marine dan komponen silicea. Lassus dkk meneliti
suplemen ini dan membandingkan dengan ekstrak ikan dan dengan kombinasi penggunaan
topikal maupun oral.33 Hasil penelitian kurang baik karena tidak menggunakan plasebo
yang sesuai standar.
250
Terapi Kombinasi
Pasien sering bertanya satu j enis terapi tambahan yang dikombinasi dengan terapi lain.
Rekomendasi sebagai terapi kombinasi tidak dapat diberikan karena kurang tersedianya
bukti i lmiah. Penggunaan tambahan tergantung pada kasus invidual serta keputusan pasien
dan dokter.
PENUTUP
Finasteride 1 mg sehari efektif untuk pencegahan progresifitas kerontokan rambut dan
induksi pertumbuhan rambut kembali pada alopesia androgenetik pada pasien pria (level of
evidence 1 ) . Evaluasi efikasi dinilai 6 bulan setelah terapi dimulai . Pasien harus waspada
dengan penurunan prostate-spesific antigen (PSA), dimana PSA penting dalam skrining
kanker prostat pada pria yang berusia lebih dari 45 tahun.
Studi lebih kanjut membandingkan efikasi finasteride l mg vs minoxidil 5% masih
diperlukan. Jika basil kurang memuaskan, maka kombinasi finasteride I mg dengan
minoxidil 2% atau 5% dapat dipertimbangkan.
Tidak ada alasan untuk menggunakan dutasteride 0.5 mg bila tersedia finasteride 1 mg,
karena diperlukan dosis dutasteride yang lebih tinggi untuk mencapai efikasi yang kurang
lebih sama dan belum ada studi perbandingan vs finasteride l mg.
Pada wanita paskca menopause finasteride I mg tidak menunj ukkan efikasi (level of
evidence 2). Penelitian tambahan diperlukan dosis lebih tinggi pada sub-grup berbeda
pada pasien wanita dengan alopesia androgenetik. Penggunaan finasteride pada wanita
tidak dianjurkan terutama pada wanita usia subur karena finasteride dapat menyebabkan
feminisasi janin laki-laki.
Penggunaan antagonis reseptor androgen tidak tepat untuk memperbaiki atau mencegah
progresi M PH L.Terdapat bukti yang terbatas bahwa CA oral dapat membantu pada kasus
FPHL dengan hiperandrogenisme (level of evidence 3).
Banyak agen tambahan oral yang mengkalim efektif pada pengobatan MPHL maupun
FPHL tetapi tidak tersedia data berkaitan pada asumsi ini (level of evidence 4).
Hasil yang bervariasi pada terapi sistemik kerontokan rambut seperti telah diuraikan pada
251
DAFTA R PUSTA KA
l . Springer K, Brown M, Stulberg DL. Common hair loss disorders. Am Fam Physician 2003 ;
68( 1 ) : 1 07-8.
2 . O lsen EA, M essenger AG, Saphiro J, et al. Evaluation and treatment of male and female pattern
hair loss. J Am Acad Dermatol 2005 ; 52: 3 1 0- 1 1 .
3 . Martinez FMC. Hair loss in women. Semin Cutan Med Surg 2009; 2 8 : 1 9-32.
4. Blumeyer A, Tosti A, Messenger A, et al . Evidence-based guidelines for the treatment of
androgenetic alopecia in women and men. JDDG 20 1 1 ; Supplement 6: S 1 -S 5 7 .
5. Ohyama M . Management of hair loss disease. Dermatologica Sinica 20 1 0: 28: 1 39-45 .
7 . Roberts JL, Fiedler V. Clinical dose ranging studies with finasteride, a type 2 5alpha reductase
inhibitor, in men with male pattern hair loss. J Am A cad Dermatol l 999; 4 1 ( 4 ) : 555-63.
8. Kaufman KD, Olsen EA, Whiting D, et al. F inasteride in the treatment of men with androgenetic
alopecia. F inasteride Male Pattern Hair Loss Study Group. J Am Acad Dermatol 1 998; 3 9(4 Pt
I ) : 578-89 .
9 . Stough DB, Rao NA, Kaufman KD , M itchell C. Finasteride improves male pattern hair loss i n
a randomized study in identical twins. Eur J Dermatol 2002 ; 1 2( 1 ) : 32-7.
1 0. Van-Neste D, Fuh V, Sanchez- Pedreno P, et al. F inasteride increases anagen hair in men with
androgenetic alopecia. Br J Dermatol 2000; 1 43 (4): 804- 1 0.
1 1 . Whiting DA, Waldstreicher J, Sanchez M, Kaufman KD. Measuring reversal of hair
miniaturization in androgenetic alopecia by follicular counts in horizontal sections of serial
scalp biopsies: results of finasteride l mg treatment of men and postme- nopausal women. J
Invest Dermatol Symp Proc 1 999; 4(3 ) : 282-4.
1 2. Price VH, Menefee E, Sanchez M ,Ruane P, Kaufman KD. Changes in hair weight and hair
count in men with androgenetic alopecia after treatment with finasteride, 1 mg, daily. J Am
Acad Dermatol 2002; 46(4) : 5 1 7-2 3 .
1 3 . Kawashima M , Hayashi N, Igarashi A, e t al. Finasteride in the treatment o f Japanese men with
male pattern hair loss. Eur J Dermatol 2004; 1 4(4): 247-54.
1 4. Finasteride Male Pattern Hair Loss Study Group. Long-term (5-year) multinational experience
with fina- steride 1 mg in the treatment of men with androgenetic alopecia. Eur J Dermatol
2002; 1 2( 1 ) : 3 8-49.
253
254
Gunawan Budisantoso
RS M itra Keluarga
Kelapa Gading
Jakarta
INTRODUCTION
The purpose of surgery is to effect functional and/or cosmetic improvement while
causing as few adverse consequences as possible. At its core are 3 basics modalities :
incision/excision, mobilization and reconstruction. The purpose is to describe a rational
approach for complication-free scalp surgery by observing the anatomical and biochemical
effects of the 3 basic modal ities of surgery on scalp tissue.
INDI CATIONS
1 . Androgenetic alopecia - Men & Women
- Restoration (with l imited donor area)
4. Others Trans-sexual
255
- Various size and shape a. should be approximately 2,5 times the size of the defect
tubing
- Subgaleal
- Disadvantages of TE :
l. Two surgical procedures required
2. Multiple visits
3. Disfigurement
4. Painfull
FIRST STAGE
A B
SECOND STAGE
256 'I
Posterior tnnch
of supertioal
temporal artfl'Y
Posterior
auricular
artery
J
B. lncislon made and closed. c. Tail OI t1ap 1ncised. 0. Flap lifted, defect closed.
undermined and closed.
3. SCA L P REDUCTION
Patient Selection :
- General Health
al bl
cl di
4. H A I R T RANSPLANTATION
A. STRI P M ETHOD
l . Removal of the Donor Stri p :
258
· �11 ··��
,,
l
.I
1
-
-
-
=
- -
- -
- Follicu lar Un it :
I 1
� �
1.Smm 1.0mm
l
"
A
MlCROGRAFT
B
FOLLICULAR IMPLANT l
l
259
BLOCK ANAESTHES IA
Zygomoticotemporol
Suproorbi10/
Frontal branch
Locrimol
Supratroch leor
Auriculotemporol
Mento/is
Fig 3-3
260 A t·out H .i 1
t i t' 261
1 . Follicu lar Stemcells are found in the upper and lower third of the hair follicle, but it
cannot be found in and near the dermal pap i l lae
262
•
Before PL-FUT Directly after PL_FUT
263
ADVANTAGES O F PL-FUT
-General :
+ Less pain during as well as after the procedure
- Donor area :
+ Preservation of donor fol licular units
+ No scars in the donor area
+ No density loss
+ No stitches
+ Faster wound healing
+ The donor area can be used again for consecutive treatments
REFERE N C ES
1 . Budisantoso G, Sainan EA, Adityawarrnan. Transplantasi Rambut dan Tindakan Bedah lainnya
pada Kebotakan. In: Lokakarya Peningkatan Pelayanan Kulit dan Estetika, RSU Cibabat
Cimahi, Ags 1 4th, 2003
2. Budisantoso G, Sainan EA, Adityawannan. Transplantasi Rambut pada Alopecia Androgenetik.
In : Pertemuan I lmiah Tahunan V Perdoski, Semarang, Nov 8- 1 1 th, 2000
3. Unger WP & Shapiro R. Hair Transplantation.4'hed. New York: Marcel Dekker, 2004; p 689-828
4. McGillis ST. Indications for and Techniques of Hair Transplantation. In: Wheeland RG, editor
of Cutaneous Surgery. I " ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1 994, p 509-526
5. Gho CG. Hair Science Institute-Leading to Research. I n : Hair Stemcell Transplantation
Symposia, London, July 1 ",20 1 1
6. Gho CG, Neumann HAM, Donor Hair Foll icle Preservation by Partial Follicular Unit Extraction
-A Method to optimize Hair Transplantation.In:Joumal of Dennatol Treatment. 2 0 1 O; 2 1 :337-349
7. Gho CG, Braun JEF, Tilli CMLJ, Neumann HAM and Ramaekers FCS. Human Follicular
Stemcells : their presence in plucked hair and fol licular cell culture. l n : British Journal of
Dennatology. 2004; 1 50: 860-868
J\ t\
Abrasive, 1 84 Abrasive, 1 84
acetic acid, 1 63 acetic acid, 1 63
acid, 1 62 acid, 1 62
buffer, 1 6 3 buffer, 1 63
acne keloidaLis, 38,43 acne keloidalis, 38,43
nekrotikan, 38 nekrotikan, 38
akantosis nigrikan,76,77 akantosis nigrikan,76,77
akne,74,75 akne,74,75
aktinik keratosis, 1 26 aktinik keratosis, 1 26
albinisme, 84 albinisme, 84
alergen kosmetik rambut, 1 94 alergen kosmetik ram but, 1 94
alfatradiol, 29 alfatradiol, 29
alfa tokofcrol, 1 4 1 alfa tokoferol, 1 4 1
alpha 5 reductase, 28,243 alpha 5 reductase, 28,243
alkaline, 1 62 alkaline, 1 62
agent, 1 63 agent, 1 63
alexandrite laser, 234 alexandrite laser, 234
aloe vera, 1 99 aloe vera, 1 99
barbadensis, 1 99 barbadensis, 1 99
alopesia androgenik, 1 7,39 ,63,64,7 4,75 alopesia androgenik, 1 7,39,63,64,74,75
areata 1 7,22,39,86, 1 09,238 areata 1 7,22,39,86 , 1 09,238
difus,52 difus,52
reticular,52 reticular,52
tipe ophiasis,52 ripe ophiasis,52
ophiasis inversus (sishapo), 52 ophiasis inversus (sishapo), 52
difusa,238 difusa,238
musinosa, 42 musinosa, 42
non parut, 1 6 non parut, 1 6
non scarring, 37,53 non scarring, 37,53
non parut, 1 6 non parut, 1 6
psoriatika, 38 psoriatika, 38
sikatrikaLis, 38,54, 1 07, 1 47 sikatrikalis, 3 8,54, 1 07, 1 4 7
totalis, 53, 238 totalis, 53, 238
traumatik, 38 traumatik, 38
universalis, 53,238 universalis, 53,238
alpukat, 200 alpukat, 200
alternating electrolysis, 1 85 alternating electrolysis, 1 85
amenorrhea, 7 4 amenorrhea, 7 4
amelanotic melanocyte,83 amelanotic melanocyte,83
amodimethicone, 1 5 8 amodimethicone, 1 58
D E
dandruff, 1 1 3, 1 1 4, 1 1 5, 1 1 6, 1 1 7, 1 1 8, 1 1 9, 1 23 eclipta alba, 200
deep conclitioner, 1 59 ectodermal dysplasia, 43
deep mycosis, 1 1 0 eflornithine, 78, 1 85
deffluvium capillorum,32 efluvium anagen, 32,38
dehidrasi, 1 50 efluvium anagen clistrofik, 32
dehydro epiandrosterone (DHEAS),35 efluvium telogen, 38
delayed anagen release,34 efluvium telogen akut, 32
delayed telogen release,34 efluvium telogen kronik, 34
depilasi, 1 80 ektima, 1 0 1
dermal mycosis, 1 1 1 elastisitas, 3
E ve ry t h i n g A b o u t Ha i r 269
J
trikosis generalisata akuisita, 72,73
trikosis iatrogenik, 73
rrikosis lanuginosa, 1 46 Jeong KH et al, 207
trikosis lanuginosa kongenital, 72 jeruk nipis, 200
hipotiroid, 73,88 Jodkali, 1 09
rrikosis autosomal resesif lokalisata, 97
trikosis Maria Unna, 98,99 K
hirsutisme, 7 1 ,74, 1 46 K 1 5 , 227,229,231
histoplasmosis, 1 1 0 karbunkel, 1 02
f v ryt: li 1 11 1 At ut h ., 271
Q
triangulate et canaliculi, 97
pilomatriksoma, 1 25
sebaceous, 1 24, 234 guaternium compounds, 1 63
Pinkus' Haarscheiben, 227
pioderma, 1 0 1 R
adneksa primer, 1 04 Rae l , 220
epidermal primer, 1 03 rambut terminal, 7 1
piridoksin, 1 1 7 rebonding, 1 6 5
piciriasis sika, 1 1 3 reducing agent, 1 63
pitting nail, 52 reducer-oxidant technology, 1 65
pit:yriasis amiantacea, 1 07 red spotted lunulae, 52
Pityrosporurn, 1 1 3,1 1 5, 1 1 6 relaxer, 1 7 5
plasticizer, 1 56 repeated open application test (ROAT) , 1 93
plucking, 1 82 resins, 1 98
pluripotent, 2 1 3 retinoid, 30
policystic ovarium syndrome (PCO) , 74,77,79 riboflavin, 1 1 7
polimer kationik, 1 59, 1 6 1 rifampisin, 1 05, 1 06, 1 0 7
poliosis sirkumskripta, 84,85 rotto, 1 63
polutan, 1 52 Ruiz Monaldo et al, 1 1 6
polyacrylates, 1 70 rutaceae, 2 1 0
polyglandular syndrome, 52
polystyrene latex, 1 70 s
porokeratosis .Mibelli, 44 sampo ketokonazol, 1 20
porositas, 4 sampo urea, 1 2 1
porphyrias, 23 1 sayuran, 1 42
prednisolon, 5 5 scalp grading, J I 8
progeria, 8 6 immersion proxicography, 1 9
progesteron, 2 9 pollutants, 1 50
progestin, 78,79 reduction, 257
Propionibacterium acnes, 1 1 5 scarring, 235
protein, 1 4 1 sebaceous gland, 2 J 4
pseudepelade dari Brocg, 37,3 8,40 seborrheic diathesis, 1 1 2, 1 1 1 3
pseudoefluvium psikogenik , 32,35 sel Merkel, 7
pseudofolliculitis, 1 80, 1 86 selenium, 1 4 1
pseudofolliculitis barbae, 233 selenium sulfida, 1 1 9, 1 20 , 1 2 1
274
275