Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN BAKTERIOLOGI

“IDENTIFIKASI BAKTERI NEISSERIA MENINGITIDIS DAN


NEISSERIA GONORHOEAE”

OLEH :

KELOMPOK 5 :

1. Ni Putu Yuli Widiantari (P07134017052)


2. Komang Rani Sonia (P07134017057)
3. Ni Made Sukma Wija Yanti (P07134017058)
4. Desak Gede Dwi Agustini (P07134017069)
5. Ni Putu Ayu Dani Savitri (P07134017072)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN ( IIIB)
TAHUN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
a. Identifikasi Bakteri Neisseria Meningitidis dan Neisseria Gonorhoeae
1. Untuk memahami prosedur pemeriksaan bakteri Neisseria Meningitidis dan
Neisseria Gonorhoeae
2. Mengisolasi dan mengindentifikasi bakteri Neisseria Meningitidis dan Neisseria
Gonorhoeae dari bahan pemeriksaan klinis

b. Uji Katalase
Untuk menunjukkan adanya enzim katalase pada bakteri.

c. Uji Gula-Gula
Untuk menentukan kemampuan bakteri menguraikan dan memfermentasi karbohidrat
yang disertai dengan produksi asam dan gas.

d. Uji Oksidase
Uji oksidase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase pada bakteri
dengan menggunakan paper oksidase yang dapat dilihat dari perubahan warna yang
terjadi pada paper oksidase

e. Media Thayer Martin


Media Thayer Martin di gunakan untuk mengisolasi Neisseria Meningitidis dan
Neisseria Gonorhoeae dari bakteri lain

f. Media Stuart
Media Stuart digunakan untuk menjaga dan menjadi transport untuk Bakteri
Neissereria Neisseria Meningitidis dan Neisseria Gonorhoeae
1.2 PRINSIP
a. Identifikasi Bakteri Neissereria Neisseria Meningitidis dan Neisseria Gonorhoeae
Mengidentifikasi Bakteri Neissereria Neisseria Meningitidis dan Neisseria
Gonorhoeae membutuhkan suatu penentuan kuantitatif jumlah mikroorganisme.
Sampel yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri tersebut dari swab vagina
untuk mengidentifikasi bakreri Neisseria Gonorrhoeae dan cairan otak untuk
mengidentifikasi bakteri Neisseria Meningitidis.. Peralatan yang digunakan pun harus
dalam keadaan steril, contohnya kapas yang digunakan untuk swab.

b. Uji Katalase
Katalase merupakan enzim yang mengkatalisapenguraian hidrogen peroksida
menjadi H2O2 dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap selkarena bahan ini
menginaktifkan enzim dalam sel.Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu metabolism
aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuhdalam lingkungan aerob pasti
menguraikan bahantersebut (Lay, 1994).
Uji katalase penting untuk membedakan streptococcus dengan staphylococcus
ang menghasilkan enzim katalase. Uji katalase dilakukan dengan menambahkan H2O2
ke isolate bakteri. Kultur ang menunjukan katalase positif akan gelembung udara.
Bakteri dapat memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi
H2OdanO2. Enzi mini penting untuk pertumbuhan aerobic karena H2O2 ang dibentuk
oleh enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba.

c. Uji Gula-Gula
Bakteri menggunakan karbohidrat secara berbeda-beda, tergantung pada
komplemen enzim yang dihasilkan. Fermentasi tersebut akan menghasilkan asam-
asam organic seperti asam laktat, asam format, atau asam asetat yang kemungkinan
disertai dengan pembentukan gas seperti hydrogen atau karbondioksida.

d. Uji Oksidase
Enzim enzim oksidase memainkan peran dalam respirasi aerob. Sotokrom Oksidase
mengkatalisis oksidase dari sotokrom yang tereduksi oleh oksigen molecular (o2).
e. Media Thayer Martin
Media Thayer Martin agar adalah media diperkaya dan selektif untuk isolasi Bakteri
Neissereria Neisseria Meningitidis dan Neisseria Gonorhoeae . penambahan antibiotic
colistin bertujuan untuk menghambat bakteri gram negative, vancomissin untuk
menghambat bakteri gram positif dan mistatin untuk menghambat pertumbuhan ragi.

f. Media Stuart
Komposisi Sodium thioglycollate dalam media berfungsi agar
mikroorganisme dapat mengkonsumsi oksigen dan memungkinkan pertumbuhan
secara anaerob dalam media, Dinatrium fosfat sebagai sumber nutrisi bagi
mikroorganisme, Natrium klorida untuk mempertahankan kesetimbangan osmotic
media, Agar adalah agen yang memperkuat media. Karena pH tinggi, Kalsium klorida
sebagai pengatur kadar air dalam media dan aquades sebagai pelarut.

1.3 MANFAAT
a. Identifikasi Bakteri Neissereria Neisseria Meningitidis dan Neisseria Gonorhoeae
1. Praktikan dapat mengetahui pemeriksaan Identifikasi Bakteri Neissereria
Neisseria Meningitidis dan Neisseria Gonorhoeae
2. Praktikan mampu mengisolasi dan mengindentifikasi Identifikasi Bakteri
Neissereria Neisseria Meningitidis dan Neisseria Gonorhoeae dari bahan
pemeriksaan klinis.

b. Uji Katalase
Pada praktikum ini dapat mengetahui aktivitas katalase pada bakteri uji
(staphylococcus dan streptococcus).

b. Uji Gula Gula


Praktikan dapat menentukan kemampuan bakteri menguraikan dan memfermentasi
karbohidrat yang disertai dengan produksi asam dan gas.

c. Uji Oksidase
Praktikan dapat menentukan dan membedakan bakteri berdasarkan akttivitas enzim
oksidase.
d. Media Thayer Martin
Media Thayer Martin hanya akan menumbuhkan Bakteri Neissereria Neisseria
Meningitidis dan Neisseria Gonorhoeae tanpa terkontaminasi bakteri lain.

e. Media Stuart
Media Stuart dapat menjaga bakteri Bakteri Neissereria Neisseria Meningitidis dan
Neisseria Gonorhoeae agar dalam keadaan baik sampai ke lab untuk di identifikasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gonore

Definisi

Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae. Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae
yang sering menyerang membran mukosa uretra pada pria dan endoservik pada wanita.
Gonore sering ditularkan melalui kontak seksual.

Epidemiologi

Infeksi gonore di Indonesia menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis
penyakit menular seksual. Gonore adalah penyakit yang harus dilaporkan kedua paling
sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penderita paling banyak dijumpai pada remaja dan
dewasa muda. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena aktivitas seksual pada umur
tersebut cukup tinggi. Masa inkubasi gonorrhoeae pada wanita sulit ditentukan. Gambaran
klinis dan perjalanan penyakit gonorrhoeae pada wanita berbeda dari pria, karena adanya
perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Lebih dari 50% wanita
yang menderita servisitis gonorrhoeae bersifat asimtomatis. Pada umumnya wanita datang
berobat kalau sudah terjadi komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu
pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan Keluarga Berencana. Oleh karena itu, penapisan
terhadap wanita risiko tinggi merupakan komponen yang penting
untukmengontrolgonorrhoeae(Tille,2014). Penentuan diagnosis penyakit gonorrhoeae dengan
pemeriksaan mikrobiologis, mencari mikroorganisme penyebab penyakit gonorrhoeae yaitu
bakteri Neisseria gonorrhoeae. Keberadaan bakteri diplococcus Gram negatif intraseluler di
dalam lendir endoservix menunjukkan telah terjadi infeksi patogen, karena bakteri ini bukan
anggota flora normal vagina. Infeksi oleh bakteri ini menimbulkan penyakit gonorrhoeae
yang terutama menyerang saluran urogenital pada laki-laki dan perempuan, dapat pula
menginfeksi permukaan mukosa lainnya (mukosa konjunctiva mata, mukosa mulut, mukosa
faring, mukosa rektum) dan dapat pula menyebar ke persendian (meskipunjarang)
Etiologi

Penyebab gonore adalah gonokokok yang ditemukan oleh Albert Ludwig Siegmund
Neisser berkebangsaan Jerman, melalui pengecatan hapusan duh tubuh uretra, vagina dan
konjungtiva dan pertama kali di kultur in vitro tahun 1882 oleh Leistikow. Bakteri
Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri diplokokus gram negatif yang aerob dan berbentuk
seperti biji kopi. Terletak intraselular yang biasanya terdapat di dalam leukosit
polimorfonuklear. Bakteri tersebut memilki diameter sekitar 0,8 μm. Selain itu, kuman ini
tidak motil dan tidak berspora. Suhu 35°C-37°C dan pH 7,2- 7,6 merupakan kondisi optimal
untuk bakteri Neisseria gonorrhoeae tumbuh. Secara morfologik gonokokok ini terdiri atas 4
tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang.

Faktor Risiko

Gonore dapat terjadi pada semua manusia. Tetapi tidak semua manusia mempunyai
risiko tinggi untuk terinfeksi kuman penyebab gonore ini. Faktor yang meningkatkan risiko
untuk terinfeksi kuman Neissreia gonorrhoeae adalah:

1. Semakin muda usia (<25 tahun) untuk melakukan hubungan seksual

pertama kali.

2. Penggunaan obat-obatan terutama secara injeksi, peminum alkohol

3. Tinggal bersama di suatu tempat penahanan / penjara

4. Memiliki banyak pasangan seksual secara bersamaan dan bergantian

5. Berhubungan seksual dengan pasangan baru, penderita infeksi menular

seksual (heteroseksual, homoseksual, biseksual)

6. Tidak menggunakan kondom atau menggunakan kondom tapi tidak benar (wanita
memiliki risiko ±40-60% tertular oleh pasangannya yang terinfeksi)

7. Kondisi tubuh yang rentan terhadap suatu infeksi

8. Sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.


Patogenesis

Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui penularan
vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel kolumnar dan epitel
kuboidal manusia. Patogenesis gonore terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut :

 Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan selaput lendir


dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.

 Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi selama

infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili. Fimbriae terutama terdiri dari protein pilin
oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput
lendir. Protein membran luar PII Oppacity associated protein (OPA) kemudian
membantu bakteri mengikat dan menyerang sel inang.

 Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses yang disebut

endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel kolumnar, membentuk

vakuola.

 Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang, dimana bakteri
berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan subepitel dengan proses
eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo Oligo Sakharida) dilepaskan selama
infeksi. Gonococcus dapat memiliki dan mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria
LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor, atau TNF, yang akan mengakibatkan
kerusakan sel.

 Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil. Selaput lendir
hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae dan neutrofil pada jaringan
ikat subepitel. Respon imun host memicu Neisseria gonorrhoeae untuk menghasilkan
protease IgA ekstraseluler yang menyebabkan hilangnya aktivitas antibody dan
mempromosikan virulensi.
Manifestasi klinis

Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan gejala simptomatik maupun asimptomatik


infeksi pada saluran genital. Gejala kliniknya tumpang tindih dengan gejala penyakit infeksi
menular seksual lainya. Infeksi gonokokal terbatas pada permukaan yang mengandung
mukosa. Infeksi terjadi pada area yang dilapisi dengan epitel kolumner, diantaranya serviks,
uretra, rectum, faring dan konjungtiva. Pada wanita gejala klinis subjektif dan objektif
jarang didapatkan karena duh endoservik yang terletak dibagian dalam sehingga
mengakibatkan gejala klinis jarang didapatkan. Infeksi pada wanita mengenai serviks dengan
gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari endoservisitis yang bersifat purulen
dan agak berbau namun pada beberapa pasien kadang mempunyai gejala minimal. Kemudian
timbul disuria dan dispareunia. Jika bersifat asimptomatis maka dapat berkembang menjadi
penyakit radang panggul. Penyakit ini bisa akibat dari menjalarnya infeksi ke endometrium,
tuba falopii,ovarium dan peritoneum.

Pemeriksaan Penunjang

a. Spesimen

Spesimen dapat diambil dari uretra, endoservik, vagina, rektum, orofaring, konjungtiva,
cairan tubuh yang steril (cairan sinovial / cairan pleura / peritoneum). Namun bergantung
pada usia, dan jenis kelamin penderita gonore yang akan diambil untuk bahan pemeriksaan.
Pada pria lokasi pengambilan spesimen di uretra, menggunakan swab yang dimasukan dan
diputar selama 5 detik. Sedangkan pada wanita, swab pada endoservik dan diputar selama 10
detik. Pengambilan spesimen digunakan untuk pemeriksaan apusan dengan pewarnaan gram,
kultur, dan uji sensitivitas antibiotik.

b. Apusan

Kuman Neisseria gonorrhoeae diperiksa secara langsung dari eksudat uretra dan
endoservik dengan pewarnaan Gram. Hasil dikatakan positif bila ditemukan adanya
diplokokus gram negatif dengan bentuk seperti ginjal di dalam dan atau diluar sel lekosit
PMN. Apusan dengan spesimen eksudat uretra memiliki spesifisitas (>99%) dan sensitivitas
(>95%) lebih tinggi daripada eksudat endoservik dengan spesifisitas (95%) dan sensitivitas
(50%).
c. Kultur

Saat ini pemeriksaan mikrobiologi yang digunakan untuk diagnosis infeksi Neisseria
gonorrhoeae adalah kultur dan apusan. Setelah pengambilan sampel, oleskan dengan segera
sampel pada media untuk kultur kuman ini. Media yang digunakan adalah media selektif
yang diperkaya salah satunya Thayer Martin Agar. Selanjumtnya harus di inkubasi pada suhu
35º-37ºC, dengan atmosfer yang mengandung 5%-10% CO2 selama 18-24 jam. Dalam waktu
tersebut akan tumbuh koloni kuman berbentuk cembung, permukaanya mengkilat,
berdiameter 0,5-1,0 mm. Setelah inkubasi lebih dari 24 jam ukuran koloni akan bertambah
lebar dengan permukaan yang lebih kasar dan mengkilat. Namun tidak diperbolehkan
inkubasi lebih dari 48 jam dikarenakan koloni tidak dapat bertahan dan dapat terjadi autolisis.

d. Tes Oksidase

Tes oksidase merupakan suatu tes untuk mengetahui apakah suatu bakteri memiliki
kemampuan untuk menghasilkan enzim oksidase. Aeromonas, Vibrio, Neisseria, Moraxella,
dan Campylobacter adalah kuman-kuman yang bila ditetesi dengan reagen oksidase akan
menghasilkan warna biru dalam 10-30 detik dan itu berarti positif tes oksidase.

e. Tes Fermentasi

Metode fermentasi merupakan suatu pemeriksaan spesifik mikrobiologi untuk kuman


Neisseria species yang sudah sering digunakan. Tes ini diuji menggunakan media TCA
(Cystine Trypticase Agar) yang mengandung glukosa, maltosa, sukrosa, laktosa, dan fruktosa
serta phenol red sebagai indikatornya. Tidak semua spesies kuman ini dapat memfermentasi
semua kandungan bahan. Hasil dari fermentasi berupa asam. Neisseria gonorrhoeae hanya
dapat memfermentasi glukosa.

f. Uji Sensitivitas Antibiotik

Kemampuan antibiotik untuk melawan kuman dapat diukur dengan menggunakan 2


metode untuk uji sensitivitas antibiotik yaitu metode dilusi dan difusi. Metode difusi
merupakan cara yang sering digunakan untuk uji sensitivitas antibiotik. Cakram kertas atau
tablet yang mengandung antibiotik diletakan pada media yang sudah ditanami kuman. Maka
akan terbentuk zona jernih disekitar cakram. Ukuran zona tergantung pada kecepatan difusi
antibiotik, derajat sensitivitas kuman, dan kecepatan pertumbuhan kuman. Sedangkan pada
metode dilusi tujuannya adalah penentuan aktivitas antibitotik secara kuantitatif dengan
melihat Minimal Inhibitory Concentration (MIC). 2 kategori hasil yang sederhana adalah
sensitif atau resisten. Hasil sensitif pada antibiotik levofloksasin dengan uji difusi bila
didapatkan diameter ≥31 mm, sedangkan antibiotik tiamfenikol bila didapatkan diameter ≥18
mm.

B. Meningitis

Pengertian Cairan Otak

Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus choroideus di
dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30%
dibentuk pada tempat lain, termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang
dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml,
volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml.
80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.

Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari,
sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini
merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk
mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan
serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari.

Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi, Cairan
otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari
plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh.
Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan
cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam plasma
darah.

Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk
melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk
kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan
berguna pula setelah terjadi trauma.
Anatomi dan Fisiologi

Dalam membahas cairan serebrospinal ada baiknya diketahui mengenai anatomi yang
berhubungan dengan produksi dan sirkulasi cairan serebrospinal,yaitu:

 Sistem Ventrikel

Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV.
Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam serebrum, masing-masing ventrikel terdiri dari
5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan atrium.
Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong
unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus
unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah dan
diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah anteropeoterior
berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel IV merupakan suatu
rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral serebrum dan dorsal dari pons
dan medula oblongata.

 Meningen dan ruang subarakhnoid

Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf
yangbersifat non neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa membran yang
menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis. Meningen
terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater. Piameter merupakan
selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan
pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan
medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus
vertebra.

Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan


piameter, tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan piameter
disebut ruang subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh
darah. Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukan- lekukan otak, maka di beberapa tempat
ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah siterna
magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme oblongata. Lainnya adalah
sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis di permukaan
venttralmesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut
antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri.
Sisterna ini berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens.

Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan
sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang
subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan
serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal. Durameter terdiri dari lapisan luar
durameter dan lapisan dalam durameter. Lapisan luar dirameter di daerah kepala
menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan
endosteumnya.

 Ruang Epidural

Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.

 Ruang Subdural

Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit cairan,
mengisi suatu ruang disebut ruang subdural.

Pembentukan, Sirkulasi dan Absorpsi Cairan Serebrospinal (CSS)

Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus ventrikel
serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang
membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang
bocor ke ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah
otak).Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500
mL/ hari),volume CSS total hanya sekitar 150 mL.

Tekanan Cairan Serebrospinal

Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang berbaring pada posisi
horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun dapat juga serendah 65 mm air atau
setinggi 95 mm air pada orang normal.. Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili
Arakhnoidalis. Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh
absorpsi cairanmelalui vili arakhnoidalis.
Komposisi dan fungsi cairan serebrospinal (CSS)

Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari
epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi
Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dan konsentrasi Mg dan klorida
yang lebih tinggi. Ph CSS lebih rendah dari darah.

Definisi Meningitis

Bakterialis Meningitis merupakan suatu terminologi yang menggambarkan adanya


inflamasi pada membran meningen dan/atau cairan serebrospinal (CSS) yang membungkus
dan melindungi otak dan korda spinalis. Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi
baik infeksi maupun non infeksi. Meningitis akibat infeksi dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur dan parasit (Van de Beek, 2012). Meningitis bakterialis khas ditandai oleh
adanya sindrom infeksi dan pada pemeriksaan CSS (cairan serebrospinal) dibuktikan adanya
bakteri dan/atau terjadi gambaran analisis yang abnormal secara bermakna. Adanya infeksi
bakteri pada meningen, terbukti dari pemeriksaan kultur CSS, PCR dari CSS, pengecatan
gram atau tes antigen. Secara klinis, suspek meningitis ditandai adanya gejala klinis dan/atau
secara klinis terdapat marker inflamasi pada CSS yaitu hitung leukosit, kadar protein dan
glukosa dalam CSS (SWAB, 2012).

Epidemiologi dan Etiologi Meningitis bakterialis

Insiden dan angka kematian bervariasi di berbagai negara. Angka kejadian meningitis
bakterialis di Amerika Serikat selama tahun 1998-2007 sebanyak 17,4 juta orang dan pada
tahun 2006-2007 mencapai 1,38 per 100.000 orang/tahun dengan angka kematian 14,3%
(Thigpen dkk., 2011). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2012
melaporkan angka kejadian meningitis di negara Amerika Serikat sekitar 4100 kasus/tahun
dan angka kematian akibat meningitis mencapai 500 orang/tahun. Data WHO menyatakan
kasus meningitis diperkirakan mencapai kurang lebih 1,2 juta jiwa setiap tahunnya dan
angka kematian mencapai kurang lebih 135.000 jiwa. Meningitis menjadi salah satu dari 10
penyakit infeksi yang menyebabkan kematian di dunia serta 30-50% akan mengalami sequele
neurologis. Angka kematian mencapai 25% di negara maju dan lebih tinggi di negara
berkembang. Meningitis bakterialis terutama menyerang anak usia dibawah 2 tahun,
dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan. Secara keseluruhan tingkat kematian
pasien meningitis bakterialis antara 2-30% tergantung dari bakteri penyebab meningitis
(Maimaiti dkk., 2012). Angka insiden meningitis di Negara Amerika Serikat sekitar
4100 kasus/tahun dan meninggal akibat meningitis 500 orang/tahun (CDC, 2012). Di
Indonesia pada tahun 2010 jumlah kasus meningitis terjadi pada laki-laki kurang lebih 12.010
jiwa, pada perempuan kurang lebih 7.371 jiwa, dan dilaporkan yang meninggal dunia
kurang lebih 1.025 jiwa (Menkes RI, 2012). Meningitis disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
mycobacteria maupun parasit, organisme tersebut merupakan patogen fatal yang dapat
menyebabkan kematian. Tiga patogen utama yang menyebabkan meningitis bakterialis antara
lain Streptococcus pneumoniae (IPD= invasive pneumococcal diseases), Haemophilus
influenza type B (Hib), dan Neisseria meningitides (Houri dkk., 2017).Meningitis
bakterialis merupakan penyakit infeksi yang sangat merusak dengan angka mortalitas
di seluruh dunia mencapai 20-30% walaupun telah mendapat terapi antibiotika. Mortalitas
pada fase akut mencapai 10-20% dengan sekuele 30%. Sebesar 50% dari pasien yang
bertahan hidup mengalami gejala sisa berupa gangguan pendengaran, kejang dan mengalami
gangguan belajar dan prilaku (Brouwer dkk., 2012; Jusot dkk., 2013).

Patogenesis Meningitis bakterialis

Secara umum meningitis bakterialis dapat terjadi ketika bakteri masuk ke dalam
sirkulasi sistemik dan selanjutnya invasif ke dalam SSP atau secara langsung menyebar
selama infeksi di sekitar SSP seperti infeksi telinga tengah atau mastoiditis. Multiplikasi
bakteri di dalam SSP merupakan trigger respon imun lokal yang ditandai oleh masuknya
leukosit. Pada kondisi normal atau sehat SSP terbebas dari leukosit, namun pada
keadaan patologi leukosit masuk ke dalam otak sebagai respon terhadap berbagai stimulus
(Chavez-Bueneo, 2005).Meningitis disebabkan oleh bakteri pathogen yang memiliki
virulensi poten, selain itu faktor host yang rentan dan lingkungan yang mendukung
memiliki peranan besar dalam patogenesis infeksi. Infeksi dapat mencapai selaput otak
melalui beberapa cara: (Liechti dkk., 2015; Barichello dkk., 2013).

a. Aliran darah (hematogen) karena adanya infeksi di tempat lain seperti faringitis,
tonsilitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi. Meningitis bakterialis sebagian besar
terjadi akibat penyebaran hematogen, dimana bakteri melekat pada sel epitel
mukosa sebagai port the entry kemudian memperbanyak diri dalam aliran darah
serta menimbulkan bakterimia. Bakterimia dapat berlanjut masuk ke dalam
cairan serebrospinal (melewati sawar darah otak) dan memperbanyak diri dalam
cairan serebrospinalsehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak(meningen)
dan otak.
b. Perluasan langsung dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi dari sinus
paranasalis, mastoid, abses otak dan sinus kavernosus.
c. Implantasi langsung dapat terjadi pada trauma kepala terbuka, tindakan bedah
otak atau pungsi lumbal.
d. Meningitis pada neonatus dapat terjadi oleh karena aspirasi cairan amnion yang
terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir atau oleh kuman yang normal ada pada jalan
lahir.

Meningitis bakterialis dimulai dari masuknya bakteri ke dalam susunan saraf pusat
melalui makrovaskular otak atau pleksus koroid. Sawar darah otak normal terdiri atas sel
endotel dari kapiler darah otak. Astrosit akan membentuk tight junction yang padat yang
menghalangi lewatnya zat terlarut dalam darah (elektrolit dan protein) atau sel sehingga
lingkungan ekstrasel otak akan terpisah dari darah dan mencegah terpajannya sel saraf
terhadap perubahan elektrolit, transmiter, hormon, faktor pertumbuhan dan reaksi imun
(Srinivasan dkk., 2016). Pada bayi dan anak dengan meningitis, tight junction terbuka
sehingga bakteri masuk dalam cairan serebrospinal, terjadi reaksi radang dan menyebabkan
permeabilitas sawar darah otak semakin meningkat. Bakteri yang masuk akan bereplikasi,
tersebar secara pasif mengikuti aliran cairan serebrospinal melalui sistem ventrikel ke seluruh
ruang subaraknoid (Srinivasan dkk., 2016).

Bakteri yang berkembang biak atau lisis melepaskan dinding sel/komponen membran sel
menyebabkan kerusakan jaringan otak serta menimbulkan peradangan di selaput meningen.
Komponen membran sel dari bakteri merangsang sel endotel dan makrofag di susunan saraf
pusat (sel astrosit dan mikroglia) memproduksi mediator inflamasi seperti interleukin-1 (IL-
1) dan tumor necrosis factor (TNF). Mediator inflamasi berperan dalam proses awal dari
beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang selanjutnya
mengakibatkan menurunnya aliran darah otak. Toksin dari bakteri awalnya menimbulkan
hiperemi pembuluh darah selaput otak disertai migrasi neutrofil ke ruang subaraknoid,
selanjutnya merangsang timbulnya kongesti dan meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah, mempermudah adhesi sel fagosit dan sel polimorfonuklear untuk menembus pembuluh
darah melalui tight junction dan memfagosit bakteri. Peningkatan tekanan intrakranial
menyebabkan penurunan aliran darah otak.
Penurunan autoregulasi (penurunan tekanan darah <60 mmHg sistole) dan kejang akan
menurunkan tekanan perfusi serebral menyebabkan iskemi dan kerusakan pada sel saraf
sehingga menimbulkan gejala sisa. Gangguan aliran darah otak dan peningkatan tekanan
intrakranial akan menyebabkan peningkatan kadar asam laktat dan penurunan pH cairan
serebrospinal yang disebabkan metabolisme anaerobik. Keadaan ini menyebabkan
penggunaan glukosa meningkat dan berakibat timbulnya glukosa CSS rendah (Prasad dkk.,
2014; Aggrawal dkk., (2017).

Bakteri mencapai SSP bisa secara hematogen atau melalui penyebaran secara langsung
dari regio yang berdekatan. Pada bayi dan anak berbagai organisme yang menyebabkan
meningitis berkolonisasi pada saluran pernafasan bagian atas, kemudian terjadi bakterimia
dan selanjutnya patogen berpenetrasi ke sawar darah otak untuk masuk ke dalam ruang sub-
arachnoid. Inokulasi langsung organisme ke dalam SSP dapat terjadi pada kondisi trauma
kepala, adanya defek seperti meningomyelocele atau adanya perluasan dari fokal infeksi
supuratif di parameningeal. Protein pada permukaan bakteri yang telah diketahui dapat
memfasilitasi invasinya ke dalam sawar darah otak adalah protein E. Coli IbeA, IbeB dan
ompA; protein S.pneumoniae CbpA; dan protein N. Meningitidis Opc, Opa, dan PilC, yang
merupakan villi protein (Chavez-Bueno, 2005). Inflamasi yang intensif terjadi akibat produk
produk bakteri seperti lipopolisakarida (LPS) dari bakteri gram negatif atau peptidoglikan
dari bakteri gram positif yang menetap setelah bakteri dihancurkan oleh respon host dan
terapi antibiotika. Substansi ini menginduksi produksi berbagai mediator inflamasi oleh
astrositosit, sel glia, sel ependymal, dan sel endotel. Mediator inflamasi yang terlibat
diantaranya: tumor necrosis factor α (TNF-α); interleukin (IL)-1, IL-6, I8 dan IL-10;
makrofag menginduksi protein 1 dan 2 dan mediator lain seperti nitric oxide, matrix
metalloproteinase-2 dan prostaglandin (Chavez-Bueno, 2005).Meningitis bakterialis khas
ditandai oleh pleositosis dalam CSS dengan predominan polimorfonuklear (PMN).
Rekruitmen leukosit merupakan kunci proteksi respon imun melawan invasi mikroorganisme,
tetapi bukti bukti penelitian menunjukkan bahwa akumulasi leukosit juga berkontribusi
penting dalam terjadinya kerusakan jaringan otak pada infeksi meningitis bakterialis

Pemeriksaan Mikrobiologi

Pengecatan Gram Pemeriksaan pengecatan Gram CSS merupakan pemeriksaan penting


yang dapat dilakukan dengan cepat, tidak mahal dan cukup valid untuk menilai adanya
bakteri dalam CSS. Pengecatan gram juga dapat memberikan gambaran genus dan spesies
bakteri penyebab. Pengecatan gram memiliki sensitivitas 90% dan spesifisitas 97% dalam
diagnosis meningitis bakterialis. Kelemahan pengecatan gram adalah memerlukan jumlah
sampel yang lebih banyak untuk memperoleh hasil yang baik dan manfaat pengecatan gram
dapat menurun 20% pada pasien yang sebelumnya telah mendapatkan terapi antibiotika
(Brouwer dkk., 2012).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat

a. Waktu :
1. Pembuatan media Thayer Martin dan media Stuart
Hari Kamis, 13 Desember 2018
2. Penanaman pada media Thayer Martin
Hari Jumat, 17 Desember 2018
3. Pengamatan bakteri yang tumbuh pada media Thayer Martin
Hari Senin, 18 Desember 2018
4. Pembuatan media gula- gula dan penanaman pada media gula- gula serta uji
katalase
Hari Selasa , 19 Desember 2018
5. Pengamatan uji gula- gula, uji oksidase
Hari Rabu , 20 Desember 2018
b. Tempat :
Laboratorium Bakteriologi Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar

3.2. Alat dan Bahan

1. Alat :
 Api Bunsen
 Ose
 Incubator
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Mikroskop
 Objek glass
 Petri dish
 BSC
 Spuite
2. Bahan :
 Aquades
 Alcohol
 Kapas
 Tissue
 Reagen oksidase
 Reagen koagulase
 Cat gram
 Antibiotic colistin
 Antibiotic nysitin
 darah
 Darah
 Media Thayer Martin
 Media Gula – gula
 APW
 Media Stuart

3.3. Cara Kerja

a. Media Thayer Martin


1. Media ditimbang sebanyak 8 gram dan dilarutkan dengan 200 mL aquades.
2. Media yang telah dicampur dihomogenkan dengan hotplate dan magnetic stirrer.
3. Kemudian media di sterilisasi dengan autoclave.
4. Lalu media didinginkan kemudian dimasukkan darah sebanyak 5 % dari jumlah
media , jadi darah yang ditambahkan sebanyak 10 mL
5. Media dipanaskan dengan waterbath selama 1 jam dengan suhu 56 0C
6. Kemudian ditambahkan antibiotic kolistin dan nistin.
b. APW
1. APW ditimbang sebanyak 7,5 gr
2. Dilarutkan APW dengan aquades hingga mencapai 250 mL
3. Lalu dihomogenkan dengan menggunakan hot plate dan magnetic stirrer
c. Media gula – gula
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat media.
2. Media gula – gula ditimbang sebanyak 2,5 gram dengan neraca analitik.
3. Media gula-gula yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan menggunakan APW sebanyak 20 ml.
4. Kemudian dihomogenkan dengan menggunakan hotplate dan stirer.
5. Setelah media dihomogenkan kemudian masing-masing media ditambahkan
indicator BTB 1 ml hingga berwarna biru.
6. Setelah tercampur dengan Indikator BTB, media dipindahkan ke dalam tabung
reaksi yang telah terisi tabung durham, masing –masing diisi sebanyak 5 ml.
7. Kemudian media di autoclave pada suhu 1210C.
d. Pewarnaan gram
1. Objek glass difiksasi dengan cara melewatkan objek glass diatas api Bunsen.
2. Diteteskan NaCl diatas objek glass.
3. Ose difiksasi terlebih dahulu kemudian koloni bakteri tunggal diambil dan
dipindahkan ke objek glass.
4. Kemudian dihomogenkan dengan NaCl.
5. Preparat dikeringkan dan setelah kering difiksasi kembali.
6. Prosedur pewarnaan
 Diteteskan gential violet kemudian didiamkan selama 1 menit kemudian
dibilas dengan air.
 Diteteskan logol dan didiamkan selama 1 menit kemudian dibilas dengan
air.
 Diteteskan asam alcohol dan didiamkan selama 30 detik dan dibilas
dengan air.
 Diteteskan carbol fuchin dan didiamkan selama 45 detik kemudian dibilas
kembali.
7. Setelah preparat diwarnai, preparat dikeringkan dan diamati dibawah mikroskop.
e. Uji Katalase
1. Teteskan 1 – 2 tetes H2O2 diatas objek glass.
2. Koloni bakteri diambil dengan ose kemudian dicampurkan dengan H2O2.
3. Diamati ada atau tidaknya gelembung. Jika terbentuk gelembung maka uji
katalase positif, sebaliknya jika tidak ada gelembung maka uji katalase negatif.
f. Uji gula- gula
1. Jarum ose difiksasi terlebih dahulu sampai berwarna merah (pijar).
2. Setelah ose difiksasi, koloni bakteri pada media Thayer martin diambil dan
difiksasi di dekat api bunsen.
3. Media yang berisi koloni kemudian dipilih dan diambil dengan jarum ose. Setelah
itu hapusan bakteri dimasukkan ke dalam media gula-gula dengan cara
mencelupkan ose kemudian dikocok ose tersebut di dalam media gula – gula.
4. Kemudian diinkubasi pada inkubator dengan suhu 370C selama 24 jam.
5. Koloni yang tumbuh pada media gula-gula diamati reaksi yang terjadi.
g. Uji Oksidase
1. Bakteri yang telah tumbuh pada media Thayer martin ditempel dengan
menggunakan kertas oxidase test strip.
2. Kemudian diinkubasi pada inkubator dengan suhu 370C selama 24 jam.
3. Jika oksidase positif maka akan terjadi perubahan warna menjadi biru. Sedangkan
bila tidak terjadi perubahan warna menjadi biru maka oksidase negatif.
h. Media stuart
1. Ditimbang sebanyak 1,6 gram
2. Lalu dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 mL pada erlemeyer
3. Dihomogenkan menggunakan stirrer
4. Lalu digunakan sebagai media transport
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
No Gambar Keterangan
1 Uji gula – gula (glukosa).
Pada uji ini, media glukosa tidak berubah
warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang
artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan
asam, tidak memfermentasi glukosa dan
tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji
ini dinyatakan negative
2 Uji gula – gula (laktosa)
Pada uji ini, media laktosa tidak berubah
warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang
artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan
asam, tidak memfermentasi laktosa dan
tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji
ini dinyatakan negative

3 Uji gula – gula (maltose)


Pada uji ini, media maltosa tidak berubah
warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang
artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan
asam, tidak memfermentasi maltosa dan
tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji
ini dinyatakan negative
4 Uji gula – gula (manitol)
Pada uji ini, media manitol tidak berubah
warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang
artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan
asam, tidak memfermentasi manitol dan
tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji
ini dinyatakan negative
5 Uji gula – gula (sacarosa)
Pada uji ini, media sacarosa tidak berubah
warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang
artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan
asam, tidak memfermentasi sacarosa dan
tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji
ini dinyatakan negative.
6 Gambar koloni bakteri yang tumbuh pada
media Thayer Martin yang ditanam dengan
metode 4 kuadran
7 Pada uji katalase, setelah bakteri ditetesi
dengan H2O2 ditemukan adanya
gelembung yang terbentuk sehingga hasil
uji katalase dinyatakan positif

8 Uji oksidase Pada uji oksidase didapatkan hasil negatif


9 Pewarnaan gram Didapatkan bakteri diplococcus gram
negatif

4.2 PEMBAHASAN
Gonorrhoeae merupakan penyakit yang mempunyai insiden yang tinggi diantara
Infeksi Penyakit Menular Seksual (PMS). Infeksi ini terjadi secara luas di seluruh dunia
dengan prevalensi yang lebih tinggi di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia
(Jawas, 2008). Masa inkubasi gonorrhoeae pada wanita sulit ditentukan. Gambaran klinis dan
perjalanan penyakit gonorrhoeae pada wanita berbeda dari pria, karena adanya perbedaan
anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Lebih dari 50% wanita yang menderita
servisitis gonorrhoeae bersifat asimtomatis. Pada umumnya wanita datang berobat kalau
sudah terjadi komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan
antenatal atau pemeriksaan Keluarga Berencana. Oleh karena itu, penapisan terhadap wanita
risiko tinggi merupakan komponen yang penting untuk mengontrol gonorrhoeae (Tille,
2014).
Beberapa faktor predisposisi tingginya angka kejadian gonorrhoeae, antara lain
tingkat penularan yang tinggi, masa inkubasi pendek, tingkat karier asimtomatis yang tinggi,
tidak adanya imunitas protektif, meningkatnya resistensi terhadap antibiotik, dan perubahan
perilaku seksual. Prevalensi servisitis gonorrhoeae di kalangan perilaku seksual risiko tinggi,
yaitu penjaja seks komersial wanita (PSKW) di wilayah lokalisasi, termasuk di Kota Ternate.
Penentuan diagnosis penyakit gonorrhoeae dengan pemeriksaan mikrobiologis, mencari
mikroorganisme penyebab penyakit gonorrhoeae yaitu bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Keberadaan bakteri diplococcus Gram negatif intraseluler di dalam lendir endoservix
menunjukkan telah terjadi infeksi patogen, karena bakteri ini bukan anggota flora normal
vagina. Infeksi oleh bakteri ini menimbulkan penyakit gonorrhoeae yang terutama
menyerang saluran urogenital pada laki-laki dan perempuan, dapat pula menginfeksi
permukaan mukosa lainnya (mukosa konjunctiva mata, mukosa mulut, mukosa faring,
mukosa rektum) dan dapat pula menyebar ke persendian (meskipun jarang).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai
jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Meningitis dibagi menjadi dua golongan
berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis
purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai
cairan serebrospinal yang jernih (E. Nurdin, 2017). Struktur koloni bakteri ini terdiri dari
minimal 8 golongan sero menigokokus (A, B, C, D W-135, X, Y dan Z). Golongan telah
dikenal melalui kekhusuan imunologi dari masing-masing kapsul polisakaridanya. Pada
polisakarida golongan A adalah suatu polimer dari suatu N-asetilmanosamin fosfat.
Sedangkan polisakarida golongan C adalah suatu polimer dari asam N asetil O
asetineuraminat.
Untuk antigen meningokokus ini dapat ditemukan dalam darah dan cairan
serebrospinal. Pada belahan dunia bagian barat penyakit meningitis yang disebabkan oleh N.
meningitidis ini terutama disebabkan oleh meningokous golongan B, C, W-135 dan Y,
sedangkan di afrika penyakit ini disebabkan oleh golongan A.

Pada praktikum ini dilakukan identifikasi bakteri Neisseria dengan sampel swab
vagina dan sampel cairan otak ( 3 sampel swab vagina dan 4 sampel cairan otak). Bakteri
Neisseria berbentuk kokus, Gram negatif. Jenis bakteri dari genus ini ada yang patogen dan
non-patogen. Jenis yang patogen Neisseria gonorrheae menyebabkan penyakit gonore dan
Nisseria menginitidis menybabkan penyakit meningitis. Sedangkan yang tidak patogen N.
Bacilliformis, N. Cinerea, N. elongata, N. lactamica, N. mucosa, N. flava dan masih banyak
lagi jenis yang lainnya. Bakteri Neisseria yang biasanya terdapat pada sampel swab vagina
yaitu bakteri Neisseria Gonorrhoeae dan bakteri Neisseria yang biasanya terdapat dalam
sampel cairan otak yaitu bakteri Neisseria Meningitidis.
Genus Neiseria merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk diplococcus dan
memiliki diameter sekitar 0,8 μm, koloni berbentuk bulat, tepian koloni berkarang, koloni
berwarna putih, mampu memfermentasikan laktosa dan sukrosa, tidak menghasilkan gas
dalam metabolismenya, menggunakan sitrat sebagai salah satu sumber karbon, bersifat
nonmotil (tidak bergerak) dan tidak membentuk spora. Neisseria gonorrhoeae memiliki sifat
aerob (Brooks et al., 2013). Klasifikasi bakteri ini berdasarkan buku identifikasi bakteri
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology Seventh Edition (Robert S. Breed et al,
1957) adalah Filum Proteobacteria, Classis Betaprotoebacteria, Ordo Neisseriales, Familia
Neisseriaceae, Genus Neisseria. Menurut Holt, et al (1994) genus Neiseria memiliki ciri ciri
berbentuk kubus dan coccus, tersusun dalam bagian atau berkelompok/berkumpul, nonmotil,
temperature optimumnya berkisar antara 37°C, tergolong kedalam spesies parasit. Prasetya
(2011) menambahkan bahwa Neiseria memiliki aktivitas enzim hidrolitik pada substrat
cellulose acetate, CMC, dan xylan (Hardianti et al., 2016).
Bakteri Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri diplokokus gram negatif yang aerob
dan berbentuk seperti biji kopi. Terletak intraselular yang biasanya terdapat di dalam leukosit
polimorfonuklear. Bakteri tersebut memilki diameter sekitar 0,8 µm. Selain itu, kuman ini
tidak motil dan tidak berspora. Suhu 35°C-37°C dan pH 7,2- 7,6 merupakan kondisi optimal
untuk bakteri Neisseria gonorrhoeae tumbuh. Secara morfologik gonokokok ini terdiri atas
4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang.
Neisseria gonorrhoae merupakan organisme fastidious (membutuhkan nutrisi dan
lingkungan yang khusus). Bakteri ini memiliki syarat pertumbuhan yang kompleks yaitu
inkubasi pada suhu 37°C, tumbuh optimal pada pH 7,4 dan atmosfir udara dengan
konsentrasi CO2 pada udara sebesar 5%. Pada media pertumbuhan Neisseria gonorrhoeae
juga harus mengandung substansi organik seperti darah yang dipanaskan, hemin dan protein
hewani. Pertumbuhan bakter ini dapat dihambat oleh beberapa zat beracun yang terkandung
di dalam media yaitu, asam lemak atau garam. Neisseria gonorrhoeae dapat dengan cepat
mati akibat pengeringan, sinar matahari, suhu tinggi, dan banyak desinfektan (Brooks et al.,
2013).
Bakteri Neisseria meningitis (meningokokus) memiliki ciri identik pada warna dan
karakteristik morfologinya dengan Neisseria gonorrhoeae. Ciri khas bakteri ini adalah
berbentuk diplokokus gram negative, berdiameter kira-kira 0,8 μm. Neisseria meningitis
tidak bergerak (nonmotil) dan tidak mampu membentuk spora. Masing-masing dari
kokusnya berbentuk seperti ginjal dengan bagian yang rata atau cekung berdekatan. Bakteri
meningokokus ini dapat mengalami otolisis dengan cepat, hal ini khususnya dalam
lingkungan alkali.
Dari karakteristik bakteri Neisseria yang sudah diketahui, maka untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya bakteri Neisseria pada sampel swab vagina dan sampel
cairan otak dapat dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium seperti kultur atau
penanaman pada media selektif seperti Thayer-Martin modifikasi, pewarnaan gram, uji gula –
gula, uji oksidase dan uji katalase.
Spesimen yang akan digunakan sebagai kultur tidak diperbolehkan dikirim dalam
keadaan swab kering, namun harus diinokulasikan ke dalam media transport (Brooks et al.,
2013). Media transport yang dapat digunakan adalah Media Stuart untuk pengiriman sampel
swab ke laboratorium. Meskipun bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat bertahan pada media
ini selama 6-12 jam, namun viabilitas isolat menurun dengan cepat dan tidak mungkin pulih
setelah melewati waktu 24 jam (Brooks et al., 2013). Media stuart digunakan karena media
ini merupakan media transport atau media yang digunakan agar mikroorganisme masih tetap
hidup sebelum ditanam pada media pertumbuhannya. Media ini berbentuk semi solid dan
bisa digunakan untuk bakteri gram negative dan bakteri gram positif sehingga media ini
sering digunakan sebagai media transport. (Himedia, 2016)
Dari media stuart, sampel swab vagina ditanam pada media Thayer martin, sedangkan
sampel cairan otak langsung ditanam pada media Thayer martin dengan metode 4 kuadran
agar mendapat koloni tunggal sehingga mudah untuk dilakukan uji yang selanjutnya. Setelah
ditanam, media diinkubasi dengan suhu 37°C. Media Thayer martin dibuat dengan
penambahan darah manusia dengan golongan darah O. Media Thayer martin hampir sama
dengan media agar coklat. Bedanya, pada media Thayer martin ditambahkan anti biotic,
sedangkan pada media agar coklat tidak ditambahkna anti biotic. Agar coklat dibuat dengan
cara melarutkan media Blood Agar Plate menggunakan aquadest lalu media disterilkan pada
autoklaf dengan suhu 121°C selama 15 menit. Lalu didiamkan beberapa saat dan
ditambahkan dengan darah sebanyak 5-10% lalu dipanaskan supaya darah berubah menjadi
coklat. Pada pembuatan media Thayer martin, perbedaannya hanya dengan menambahkan
antibiotic seperti vancomycin, colistin dan nysitin. Vancomycin dan colistin adalah agen
selektif yang menghambat pertumbuhan bakteri kokus gram positif dan basil gram negative.
Sementara nysitin mampu menghambat pertumbuhan candida albicans. (Aulia 2013)
Namun pada praktikum, pembuatan media Thayer Martin hanya ditambahkan dua
jenis anti biotic yaitu Colistin (untuk menghambat bakteri lain yang tidak diinginkan) dan
anti biotic Nysitin yang berfungsi untuk menghambat tumbuhnya jamur pada media. Pada
pembuatan media Thayer martin, sebenarnya penggunaan darah kambing lebih dianjurkan dari pada
penggunaan darah manusia. Hal tersebut dikarenakan darah manusia mengandung antikoagulan dan
antibody yang dapat mengganggu pertumbuhan bakteri (Aulia 2013). Setelah diinkubasi selama 24
jam, media Thayer Martin yang diinkubasi diamati, jika terdapat koloni bakteri maka koloni
tersebut diwarnai dengan pewarnaa gram. Dengan penggunaan 7 sampel (3 sampel swab
vagina dan 4 sampel cairan otak) hanya 2 sampel yang menunjukkan adanya pertumbuhan
yaitu sampel cairan otak. Hal itu menandakan pada sampel swab vagina tidak ditemukan
adanya bakteri Neisseria. Karena pada media Thayer Martin yang ditanami sampel swab
vagina tidak ada pertumbuhan bakteri maka uji lanjutan hanya dilakukan pada 2 sampel
cairan otak yang dicurigai mengandung bakteri Neisseria.
Pewarnaan Gram dilakukan pada setiap koloni dan diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 100x. Bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu sedangkan bakteri
Gram negative berwarna merah (Fajar, 2015). Pewarnaan gram dilakukan dengan pengaplikasian
pewarna dasar yaitu kristal violet. Pewarnaan kedua dilakukan dengan menambahkan iodium, pada
tahap ini semua bakteri akan berwarna biru. Tahap yang ketiga yaitu pemberian pewarna ketiga yaitu
alkohol, bakteri Gram positif akan mempertahankan warna biru dari kristal violet, sedangkan warna
biru yang berasal dari kristal violet pada bakteri Gram negatif akan luntur sehingga bakteri menjadi
tidak berwarna. Tahap terakhir adalah pemberian pewarna kontras yaitu pewarna carbol fuchin
sehingga bakteri Gram negatif yang tidak berwarna akan berwarna merah yang berasal dari pewarna
carbol fuchin. (Brooks et al., 2013). Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil
pewarnaan yang baik adalah (1) umur biakan sebaiknya 18-24 jam; (2) zat warna yang digunakan
dalam memiliki kualitas yang baik; (3) hapusan bakteri yang dibuat preparat harus sedemikian tipis
sehingga dapat memperlihatkan morfologi bakteri setelah diwarnai. Pada Pewarnaan gram bakteri
Neisseria gonorrhoeae akan terlihat berwarna merah (Gram negatif) dan berbentuk gonokokus
(Brooks et al., 2013).
Pada praktikum, hasil pewarnaan gram menunjukkan adanya bakteri cocus gram
negative yang ditandai dengan warna merah pada bakteri. Hasil ini sesuai dengan
karakteristik bakteri Neisseria sehingga dilakukan uji lanjutan.
Uji yang selanjutnya yaitu uji katalase. Uji katalase dilakukan untuk mengetahui sifat
bakteri dalam menghasilkan enzim katalase dengan menggunakan reagen hidrogen peroksida
(H2S2) 3 %, Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena menginaktifkan enzim
dalam sel. Katalase merupakan enzim yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan
hidrogen peroksida menjadi H2O dan O2 sehingga tidak berbahaya lagi. Adapun prosedurnya
adalah diambil isolate murni bakteri dengan jarum ose steril, goreskan isolate pada slide
glass, teteskan H2O2 3% pada goresan isolate di slide glass, amati pembentukan gelembung
udara yang terjadi pada saat koloni bakteri bercampur atau bereaksi dengan H2O2 3%.
Katalase bersifat (+) akan terjadi gelembung udara dan katalase bersifat negatif (-) jika tidak
terjadi gelembung udara (Aulia 2013).
Pada praktikum, hasil uji katalase bakteri tersebut adalah positif karena terdapat
gelembung udara saat bakteri dicampurkan dengan H2O2. Hasil ini sesuai dengan
karakteristik bakteri Neisseria sehingga dilakukan uji lanjutan.
Uji oksidase adalah suatu uji yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu
mikroorganisme untuk menghasilkan enzim oksidase yang dihasilkan melalui sistem oksidasi
sitokrom secara molekuler. Uji oksidase berguna untuk mengidentifikasi bakteri Enterobacter
yang menghasilkan uji oksidase negatif, dengan pseudomonas yang menghasilkan uji
oksidase positif. Uji oksidase ini juga merupakan kunci identifikasi dari bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang menghasilkan uji oksidase positif (Pradnyadhita, 2018)
Uji oksidase pada bakteri dilakukan dengan menggunakan paper oksidase yang dapat
dilihat dari perubahan warna yang terjadi pada paper oksidase. Pada pengujian, paper
oksidase ditempelkan pada koloni bakteri. Oksidase bersifat (+) akan terjadi perubahan warna
ungu dan oksidase bersifat negatif (-) jika tidak ada perubahan warna pada paper oksidase.
(Aulia 2013).
Pada uji oksidase, menunjukkan hasil negative karena warna paper oksidase tida
berubah. Hal ini juga sesuai dengan karakteristik bakteri Neisseria. Oleh sebab itu dilakukan
uji selanjutnya.
Uji yang terakhir yaitu uji gula – gula. Uji gula – gula merupakan uji yang digunakan
untuk mengetahui jenis gula yang mampu difermentasi oleh bakteri uji untuk
metabolismenya. Berdasarkan uji gula – gula hasil positif akan ditandai dengan perubahan
media yang semula berwarna biru karna penambahan indicator BTB berubah menjadi warna
kuning. Perubahan medium menjadi berwarna kuning dikarenakan fermentasi karbohidrat
yang menghasilkan asam dan merubah warna indicator. (Rico, 2016)
Fermentasi karbohidrat adalah proses metabolism oleh molekul organik yang
bertindak memberikan donor electron serta satu atau lebih produk organic yang bertindak
sebagai penerima electron. Pada uji gula – gula digunakan juga tabung durham. Tabung
durham diletakkan terbalik pada masing – masing tabung yang berisi media gula – gula
sebagai indicator adanya produksi gas. Produksi gas ditunjukkan dengan adanya gelembung
pada tabung durham. (Leboffe, 2011).
Pada praktikum, tidak terjadi perubahan warna menjadi kuning pada media gula –
gula yang menandakan bakteri tersebut tidak memfermentasi karbohidrat menjadi asam. Hal
ini tidak sesuai dengan karakteristik bakteri Neisseria yang memfermentasikan laktosa dan
sukrosa.
KESIMPULAN
Praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada
 Uji gula – gula (glukosa).
Pada uji ini, media glukosa tidak berubah warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan asam,
tidak memfermentasi glukosa dan tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji ini dinyatakan
negative
 Uji gula – gula (laktosa)
Pada uji ini, media laktosa tidak berubah warna menjadi kuning dan tidak terdapat gelembung
gas pada tabung durham yang artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan asam, tidak
memfermentasi laktosa dan tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji ini dinyatakan
negative
 Uji gula – gula (maltose)
Pada uji ini, media maltosa tidak berubah warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan asam,
tidak memfermentasi maltosa dan tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji ini dinyatakan
negative
 Uji gula – gula (manitol)
Pada uji ini, media manitol tidak berubah warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan asam,
tidak memfermentasi manitol dan tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji ini dinyatakan
negative
 Uji gula – gula (sacarosa)
Pada uji ini, media sacarosa tidak berubah warna menjadi kuning dan tidak terdapat
gelembung gas pada tabung durham yang artinya bakteri tersebut tidak menghasilkan asam,
tidak memfermentasi sacarosa dan tidak menghasilkan gas. Sehingga pada uji ini dinyatakan
negative.
 Pada uji katalase, setelah bakteri ditetesi dengan H2O2 ditemukan adanya gelembung
yang terbentuk sehingga hasil uji katalase dinyatakan positif
 Pada uji oksidase didapatkan hasil negatif
 Pada pewarnaan gram didapatkan bakteri diplococcus gram negatif
DAFTAR PUSTAKA

Adita Novianti, 2015. “IDENTIFIKASI BAKTERI KOKUS GRAM POSITIF”. (Diakses


pada 21 November 2018).

Analis Kesehatan Indonesia, 2014. “Selektif dan Diferensial Media” .(Diakses pada 20
November 2018). “IDENTIFIKASI BAKTERI GRAM POSITIF (+)”. (Diakses pada 20
November 2018).

Anisah .2015. Pengenalan Media dan Koloni Jamur.Sumber


http://eprints.ums.ac.id/38852/21/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses pada : 20
November 2018.

Aulia R. 2012. Optimalisasi Agar Coklat Darah Manusia Sebagai Media Uji Sensitivitas
Antibiotik Terhadap Haemophilus Influenzae : Peran Packed Red Cell Dan Pencucian
Eritrosit Sebanyak Empat Kali”. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2012

Hardianti, Nia dkk. 2016. “Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pada Sampah Organik Pasar
Kota Pekanbaru dan Potensinya Sebagai Rancangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Biologi
SMA”. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

HIMEDIA.2016.” Stuart Transport Medium (Transport Medium, Stuart) M306”.


HiMedia Laboratories Pvt. Ltd. A-516,Swastik Disha Business Park.

Pradnyadhita, Ardhia. 2018. “Identifikasi dan Uji Sensitivitas Bakteri Neisseria


Gonorrhoeae Terhadap Antibiotik Sefiksim Pada Pekerja Seks Komersial Di Puskesmas II
Denpasar Selatan”. Politeknik Kesehatan Denpasar
LEMBAR PENGESAHAN

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

( I Nyoman Jirna, SKM., M. Si) (I Nyoman Mastra, SKM., S.Pd., M.Si)

Dosen Pembimbing

( Burhannuddin, S.Si., M. Biomed )

Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa

(Ni PutuYuliWidiantari) (Komang Rani Sonia) (Ni Made SukmaWijaYanti)

Mahasiswa Mahasiswa

(Desak Gede Dwi Agustini) (Ni Putu Ayu Dani Savitri)

Anda mungkin juga menyukai