Anda di halaman 1dari 8

Daftar Lengkap Imunisasi Wajib dan Pilihan untuk Bayi dan Anak-Anak

Sudahkah Anda membawa si kecil untuk imunisasi? Apakah sudah lengkap juga jenis imunisasi
yang harus si kecil dapatkan? Ingat, imunisasi tidak cuma satu kali seumur hidup, lho! Imunisasi
adalah kegiatan rutin yang harus dilakukan beberapa kali sepanjang hidup seseorang untuk
melindunginya dari penyakit. Nah, apa saja jenis imunisasi yang wajib didapatkan anak sejak
kecil beserta tambahannya?

Imunisasi itu penting untuk anak

Imunisasi penting buat kesehatan anak. Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan pembentukan
antibodi untuk memperkuat kerja sistem imun tubuh anak saat melawan patogen (kuman, bakteri,
jamur, virus, dan lainnya) penyebab penyakit berbahaya.

Imunisasi dilakukan dengan menyuntikkan versi jinak dari virus atau bakteri penyakit yang
sudah dilemahkan. Tubuh anak kemudian mendeteksi kedatangannya sebagai “ancaman” dan
memicu sistem imun untuk memproduksi antibodi yang nantinya bertugas untuk melawan
penyakit. Jadi, jika suatu saat anak terserang penyakit tersebut, tubuhnya sudah memiliki
“pasukan” antibodi yang mampu mengenali dan melawan serangan virus atau bakteri.

Namun sayang, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ada berbagai
alasan yang membuat anak tidak menerima imunisasi. Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Farid Moeloek,
Sp.M(K), selaku Menteri Kesehatan RI, menuturkan cukup banyak orangtua yang takut akan
mitos imunisasi menyebabkan autisme dan membuat anak jadi gampang sakit sehingga tidak
mengizinkan anaknya divaksin. Tidak sedikit juga orangtua yang meragukan kehalalan
kandungan vaksin sehingga enggan mendapatkannya untuk anak.

Padahal, imunisasi terbukti mampu mencegah berbagai penyakit menular yang berbahaya. Mulai
dari campak, gondongan, batuk rejan (pertusis), polio, cacar air, tetanus, dan lainnya. Oleh
karena itu, ayo bawa buah hati Anda ke Posyandu, Puskesmas, ataupun rumah sakit terdekat
untuk melengkapi imunisasinya.

Apa akibatnya jika anak tidak diimunisasi?

Imunisasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sejak bayi baru lahir untuk menjaga
kesehatannya. Kemudian demi memperpanjang “masa berlaku” perlindungannya, beberapa jenis
vaksin utama harus diulangi sesuai dengan jadwal dan jarak yang telah ditentukan.

Namun, sebenarnya bukan itu saja yang menjadi alasan kenapa Anda harus membawa anak
diimunisasi. Ada tiga alasan penting mengapa imunisasi wajib untuk semua bayi.

Pertama karena imunisasi sudah terbilang aman, cepat, dan sangat efektif untuk mencegah
penularan penyakit. Kedua, sekali diimunisasi maka setidaknya tubuh anak telah terlindungi
dengan baik dari ancaman penyakit tersebut. Ketiga, anak justru berisiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit dan mengalami gejala yang lebih parah jika tidak diimunisasi. Penyakit tersebut
juga berisiko berakibat fatal di kemudian hari.

Sebab ketika anak sudah divaksin, otomatis tubuhnya akan dilengkapi dengan sistem imun yang
bekerja spesifik untuk menyerang virus penyebab penyakit tertentu. Sebaliknya jika anak tidak
diimunisasi, tubuh mereka tidak memiliki sistem pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-
jenis penyakit berbahaya tersebut. Terlebih sistem imun anak kecil juga belum sekuat dan
bekerja semaksimal orang dewasa. Hal ini akan membuat kuman penyakit semakin mudah
berkembang biak di dalam tubuh anak.
Singkatnya, tanpa vaksinasi si kecil akan lebih berisiko tertular, mengalami sakit yang lebih
parah, serta risiko mengalami komplikasi yang juga lebih tinggi. Anda tentu tidak ingin hal
tersebut menimpa buah hati kesayangan Anda, ‘kan?

Risiko anak tidak diimunisasi bahkan tidak hanya mengorbankan kesehatan anak, tapi orang lain
di sekitarnya. Jika anak tidak diimunisasi, virus dan kuman yang masuk ke dalam tubuhnya bisa
dengan mudah menyebar ke kakak, adik, teman, maupun orang lain di sekitarnya.

Pada akhirnya, wabah penyakit pun akan menyebar ke lingkungan sehingga menimbulkan kasus
jangkitan penyakit dan kematian yang lebih banyak.

Jenis imunisasi wajib untuk bayi

Berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017, ada beberapa imunisasi wajib yang harus diberikan
kepada bayi sebelum berusia 1 tahun. Imunisasi ini bisanya diberikan gratis oleh pelayanan
kesehatan di bawah naungan pemerintah, seperti Posyandu, Puskesmas, maupun rumah sakit
daerah.

1. Vaksin hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi menular yang menyerang hati (liver) dan bisa berujung pada kanker
hati atau sirosis. Vaksin hepatitis B harus didapat segera setelah bayi baru lahir, paling lambat 12
jam setelah kelahiran. Namun, bayi harus mendapatkan suntikan vitamin K1 dulu 30 menit
sebelum divaksin.

Selain untuk melindungi bayi dari penularan hepatitis B dari orang lain di masa depannya, vaksin
ini sekaligus berfungsi mencegah risiko penularan dari ibu ke anak saat persalinan. Sebab
kenyataannya cukup banyak ibu yang tidak menyadari dirinya kena hepatitis B karena tidak
pernah merasakan gejala apa pun.

Setelah jadwal vaksin yang pertama, imunisasi hepatitis B juga harus diulang dua kali lagi. Satu
saat bayi telah berumur 1 bulan dan terakhir saat usianya 6 bulan. Pengulangan imunisasi ini
bertujuan untuk “memperbarui” jangka waktu perlindungannya dan memperkuat sistem imun
anak.

2. Vaksin polio

Polio adalah infeksi virus menular yang menyerang sistem saraf pusat di otak. Polio
menyebabkan badan pengidapnya lumpuh sehingga juga umum dikenal sebagai penyakit lumpuh
layu. Pada kasus yang lebih parah, polio sampai mengganggu pernapasan dan proses menelan
sehingga dapat berakibat fatal bila tidak diobati.

Itu kenapa bayi perlu mendapatkan vaksin polio secepatnya sebelum berusia genap 1 tahun.
Vaksin polio terdiri dari 4 rangkaian yang harus dilengkapi semuanya. Vaksin yang pertama
diberikan segera setelah baru lahir, yang kedua pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan terakhir saat
menginjak 6 bulan.

Namun, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan imunisasi polio dilanjutkan
saat bayi berusia sekitar 18-24 bulan.

3. Vaksin BCG

Vaksin BCG adalah imunisasi untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC). TBC adalah
penyakit menular berbahaya yang menyerang saluran pernapasan, dan mungkin menyebar ke
bagian tubuh lainnya jika tidak segera diobati.

Berbeda dengan beberapa jenis imunisasi di atas, vaksin BCG cukup diberikan 1 kali sebelum
bayi berusia 3 bulan. Efektivitasnya akan paling optimal jika diberikan saat bayi berusia 2 bulan.

Vaksin BCG bekerja menyerang bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi paru-
paru dan selaput otak.

4. Vaksin campak

Campak (rubeola) adalah infeksi menular yang cukup umum terjadi pada usia anak-
anak. Penyakit ini menyerang saluran pernapasan dan kemudian menginfeksi seluruh tubuh.

Nah, imunisasi dapat membantu menurunkan risiko buah hati Anda tertular penyakit ini. Vaksin
ini diberikan untuk mencegah penyakit campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia
(radang paru), diare, dan bahkan bisa menyerang otak.

Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat anak berusia 9 bulan dan 24 bulan.
Namun, vaksin campak kedua pada usia 24 bulan tidak perlu lagi diberikan jika anak sudah
mendapatkan vaksin MMR pada usia 15 bulan.
Sebelum program imunisasi dilaksanakan secara global, campak adalah salah satu penyakit
endemik penyebab kematian anak terbanyak setiap tahun di dunia.

5. Vaksin pentavalen (DPT-HB-HiB)

Vaksin pentavalen merupakan vaksin kombinasi dari vaksin DPT, vaksin HB, dan vaksin HiB
(haemophilus influenza tipe B). Vaksin ini diberikan untuk mencegah 6 penyakit sekaligus,
yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang
otak).

Jadwal pemberian vaksin ini sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 18
bulan. Jika tidak dicegah sejak dini, beragam penyakit ini bisa menyebabkan masalah kesehatan
yang lebih serius pada anak di masa depannya.

Difteri, misalnya, dapat menyebabkan penyumbatan jalur napas dan melumpuhkan kerja jantung.
Sementara batuk rejan bisa berujung pada infeksi pneumonia, dan tetanus bisa melumpuhkan
saraf dan otot-otot tubuh. Begitu pula dengan haemophilus influenza tipe B yang bisa
menyebabkan pneumonia dan meningitis di kemudian hari.

Jenis imunisasi tambahan untuk bayi dan anak

Masih mengacu pada ketentuan Permenkes No. 12 Tahun 2017, bayi sangat ditekankan untuk
mendapat beberapa imunisasi tambahan di luar lima vaksin wajib di atas. Jenis vaksin pilihan
juga bisa diberikan pada anak-anak hingga orang dewasa seusai dengan kebutuhan dan kondisi.

1. Vaksin MMR

Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah penyakit campak (Measles), gondongan (Mumps), dan
Rubela (campak Jerman). Vaksin ini umumnya diberikan saat anak berusia 12-18 bulan.

Namun jika anak sudah pernah vaksin campak dan punya riwayat kena salah satu penyakit di
atas sebelumnya, ia tetap perlu mendapatkan vaksin MMR.
Vaksin ini juga direkomendasikan bagi anak yang memiliki penyakit kronis seperti kistik
fibrosis, kelainan jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan, serta sindrom Down.

2. Vaksin tifoid

Vaksin tifoid bertujuan mencegah infeksi bakteri Salmonella typhii yang merupakan penyebab
penyakit tifus. Vaksin ini bisa diberikan saat anak berusia 24 bulan.

Perlu dicatat bahwa kemampuan vaksin tifoid untuk melindungi anak dari tipes kurang lebih
hanya sekitar 50-80% saja. Itu kenapa vaksin ini sebaiknya diulang setiap 3 tahun sekali. Namun,
orangtua juga tetap perlu untuk memilah-milih makanan yang sehat serta memastika kebersihan
diri anak dan kualitas snitasi di tempat tinggal.

3. Vasin rotavirus

Vaksin rotavirus berfungsi mencegah infeksi rotavirus yang bisa mengakibatkan diare kronis.
Ada 2 jenis vaksin rotavirus, yakni vaksin monovalent dan pentavalent. Kedua jenis vaksin
tersebut bisa diberikan secara oral, dengan jadwal pemberian yang berbeda.

Vaksin monovalent diberikan 2 kali saat anak berusia 6-12 minggu, dengan jarak waktu
pemberian selama 8 minggu. Sementara vaksin pentavalent diberikan 3 kali, mulai saat anak
berusia 2 bulan dengan jarak waktu pemberian per 4-10 minggu. Vaksin pentavalent terakhir
maksimal diberikan saat anak berusia 8 bulan.

Rangkaian vaksin rotavirus sebaiknya sudah selesai dilengkapi semua saat anak menginjak usia
24 bulan.

4. Vaksin pneumokokus (PCV)

Vaksin PCV adalah imunisasi untuk melindungi anak dari infeksi bakteri pneumokokus. Infeksi
bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga.

Vaksin ini bisa diberikan pada anak mulai usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan.
Jika diberikan pada anak yang sudah berusia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan sebanyak 1
kali.

5. Varicella

Vaksin varicella (Varivax) adalah imunisasi rutin untuk mencegah cacar air.

Vaksin ini biasanya diberikan sebanyak 2 kali, yang pertama pada rentang usia 12-15 bulan
sebelum masuk sekolah dasar. Imunisasi yang kedua kalinya kemudian diberikan saat anak
berusia 4-6 tahun. Vaksin cacar juga bisa diberikan pada orang dewasa yang belum pernah kena
cacar air sebelumnya.

Perlu dipahami bahwa vaksin ini tidak menjamin sepenuhnya Anda akan kebal dari cacar air
sama sekali. Namun, setidaknya imunisasi bisa menurunkan keparahan gejala penyakitnya.
Sebab jika anak tidak mendapatkan vaksin sama sekali, risiko komplikasi cacar air justru akan
semakin tinggi.

6. Vaksin influenza

Vaksin influenza idealnya diberikan saat anak minimal sudah berumur 6 bulan. Berbeda dengan
jenis vaksin lainnya yang hanya diberikan sesuai jadwal, vaksin influenza tidak demikian.
Vaksin influenza boleh didapatkan kapan saja. Pemberian vaksin ini juga sebaiknya diulang
kembali setiap tahun untuk meencegah anak terkena flu.

7. Hepatitis A

Hepatitis A adalah infeksi virus yang menyebar melalui makanan maupun feses penderitanya.
Penyakit hepatitis A bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Itu sebabnya pemberian
vaksin hepatitis A harus dilakukan sedini mungkin, tepatnya saat usia anak sudah menginjak 2
tahun.

Pemberian vaksin ini biasanya dilakukan 2 kali dengan jarak 6-12 bulan sekali. Namun, bisa juga
didapatkan 2-3 kali per 6-12 bulan bagi anak yang sudah berusia lebih dari 2 tahun.

Bagi anak yang lebih tua dan orang dewasa, vaksin ini bisa diulang setiap 10 tahun
sekali. Efektivitas vaksin akan mulai bekerja sekitar 15 hari setelah didapatkan dan akan
bertahan selama kurang lebih 20-50 tahun.

8. HPV (human papiloma virus)

Vaksin HPV (human papiloma virus) bisa mulai diberikan ketika anak sudah berusia 10 tahun.
Vaksin ini dapat diberikan sebanyak 3 kali dalam rentang usia 10-18 tahun.

Pemberian vaksin ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari virus HPV yang dapat
mengakibatkan kanker serviks, penyakit seks menular seperti kutil kelamin, hingga kanker anus
dan penis.
Apakah imunisasi pasti membuat anak kebal?

Pertanyaan ini mungkin kerap hadir di benak orangtua yang berencana mendapatkan vaksin
untuk buah hatinya. Imunisasi memang ampuh untuk mencegah penularan penyakit.

Anak yang sudah diimunisasi akan sangat jarang sakit karena sistem imunnya sudah diperkuat
oleh bantuan vaksin. Meski begitu, perlu dipahami bahwa bahkan setelah anak melengkapi
imunisasi wajib, lanjutan, maupun tambahan tetap masih ada kemungkinan kecil untuk terserang
penyakit tersebut.

Mendapatkan imunisasi bukan jaminan anak akan sama sekali terhindar dari penyakit
karena vaksin tidak otomatis memberikan 100% perlindungan. Artinya, si kecil masih bisa
terkena penyakit tapi kondisi dan gejalanya rata-rata jauh lebih ringan dan mudah diatasi
ketimbang jika tidak diimunisasi sama sekali.

Lagi-lagi, penting untuk dipahami bahwa bukan berarti imunisasi tersebut gagal atau tidak
bekerja optimal. Itu karena keefektian perlindungan yang diberikan dari vaksinasi memang
hanya sekitar 80-95 persen.

Mengutip dari laman IDAI, penelitian epidemiologi di Indonesia dan negara-negara lain telah
membuktikan manfaat perlindungan dari imunisasi. Ketika ada wabah campak, difteri atau polio
seperti baru-baru ini, anak yang sudah mendapat imunisasi lengkap tercatat sangat jarang
tertular. Apabila memang sakit karena tertular, biasanya kondisi anak tidak akan terlalu parah
sampai membahayakan nyawa.

Sebaliknya, anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali biasanya cenderung
mengalami sakit yang lebih berat, komplikasi berupa kecacatan, atau bahkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai