LAMPIRAN :
KEPUTUSAN DIREKTUR RSKJ
SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU
NOMOR : / /
TENTANG
PEDOMAN STERILISASI
RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA SOEPRAPTO
PROVINSI BENGKULU
PEDOMAN STERILISASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian pelayanan penunjang medis yang ada
di rumah sakit untuk memberikan pelayanan sterilisasi pada seluruh unit pelayanan yang
memerlukan bahan atau alat steril secara terpusat yang bertujuan memelihara efektivitas
secara akurat terhadap proses pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi dan memberikan
kontribusi dalam pendidikan di Rumah Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.
Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit selalu berusaha mengembangkan diri dan
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran, dengan cara
meningkatkan sumber daya manusia dan melengkapi sarana prasarana sesuai dengan
kebutuhan, sehingga tujuan di atas dapat tercapai dengan maksimal.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi bahan dan alat medis guna menekan
kejadian infeksi di rumah sakit.
Tujuan Khusus:
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah sakit.
2. Untuk mengadakan dan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi.
3. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan pelayanan
pusat sterilisasi.
D. Batasan Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu dibuat
batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi rumah sakit.
Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari sumber Buku
Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2009, maupun dari sumber-sumber lain yang dipandang sesuai
dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam buku ini.
Instalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf dan
perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses
pencucian atau dekontaminasi, pengemasan, sterilisasi dan penyimpangan serta
distribusi alat atau instrumen medis dari berbagai departemen atau unit pelayanan di
rumah sakit yang salah satunya untuk memberikan kontribusi dalam pendidikan Rumah
Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.
Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan minimal yang harus
dimiliki Instalasi Sterilisasi Sentral yang meliputi pemrosesan alat atau instrumen medis
melalui dari dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, sterilisasi penyimpanan sampai
dengan pendistribusian alat atau instrumen medis yang sudah steril. Adanya
perencanaan kebutuhan bahan habis pakai (kasa, kapas, dan lain-lain) kemudian
diproduksi, disteril dan didistribusikan ke seluruh unit pelayanan yang membutuhkan
maupun dijual untuk umum melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
Dry heat adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan panas lisrik.
Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
3
Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, dimana penemu metodenya adalah J.H. Bowie dan J. Dick.
Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pecemar mikroorganisme atau
subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut termasuk
perendaman, pencucian, desinfeksi sampai sterilisasi.
Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas) atau
kimia.
Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan
digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya
pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan
warna.
Indiktor mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui
cara fisika atau kimia.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2004.
5. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2009.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Tenaga
Nama Jumlah
Formal Nor Formal yang
Jabatan Kebutuhan
Ada
Kepala D3 Pelatihan Cukup
Instalasi Keperawatan Sterilisasi dan
1 1
Sterilisasi Pelatihan
Sentral Manajemen
Pelaksana SPK Pelatihan Cukup
Dekontaminas Keperawatan Sterilisasi 1 1
i dan Produksi
Pelaksana SMU Pelatihan Cukup
Sterilisasi dan Sterilisasi
1 1
Quality
Control
Pelaksana SMU Pelatihan Cukup
Store dan Sterilisasi 2 2
Distribusi
5 5
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Sterilisasi Sentral membawahi Koordinator Dekontaminasi dan
Produksi, Koordinator Sterilisasi dan Quality Control, serta Koordinator Store dan
Distribusi. Instalasi Sterilisasi Sentral terdiri dari 5 (enam) orang sesuai dengan struktur
organisasi. dalam hal ini kebutuhan tenaga masih kurang 1 (satu) orang di Unit Sterilisasi
dan Quality Control.
C. Pengaturan Jaga
Instalasi Seterilisasi Sentral Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu
memberikan pelayanan selama dua shif jam 07.00 – 21.00 dalam 6 hari. Pembagian petugas
diatur menjadi dua shift, yaitu pagi, sore . Petugas pagi sebanyak dua orang, petugas sore
sebanyak dua orang, Pada malam hari dan hari libur ada petugas on call jika membutuhkan.
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
R. Dekontaminasi
Gambar 3.1. Denah Ruangan Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Khusus Jiwa
Soeprapto Bengkulu
B. Standar Fasilitas 6
Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi efisiensi kerja
dan pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam merencanakan sarana fisik, dan
peralatannya, sebaiknya melibatkan staf sterilisasi sentral. Mengingat sterilisasi sentral
merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok sterilisasi sentral adalah menerima alat
6
atau bahan medik dari semua unit-unti di rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat
atau bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain
yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi sterilisasi sentral perlu
diperhatikan.
a. Bangunan Instalasi Sterilisasi Sentral
Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada
saat ini sera kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang dan didesain
menurut tipe / kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit.
1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2.
2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m2.
3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m2.
4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m2.
5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2.
Untuk Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu
memiliki luas bangunan 7meter x 16 meter = 112m2 dengan 130 TT.
a) Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme dari satu
tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan bioburden dan
mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah didekontaminasi, alat-alat
yang siap disterilkan dan bahkan yang sudah disterilkan. karenanya, sistem
ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang
dekontaminasi harus :
- Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
- Diganti 10 kali dalam 1 jam.
- Tekanan udara negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
c) Kebersihan
Debu, serrangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme, sehingga
kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat pembersih harus
sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya. Harus ada peraturan tertulis
mengenai prosedur pengumpulan sampah dan transportasinya, dan
pembuangan limbah-limbah baik yang dapat maupun yang tidak dapat
menyebabkan infeksi dan juga yang berbahaya. Secara umum, praktek
kebersihan sebaiknya mencakup.
- Setidaknya sekali sehari dipel.
- Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendesinfeksi sink/tempat
mencuci, meja kerja dan peralatan.
- Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumapahan darah dengan
desinfektan yang digunakan di Rumah Sakit.
8
3. Ruang Produksi
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat yang sebelumnya sudah
didekontaminasi dan dibersihkan. Dan juga proses pembuatan bahan dispossible
(kasa, kapas, dan lain-lain) untuk diolah menjadi bahan siap pakai sesuai
kebutuhan, tidak hanya kebutuhan untuk Instalasi Kamar Operasi melainkan
digunakan untuk kebutuhan pelayanan rawat jalan dan rawat inap serta dijual untuk
umum.
4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan disposible (kasa, kapas, dan
lain-lain) dan dilengkapi dengan exhaust.
Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas kering) dan steam
(uap / autoclave).
6. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan yang sudah steril,
seluruh unit rawat inap, rawat jalan, unit penunjang, yang membutuhkan alat atau
bahan steril dapat dipinjam ke instalasi sterilisasi sentral melalui ruang distribusi
ini.
d. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari produsen
mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah pengukur suhu dan tekanan,
timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila komponen-
komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih
khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin
sterilisasi dilakukan minimal sekali dalam setahun, dilakukan oleh Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (BPFK) Departeman Kesehatan atau agen pemegang merek alat.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Instalasi Sterilisasi Sentral melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan
kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari selalu berhubungan dengan :
- Bagian laundry
- Instalasi pemeliharaan sarana
- Instalasi farmasi
- Instalasi laboratorium
- Sanitasi
- Perlengkapan / logistik
- Rawat inap, rawat jalan, IGD, IBS, dan lain-lain.
10
2. Pengadaan
Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah disusun oleh Instalasi Sterilisasi Sentral dan diajukan dalam
RKAP Tahunan. Pengadaan dilakukan oleh tim Pengadaan Rumah Sakit berdasarkan
RKAP yang telah disetujui.
11
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi : adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman
untuk proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi
pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui
proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut.
4. Pengemasan
Yang dimaksud pengemasan adalah proses membungkus, mengemas, dan menampung
alat-alat yang dipakai ulang untuk disterilisasi, penyimpanan dan pemakaian berikutnya.
Bahan kemasan sterilisasi adalah semua material yang tersedia, yang didesain untuk
keamanan hasil sterilisasi. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan
dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan :
Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan dan
isinya.
Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka.
14
Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan isinya
terkontaminasi.
5. Pemberian tanda
Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat atau bahan yang
akan disterilkan masuk ke dalam mesin sterilisasi. Pemberian tanda ini meliputi :
- Pemberian label atau bahan, yang berisi data isi kemasan (jumlah dan jenis alat
atau bahan), tanggal penyeterilan, tanggal kedaluwarsa.
- Pemberian tanda indikator kimia eksternal (autoclave tape) untuk memastikan
apakah kemasan telah dilakukan proses sterilisasi di dalam mesin sterilisasi.
- Pemberian tanda indikator internal (stripe atau starigage) untuk memastikan
apakah mesin telah melakukakan paparan pada permukaan instrumen di dalam
kemasan baik di dalam kemasan crep, linen ataupun kertas plastik.
6. Metode sterilisasi
Sterilisasi di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu dilakukan dengan cara
sebagaimana berikut ini :
Sterilisasi Panas Kering :
Proses sterilisasi terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorsi
oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merabat kebagian dalam permukaan
sampai pada akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa
digunakan untuk alat-alat atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara
mudah atau untuk peralatan terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering pembunuhan
mikroorganisme terjadi melalui proses oksidasi sampai terjadi keogulasi protein sel.
15
Sterilisasi dengan cara ini di pergunakan untuk peralatan logam dan kaca tahan panas.
Metode ini memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih tinggi.
7. Penyimpanan
Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah, suhu sejuk dan
kering dan tidak lembab (syarat kelembaban berkisar 45 - 75%). Alat digunakan kembali
dengan mengikuti prinsip FIFO (First in first out), dimana alat yang lebih dahulu
disterilkan, dipakai terlebih dahulu. Alat yang dibugkus dalam kemasan pauches
(Medipack) dan dalam penyimpanan yang optimal, dapat dianggap tetap steril selama
kemasan masih rapih, sehingga satu tahun, sesuai hasil kultur yang perna dilakukan
Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu. Namun apabila ragu akan sterilitas
kemasan, harus dilakukan sterilisasi ulang sebelum dipakai, dan alat yang tidak
dibungkus harus segera digunakan segera setelah dikeluarkan.
8. Distribusi
Distribusi bahan atau alat medis steril dari Instalasi Sterilisasi Sentral ke unit pelayanan
dilkukan dengan menggunakan box plastik tertutup. Distribusi bahan atau alat steril
dilakukan melalui loket peminjaman bahan atau alat medis steril, pada jam pengambilan
yang telah ditentukan, yaitu pukul 07.00 – 21.00 wib. Pada unit unit khusus seperti IBS,
IGD, ICU jika memerlukan alat medis steril di atas jam 21.00 atau hari libur ada petugas
jaga on call 24 jam. Distribusi alat atau instrumen kotor dari unit pelayanan ke Instalasi
17
Sterilisasi Sentral dengan menggunakan box plastik tertutup khusus instrumen kotor, dan
diserahkan di loket Instalasi Sterilisasi Sentral khusus penerimaan barang kotor. Setiap
kegiatan serah terima baik bahan atau alat medis steril maupun alat medis kotor, harus
dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi, dan di tanda tangani oleh petugas unit
pelayanan dan petugas Instalasi Sterilisasi Sentral.
B. ALUR PELAYANAN
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam memproses alat/bahan. Alur kerja dibuat sedemikian
rupa sehingga :
1. Pekerjaan dapat efektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor
hendaknya terpisah.
3. Jarak yang ditempuh sependek mungkin dan tidak bolak balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan
Pencucian Pencucian
Pengemasan Pengeringan
Penandaan Pengemasan
Penyimpanan
Distribusi
Loket Bahan Steril
18
Unit Pelayanan
Unit Pelayanan
Unit Pelayanan
Unit Pelayanan
Unit Pelayanan
Gambar :4.1 Alur Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto
Bengkulu
C. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL STERILISASI
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis yang steril,
namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan harus ada jaminan
dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin
sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang ketat.
- Kontrol kualitas sterilisasi
Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang
disediakan benar-benar steril. Cara yang paling ideal adalah dengan cara melakukan
kultur atau uji sterilitas dari tiap produk yang disterilkan. Nmaun cara ini tidak praktis
dan sangat mahal. Untuk itu Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Khusus Jiwa
Soeprapto Bengkulu dilakukan monitoring setiap tahapan sterilisasi untuk memberikan
jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam prosesnya sudah dipenuhi
dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kontrol kualitas sebagai berikut :
1. Pemberian nomor lot pada tiap kemasan.
Tiap kemasan yang yang akan disteril harus mencantumkan identitas berupa nomor
mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin
sterilisasi.
Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan
recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi.
Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didukumentasikan nomor lot, informasi umum
kemasan (kemasan linen, kemasan instrumen, dan sebagainya), waktu pemaparan dan
suhu (jika belum tercatat oleh mesin sterilisator), nama operator, data hasil pengujian
biologi, data respon terhadap indikator kimia dan data hasil dari uji Bowie-Dick.
3. Waktu kedaluwarsa
19
Setiap kemasan yang disteril harus diberi label yang mengidikasikan waktu
kedaluwarsa untuk memudahkan rotasi stock, walaupun waktu kedaluwarsa tidak
tergantung pada waktu, melaikan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
4. Kalibrasi alat
Sterilisator harus dilakukan kalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa kondisi
alat masih layak pakai menjamin mutu hasil sterilisasi. Kalibrasi sterilisator dilakukan
setiap tahun sekali, untuk setiap jenis sterilisator, baik sterilisator panas kering
maupun sterilisator autoclave.
Di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu dilakukan monitoring mutu akhir
sterilisasi dengan menggunakan indikator kimiawi eksternal dan internal, indikator mekanik
serta indikator Biologi. Dan secara periodik setiap tiga bulan sekali dilakukan pemeriksaan
20
kultur mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi untuk menilai mutu akhir dan menentukan masa
kedaluwarsa bahan steril dalam penyimpanannya.
BAB V
LOGISTIK
Tabel. 5.1 Daftar Iventaris Alat/Instrumen Set di Inst.Sterilisasi Sentral periode Januari .......
13 Set Tracheostomy 1 1
14 Set TUR 1 1
15 Set CVP 1 1
16 Set Sirkumsisi 1 1
17 Set Pemotong Ortho 1 1
18 Set Curetage 1 1
19 Set Basic Neuro 1 1
20 Set Tambahan 1 1
Trepanasi
21 Set Laminectomy 1 1
22 Set WSD 1 1
23 Set Thoraxcotomy 1 1
24 Set Mata 1 1
25 Set Small Fragment 1 1
26 Set Basix Plating 1 1
27 Set OHS/OCS 1 1
28 Set Mini 1 1
29 Set AV Shunt 1 1
30 Set Basic Small 1 1
31 Set Double Wire 1 1
Tightiner
32 Set Nailling 1 1
33 Set Heating 23 23
34 Set Rawat luka 18 18
35 Set Sirkumsisi 4 4
36 Set Aff Heating 15 15
37 Set Protoscopy 1 1
38 Set Partus 5 5
39 Set Bugie 2 2
40 Set Curetage 3 3
41 Set Aff IUD 2 2
42 Set Heating Portio 2 2
43 Set Vacum set 5 5
44 Set CVP 3 3
45 Set Biopsi 1 1
46 Set Insisi
47 Set Alat Gigi Dasar 61 61
48 Set Tang Gigi 43 43
49 Set Curetage Gigi 4 4
50 Set Bein Gigi 16 16
51 Set Kaca Gigi 42 42
52 Set Gunting Gigi 6 6
53 Set Arteri Klem Gigi 5 5
54 Set Kikir Gigi 3 3
55 Set Krayer Gigi 3 3
56 Set Ordontec Gigi 5 5
57 Set Knable Tang 1 1
58 Set AJ Gigi 5 5
23
Tabel. 5.2 Daftar Iventaris Alat/Instrumen Satuan di Inst.Sterilisasi Sentral periode Januari .......
Tabel. 5.4 Daftar Iventaris Alat-Alat di Inst. Sterilisasi Sentral periode Januari .......
KONDISI ALAT PEMAKAIAN ALAT
N NAMA ALAT JML TIDAK KETERA
O SET BAIK RUSAK HILANG LAYAK LAYAK NGAN
PAKAI PAKAI
1 Sterilisator Steam 1 1
(Uap)
2 Sterilisator Dry Heat 3 3
(Panas Kering)
3 Sealler 2 2
(Mesin Press)
4 Kompresor 1 1
(Angin)
5 Ekshouse Fan 3 3
6 Almari Loker 1 1
(Petugas)
7 Almari kayu 1 1
25
(Penyimpan BMHP)
8 AC 2PK 1 1
(Merk Panasonic)
9 Trolly seting alat 2 2
(stenllis)
10
Meja kerja 1 1
11 Komputer kerja
(Satu set) 1 1
12 Kursi kerja 4 3 1
13 APAR
(P. Api Ringan) 1 1
Rak Penyimpanan 1 1
barang steril
14 Rak Penyimpanan 1 1
barang on steril
15 Box Transport 1 1
stenliss alat steril
16 Box Transport 1 1
stenliss alat bersih
17 Gunting kasa 2 2
BAB VI
26
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk asessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berisiko dengan pasien. Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjut serta implementasinya solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamtan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian
dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
supaya tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyrakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
29
27
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self asessment dengan instrumen akreditasi pelayanan keselamatan pasien
rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
dan kejadian tidak diharapkan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah
tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim
pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini
yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penaykit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau (K3) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja, dalam hal ini Instalasi Sterilisasi Sentral dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan dan
keselamatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
rumah sakit.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada
tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
32
30
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas, atau
terlalu dingin.
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penangulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.
memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka
risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.
- Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari kotoran,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/alat.
- Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi.
- Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi
mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja dengan baik.
- Pastikan bahwa semua komponen instrumen dalam keadaan lengkap dan berfungsi
secara normal.
- Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi uadara
dalam chember (sistem mesin sterilisasi uap pre vacum).
Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
dan penatalaksanaan sirkulasi.
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air
bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.
34
2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bahu menyengat. Umumnya digunakan
sebagai densifektan. Formlin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol
dengan kadarbervariasi (biasanya antara 12-15%).
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena secara
perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif Natrium
Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai
densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya
dan jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam
lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
37
A. Pengertian
Derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma etika, hukum sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan instansi dan masyarakat konsumen.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan
secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Tujuan Khusus :
Tercapainya pengendalian mutu pelayanan melalui :
1. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien.
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitihan dan pengembangan
pelayanan kesehatan.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit di susun sebagai upaya panduan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari dalam memberikan pelayanan. Di harapakan melalui pedoman
pelayanan ini dapat tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam mewujudkan
pelayanan Rumah Sakit yang berkualitas, dengan pengendalian infeksi nosokomial secara nyata.
39
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka tidak
menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin disempurnakan. Oleh
karenanya, terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala, agar
diperoleh perkembangan yang terbaru, demi upaya peningkatan mutu pelayanan di Instalasi
Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu.
DITETAPKAN DI : BENGKULU
PADA TANGGAL :
42