Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan
kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan
kelangsungan pembangunan. Pendidikan berkualitas harus dipenuhi melalui
peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya. Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan ilmu pegetahuan dan
teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun, etika serta
didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan
yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi
tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
Tujuan utama pembelajaran IPA adalah siswa memahami konsep-
konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah. Agar
tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat
dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui metode Demonstrasi.
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Sekolah perlu di dukung
kemampuan dan kreativitas guru. Kemampuan merencanakan yang tepat akan
berdampak pada pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran yang berhasil di tunjukan oleh di kuasainya materi pelajaran oleh
siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dinyatakan
dengan nilai.
Berdasarkan pengalaman dan wawancara penulis di kelas IV SD Negeri
04 Batuhampar, Kecamatan Akabiluru , Kabupaten Lima Puluh Kota ditemukan
bahwa dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi yang berkaitan dengan
Gaya merubah gerak dan bentuk benda, peserta didik sedikit sekali yang aktif
bertanya dan menyampaikan pendapatnya, mereka hanya menerima apa yang

1
disampaikan guru. Kurangnya keaktifan siswa tentu karena konsep pembelajaran
tidak dipahami siswa. Sehingga hasil belajar siswa untuk pembelajaran IPA tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari data nilai ulangan
harian IPA. Dari data diperoleh nilai rata-rata ujian mid semester I siswa kelas IV
SD Negeri 04 Batuhampar, Kecamatan Akabiluru , Kabupaten Lima Puluh Kota
di bawah standar ketuntansan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70.

Tabel 1.1 Nilai IPA Ujian MID Semester I Siswa Kelas IV SD Negeri 04
Batuhampar, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota.
No Nama Nilai KKM Tuntas Tidak
Semester Tuntas
1. HAIKAL 75 70 √
2. ANDREAN 60 70 √
3. FIKRI 60 70 √
4. HABIL 65 70 √
5. ADITYA 65 70 √
6. JUNITA 80 70 √
7. FAREL 55 70 √
8. FAHRI 50 70 √
9. ISTIQOMAH 60 70 √
10. KEMALA 75 70 √
11. SANDI 65 70 √
12. RAHMAD 75 70 √
13. VICLY 65 70 √
14. SAUHIRA 60 70 √
15. JIHAN 75 70 √
16. MUTIYA 75 70 √
17. REZA 65 70 √
18. RIDWAN.E 55 70 √
19. ZIKRI 50 70 √
20. SATRIA 60 70 √
21. RIDWAN 70 70 √ √
22. MUSTIKA ARINI 65 70 √
JUMLAH 1425
RATA - RATA 64,78 TIDAK TUNTAS

2
Dari tabel di atas dapat terlihat rata-rata ujian mid semester siswa kelas
IV SD Negeri 04 Batuhampar, Kecamatan Akabiluru , Kabupaten Lima Puluh
Kota adalah 64,78 melihat hasil pembelajaran yang diperoleh siswa jelas bahwa
pembelajaran belum tuntas, karena Kriteria Ketuntasan Minimal 70, untuk
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal maka digunakan metode demonstrasi.
Siswa bisa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan memberikan
keuntungan bagi semua siswa baik yang berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah.

Penggunaan Metode Demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan


aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar
mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian
siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya
diharapkan konsep gaya yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini
penulis memilih judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui
Metode Demonstrasi di Kelas IV SD Negeri 04 Batuhampar Kecamatan
Akabiluru Tahun Pelajaran 2017 /2018”.

1. Identifikasi Masalah
Selama kegiatan pembelajaran IPA tentang gerak di kelas IV SDN
04 Batuhampar Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota, teman
sejawat melakukan observasi terhadap semua kegiatan pembelajaran, dan
hasilnya terdapat beberapa masalah yang muncul, yaitu :
1.) Metode yang digunakan guru monoton
2.) Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA,
3.) Kurangnya sarana dan prasarana sangat menghambat dalam belajar
4.) Kurangnya perhatian setiap siswa terhadap materi pembelajaran IPA

3
2. Analisis Masalah
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat dan supervisor,
diketahui bahwa penyebab timbulnya masalah adalah kurang efektifnya
pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh:

a. Rendahnya hasil belajar siswa


b. Guru hanya mengunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan
meteri pembelajaran.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah tersebut di atas, maka alternative dan
prioritas pemecahan masalahnya adalah meningkatkan hasil pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan metode demonstrasi
pada materi pokok Gaya, siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 04
Batuhampar Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota.
B. Rumusan Masalah
Dari hasil identifikasi dan batasan masalah di atas, dan setelah
melakukan diskusi dengan supervisor 2, maka ditemukan rumusan masalah
sebagai berikut :
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Demonstrasi di
Kelas IV SD Negeri 04 Batuhampar Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran 2017
/2018
C. Tujuan Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakan
perbaikan ini adalah .

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh penggunaan metode demonstrasi


terhadap hasil belajar siswa.
2. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode demonstrasi,siswa
dapat meningkatkan hasil belajarnya dalam mata pelajaran IPA.

4
D. Manfaat Perbaikan
Manfaat penelitian pada mata pelajaran IPA tentang Gaya dapat
merubah gerak dan bentuk suatu benda, dari laporan hasil perbaikan
pembelajaran adalah:
1. Bagi Guru
a. Membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran.
b. Membantu guru berkembang secara professional.
c. Meningkatkan rasa percaya diri.
d. Membantu guru aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan taraf penguasaan terhadap materi.
b. Meningkatkan proses hasil belajar siswa.
c. Mengubah prilaku siswa ketika menerima pelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah dapat berkembang karena adanya peningkatan atau kemajuan
pada diri guru dan pendidikan di Sekolah.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Dalam pengertian sangat luas , belajar diartikan oleh Anita E Wooifolk dalm
Agus taufiq (2011:5.3)’ Sebagai perubahan prilaku akibat dari suatu pengalaman
tertentu.’Belajar terjadi.
Bilamana pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan
prilaku yang relative permanen pada seseorang atau individu.Seorang anak pada
usia SD telah belajar jiak anak itu menunjukkan perubahan pengetahuan ,sikap,
atau keterampilan tertentu yang bersifat menetap, semua itu adalah sebagai akibat
dari perubahan yang dialami oleh anak tersebut. Abin Syamsudin dalam Agus
Taufiq( 2011:5.4 ) mendifinisikan‘ Belajar adalah proses mengalami sesuatu
untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dan pribadi.’
Jadi untuk merubah seseorang atau anak ke arah yang lebih baik anak itu
harus mengalami sesuatu terlebih dahulu.Seorang anak tidak mungkin bisa
melakukan sesuatu hal tanpa ada proses pengalaman yang dilaluinya
sebelumnya.Menurut Santrock dan Yusen dalam Taufiq (2011: 5.4 )’Belajar
sebagai perubahan tingkah laku yang relative permanen yang terjadi karena
pengalaman.’Perubahan tingkah laku mencakup pengertian luas ,tidak hanya
menyangkut perubahan pengetahuan saja tetapi juga menyangkut perubahan
tingkah laku.
Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli diatas ,
maka kesimpulan belajar adalah aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan
perubahan pengetahuan,prilaku dan pribadi yang bersifat permanen .Perubahan
yang dimaksud memiliki berbagai sifat,bias bersifat penambahan,misalnya
bertambahnya peningkatan pengetahuan.

6
Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia
terlibat dalam system pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainya.
Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan spidol. Fasilitas dan perlengkapan
terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan computer. Prosedur
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,praktek, belajar dan
sebagainya.
Jadi pernbelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
Siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
situasi tertentu.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah,
dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,
dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk
menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan
pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah atau bahan
bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur
dimaksudkan sebagai metodologi atau cara yang digunakan untuk mengetahui
sesuatu yang lazim disebut metode ilmiah (scientific methods) (Trianto, 2012:
137).
IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara alam. Perkembangan Sains tidak hanya ditandai dengan adanya fakta,
tetapi juga Oleh adanya metode ilmiah dan Sikap ilmiah. Metode ilmiah dan
pengamatan ilmiah menekankan pada hakikatnya sains. Secara rinci hakikat sains
menurut Bridgman (Dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut:

7
1) Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep Sains selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
2) Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep - konsep Sains secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3) Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam Sains bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4) Progresif dan komunikatif; artinya Sains itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka menemukan
suatu kebenaran
5) Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat Sains, dimana
konsepkonsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan
metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kernudian diperoleh hasil
(produk).
Merujuk dari beberapa definisi di atas dapat disimpukan bahwa hakikat
IPA adalah ilmu pengetahuan yang disajikan secara menyeluruh untuk
mempelajari alam dan gejala-gelajanya atas dasar unsur sikap, proses, produk,
dan aplikasi yang mana keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan. Oleh
karena itu, siswa diharapkan memiliki pengetahuan secara utuh dan mampu
memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah menggunakan
proses ilmiah/ metode ilmiah sehingga kegiatan pembelajaran merupakan proses
yang bermakna dengan adanya integrasi nilai atas apa yang dipelajari.

8
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah, dalam
hal ini Hasil Belajar belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh
seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang
membutuhkan pikiran. Nana (2009:22) mengatakan bahwa “Hasil belajar
merupakan kemampuan yang dimiliki setelah seseorang memiliki
pengalaman belajar. Berkaitan dengan kemampuan yang di peroleh, hasil
belajar dapat digolongkan kedalam beberapa klasifikasi. Bloom (dalam
Nana, 2009:22) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah yaitu: (1) Ranah
pengetahuan/kognitif, (2) ranah sikap/Afektif, (3) ranah keterampilan
/pisikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan
sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban ata u reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan
dengan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Nasution (2006:36) mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes
yang diberikan guru.” Sementara itu Hamalik (2006:30) mengatakan bahwa
“hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti ”.
Berdasarkan pendapat diatas,dapat dismpilkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku peserta didik yang didapatkanya setelah melalui proses
pembelajaran , yang dikategorikan pada tiga ranah yaitu, kognitif,afektif,dan

9
psikomotor. Ketiga ranah itu dinyatakan dalam bentuk angka, huruf dan kata-
kata. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari suatu tes
hasil belajar yang diadakan setelah selesai menikuti suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa Hasil Belajar belajar
yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya
setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut
dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
b. Hasil Belajar IPA
Sejalan dengan Hasil Belajar, maka dapat diartikan bahwa Hasil Belajar
mengajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar IPA.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan
yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA
memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam
semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat
rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu
pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK
yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan
terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju. Pendidikan IPA
telah berkembang di negara-negara maju dan telah terbukti dengan adanya
penemuanpenemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di

10
Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikan IPA di
Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur
kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran IPA tidak
begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik
yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran
IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak
sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri
berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi
antara siswa dan guru.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pelajaran berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta - fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.10 Sehingga dari
beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar IPA
adalah perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat seorang individu
mengalami proses belajar IPA
3. Hakikat Metode
a. Pengertian Metode
Metode pembelajaran adalah salah satu komponen yang dianggap penting
dalam implementasi kurikulum atau dalam proses pembelajaran. Metode
mengajar salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya
membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau suatu cara
mengajar yang efektif,sebagaimana yang dikemukakan oleh Joni dalam Asep

11
Herry Hermawan ( 2008 : 1.24 )’ Bahwa metode adalah berbagai cara kerja
yang bersifat relative umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.’
Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi
antara siswa dengan siswa,maupun antara siswa dengan guru ,sehingga proses
pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal.Oleh karena itu dalam memilih
dan menetapkan metode mengajar guru harus mengutamakan untuk melakukan
tindakan bagaimana caranya pembelajaran siswa supaya efektif dan maksimal
dalam melakukan proses pembelajaran maupun memperoleh hasil belajar.
b. Pengertian Metode Demonstrasi
Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di
mana guru melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini,
siswa tidak melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh
guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang Instruktur/atau tim
guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses misalnya merebus air sampai
mendidih 100 C, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati,
mendengar mungkİn meraba - raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan
oleh guru tersebut.
Menyatakan Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang , kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan ,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan yang disajikan (Muhibbin Syah, 2004).
Menurut Syaiful B. Djamarah dkk. (2002), metode memiliki kedudukan:
 Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM);
 Menyiasati perbedaan individual anak didik;
 Untuk mencapai tujuan pembelajaran.

12
Metode demonstrasi diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara
melakukan sesuatu. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam
kegiatan pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.

Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi ini dalam proses


pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan
cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.

Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan


lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik
dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang
diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.

Adapun penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa


marnpu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya
penggunaan kompor untuk mendidihkan air, cara membuat sesuatu misalnya
membuat kertas, dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari
suatu benda atau alat seperti bagian tubuh manusia, atau bagian dari meşin jahit.
Juga siswa dapat menyaksikan kerjanya suatu alat atau meşin seperti
penggunaan gunting dan jalannya mesin jahit. Bila siswa melakukan sendiri
demonstrasi tersebut, maka ia dapat mengerti juga cara menggunakan suatu alat
itu seperti menggunakan gunting untuk memotong kain.

Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara penggunaan suatu alat


atau perkakas, atau suatu mesin, sehingga mereka dapat memilih dan
memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui kebenaran
dari suatu teori di dalam praktek. Misalnya cara memasak roti yang terbaik.

Bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

13
1) Guru harus marnpu menyusun rumusan tujuan Instruksional, agar dapat
memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
2) Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda marnpu
menjamin tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.
3) Amatilah apakah jurnlah siswa memberi kesempatan untuk suatu
demonstrasi yang berhasil. Bila tidak anda harus mengambil
kebijaksanaan lain.
4) Apakah anda telah meneliti alat-alat, atau telah mencoba terlebih dahulu,
agar demonstrasi itu berhasil
5) Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan
dilakukan.
6) Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga ada dapat memberi
keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.
7) Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada
siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.
8) Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan
itu berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.

Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses interaksi


mengajar belajar di kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah, dengan demonstrasi
perhatian siswa lebih dapat teıpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan,
kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu direncanakan dapat diatasi
melalui pengamatan dan contoh kongkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa
lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Akibatnya selanjutnya
memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar. Jadi dengan
demonstrasi itu siswa dapat partisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman
langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya walaupun demikian kita
masih melihat juga kelemahan teknik ini ialah: Bila alatnya terlalu kecil, atau

14
penempatan yang kurang tepat, menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat
dengan jelas oleh seluruh siswa.

Dalam hal ini dituntut Pula guru harus marnpu menjelaskan proses
berlangsungnya demonstrasi, dengan bahasa dan suara yang dapat ditangkap oleh
siswa. Juga bila waktu tidak tersedia dengan cukup, maka demonstrasi akan
berlangsung terputus-putus, atau tidak dijalankan tergesa-gesa, sehingga hasilnya
memuaskan. Dalam demonstrasi bila siswa tidak diikutsertakan, maka proses
demonstrasi akan kurang dipahami oleh siswa, sehingga kurang berhasil adanya
demonstrasi itu.

Maka kadang-kadang dalam pemakaian teknik mengajar itu anda perlu


menyertai dengan teknik yang lain, atau mengkombinasikan dengan yang lain,
sehingga marnpu mengatasi teknik inti yang sedang dimanfaatkan itu.

Menurut Hasibuan dan Mujiono (2002:31), Langkah-langkah metode


pembelajaran demonstrasi adalah sebagai berikut :

a) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang


diharapkan di capai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.
b) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar
dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
c) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa di dapat dengan
mudah, dan sudah di coba terlebih dahulu supaya waktu diadakan
demonstrasi tidak gagal.
d) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.
e) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan,
sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu
supaya tidak gagal pada waktunya.

15
f) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk
memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.
g) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
 Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa,
 Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap
siswa dapat melihat dengan jelas,
 Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan
seperlunya.
h) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa, sering pula diadakan
diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan
demonstrasi.
c. Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran IPA

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui peningkatan metode


demonstrasi membantu siswa untuk aktif dan kreatif. Oleh karena itu penerapan
metode demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarakan keterampilan tangan
dimana gerakan-gerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari ataupun
untuk mengajarkan hal-hal yang bersifat rutun kepada siswa sekolah dasar,
dengan kata lain metode demonstrasi bertujuan unuk mengajarkan keterampilan-
fisik yang sesuai dengan perkembangan berfikir anak siswa sekolah dasar.

Metode demonstras dapat digunakan untuk :


1) Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau
menggunakan suatau prosedur atau produk baru
2) Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi
siswa melakukannya.
3) Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur

16
Dari pemikiran di atas dapat didefinisikan tujuan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) melalui penerapan metode demonstrasi bagi siswa
sekolah dasar adalah sebagai berikut :

1) Untuk membangkitkan kreativitas anak, seorang guru perlu memberikan


kebebasan dan pengawasan dengan penerapan metode
demonstrasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) guru
dapat mengajar siswa sekolah dasar tentang suatu tindakan, proses atau
prosdur keterampilan-keterampilan fisik atau motorik.
2) Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan
para siswa secara bersama-sama.
3) Mengkonkretkan informasi yang disajikan kepada para siswa

Menurut Amalia dkk (2014:3.13), Dalam demonstrasi IPA hasil yang

akan terjadi harus anda sampaikan pada murid. Sehingga murid tidak

merumuskan masalah,berspekulasi dan menarik kesimpulan berdasarkan apa

yang disaksikanya.

B. PENELITIAN RELEVAN

Untuk mempermudah penyusunan laporan penelitian ini maka peneliti akan

mendeskripsikan beberapa karya yang ada relevansinya dengan judul penelitian

ini:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Erlinda (2014) berjudul : Penerapan Metode

Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengajar IPA Pada Siswa

Kelas VI Tahun 2013/2014 Universitas Terbuka. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode

17
Demonstrasi pada siswa kelas VI Pembelajaran dengan metode demonstrasi

memiliki dampak positif dalam meningkatkan Hasil Belajar belajar siswa

yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap

siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (76,19%), siklus III (90,48%).

C. KERANGKA BERFIKIR
Siswa pada pembelajaran IPA hendaknya aktif sehingga mampu menumbuhkan

motivasi intrinsik yang tinggi, sehingga siswa dapat mengambil inisiatif, dan

siswa hendaknya pula memulai (secara psikologi) dalam proses belajar mengajar.

Siswa bukan hanya aktif mendengarkan dan melihat permainan seorang guru di

depan kelas, melainkan mereka yang seharusnya memulai permainan di dalam

proses belajar mengajar.

Untuk itu pendidik yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru

yang dapat membantu meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Agar

peserta didik dapat belajar dengan baik maka metode dalam mengajar harus

diusahakan yang setepat, efektif dan seefisien mungkin.metode ini sangat

diutamakan dalam proses belajar mengajar karena siswa mempraktekkan sendiri

materi yang diajarkan, tidak hanya mendengar dari penjelasan guru, namun lebih

aktif dalam memahami materi dan melihat rangkaian gambar materi yang

diajarkan. Pada proses pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi akan

bermanfaat siswa mengetahui secara mendalam karena mereka praktek langsung

terhadap materi yang diajarkan, sehingga siswa lebih paham terhadap materi

18
yang diberikan padanya dan pada gilirannya hasil belajar siswa akan menjadi

meningkat.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan uraian di atas dapatlah memunculkan suatu hipotesis tindakan


sebagai berikut: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode
Demonstrasi di Kelas IV SD Negeri 04 Batuhampar Kecamatan Akabiluru Tahun
Pelajaran 2017 /2018

19
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Subjek
Subjek penelitian perbaikan ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 04
Batuhampar Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota dengan
jumlah siswa 22 orang.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian perbaikan ini bertempat di SD Negeri 04 Batuhampar
Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota, untuk lebih jelasnya lihat
tabel di bawah ini:
Tabel : 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No Mata Pelajaran Siklus Tanggal Waktu Ket
1 IPA 1 12 Maret 2018 10.00
2 IPA 2 19 Maret 2018 10.00

3. Pihak yang Membantu


Penelitian perbaikan pembalajaran ini dapat terlaksana atas bantuan:
a. Kepala SDN 04 Batuhampar
b. Teman sejawat
c. Dewan Guru dan Staf SDN 04 Batuhampar
d. Siswa-siswi SDN 04 Batuhampar
e. Segenap keluarga besar UT Pokjar Harau.

20
B. Desain Prosedur Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Prosedur yang diterapkan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Tahapan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran siklus 1
Langkah-langkah perbaikan pembelajaran pada siklus I ini adalah :
a. Tahap Refleksi Awal
Refleksi awal dilakukan jauh sebelum pelaksanaan siklus I yaitu
terhadap pembelajaran IPA sebelumnya. Dari hasil refleksi diketahui
bahwa prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA ternyata masih
sangat rendah dibandingkan mata pelajaran yang Iain. Hal ini
disebabkan oleh metode yang digunakan hanya monoton pada satu
metode. Setelah diketahui seperti itu maka guru mencoba untuk
menggunakan metode ceramah dalam pernbelajaran.
b. Tahap Perencanaan
Dari refleksi yang dilakukan,guru mulai merancang pelaksanaan
pembelajaran siklus l. Hal-hal yang dilakukan guru adalah membuat
skenario pembelajaran,mempersiapkan fasilitas,sarana dan prasarana
yang diperlukan.
c. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang disusun. Langkah-langkah
pembelajaran dalam siklus I adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal
 Salam pernbuka
 Membaca Do’a
 Apersepsi
Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa

21
 Menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan Inti
 Siswa membuka buku materi IPA.
 Siswa di bagi menjadi 4 kelompok
 Siswa mendengarkan ceramah dari guru
 Siswa mendiskusikan materi tentang Gaya merubah
gerak dan bentuk suatu benda setelah mendengarkan
ceramah dari guru
 Siswa menjawab beberapa pertanyaan dari guru di
dalam LKS
 Siswa diminta menyampaikan hasil diskusi kedepan
kelas
 Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi.

22
3) Kegiatan Akhir/Penutup
 Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa
 Siswa mengumpulkan soal evaluasi
 Salam penutup

d. Tahap Pengamatan/Observasi
Pengamatan ini dilakukan pada proses pembelajaran. Pengamatan
dilakukan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa.
e. Refleksi
Dałam refleksi ini, guru memeriksa kembali, merenungkan kegiatan
belajar yang telah dilakukan, menemukan kendala dałam
pembelajaran, dan merumuskan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki pembelajaran.

Dengan demikian diperlukan perbaikan pembelajaran siklus 2.

2. Pembelajaran Siklus 2
Siklus 2 ini merupakan kelanjutan dari siklus I . Adapun langkah-langkah
perbaikan pembelajaran pada siklus ini adalah :

23
a. Tahap Refleksi Awal
Refleksi awal dilakukan terhadap hasil pada pelaksanaan siklus l.
Prestasi belajar siswa masih belum ada peningkatan dan masih belum
sesuai dengan target penelitian. Maka perlu dilakukan perbaikan
pembelajaran siklus 2.
b. Tahap Perencanaan
Dari refleksi yang dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran siklus l,
maka guru dapat merancang rencana perbaikan pembelajaran siklus
2. Hal- hal yang dilakukan guru adalah membuat skenario
pembelajaran, mempersiapkan fasilitas, sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam melaksanakan tindakan perbaikan, menyusun RPP
lengkap, dan melakukan simulasi perbaikan siklus 2.
c. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan sesuai dengan RPP yang di susun. Langkah-
langkah pembelajaran dalam siklus 2 adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan awal
 Salam pernbuka
 Membaca do’a
 Apersepsi
Guru mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran

24
2) Kegiatan inti
 Membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok ada yang 5 dan ada yang 6 orang
 Masing – masing kelompok membuat nomor dan nama
kelompok
 Sebelum kegiatan kelompok dimulai, guru membuat
kesepakatan dengan kelompok agar pada waktu kegiatan
tidak ramai dan mondar mandir.
 Guru membagikan plastisin kepada masing-masing
kelompok.
 Guru mendemonstrasikan didepan kelas beberapa contoh
bagaimana gaya dapat mengubah bentuk benda.
 Masing-masing kelompok kernudian menerima LKS.
 Setelah sernua kelompok menerima LKS, kemudian
mereka disuruh untuk mengikuti petunjuk yang ada pada
IKS.
 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menunjukkan
hasil karya mereka.
 Setelah sernua kelompok selesai menunjukkan hasil
karyanya,kemudian salah satu perwakilan kelompok
diminta kedepan untuk menuliskan kesimpulan mereka.
 Setelah sernua selesai menulis didepan,guru bersama siswa
bersama - sama menyimpulkan hasil dari kegiatan yang
dilakukan.

25
26
3) Kegiatan akhir/Penutup
 Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.
 Siswa mengerjakan soal evaluasi.
 Siswa mengumpulkan hasil pengerjaan evaluasi.
 Salam penutup.

d. Tahap Pengamatan / Observasi


Pengamatan ini dilakukan pada proses pembelajaran. Pengamatan
dilakukan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa.
e. Refleksi
Dałam refleksi ini, guru memeriksa kembali, merenungkan kegiatan
belajar yang telah dilakukan.

C. Teknik Anlisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan


pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui Hasil Belajar belajar yang dicapai siswa juga untuk

27
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa
selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan


siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis
ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif


Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X 
X
N

Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara

klasikal. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan

rumus sebagai berikut:

P
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
 Siswa

28
Standar penilaian yang digunakan untuk memberikan kesimpulan tersebut berupa %

menurut Arikunto (1989) dalam Butar (2003:20):

80% ≤ Efektifitas ≤ 100% = sangat tinggi

61%≤ Efektifitas ≤ 79 % = Tinggi

21 % ≤ Efektifitas ≤ 40 % = Rendah

0 % ≤ Efektifitas ≤ 20 % = Sangat Rendah

Dalam perubahan rata-rata % Efektifitas hasil belajar dapat ditentukan dengan rumus:

% perubahan = % AII - % AI

Keterangan : % AI = % Efektifitas siklus 1

% AII= % Efektifitas siklus II

Untuk menentukan rata-rata efektifitas belajar yang terjdi pada dua kali pertemuan

rumus yang digunakan :

T1 + T2
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 =
2

Keterangan : T1 = Efektifitas pada pertemuan 1

T2 = Efektifitas pada pertemuan II

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar dengan metode

demonstrasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan

data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data tes formatif untuk mengetahui

peningkatan Hasil Belajar belajar siswa setelah diterapkan belajar dengan metode

demonstrasi.

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada

tanggal 12 Maret 2018 di Kelas IV dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam

hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

30
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I

adalah sebagai berikut:

Table 4.1. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I

Keterangan
No Nama Skor
T TT
1. HAIKAL 70 √
2. ANDREAN 80 √
3. FIKRI 80 √
4. HABIL 50 √
5. ADITYA 50 √
6. JUNITA 90 √
7. FAREL 80 √
8. FAHRI 50 √
9. ISTIQOMAH 40 √
10. KEMALA 80 √
11. SANDI 90 √
12. RAHMAD 70 √
13. VICLY 90 √
14. SAUHIRA 70 √
15. JIHAN 70 √
16. MUTIYA 50 √
17. REZA 90 √
18. RIDWAN.E 100 √
19. ZIKRI 60 √
20. SATRIA 90 √
21. RIDWAN 50 √
22. MUSTIKA ARINI 20 √

JUMLAH 1520
RATA - RATA 69,09

Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 14
Jumlah siswa yang belum tuntas :8
Klasikal : Belum tuntas

31
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus 1
1 Nilai rata-rata tes formatif 69,09
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 14
3 Persentase ketuntasan belajar 63,64

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

demonstrasi diperoleh nilai rata-rata Hasil Belajar belajar siswa adalah 69,09

dan ketuntasan belajar mencapai 63,64% atau ada 14 siswa dari 22 siswa

sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama

secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh

nilai ≥ 70 hanya sebesar 63,64% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih

merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru

dengan menerapkan metode demonstrasi

Tabel 4.3. Pencapaian nilai Siklus 1

SIKLUS 1
No Jumlah Siswa Nilai Pencapaian Persentase
1 1 20 5%
2 1 40 5%
3 5 50 22%
4 1 60 5%
5 4 70 18%
6 4 80 18%
7 5 90 22%
8 1 100 5%

32
Grafik 4.1 Siklus 1

SIKLUS 1
6

3
NILAI
2

0
20 40 50 60 70 80 90 100

2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan

Pada ahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri

dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada

tanggal 19 Maret 2018 di Kelas IV dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam

hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada

siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang

lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksanaan belajar mengajar.

33
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes

formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut.

Table 4.3. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus II

Keterangan
No Nama Skor
T TT
1. HAIKAL 80 √
2. ANDREAN 90 √
3. FIKRI 80 √
4. HABIL 80 √
5. ADITYA 70 √
6. JUNITA 90 √
7. FAREL 90 √
8. FAHRI 60 √
9. ISTIQOMAH 70 √
10. KEMALA 90 √
11. SANDI 100 √
12. RAHMAD 80 √
13. VICLY 90 √
14. SAUHIRA 80 √
15. JIHAN 80 √
16. MUTIYA 70 √
17. REZA 90 √
18. RIDWAN.E 100 √
19. ZIKRI 80 √
20. SATRIA 90 √
21. RIDWAN 70 √
22. MUSTIKA ARINI 50 √

JUMLAH 1780
RATA - RATA 80,90

34
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 20
Jumlah siswa yang belum tuntas :2
Klasikal : Tuntas

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II


No Uraian Hasil Siklus 1I
1 Nilai rata-rata tes formatif 80,90
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20
3 Persentase ketuntasan belajar 90,91

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 80,90 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak 20 siswa dan

2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 90,91% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar

dengan metode demonstrasi, selain itu siswa juga sudah mulai mengerti

apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode

demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran

seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang

telah diberikan.

35
Tabel 4.3. Pencapaian nilai Siklus 1

SIKLUS 1
No Jumlah Siswa Nilai Pencapaian Persentase
1 1 50 5%
2 1 60 5%
3 4 70 18%
4 7 80 31%
5 7 90 31%
6 2 100 10%

Grafik 4.1 Siklus 2

SIKLUS 2
8

4
Nilai
3

0
50 60 70 80 90 100

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun

yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan Penerapan

36
metode demonstrasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan belajar dengan metode demonstrasi

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka

tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan

untuk tindak selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan

apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar

mengajar selanjutnya penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan

proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

37
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi

memiliki dampak positif dalam meningkatkan Hasil Belajar belajar siswa.

Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap

materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan

II) yaitu masing-masing 63,64% dan 90,91% . Pada siklus II ketuntasan

belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak

positif terhadap Hasil Belajar belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan

meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami

peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran IPA pada pokok bahasan Gaya dengan metode demonstrasi

yang paling dominan adalah mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru,

dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa

aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.

38
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah belajar dengan metode demonstrasi dengan

baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan

LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya

jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam

meningkatkan Hasil Belajar belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (63,64%), dan

siklus II (90,91%),

2. Penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata

jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan

berminat dengn metode demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi

untuk belajar.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan belajar dengan metode demonstrasi memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau

40
memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode demonstrasi

dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan Hasil Belajar belajar siswa, guru hendaknya

lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SDN 04 Batuhampar Kecamatan Akabiluru Tahun Pelajaran

2017/2018

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

41

Anda mungkin juga menyukai