Anda di halaman 1dari 5

Proposal Penelitian

PRODUKSI DAN KARATERISASI “PERALI” (PELUMAS RAMAH LINGKUNGAN


DARI MINYAK DEDAK PADI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat


yang Diperlukan pada Kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala

Disusun Oleh:

NOVA MAULINA
1604103010026

NURSYAFIKA AZLA
1604103010048

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelumas merupakan bagian yang integral dan tidak dapat dipisahkan dalam sistem
kerja sebuah mesin, guna menjamin kinerja dan efisiensi mesin. Pelumas digunakan pada
mesin untuk melindungi komponen-komponen mesin dari keausan dan kerusakan mesin.
Penerapan sistem pelumasan di dalam sebuah mesin bertujuan mencegah terjadinya gesekan
antara dua permukaan logam yang bergerak. Pelumas juga dituntut untuk memiliki berbagai
sifat lainnya, seperti viskositas yang sesuai, titik tuang (pour point) yang rendah, volatilitas
rendah, stabil terhadap panas dan oksidasi, serta indeks viskositas yang tinggi (Yanto, dkk.,
2013).
Pelumas biasanya diproduksi dengan sumber bahan baku dari minyak bumi. Namun
saat ini kebutuhan akan minyak bumi semakin meningkat, sedangkan persediaannya semakin
menipis. Oleh karena itu, dengan meningkatnya tuntutan keamanan, keselamatan serta
peraturan lingkungan yang semakin ketat, maka kebutuhan terhadap penggunaan bahan-bahan
yang ramah lingkungan serta bersifat terbarukan juga semakin banyak mendapat perhatian dan
himbauan. Keadaan ini memacu penggunaan minyak nabati dan minyak hewani sebagai bahan
dasar untuk memproduksi berbagai macam produk, termasuk bahan pelumas (Amril, dkk.,
2016).
Pada saat ini polusi terhadap lingkungan selalu dihubungkan dengan aspek kesehatan
dan kerusakan alam sekitar, sehingga menjadi isu publik yang penting untuk dicarikan
solusinya. Polusi lingkungan yang ditimbulkan oleh pelumas berasal dari limbah pelumas
bekas pakai yang kategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan non
biodegradable (tak terbiodegradasi). Oleh karena itu, akumulasi limbah pelumas dalam jangka
panjang akan mengakibatkan pencemaran tanah, air dan udara. Untuk mengatasi permasalahan
ini, maka harus ada usaha untuk menggantikan pelumas tak terbiodegradasi dengan bio-
pelumas yang ramah lingkungan dan terbiodegradasi di alam.
Dampak dari limbah pelumas bekas salah satunya adalah tanah dan air akan tercemari
oleh pelumas bekas yang dibuang langsung ke lingkungan. Bahan volatil (mudah menguap)
yang terkandung di dalam pelumas akan terekspos ke udara sehingga menyebabkan
pencemaran udara. Pelumas yang dibuang ke sungai akan terakumulasi di dalam air,
mencemari dan menghambat kehidupan biota perairan. Lama kelamaan akan terjadi penetrasi
ke sumur dan ke area pertanian. Pencemaran lingkungan membawa dunia kepada suatu
kondisi yang tidak nyaman untuk kehidupan (Rahardiningrum dkk., 2016).
Bio-pelumas atau bio-lubricant berbasis minyak nabati atau minyak hewani dapat
memenuhi semua tuntutan baik dari fungsi maupun keselamatan lingkungan. Ini berbeda
dengan pelumas yang disintesa dari minyak bumi yang hanya memenuhi tuntutan fungsional
tetapi tidak ramah lingkungan. Bio-pelumas dapat dihasilkan dari bermacam-macam jenis
minyak tumbuhan dan minyak hewani (Yasir, 2010). Bio-pelumas dapat terurai di dalam tanah
hingga lebih dari 98%, berbeda dengan pelumas hasil sintesa dari minyak bumi yang hanya
dapat terurai 20% hingga 40%. Selain itu pelumas berbasis minyak nabati atau hewani yang
dipakai pada mesin, mampu mengurangi hampir semua bentuk polusi udara dibandingndengan
penggunaan pelumas minyak bumi (Amril, dkk., 2016).
Di Indonesia, potensi global produksi dedak padi mencapai 5 juta ton per tahun
(Hadipernata, dkk., 2012). Sejauh ini dedak padi lebih dianggap dan diperlakukan sebagai
limbah, padahal dedak padi memiliki potensi dikonversikan menjadi berbagai produk yang
bernilai ekonomis. Salah satu produk yang dapat diolah dari dedak padi adalah minyak dedak
padi. Minyak dedak padi merupakan salah satu jenis minyak bergizi tinggi karena adanya
kandungan asam lemak, komponen-komponen aktif biologis, dan komponen-komponen
antioksidan seperti oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol, dan squalene
(Goffman et al., 2003; Özgul and Türkay, 1993). Hadipernata, dkk. (2012) menyatakan
bahwa kandungan minyak di dalam dedak berkisar sekitar 750.000 ton per tahun dari 5 juta
ton dedak yang dihasilkan di Indonesia.
Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan minyak dedak padi dari limbah dedak
padi. Sementara saat ini dedak padi lebih banyak dijadikan sebagai limbah atau dibakar begitu
saja. Pemanfaatan untuk memberikan nilai tambah terhadap dedak padi baru setaraf
mengkonversikan dedak padi menjadi pakan ternak dan arang aktif. Padahal potensinya jauh
lebih besar daripada sekedar menjadi pakan ternak dan arang aktif seperti
mengkonversikannya menjadi minyak dedak padi dan bio-pelumas. Hal tersebut yang menjadi
alasan utama mengapa proposal penelitian ini diusulkan karena nilai tambah dedak semakin
tinggi dengan mengubahnya menjadi bio-pelumas, sekaligus mengurangi persoalan
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah dedak padi.

1.2. Rumusan Masalah

Dari paparan pada latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Pelumas berbasis minyak bumi tidak terbiodegradasi dan persediaan semakin menipis
2. Potensi Indonesia untuk menghasilkan minyak dedak padi sangat besar sekitar
750.000 ton per tahun.
3. Minyak dedak padi ditinjau dari karakteristiknya terutama titik nyala sangat sesuai
untuk dikonversikan menjadi bio-pelumas

Atas dasar identifiikasi di atas dapat disajikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penambahan trimehylolpropane, suhu reaksi dan waktu reaksi


transesterifikasi terhadap yield dan karakteristik biolubricant?
2. Apakah karakteristik biolubricant dari minyak dedak padi memenuhi standar mutu
yang berlaku?

1.3. Tujuan
Tujuan pelaksanaan penelitian diantaranya adalah:
1. Menentukan pengaruh penambahan trimehylolpropane, suhu reaksi dan waktu reaksi
transesterifikasi terhadap yield dan karakteristik biolubricant
2. Menganalisis karakteristik biolubricant dari minyak dedak padi dengan penambahan
trimehylolpropane dan membandingkannya terhadap standar mutu International
Standards Organization Viscocity Grade (ISO VG) meliputi ISO VG 32; ISO VG 46;
ISO VG 68 dan ISO VG 100.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini diantaranya adalah:
1. Memberikan informasi mengenai salah satu bentuk pemanfaatan minyak dedak padi
untuk mengurangi pemakaian minyak bumi dalam pembuatan pelumas. Selain itu,
hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi mengenai pembuatan
pelumas menggunakan minyak dedak padi.
2. Memberikan alternatif penggunaan pelumas berbahan dasar alami (minyak dedak
padi).
3. Memberikan penyelesaian masalah polusi lingkungan akibat minyak pelumas bekas
dan limbah dedak padi.

Anda mungkin juga menyukai