MODUL PDP 2017 FNL PDF
MODUL PDP 2017 FNL PDF
Pelatihan Pratugas
PENDAMPINGAN DESA
PEMBERDAYAAN
KOMPETENSI KHUSUS
PENDAMPING DESA
PEMBERDAYAAN
EVALUASI PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA
Pokok Bahasan 1
EVALUASI PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA
PB Rencana Pembelajaran
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam perencanaan keuangan
desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam perencanaan keuangan
desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen perencanaan keuangan
desa.
Waktu
3 JP (135 menit)
Metode
Refleksi, Umpan balik, Curah Pendapat, Kerja Kelompok.
Media
Lembar Umpan Balik, Dokumen RKP Desa, Dokumen APB Desa,
Bahan Bacaan, Video Grafis
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
4. dst
Faktor-
Tahap Pelaksanaan Prinsip Tindakan
No Prinsip faktor
Kegiatan Perbaikan
Baik Kurang Penyebab
1 Partisipasi
2 Transparansi
3 Spesifik
4 Terukur
5 Akurat
6 Realistis
7 Tepat Waktu
Pengantar
Pengelolaan Keuangan Desa sebagai rangkaian kegiatan, diawali dengan kegiatan
Perencanaan, yaitu penyusunan APBDesa. Dengan demikian, penting untuk memahami
secara tepat berbagai aspek APBDesa: fungsi, ketentuan, struktur, sampai mekanisme
penyusunannya, sebagaimana diuraikan pada Bab ini.
Pengertian
Secara umum, pengertian perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk
memperkirakan pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan
datang. Dalam kaitannya dengan Pengelolaan Keuangan Desa, perencanaan dimaksud
adalah proses penyusunan APBDes.
Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab I, penyusunan APBDesa berdasar pada
RKPDesa, yaitu rencana pembangunan tahunan yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa (Perdes). Dengan demikian, APBDesa yang juga ditetapkan dengan Perdes,
merupakan dokumen rencana kegiatan dan anggaran yang memiliki kekuatan hukum.
Fungsi APB Desa
Sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum, APBDesa menjamin kepastian
rencana kegiatan, dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait,
untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah ditetapkan, serta menjamin
tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu yang pasti, untuk melaksanakan
rencana kegiatan dimaksud. APBDesa menjamin kelayakan sebuah kegiatan dari segi
pendanaan, sehingga dapat dipastikan kelayakan hasil kegiatan secara teknis.
Ketentuan Penyusunan APB Desa
Apa saja yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan APBDes?
Dalam menyusun APBDes, ada beberapa ketentuan yag harus dipatuhi:
B. Belanja Desa
Belanja desa, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka
mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.
Kelompok Jenis Kegiatan Jenis Belanja dan Rincian Belanja
Belanja (Sesuai RKP Desa)
Penyelenggaraan a. Kegiatan Belanja Pegawai
Pemerintahan Pembayaran 1. Pembayaran penghasilan tetap
Desa Penghasilan Kepala Desa (1 org)
Tetap dan Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus, dll
Tunjangan mis. 11 org)
2. Pembayaran tunjangan
Kepala Desa
Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus)
BPD (mis: 5 org)
3. Insentif RT dan RW (mis: 5 RW, 25 RT)
Belanja Tak
Terduga
Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Penerimaan a. Sisa lebih perhitungan anggaran Pelampauan penerimaan
Pembiayaan (SiLPA) tahun sebelumnya pendapatan terhadap belanja
b. Pencairan Dana Cadangan Penghematan belanja
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang Sisa dana kegiatan lanjutan.
dipisahkan.
Pengeluaran a. Pembentukan Dana Cadangan Kegiatan yang penyediaan
Pembiayaan b. Penyertaan Modal Desa. dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya
dibebankan dalam satu tahun
anggaran.
Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Perencanaan
Perencanaan adalah awal dari sebuah kegiatan. Bila perencanaan itu dilakukan dengan
tepat dan baik, akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan dan
kemudian hasil kegiatan. Ketepata perencanaan itu akan terjamin bila dalam prosesnya
benar-benar mengacu pada ketentuan dan didasarkan pada azas-azas Pengelolaan
Keuangan Desa. Bagaimana agar azas-azas itu mewujud dalam proses perencanaan?
Tabel di bawah ini, mencoba memberikan gambaran.
Asas Penerjemahannya dalam Yang dibutuhkan …
Perencanaan
Partisipasi Pemerintah Desa membuka Komitmen Kepala Desa untuk
ruang/mengikutsertakan melibatkan masyarakat secara
masyarakat dalam menyusun RKP optimal
Desa maupun Rancangan APBDesa Warga masyarakat yang
BPD melakukan konsultasi dengan memahami ketentuan
masyarakat sebelum membahas mauoun teknis penyusunan
Rancangan APBDesa bersama APBDesa
Pemerintah Desa Aturan dan mekanisme kerja
Masyarakat memberikan masukan BPD yang memastikan adanya
kepada Pemerintah Desa dan/atau konsultasi publik
BPD Tata kerja BPD untuk
menyerap dan menampung
aspirasi masyarakat.
Transparansi Mengumumkan, menginformasikan Sosialisasi dilakukan secara
jadwal, agenda, dan proses resmi oleh Pemerintah Desa
perencanaan, serta hasil perencanaan dan BPD
secara terbuka kepada masyarakat Sarana prasarana
penyebartahuan informasi
Warga peduli informasi
Akuntabel Proses (tahap kegiatan) dilakukan Mengumumkan,
sesuai ketentuan menyosialisasikan ketentuan
Kegiatan dilakukan oleh pihak yang dan proses peyusunan
berkompeten APBDesa
Rencana disusun berdasarkan Pembahasan Rancangan
aspirasi masyarakat dan data APBDesa dilakukan secara
Rencana disepakati oleh para pihak terbuka, dalam arti dapat
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam pelaksanaan keuangan
desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam pelaksanaan keuangan
desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen pelaksanaan keuangan
desa
Waktu
2 JP (90 menit )
Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi dan Kerja
Kelompok.
Media
Lembar Umpan Balik, Dokumen RPD, SPP dan Buku Bantu Kegiatan,
Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil dan proses dari pembelajaran sub
pokok bahasan “Pelaksanaan Keuangan Desa”.
Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam fasilitasi
pelaksanaan keuangan Desa.
Kegiatan 2: Diskusi Kelompok menguraikan faktor-faktor kritis
3. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok.
4. Minta setiap kelompok berdiskusi (gunakan Lembar Kerja 1.2.1).
5. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
6. Minta kelompok lain menanggapi.
7. Berikan penegasan (Media Fasilitasi 1.2.1).
Kegiatan 3: Kerja kelompok evaluasi dokumen pelaksanaan
8. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok.
9. Bagikan dokumen RPD, SPP dan Buku Bantu Kegiatan kepada setiap
kelompok.
10. Minta setiap kelompok mereview dokumen dimaksud (Lembar Kerja
1.2.2. a, b, c).
11. Minta kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
12. Minta kelompok lain memberikan tanggapan.
13. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan tentang faktor-faktor kritis
dalam pelaksanaan keuangan Desa.
3. Pengajuan Surat
Permohonan Pembayaran
(SPP)
4. Pelaksanaan Kegiatan
Masalah yang
Kegiatan Pelaksanaan Uraian Faktor Kritis
muncul
1. Penyusunan Rencana - Penentuan
Penggunaan Dana tahapan
(RPD) pencairan dana
- Perhitungan
kebutuhan dana
sesuai tahapan
kegiatan
2. Pengadaan barang - Penentuan suplier - Interfensi Kades
dan jasa - Bukan harga - Mekanisme
terendah prosedur tidak
diikuti
3. Pengajuan Surat - Form SPP - Diajukan oleh - Kapasitas Kasi
Permohonan - RPD Sekdes bukan - Pemahaman
Pembayaran (SPP) - Surat Tanggung oleh Kasi aturan
Jawab Belanja - Dokumen tidak
lengkap
4. Pelaksanaan Kegiatan - Penyusunan
jadwal dan
rencana kerja
- Penetuan tenaga
kerja
- Penyusunan buku
bantu kegiatan
- Laporan
pertanggungjawa
ban kegiatan
Pengantar
Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah tahap
Pelaksanaan. Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB, pengajuan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan selanjutnya pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Hal yang juga sangat pentig untuk dipahami dengan tepat dan benar adalah tugas dan
tanggungjawab masing-masing pelaku (Pengelola). Bab ini akan memaparkan secara
rinci topik di atas.
Pengertian
Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan untuk
melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan APBDesa. Kegiatan pokok
dalam fase pelaksanaan ini pada dasarnya bisa dipilah menjadi dua: 1) Kegiatan yang
berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 2) Pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pengelolaan
Keuangan Desa, adalah:
Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan
desa dilaksanakan melalui rekening kas desa (pasal 24 ayat 1 Permendagri 113
Tahun 2014).
Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap
dan sah (pasal 24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014).
Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan
sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan
desa(pasal 26 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014). Pengecualian untuk belanja
pegawai yang bersifat mengikat dan operasional kantor yang sebelumnya telah
ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa.
Contoh RAB
Rincian Pendanaan
Harga
No. URAIAN Volume Satuan Jumlah Rp.
Satuan Rp.
1 2 3 4 5
1. Belanja Barang dan Jasa
1.1 Upah Pekerja 137 HOK 40.000 5.480.000
1.2 Upah Tukang 45 HOK 50.000 2.250.000
1.3 Paku 5-10 cm 11 Kg 16.000 176.000
1.4 Minyak Bekesting 4 Ltr 2.000 7.200
1.5 Benang 5 Bh 3.000 15.000
1.6 Mobil Pik Up 4 Hari 250.000 1.000.000
1.7 Ember 5 Glg 5.000 25.000
Sub Total 1) 8.953.200
2. Belanja Modal
Total 85.663.200,00
2. Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan rencana teknis pengerjaan
kegiatan di lapangan, Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan) memproses/memfasilitasi
Pengadaan Barang dan Jasa guna menyediakan barang/jasa sesuai kebutuhan
suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang dilakukan secara swakelola maupun
oleh pihak ketiga. Pengadaan barang dan jasa dimaksud bertujuan untuk dan
menjamin:
Penggunaan anggaran secara efisien efisien
Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan
Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat jumlah, tepat waktu,
dan sesuai spesifikasi)
Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa
Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha terutama yang
berada di desa setempat untuk berpartisipasi
Dengan demikian, pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan prinsip-prinsip
efisien, efektif, transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-royong, dan
akuntabel serta sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini
dimaksudkan agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat berjalan sesuai
dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat yang
optimal bagi pembangunan desa.
Prioritas bagi warga dan.atau pengusaha desa setempat, serta barang dan jasa yang
tersedia atau dapat disediakan di desa setempat, mengandung maksud untuk
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi lolal/desa. Dengan demikian,
memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan eknomi masyarakat desa.
Namun, proses pengadaan itu harus tetap berdasar pada ketentuan dan
mekanisme yang ditetapkan dalam peraturan.
3. Pengajuan SPP
Pajak adalah perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan
untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. Jadi wajib pajak terdiri dari dua
golongan besar yaitu orang pribadi atau badan dan pemotong atau pemungut pajak.
Pemotong pajak adalah istilah yang digunakan pemungut pajak penghasilan (PPh)
atas pengeluaran yang sudah jelas /pasti sebagai penghasilan oleh penerimanya.
Misal pengeluaran untuk gaji, upah, honorarium (imbalan kerja atau jasa) sewa,
bunga, dividen, royalti (imbalan penggunaan harta atas modal). Bendahara diwajibkan
untuk memotong PPh atas pembayaran terhadap penerima. Jenis-jenis PPh, ada PPh
perorangan (PPh 21) dan PPh badan (PPh 23).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan terhadap penyerahan barang kena pajak
(BKP) dan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha. Prinsip dasar cara pemungutan PPN
adalah penjual atau pengusaha kena pajak (PKP) memungut pajak dari si pembeli.
Pembeli pada waktu menjual memungut PPN terhadap pembeli berikutnya. Penjual
atau PKP wajib menerbitkan Faktur Pajak minimal dua rangkap. Lembar kedua untuk
PKP penjual – namanya Pajak. Keluaran dan lembar pertama untuk PKP pembeli –
namanya pajak masukan. Tarif PPN pada umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari
harga jual selanjutnya yang harus dibayar oleh pembeli adalah 110% (seratus sepuluh
persen).
Setiap penerimaan dan pengeluaran pajak dicatat oleh Bendahara dalam buku
pembantu kas pajak.
Desa………………..
…….,Tanggal……
Pelaksana Kegiatan
Rencana Pembelajaran
SPB
Penatausahaan Keuangan
1.3 Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam penatausahaan
keuangan desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam penatausahaan keuangan
desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen penatausahaan
keuangan desa.
Waktu
3 JP ( 135 menit )
Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi, Penugasan
Perorangan.
Media
Lembar Umpan Balik, Dokumen Buku Kas Umum, Buku Bank dan
Buku Bantu Pajak, Kertas Kerja Perhitungan Pajak
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil, dan proses dari pembelajaran sub
pokok bahasan “Penatausahaan Keuangan Desa”.
Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam fasilitasi
penatausahaan keuangan Desa.
Kegiatan 2: Diskusi kelompok menguraikan faktor-faktor kritis
3. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok. Minta mereka melakukan
diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja 1.3.1.
4. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
dan beri kesempatan kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
5. Berikan tanggapan atas hasil kerja kelompok dan berikan penegasan
dengan menggunakan Media Fasilitasi 1.3.1.
Kegiatan 3: Kerja perorangan evaluasi dokumen penatausahaan
6. Bagikan dokumen Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Bantu Pajak dan
Kertas Kerja Perhitungan Pajak kepada setiap peserta;
7. Minta setiap peserta mengevaluasi dokumen dimaksud (Lembar Kerja
1.3.2. a, b, c)
8. Minta wakil peserta secara bergantian mempresentasikan hasil
kerjanya;
9. Minta peserta lain memberikan tanggapan;
10. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasa tentang penatausahaan
keuangan Desa.
Buku Bank
Kertas Kerja
Perhitungan Pajak
Bahan Bacaan
SPB
Penatausahaan Keuangan
1.3
Desa
Pengantar
Dilarang..!!
JUMLAH SALDO
PENGELUA
KODE PENERI- PENGELU NO
No. Tgl. URAIAN RAN
REKENING MAAN -ARAN BUKTI
KUMULATI
(Rp.) (Rp.) F
1 2 3 4 5 6 7 8 9
MENGETAHUI
BENDAHARA DESA, KEPALA DESA,
………………………………….. …………………
JUMLAH
....................tanggal...........................
Mengetahui
3) Buku Bank
Berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun
pengeluaran yang terkait dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).
BULAN :
BANK CABANG :
REK. NO. :
PEMASUKAN PENGELUARAN
TGL URAIAN BUKTI
N SETO BUNGA PENAR BIAYA
TRAN TRANSA TRANSAK PAJAK SALDO
o RAN BANK IKAN ADMINIS
SAKSI KSI SI TRASI
(Rp.)
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
MENGETAHUI
KEPALA DESA BENDAHARA DESA,
………………………………………….. ……………………………
Bukti Transaksi
Selain berupa Buku Kas, Buku Bank dan Buku Kas Pembantu, bukti transaksi juga
merupakan bagian dari penatausahaan dalam pengelolaan keuangan. Tanpa bukti
transaksi, transaksi bisa dianggap tidak sah.
Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat
setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan pencatatan keuangan. Di dalam suatu
bukti transaksi minimal memuat data: pihak yang mengeluarkan atau yang
membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis pihak yang
membuat, yang memverifikasi, yang menyetujui dan yang menerima.
Contoh Bukti Transaksi:
Kuitansi: Merupakan bukti transaksi yang muncul akibat terjadinya
penerimaan uang sebagai alat pembayaran suatu transaksi yang diterima
oleh si penerima uang.
Nota Kontan (Nota): Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang
yang dibayar secara tunai.
Faktur: Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang yang dibayar
secara kredit.
Memo Internal (Memo): Merupakan bukti transaksi internal antara pihak-
pihakdalam internal lembaga. Misalnya: Pemakaian perlengkapan,
penyusutan aktiva, penghapusan piutang, dll
Nota Debit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh
pembeli. Barang dikembalikan biasanya karena cacat atau tidak sesuai
pesanan.
Nota Kredit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh
penjual. Barang dikembalikan biasanya karena cacat atau tidak sesuai
pesanan
Nota
Kwitansi
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam pelaporan keuangan
desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam pelaporan keuangan desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen laporan keuangan desa.
Waktu
2 JP ( 90 menit )
Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok,
Penugasan Kelompok.
Media
Lembar Umpan Balik
Laporan Realisasi APB Desa Semester 1 dan 2
Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil, dan proses pembelajaran dari
sub pokok bahasan “Pelaporan Keuangan Desa”.
Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam fasilitasi
pelaporan keuangan Desa.
Kegiatan 2: Diskusi kelompok menguraikan faktor-faktor kritis
3. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok;
4. Minta setiap kelompok berdiskusi dengan menggunakan Lembar
Kerja 1.4.1.
5. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
6. Minta kelompok lain menanggapi;
7. Berikan penegasan dengan menggunakan Media Fasilitasi 1.4.1.
Kegiatan 3: Penugasan kelompok evaluasi dokumen pelaporan
8. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok
9. Bagikan dokumen Laporan realisasi APB Desa Semester 1, 2 dan
Laporan Realisasi pelaksanaan APB Desa kepada setiap kelompok;
10. Minta setiap kelompok mengevaluasi dokumen dimaksud (Lembar
Kerja 1.4.2)
11. Minta kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerjanya;
Fungsi form-form yaitu untuk menjamin kerja yang terarah, disiplin, tertib,
terukur. Hubungannya dengan prinsip tersebut adalah instrumen/form
menjadi sarana untuk merealisasikan prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas.
Laporan Semester 1
Laporan Semester 2
- Realisasi - Dokumen
Laporan Semester 2 Pendapatan lampiran tidak
- Realisasi Belanja lengkap
- Realisasi - Bukti transaksi
Pembiayaan belanja tidak
- SILPA lengkap
- Kesalahan
pencatatan
kategori belanja
- Realisasi
Laporan realisasi Pendapatan
pelaksanaan APB
- Realisasi Belanja
Desa
- Realisasi
Pembiayaan
- SILPA
- Kelengkapan
Dokumen (Laporan
kekayaan milik Desa,
Laporan yang masuk
di Desa
Buku Bank
Kertas Kerja
Perhitungan Pajak
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah
kabupaten/ kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten /
Kota
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap
Kepala Desa dan
Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa
dan Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan
Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan
Kebersihan
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst…………………..
2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst……………………..
2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst …………………….
2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst ………………………….
2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………
2 2 3 Kegiatan……………………
………
2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan
Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………
2 3 2 Kegiatan…………………….
2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala
Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………
2 4 2 Kegiatan……………………
…..
2 5 2 Kegiatan……………………
…
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa
Yang di pisahkan
JUMLAH ( RP )
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana
Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )
DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA ………………………
TTD
(……………………………….)
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak &retribusi
daerah kabupaten/ kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst…………………..
2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst……………………..
2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst …………………….
2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst ………………………….
2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………
2 2 3 Kegiatan……………………………
2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………
2 3 2 Kegiatan…………………….
2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa
dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………
2 4 2 Kegiatan………………………..
2 5 2 Kegiatan………………………
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di
pisahkan
JUMLAH ( RP )
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )
DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA ………………………
TTD
(……………………………….)
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran ...... dengan rincian sebagai berikut:
1. Pendapatan Desa
Rp…....................
2. Belanja Desa
Pasal 2
Uraian lebih lanjut mengenai hasil pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
sebagaimana dimaksud Pasal 1, tercantum dalam lampiran Peraturan Desa ini terdiri dari:
1. Lampiran I : Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesaTahun
Anggaran .........;
2. Lampiran II : Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke desa.
Pasal 3
Lampiran-lampiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
Pasal 4
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dalam
Lembaran Desa dan berita Desa oleh Sekretaris Desa.
Ditetapkan di ................
Pada tanggal .................
KEPALA DESA ...................
..............................................
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah kabupaten/
kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap Kepala Desa
dan Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa dan
Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst……………………..
2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst …………………….
2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Komsumsi Rapat
- dst ………………………….
2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………
2 2 3 Kegiatan……………………………
2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………
2 3 2 Kegiatan…………………….
2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa
dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………
2 4 2 Kegiatan……………………….
2 5 2 Kegiatan………………………
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di
pisahkan
JUMLAH ( RP )
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )
- Pembiayaan Netto
(PENERIMAAN PEMBIAYAAN –
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
)
- SILPA tahun berjalan (SELISIH
ANTARA PEMBIAYAAN NETTO
DENGAN HASIL
SURPLUS/DEFISIT)
TANGGAL ..............................
TTD
(KEPALA DESA ..............)
JUMLAH ASET (A + B)
TANGGAL ..............................
TTD
(KEPALA DESA ..............)
Penjelasan tabel:
1. Aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah.
2. Uang kas adalah uang milik Pemerintah Desa, baik yang disimpan di
Bendahara Desa maupun di rekening kas desa.
3. Piutang Desa adalah tagihan uang desa kepada pihak yang mengelola
kekayaan desa, antara lain berupa tanah, gedung yang diharapkan akan
dilunasi dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun anggaran sejak
ditetapkannya kerjasama tersebut.
4. Persediaan adalah suatu kekayaan berupa barang milik pemerintah desa
yang dinilai dengan uang baik berupa uang kertas maupun surat berharga
dalam periode normal, antara lain kertas segel, materai, deposito, giro.
5. Aset Desa tidak lancar meliputi penyertaan modal pemerintah desa dan aset
tetap milik desa antara lain tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, jaringan dan instalasi.
6. Dana cadangan adalah dana yang disisikan untuk menampung kebutuhan
yang memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam
satu tahun anggaran.
7. Kewajiban adalah utang yang timbul karena adanya pinjaman oleh
Pemerintah.
8. Kekayaan bersih adalah selisih antara aset dan kewajiban pemerintah desa.
Tanggal : ...…………
Desa : ……………
Kecamatan : ……………
Kabupaten : ..…………
Jenis Lokasi Rincian Sumber Jumlah
No. Volume Satuan
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Dana (Rp)
tanggal,
....................
Kepala Desa
(.............................)
Bahan Bacaan
SPB
Pelaporan dan
1.4 Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengantar
Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam siklus Pengelolaan
Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan dengan Bab ini
mencakup: pengertian dan makna laporan pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan
tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban. Selain itu perlu dihayati bahwa
pada hakikatnya laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa adalah
pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat-rakyat desa atas pengelolaan uang dan
kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.
Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan menjamin
akuntabiltas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan dalam asas
Pengelolaan Keuangan Desa (Asas Akuntabel). Hakikat dari pelaporan ini adalah
Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek:
Hukum, administrasi, maupun moral. Dengan demikian, pelaporan pengelolaan
keuangan desa menjadi kewajiban PemerintaD desa sebagai bagian tak terpisahkan
dari penyelengaraan pemerintahan desa.
Fungsi
Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:
Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan
Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh,
keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan
Prinsip
Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan
ini, antara lain:
a) Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.
Pokok Bahasan 2
PENGEMBANGAN
EKONOMI PERDESAAN
SPB
Rencana Pembelajaran
2.1
Pokok Kebijakan
Pengembangan Ekonomi
Kawasan Perdesaan
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan pokok kebijakan pengembangan ekonomi
perdesaan;
2. Menjelaskan alasan mendasar perlunya BUMADES dan BUM
Desa Bersama.
Waktu
1 JP ( 45 menit)
Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi
Media
Lembar Curah Pendapat
SlidePresentasi
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD
Proses Penyajian
1. Fasilitator menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari
sub pokok bahasan“Pokok Kebijakan Pengembangan Ekonomi
Kawasan Perdesaan”.
2. Bagilah peserta kedalam empat kelompok, kemudian tugaskan masing-
masing kelompok untuk melakukan speed reading dan diskusi selama
15 menit, tentang hal-hal berikut:
Pengertian kawasan perdesaan dan potensi ekonomi yang terdapat
di kawasan perdesaan;
Pokok-pokok kebijakan pengembangan ekonomi kawasan
perdesaan;
Alasan perlunya badan usaha antar desa.
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, berikan
kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
4. Fasilitator memberikan komentar terhadap proses diskusi, kemudian
memberikan penjelasan dengan menggunakan media tayang tentang
pokok kebijakan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan dan
perlunya badan usaha antar desa.
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi potensi pengembangan ekonomi kawasan
perdesaan
2. Merumuskan strategi pengembangan ekonomi perdesaan
Waktu
2 JP ( 90 menit)
Metode
Curah Pendapat, Diskusi kelompok, studi kasus
Media
Lembar Diskusi, Slide Presentasi, Lembar Kerja
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD
Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari subpokok
bahasan“Analisis Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan”.
2. Bagi peserta ke dalam empat atau lima kelompok, tugaskan mereka
untuk mempelajari kasus di lembar kasus “Potensi Ekonomi Desa”.
Kemudian, selama 25 menit, minta mereka untuk mendiskusikan hal-
hal sebagai berikut:
Potensi ekonomi apa saja yang bisa dikembangkan dalam kawasan
perdesaan dengan menggunakan analisis SWOT (lembar kerja).
Bagaimana strategi pengembangan ekonomi kawasan perdesaan.
3. Setelah diskusi kelompok, minta wakil masing-masing kelompok untuk
mendiskusikan strategi pengembangan ekonomi kawasan perdesaan
(20 menit).
4. Mintalah wakil kedua kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya
dan beri kesempatan untuk saling menanggapi.
5. Fasilitator menyampaikan catatan dan komentar hasil presentasi
masing-masing kelompok, kemudian mempresentasikan Hasil analisis
SWOT dan Strategi pengembangannya dengan menggunakan media
tayang.
LEMBAR KASUS
“Potensi Ekonomi Kawasan Perdesaan”
Di bawah ini adalah peta sebuah kawasan perdesaan di sebuah Kecamatan yang
menggambarkan hubungan antara Desa A dengan desa B.
LEMBAR KERJA
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan alasan-alasan mendasar pentingnya
mengembangkan BUM Desa;
2. Menyebutkan fungsi dan peran BUM Desa dalam pengembangan
ekonomi Desa;
3. Menjelaskan syarat-syarat pendirian BUMA Desa dan atau BUM
Desa bersama;
4. Memfasilitasi pendirian dan atau pengembangan BUMA Desa
dan atau BUM Desa bersama.
Waktu
2 JP ( 90 menit)
Metode
Paparan, curah pendapat, bermain puzzle
Media
Lembar permainan
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD
Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari
subpokok bahasan “Pendirian BUMDesa Bersama”.
2. Mintalah peserta untuk mengemukakan apa yang mereka ketahui
tentang:
BUMDesa (pengertian, mengapa diperlukan, fungsi dan peran);
Perbedaan BUMDesa, BUMA Desa, dan BUM Desa Bersama.
3. Berikan tanggapan atas jawaban peserta kemudian sampaikan
penjelasan dengan menggunakan media tayang tentang BUM
Desa, BUMA Desa, dan BUM Desa Bersama.
4. BERMAIN PUZZLE. Bagi peserta kedalam empat kelompok, dan
kemudian berikan masing-masing amplop berizi puzzle, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Dua amplop pertama berisi puzzle yang membentuk syarat-
syarat (lembar permainan 1) berdirinya BUMDesa Bersama,
diserahkan kepada Kelompok I dan Kelompok II.
Dua amplop berikutnya berisi puzzle yang membentuk proses
pendirian (lembar permainan 2) BUMDesa Bersama,
diserahkan kepada Kelompok III dan Kelompok IV.
5. Berikan instruksi sebagai berikut:
Mintalah setiap kelompok untuk merangkai kata di dalam
amplopnya masing-masing sesuai urutan yang benar (boleh
membuka catatan/peraturan terkait)
Setelah selesai, mintalah setiap kelompok untuk menjelaskan
maksud dan pengertian rangkaian proses/syarat yang mereka
susun.
6. Berikan tanggapan dan penegasan tentang syarat pendirian
BUMDesa Bersama dan proses pendirian BUMDesa Bersama
dengan menggunakan media tayang.
LEMBAR PERMAINAN 1
Di bawah ini adalah syarat-syarat pendirian BUMDESA, mengacu pada Pasal 4 ayat (2)
Permendesa PDTT No. 4/2015:
1. Inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa
2. Potensi usaha ekonomi Desa
3. Sumberdaya alam di Desa
4. Sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa
5. Penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM
Desa.
Petunjuk Permainan
1. Tulis syarat-syarat di atas di kertas-kertas kecil terpisah (satu syarat dapat
dipisah/ditulis di dua atau lebih kertas);
2. Tulis frasa-frasa lain yang tidak berhubungan dengan syarat di atas, untuk
menambah tingkat kesulitan permainan.
3. Kumpulkan potongan kertas yang telah ditulisi tersebut ke dalam satu amplop.
4. Serahkan kepada kelompok, dan mulai permainan.
5. „Pemenang‟ adalah yang tercepat dan benar dalam mengerjakan tugas. Untuk
menyegarkan forum, yang „kalah‟ dapat diganjar sesuai dengan kesepakatan
forum.
LEMBAR PERMAINAN 2
Petunjuk Permainan
1. Tulis tahapan proses di atas di kertas-kertas kecil terpisah (satu tahap dapat
dipisah/ditulis di dua atau lebih kertas);
2. Tulis frasa-frasa lain yang tidak berhubungan dengan proses di atas, untuk
menambah tingkat kesulitan permainan.
3. Kumpulkan potongan kertas yang telah ditulisi tersebut ke dalam satu amplop.
4. Serahkan kepada kelompok, dan mulai permainan.
5. „Pemenang‟ adalah yang tercepat dan benar dalam mengerjakan tugas. Untuk
menyegarkan forum, yang „kalah‟ dapat diganjar sesuai dengan kesepakatan
forum.
Pendahuluan
Masyarakat desa masih jauh dari kata sejahtera, menurut Indeks Desa Membangun
(IDM) sebanyak 18,87% desa termasuk dalam kategori desa sangat tertinggal, sebanyak
45,41% desa berstatus desa tertinggal, sebanyak 30,66% desa termasuk dalam kategori
desa berkembang, sebanyak 4,83% desa berstatus desa maju, dan persentase terendah
desa mandiri sebanyak 0,23% dari total jumlah desa. Permasalahan umum di desa saat
ini adalah kemiskinan dan ketimpangan. Menurut data BPS September 2015 sebanyak
62,75% penduduk miskin Indonesia berada di desa. Selanjutnya rasio gini di desa
pada 2014 sebesar 0,32 lebih rendah dibandingkan rasio gini kota yang mencapai 0,43.
Ketimpangan kepemilikan asset ditunjukan oleh data penguasaan lahan pertanian.
Berdasarkan data sebesar 88% desa di Indonesia menggantungkan hidup penduduknya
pada sektor pertanian. Terdapat 16.170 desa yang melakukan peralihan lahan dari
lahan pertanian sawah menjadi lahan pertanian non sawah dan lahan non pertanian.
Dimana 41,1% desa melakukan peralihan lahan sawah pertanian menjadi lahan
pertanian non sawah. Sedangkan lahan yang beralih fungsi menjadi lahan non
pertanian sebanyak 58,9% dari total desa yang melakukan peralihan fungsi lahan sawah
pertanian (BPS, Podes 2014).
Fakta lain menunjukkan sumberdaya yang ada di Desa malah dikuasai oleh bukan
penduduk desa, sehingga Desa tidak dapat menikmati hasil sumberdaya yang mereka
miliki. Hal inilah yang memicu semakin tingginya ketimpangan pendapatan yang akut.
Selain itu, masalah yang terjadi di Desa adalah Desa sebagai produsen barang primer
dan konsumen barang tersier. Dapat diartikan bahwa Desa hanya sebagai pemasok
kebutuhan barang olahan, hasil barang olahan tersebut akan dijual kembali ke Desa.
Pada akhirnya, sumber daya Desa terus tersedot untuk memenuhi kebutuhan bahan
mentah di kota dan penjualan komoditas Desa tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Pokok Kebijakan
Tri Matra Pembangunan Desa adalah pokok kebijakan yang dilakukan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk menindaklanjuti fakta
di atas. Program pertama (Matra I) adalah Jaring Komunitas Wiradesa. Masalah yang
dihadapi saat ini adalah perampasan daya manusia warga Desa itu yang ternyatakan
Setelah pelantikan sebagai Menteri Desa, Eko Putro Sanjoyo melakukan kunjungan ke
Jawa Tengah dan bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Sindonews,
1/8/2016). Komunikasi politik kebijakan berdesa ini patut diapresiasi, terutama
langsung membahas isu ekonomi desa yang penting, yakni pengelolaan badan usaha
milik desa (BUM Desa).
Provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya dikenal dengan prakarsa BUM Desa yang sukses.
BUM Desa Bleberan di Gunung Kidul berbasis desa wisata berupa Gua Rancang
Kencono dan air terjun Sri Gethuk. BUM Desa Ponggok Klaten mengelola revitalisasi
umbul yang dijadikan wisata masyarakat setempat dan pengunjung dari daerah lain.
“BUM Desa Bersama” Karangsambung Kebumen bergerak di unit usaha konveksi dan
potensial melakukan ekspor.
Fondasi kebijakan BUM Desa sebelumnya telah dicanangkan pada masa Menteri Desa
Marwan Jafar, melalui penerbitan Peraturan Menteri Desa No 4/2015 yang mengatur
BUM Desa. Isu kebijakan kali ini dinyatakan Menteri Desa Eko Putro Sanjoyo, meliputi
pendirian BUM Desa sesuai potensi Desa, manajemen BUM Desa, dan kerja sama BUM
Desa dengan pihak ketiga.
Tragedi
Teori ekonomi yang menekankan investasi untuk pertumbuhan ekonomi selalu
mengalami kegagalan ketika dibawa ke desa. Kebenaran statistika pertumbuhan belum
tentu diikuti dengan pengukuran yang tepat bagi kesejahteraan (Stiglitz, Sen, Fitoussi:
2009). Mesin pertumbuhan (engine of growth) tidak cukup menolong usaha masyarakat
desa. Tambang timah bertaburan di Belitung Timur, tapi saat ini mulai menurun
kekuatannya sebagai mesin pertumbuhan. Masyarakat desa masih menjadi “penonton”,
termarjinalisasi sehingga sulit mengakses pundi-pundi itu.
Ketika penulis memfasilitasi diskusi dengan perwakilan desa di Pemkab Belitung Timur
(2016), muncul gagasan pembentukan BUM Desa Bersama yang dimiliki 2 (dua) desa
atau lebih untuk mengelola lahan eks-timah, kawasan perdesaan wisata, dan kerja sama
antardesa lainnya. Di Karangasem Bali, BUM Desa Bersama dan BKAD (Badan Kerja
sama Antar Desa) sudah memutuskan BUM Desa Bersama sebagai mesin pertumbuhan
melalui pengelolaan aset dan perguliran dana warisan PNPM-MPd.
Kedudukan BUM Desa dan BUM Desa Bersama tak dapat dilepaskan dengan rencana
investasi desa. Terminologi rencana investasi Desa dalam UU Desa bukanlah dibingkai
dalam perspektif “ekonomi melihat desa”, tetapi “desa melihat ekonomi”. Adagium
“ekonomi melihat desa” adalah “ambil sepuluh bisa, kenapa hanya ambil satu”. Investasi
desa model ini hanya memberi ruang pada ekstraksi, akumulasi, dan eksploitasi.
Eksploitasi akan mengakibatkan tragedy of commons (Garret Hardin: 2001) terhadap
sumber daya desa yang bersta- tus kepemilikan bersama, seperti laut, pesisir, irigasi
tersier, bahan tambang, dan seterusnya. Adagium “desa melihat ekonomi” adalah desa
mempunyai rasa kebercukupan (nrimo ing pandhum), keseimbangan, dan tradisi
lokalitas.
Bagi ekonom yang ber-grand theory, perspektif ini dicap sebagai ekonomi subsisten.
BUM Desa Wadas Karawang bergerak di pemenuhan sembako dan elpiji. BUM DESA
Bojong Purwakarta mengelola unit usaha pasar Desa. BUM Desa Lempeni Lumajang
mengolah limbah sampah, didukung program Jalin Matra Pemprov Jawa Timur. Posisi
Kementerian Desa dan institusi pemerintah lainnya sudah saatnya kritis atas labelisasi
ekonomi subsisten desa, dan beralih ke tradisi lokalitas sebagai mesin
pertumbuhannya.
Mesin Pertumbuhan
Kebijakan pendirian, pengelolaan, dan kerja sama BUM Desa dengan pihak lainnya
menghadapi pertanyaan institusional, siapa yang menguasai dan mengelola proses
ekonomi desa? Pendirian BUM Desa sesuai potensi desa terganggu dengan isu legalitas
badan hukum dan miskin pendekatan prakarsa. UU Desa sudah tegas mencantumkan
legalitas BUM Desa melalui Peraturan Desa (Perdes), tetapi masih dianggap lemah
karena tidak dilegalisasi dengan Perda dan akta notaris (interpretasi atas UU No 32/-
2004 Pemda jo PP No 72/2005 Desa). Pasca terbitnya UU Desa, asas hukum lex
posterior derogat legi priori berlaku sehingga rezim regulasi sebelumnya
dikesampingkan.
Desa adalah pihak yang ber- kuasa dan berhak mengelola proses ekonomi desa,
sepanjang ditujukan untuk common pool resources. Di Kabupaten Bandung, BUM Desa
Sukamenak merintis kerja sama dengan BUM Desa Cangkuang untuk pengelolaan air
bersih sebagai common pool resources. BUM Desa Bersama Karang Intan, Banjar Baru,
Kalsel, bergerak dalam unit sim- pan pinjam, air bersih, pembayaran listrik, pembelian
gabah, pakan ternak,wisata desa, karamba ikan, pengasapan karet, dan penggemukan
sapi.
Keberhasilan BUM Desa wisata inspiratif bagi pemerintah untuk menciptakan regulasi
dan kebijakan yang sederhana, “di desa kami ada gua dan umbul yang menarik, lalu
dibuatlah BUM Desa”. BUM Desa dan BUM Desa Bersama menjadi “mesin
pertumbuhan”, badan usaha yang bercirikan kesadaran lokalitas desa, sekaligus
mencegah tragedi.
Siasat kebijakan Kementerian Desa ke depan sudah saatnya hadir untuk common pool
resources dan shareholding secara inkremental. Pertama, pengakuan atas kreasi BUM
Desa dan BUM Desa Bersama yang telah eksis. Kedua, kapitalisasi atas aset desa yang
dimiliki bersama. Ketiga, kolaborasi BUM Desa atau BUM Desa Bersama dengan
perusahaan swasta dalam sistem shareholding yang diamanatkan Nawa Cita dan
RPJMN 2015 - 2019. (Anom Surya Putra, Koran SINDO, 5 Agustus 2016. Dikutip dengan
sedikit adaptasi).
Pokok Bahasan 3
PENGEMBANGAN
PELATIHAN PENINGKATAN
KAPASITAS
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengembangkan latar belakang tujuan-tujuan sebuah pelatihan;
2. Mengidentifikasi strategi dan manajemen pelatihan yang perlu
dicantumkan dalam kerangka acuan;
3. Menyusun kerangka acuan sebuah pelatihan berbasis masyarakat
Waktu
2 JP ( 90 menit)
Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi
Media
Lembar Diskusi
Alat Bantu
Bahan bacaan (ToR Pelatihan)
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan harapan yang akan dicapai melalui pembelajaran
sub pokok bahasan “Menyusun Kerangka Acuan Pelatihan”.
2. Lakukan review tentang materi sebelumnya, termasuk tupoksi pendamping
Desa terkait dengan materi ini.
3. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan pendapat dan
menyampaikan pengalaman terkait:
Sudahkan pernahkan peserta mengelola pelatihan
Apabila sudah pernah mengelola pelatihan, persilahkan untuk membagi
pengalamannya, tentang persiapan apa saja yang diperlukan, dokumen-
dokumen apa yang dibutuhkan untuk mengelola pelatihan.
Apa yang dimuat dalam dokumen pelatihan sebagai langkah awal
persiapan pelatihan.
4. Bagilah kelompok dan beri tugas untuk membuat membuat TOR Pelatihan
masyarakat. Mintalah kelompok tersebut untuk:
Mengembangkan latar belakang pelatihan dan tujuan yang sesuai;
Rancangan strategi dan manajemen pelatihan;
Sasaran yang akan diundang sebagai peserta;
Kelengkapan teknis kegiatan.
5. Minta salah satu kelompok untuk menunjukkan hasil pekerjaannya kepada
peserta lain. Berilah komentar dan catatan tentang:
Latar belakang kegiatan
Tujuan kegiatan
Susunan kepanitiaan
Peserta
Kelengkapan teknis kegiatan
6. Sebelum menutup sesi, berikan penegasan tentang pentingnya penguasaan
TOR atau kerangka acuan pelatihan.
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menganalisis kebutuhan pelatihan PLD
2. Merumuskan pokok materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
peserta belajar.
Waktu
3 JP ( 135 menit)
Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi
Media
Lembar kerja
Alat Bantu
Matrik TNA (Training Need Assesment)/ Kebutuhan Pelatihan
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui pembelajaran di
sub pokok bahasan “Analisis Kebutuhan Pelatihan Masyarakat”.
2. Tanyakan pendapat peserta tentang (1) apa yang paling dibutuhkan oleh
PLD dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka, kemudian (2) apa yang
mesti dilakukan oleh Pendamping Desa dalam menanggapi kebutuhan PLD
tersebut
3. Berikan Penjelasan bahwa salah satu tugas PD adalah menjadi supervisor
bagi PLD. Termasuk di dalamnya adalah bertanggung jawab
mengembangkan kapasitas PLD. Oleh sebab itu penting bagi PD untuk
menguasai kebutuhan pelatihan bagi PLD.
4. Selanjutnya berikan paparan tentang TNA (Training Need Assesment).
5. Lakukan simulasi dengan membagi kelompok. Minta setiap kelompok untuk
melakukan analisis kebutuhan pelatihan atas kondisi PLD tertentu. Gunakan
lembar kerja TNA di bawah.
6. Minta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil TNA mereka dan
berikan catatan.
7. Tutup sesi ini dengan penegasan pentingnya analisis kebutuhan pelatihan
untuk menyelenggarakan pelatihan yang sesuai dengan kondisi aktual PLD.
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merancang kurikulum pelatihan;
2. Menyusun panduan proses dari setiap pokok materi pelatihan
menjadi modul pelatihan yang menempatkan perserta pelatihan
sebagai sumber belajar.
Waktu
3 JP ( 125 menit)
Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi
Media
Lembar Diskusi
Alat Bantu
Matrik Penyusunan Kurikulum Pelatihan
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui pembelajaran
di sub pokok bahasan “Mengembangkan Modul Pelatihan Masyarakat”.
2. Tanyakan kepada peserta, bagaimana mereka menetapkan materi-materi
yang akan disampaikan dalam Pelatihan. Berikan kesempatan kepada dua
atau tiga peserta, khususnya yang memiliki pengalaman mengelola
pelatihan, untuk membagi pengalaman.
3. Berikan tanggapan terhadap jawaban peserta. Kemudian tayangkan proses
dan sistematika penyusunan matriks materi, kurikulum, dan pembangunan
modul.
4. Tegaskan kepada peserta pentingnya Tugas dan Fungsi sebagai acuan
dasar dalam pengembangan materi dan modul pelatihan. Tegaskan pula
bahwa dalam pengembangan modul, tujuan yang harus diutamakan adalah
memampukan peserta pelatihan agar dapat menjalankan tugas dan
fungsinya tersebut.
5. Bagi peserta ke dalam 6 (enam) kelompok, dan minta masing-masing
membangun modul sederhana terkait PLD, KPMD, atau Kader Desa.
6. Dampingi dengan cara berkeliling sepanjang masing-masing kelompok
melakukan pekerjaan mereka. Layani setiap pertanyaan yang disampaikan
dalam pengerjaan tersebut.
7. Minta salah satu kelompok menunjukkan hasil pekerjaan mereka. Minta
kelompok tersebut untuk menjelaskan kaitan antara Tugas dan fungsi,
materi, aspek yang dikembangkan oleh materi, kurikulum, tujuan pelatihan
dan tujuan materi. Perhatikan pula kaitan antara materi, tujuan, metode,
dan proses pembelajaran.
8. Pada sesi akhir dari sessi ini, lakukan penegasan bahwa dalam mengelola
pelatihan diperlukan Matrik kurikulum pelatihan, lesson plan dan juga
modul sesuai dengan jenis pelatihannya.
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merancang media dan alat bantu pembelajaran yang mendukung
metode pelatihan yang ditetapkan dalam kurikulum;
2. Menggunakan media untuk mendukung penerapan metode
pelatihan.
Waktu
1 JP ( 45 menit)
Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi
Media
Lembar Diskusi
Alat Bantu
Kertas metaplan, spidol dan alat tulis lainnya
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui pembelajaran
sub pokok bahasan “Media Dan Alat Bantu Pelatihan”.
2. Berikan pertanyaan umpan kepada peserta mengenai apa pentingnya alat
bantu dan media dalam pelatihan. Minta salah seorang peserta untuk
memberikan alasan mengapa alat bantu tertentu (yang ia sebutkan) penting
dalam pelatihan tersebut:
a. Apa tujuan pengadaan media/alat bantu tersebut?
b. Apa relevansinya bagi materi?
c. Apa kegunaannya bagi peserta pelatihan?
d. Dalam hal apa media/alat bantu tersebut penting?
3. Berikan tanggapan dan catatan terhadap jawaban peserta tersebut. Jelaskan
mengenai beberapa jenis media dan alat bantu serta tegaskan tentang
penyesuaian media/alat bantu tersebut dengan:
a. Tujuan materi
b. Kondisi atau konteks situasi
c. Karakteristik peserta
4. Sebelum sesi diakhir, buatlah penegasan tentang pentingnya media dan
alat bantu dalam pelatihan. Berikan review atas keseluruhan materi yang
telah diberikan dalam Pokok Bahasan ini.
PB Bahan Bacaan
3 Pengembangan Pelatihan
Peningkatan Kapasitas
Masyarakat
Prinsip-prinsip Pelatihan
Proses belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang
yang diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik,
yakni (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif,
(4) besifat permanen, bukan sementara, (5) bertujuan atau terarah, dan (6) mencakup seluruh
aspek tingkah laku.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali digunakan
istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu kepada komunikasi yang
terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan mengacu
kepada usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha,
proses, atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi,
konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan harus serasi dan
ajeg dalam mengembangkan potensi peserta didik. Konvergensi berarti pendidikan bertolak
dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti bahwa pendidikan harus ditempuh dan
berkelanjutan
Prosedur Pengelolaan Pelatihan
Sebagai suatu proses, istilah manajemen atau pengelolaan pelatihan
bergamitan dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan
(c) evaluasi. Pada umumnya Daur Manajemen Pelatihan dapat dibagankan sebagai berikut:
3. Hal-hal atau kejadian-kejadian yang proses kerjanya sangat cepat sehingga sangat sulit
untuk diamati
4. Benda-benda yang terlampau besar sulit dibawa ke dalam kelas untuk dipelajari,
sehingga dengan bantuan model tiruan barulah benda-benda tersebut dapat dipelajari
dengan mudah
5. Hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan pengindraan, misalnya proses
berpikir memecahkan masalah dan ternyata lebih mudah dipelajari dengan bantuan
bagan arus atau media lainnya
6. Peristiwa masa lampau atau kejadian yang mungkin terjadi pada masa datang sangat
sulit diamati
7. Proses-proses yang harus dikerjakan dalam mempelajari manajemen, yang
memerlukan bantuan media pelatihan agar menarik perhatian dan minat peserta
Jenis-jenis Media
Media pembelajaran mengalami perkembangan melayani pemanfaatan teknologi.
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut Azhar Arsyad (2002) mengklasifikasikan
media atas empat kelompok: (1) Media hasil teknologi cetak; (2) Media hasil teknologi
audio-visual; 3) Media hasil teknologi berbasis komputer; dan 4) Media hasil gabungan
teknologi cetak dan komputer
Menurut Azhar Arsyad dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis
yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah
sebagai berikut:
a) Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan utuk belajar dari pihak peserta
didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan
b) Perbedaan individual. Peserta didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang
berbeda-beda
c) Tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang diharapkan mereka
pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam
pembelajaran semakin besar
d) Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan
fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang
bermakna
e) Persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah menguasai secara baik
pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang
mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata
lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan
tingkat persiapan peserta didik
simulasi, maupun focused group discussion. Metode-metode tersebut memang hanya bisa
dijalankan jika para pesertanya mau terlibat secara aktif. Oleh karenanya, dalam
pelaksanaannya dirancang agar menyenangkan untuk dilakukan, mudah, tidak melelahkan,
didasarkan pada pengalaman pribadi peserta, dan dilakukan dalam kelompok-kelompok
kecil
Rancangan Materi
Selain pendekatan pembelajaran, hal lain yang juga sangat penting untuk diperhatikan
dalam merancang suatu pelatihan adalah materi pelatihan. Materi pokok yang akan disajikan
dalam suatu pelatihan sangat bergantung pada hasil analisis kebutuhan pelatihan. Selain hal
tersebut, perlu diperhatikan pula bagaimana agar materi (dalam bentuk pengetahuan,
informasi) dapat tersimpan dengan lebih baik dalam memori sehingga konsekuensinya juga
akan lebih mudah dipanggil kembali ketika diperlukan (untuk diaplikasikan). Materi harus
disampaikan dengan cara sedemikian rupa agar menimbulkan recency effect, primacy effect,
self-reference effect dan generation effect.
Recency effect dan primacy effect berhubungan dengan urutan masuknya informasi ke dalam
sistem memori. Informasi yang disajikan di bagian awal sehingga masuk terlebih dahulu ke
dalam sistem memori, akan lebih mudah dipanggil kembali. Ini yang disebut dengan primacy
effect. Sebaliknya, informasi yang paling akhir masuk merupakan informasi yang paling segar
dalam ingatan sehingga juga lebih mudah untuk dipanggil kembali, ini yang disebut dengan
recency effect
Self-reference effect dan generation effect berhubungan dengan isi materi dan cara
penyampaiannya. Informasi-informasi yang dihubungkan dengan diri sendiri (peserta) akan
lebih mudah untuk diingat kembali (selfreference effect) dan informasi yang dibuat, dihasilkan
dan disusun sendiri juga akan lebih mudah untuk dingat (generation effect) Metode
pembelajaran pengalaman (experiential learning) sangat mendukung untuk dapat
diperolehnya kedua efek memori tersebut. Dalam experiential learning, materi pelatihan
diberikan dalam bentuk pengalaman-pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung,
nyata maupun simbolik, sehingga mereka mengalami sendiri akan sesuatu yang dipelajari.
Mereka kemudian merefleksikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dan dari padanya
mereka membuat sendiri suatu konsep abstrak dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian
para peserta akan mendapatkan sekaligus self-reference effect dan generation effect.
Materi yang satu dengan yang lainnya dalam suatu pelatihan, selain
mempertimbangkan efek-efek memori tersebut, dalam penyajiannya juga harus
diorganisasikan agar dapat saling dihubungkan dan mengikuti urutan yang logis. Urutan
tersebut dapat mengikuti pola-pola yang ada, bergantung pada isi materi dan tujuan
diberikannya materi tersebut[.]
Pokok Bahasan 4
FASILITASI
PELAYANAN SOSIAL DASAR
Rencana Pembelajaran
SPB
Pokok-Pokok Kebijakan
4.1
Pelayanan Sosial Dasar
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian pelayanan sosia dasar,
2. Menguraikan pokok-pokok kebijakan pelayanan social dasar
Waktu
1 JP ( 45 menit)
Metode
Pemaparan, tanya jawab.
Media
Media Tayang 1-10
Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Setelah membuka acara dengan salam, fasilitator memberikan penjelasan
tentang tujuan materi yang akan dipejari pada sesi ini.
2. Bagikan kertas kosong/metaplan kepada setiap peserta. Mintalah peserta
untuk menjawab pertanyaan berikut, “apa saja yang diperlukan oleh
sebuah keluarga untuk dapat melangsungkan kehidupannya secara wajar?”
3. Mintalah 2-3 peserta untuk mempresentasikan jawabannya.
4. Buatlah simpulan, jenis-jenis kebutuhan yang diperlukan oleh setiap
keluarga untuk dapat melangsungkan kehidupan secara normal.
5. Tanyakan kepada peserta, apakah semua kebutuhan tersebut dapat
disediakan sendiri oleh setiap keluarga?
6. Ajak peserta untuk menginventarisir kebutuhan mana saja yang dapat
dipenuhi sendiri oleh keluarga dan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
sendiri oleh keluarga.
7. Ajak peserta untuk curah pendapat, apakah perlu kondisi-kondisi tertentu
supaya keluarga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya?
8. Dari beberapa curah pendapat di atas simpulkan bersama, bahwa keluarga
memerlukan dukungan pihak lain untuk dapat memenuhi kebutuhannya
dan memerlukan kondisi yang kondusif agar dapat memenuhi
kebutuhannya. Guna menjamin hal tersebut Pemerintah memiliki tugas
untuk mengupayakan pelayanan dasar yang memadai.
9. Lanjutkan penjelasan singkat tentang “Pelayanan Sosial Dasar”, gunakan
bahan tayangan.
10. Bagi peserta dalam beberapa kelompok kecil (5-7 orang per kelompok).
Tugaskan kepada kelompok untuk membuat daftar jenis-jenis pelayanan
umum yang ada di tingkat desa.
11. Minta 1-2 kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.
12. Jelaskan tentang tanggung jawab desa untuk menjamin masyarakatnya
mendapatkan pelayanan dasar yang memadai.
13. Tutup sesi ini dengan menegaskan bahwa kondisi pelayanan public di desa
belum sama dan merata. Kondisi pelayanan yang tidak memadai banyak
ditemukan pada desa-desa tertinggal, pedalaman, dan perbatasan. Ini
perlu menjadi perhatian khusus bagi pendamping yang nantinya akan
ditempatkan di desa tersebut.
Rencana Pembelajaran
SPB
Standar Pelayanan Minimal
4.2
di Desa (Pendidikan,
Kesehatan)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan konsep standar pelayanan minimal,
2. Menguraikan indikator standar pelayanan minimal di Desa, khususnya
bidang Pendidikan dan Kesehatan.
Waktu
1 JP ( 45 menit)
Metode
Pemaparan, tanya jawab.
Media
Media Tayang 1-10
Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Berikan pengantar dengan menjelaskan tujuan diberikannya materi ini.
Setelah itu jelaskan kaitan antara materi sebelumnya dengan materi ini.
2. Tanyakan kepada peserta, siapa yang pernah memiliki pengalaman tidak
menyenangkan ketika sedang meminta penerbitan KTP di kelurahan,
palayanan kesehatan di puskesmas/pustu/polindes, serta pelayanan
pendidikan di sekolah anaknya? Minta peserta tersebut untuk
menceritakan pengalamannya tersebut.
3. Sebagai refleksi atas sharing pengalaman, ajukan beberapa pertanyaan
berikut:
a. Perasaan apa saja yang muncul ketika mendapatkan pelayanan yang
tidak menyenangkan?
b. Dari sharing yang ada, sebutkan bentuk-bentuk dari pelayanan yang
tidak baik tersebut?,mengapa dikatakan tidak baik?
c. Pelayanan yang tidak baik tersebut sebenarnya apakah masih bisa
diperbaiki? Adakah yang punya usulan cara memperbaikinya?
4. Buatlah simpulan dari sharing dan refleksi, “bahwa pelayanan dasar di desa
tidak hanya sekedar cukup tersedia, tetapi pelayanan tersebut dalam
penyelenggaraanya juga memberikan kepuasan/menyenangkan.
5. Jelaskan bahwa perlu adanya standar pelayanan minimal dalam setiap
bentuk penyelenggaraan pelayanan umum kepada masyarakat. Hal ini
penting untuk menjamin agar setiap pelayanan memberikan manfaat dan
memuaskan.
6. Jelaskan tentang prinsip dasar bahwa standar pelayanan minimal itu
mencakup beberapa aspek yaitu:
a. Pelayanan tersedia setiap saat.
b. Tempat pelayanan dekat dan mudah dicapai
c. Harga pelayanan terjangkau masyarakat pada umumnya.
d. Penyelenggaraan pelayanan memuaskan.
7. Berikan contoh tentang standar pelayanan kesehatan dan pendidikan,
(gunakan tayangan slide).
8. Tanyakan kepada peserta, kira-kira standar pelayanan minimal untuk
pelayanan KTP, sanitasi, dan air bersih itu sebaiknya seperti apa?
9. Catat semua jawaban peserta dan buat simpulan.
10. Tutup sesi dengan menegaskan bahwa pendamping desa memiliki peran
untuk memastikan setiap jenis pelayanan umum di desa telah
mengupayakan untuk memenuhi standar pelayanan minimal.
Lembar Informasi
SPB
Standar Pelayanan Minimal
4.2
di Desa (Pendidikan,
Kesehatan)
Mandat kewenangan Desa dalam UU Desa telah menyebabkan Desa berhak mengurus dan
mengatur beberapa hal yang menjadi cakupan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala
Desa. Dengan tegaknya hak Desa untuk mengurus dan mengatur tersebut, maka tumbuh
pula kewajiban Desa terhadap masyarakatnya berdasarkan kewenangannya tersebut.
Selain kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa, Desa
juga memiliki kewenangan yang ditugaskan oleh Supra Desa. Kewenangan ini pada dasarnya
adalah kewenangan Supra Desa (Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah),
namun karena ditugaskan kepada Desa, maka ia menjadi kewenangan Desa. Dalam konteks
kewenangan jenis ini, Kementerian Dalam Negeri Permendagri nomor 2 tahun 2017
menetapkan Standar Pelayanan Minimal Desa (SPM) yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penyediaan dan penyebaran informasi pelayanan;
2. Penyediaan data dan informasi kependudukan dan pertanahan;
3. Pemberian surat keterangan;
4. Penyederhanaan pelayanan; dan
5. pengaduan masyarakat.
Sedangkan terkait pendidikan dan kesehatan yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat,
Desa dapat menetapkan standar pelayanan minimal berdasarkan kewenangan lokal berskala
Desa. Di antara kewenangan lokal berskala desa dalam bidang pendidikan dan kesehatan
adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu
2. Pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar
3. Pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan
4. Pengelolaan tempat pemandian umum
Kewenangan Desa dalam bidang pendidikan dan kesehatan ini diidentifikasi lebih jauh oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota dan ditetapkan melalui Perbup. Merujuk pada Perbup tersebut,
Desa memilih kewenangan yang mampu dikerjakannya dan ditetapkan dalam Perdes.
Sebagaimana kewenangan lokal berskala Desa lainnya, pelaksanaan standar pelayanan
minimal Desa (SPM) dalam bidang pendidikan dan kesehatan dapat dibiayai dengan Dana
Desa. Sedangkan prinsip dasar bahwa standar pelayanan minimal itu mencakup beberapa
aspek yaitu:
a. Pelayanan tersedia setiap saat.
b. Tempat pelayanan dekat dan mudah dicapai
c. Harga pelayanan terjangkau masyarakat pada umumnya.
d. Penyelenggaraan pelayanan memuaskan.
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pentingnya melakukan kajian kebutuhan pelayanan
sosial dasar;
2. Menguraikan aspek-aspek kajian kebutuhan pelayanan sosial dasar;
3. Menguraikanalat-alat kajian kebutuhan pelayanan sosial dasar.
Waktu
2JP ( 90 menit)
Metode
Pemaparan, tanya jawab, diskusi kelompok
Media
Media Tayang 1-10
Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan materi ini dan kaitkan dengan materi sebelumnya tentang
standar pelayanan minimal di Desa.
2. Tayangkan sebuah gambar “Kondisi Desa”
3. Ajukan beberapa pertanyaan:
a. Bagaimana kehidupan warga di desaini?
b. Bagaimana status pemenuhankebutuhan dasar di desaini?
c. Data-data apa saja yang anda gunakan sehingga dapat merumuskan
kondisidan status pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti yang sudah
disebutkan?
4. Simpulkan bahwa perlu sejumlah data/informasi untuk dapat
merumuskan status kebutuhan pelayananwarga. Data-data ini
didapatkan melalui proses pengkajian.
5. Jelaskan secara ringkas prinsip dan pola kerja dari pelaksanaan
pengkajian kebutuhan pelayanan social dasar.
6. Bagikankepada peserta form pengkajian kebutuhan pelayanan social
dasar dan jelaskan secara singkat
7. Bagi peserta dalam beberapa kelompok, minta peserta untuk belajar
mengisi form, membuat rangkuman dan simpulan analisa kebutuhan
layanan sociall dasar.
8. Amati dan damping kelompok selama bekerja.
9. Jika perlu dan cukup waktu minta salah satu kelompok untuk
memaparkan hasil diskusinya.
10. Tutup sesi dengan menegaskanbahwa pengkajian perlu dilakukan secara
rutin ditingkat desa. Hal ini penting karena kegiatan pengkajian dapat
dimanfaatkan juga untuk memonitor perubahan atau perkembangan
desa. Untuk itu akan lebih baik jika ketrampilan pengkajian ini dilatihkan
kepada semua pelaku pembangunan yang ada didesa terutama mereka
yang berperan untuk melakukan perencanaan kegiatan setiap tahunnya.
Agar pembangunan kebutuhan dasar tersebut tepat sasaran dan sesuai kebutuhan Desa,
maka Desa membutuhkan data-data terkait situasi kebutuhan dasar di Desa. Data-data
tersebut diperoleh melalui identifikasi, pengumpulan, pengolahan dan pengkajian serta
menjadi acuan menentukan prioritas kebutuhan pembangunan. Selanjutnya, data-data
tersebut dimanfaatkan dalam proses perencanaan pembangunan.
Rencana Pembelajaran
SPB
Fasilitasi
4.4
Pelayanan Sosial Dasar
(Kerjasama Sektor)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi sektor terkait dengan pelaksanaan pelayanan sosial
dasar;
2. Menguraikan strategi fasilitasi dalam pelaksanaan pelayanan sosial
dasar.
Waktu
2 JP ( 90 menit)
Metode
Pemaparan, tanya jawab, diskusi kelompok
Media
Media Tayang 1-10
Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
2. Jelaskan tujuan materi sesi ini dan kaitkan dengan tujuan materi di sesi
sebelumnya.
3. Ingatkan kembali, bahwa pelayanan sosial dasar mencakup:
a. Identitas hukum
b. Pendidikan
c. Kesehatan
d. Infrstrukturdasar : air bersih, perumahan, dansanitasi
e. Sosial
4. Bagi peserta dalam beberapa kelompok, tugaskan kepada kelompok untuk
mengidentifikasi pelaksana dan penanggungjawab dari setiap layanan
No BentukPelayanandasar Pelaksana/Penanggungjawab/Instansi
1 Kesehatan:
1. Posyandu
2. Puskesmas/ Pustu/Polindes
2 1. PAUD/TK
2. SD/SMP/SMA
3 IdentitasHukum
1. Aktekelahiran
2. Penerbitan KTP
4 Infrastrukturdasar
1. Perumahan
2. Air bersih
3. Sanitasi
5 Sosial
2. Keamanan
3. Senibudaya
4. Keagamaan
5. Jelaskan bahwa pelayanan dasar akan berjalan dengan baik jika memenuhi
beberapa hal berikut ini:
a. Tersedianya tenaga pelaksana yang terampil
b. Tersedianya tempat pelayanan dengan fasilitas yang memadai.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan secara maksimal
d. Adanya dukungan danperhatian dari Pemerintahan setempat.
e. Keterlibatan masyarakat untuk turut memelihara.
6. Minta kembali peserta duduk dalam kelompoknya. Tugaskan kepada
kelompok untuk mengidentifikasi kondisi layanan yang ada.
7. Jelaskan bahwa pemantauan kondisi pelayanan umum perlu terus diupdate
dan diumpan balikkan kepada pelaksana/penanggungjawab. Umpan
balikakan efektif jika dilakukan dengan memenuhi beberapa prinsip:
a. Menyajikan data
b. Tidak mengkritiki perilaku pelaksana tetapi focus pada system dan
polap elayanan.
c. Disampaikan dalam kontek komunikasi sederajat.
8. Minta peserta kembalike dalam kelompok. Tugaskan kepada kelompok
untuk memilih salah satu jenis pelayanan yang kondisinya tidak baik. Minta
kelompok untuk menyusun rancangan fasilitasi untuk mengkomunikasikan
kondisi layanan tersebut kepada instansi penanggungjawab.
9. Simulasikan proses fasilitasi perbaikan pelayanan dasar, catat proses
simulasi, dan refleksikan bersama proses simulasi:
a. Apakah ketika simulas imenggunakan data-data
b. Apakah ketikasimulasi mengkritisi perilakuatau focus pada system
pelayanan
c. Apakah ketika simulasi menggunakan proses komunikasi sederajat?
10. Tutup sesi dengan penegasan bahwa membangun jaringan dengan semua
instansi penanggungjawab pelayanan menjadi penting dan terus dibangun,
karena membangun jaringan tidak cukup sekali dilakukan melainkan
berkali-kali.
UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 78 Ayat (1) menyebutkan bahwa pembangunan
Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia
serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Demikian pula disebutkan dalam
pasal 80 UU Desa bahwa peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar
merupakan salah satu prioritas dalam perencanaan pembangunan Desa.
Dengan demikian, dapat dipahami bila Permendes no. 22 tahun 2016 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa tahun 2017 Desa menempatkan Pengadaan, pembangunan,
pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana pelayanan sosial dasar untuk
pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat dan pendidikan serta kebudayaan sebagai
prioritas.
Desa tertinggal hingga dengan Desa mandiri perlu merintis serta mengembangkan
pengelolaan secara partisipatif kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang pendidikan,
kesehatan.
Permendes no. 22 tahun 2016 menyebutkan bahwa pembangunan Desa yang terkait
peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan sosial dasar adalah salah satu prioritas
pembangunan yang dapat dibiayai dengan Dana Desa, yaitu sebagai berikut:
Sedangkan kegiatan pemberdayaan Masyarakat yang terkait peningkatan kualitas dan akses
terhadap pelayanan sosial dasar dan dapat dibiayai dengan Dana Desa adalah sebagai
berikut:
Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan dasar tersebut akan berjalan dengan baik jika
memenuhi beberapa hal berikut ini, yaitu:
a. Tersedianya tenaga pelaksana yang terampil
b. Tersedianya tempat pelayanan dengan fasilitas yang memadai.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan secara maksimal
d. Adanya dukungan danperhatian dari Pemerintahan setempat.
e. Keterlibatan masyarakat untuk turut memelihara.
Jika hal-hal tersebut belum maksimal, maka dapat disimpulkan adanya indikasi masalah yang
perlu dikomunikasikan dengan pihak terkait dan dapat dimasukkan dalam perencanaan
pembangunan Desa.