Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit
ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan -
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun
menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan
diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial
ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease
evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita
penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi
tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi
mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi
pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai
kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara
tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata
dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat.
“karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan
kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam
keadaan normal jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita
mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda.
Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia
(Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak
dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi
karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan,
dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi katarak
2. Untuk mengetahui klasifikasi katarak
3. Untuk mengetahui etiologi katarak
4. Untuk mengetahui manifestasiklinik katarak
5. Untuk mengetahui pathway katarak
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik katarak
7. Untuk mengethaui penatalaksanaan katarak
8. Untuk mengethaui komplikasi katarak

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa
yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang
terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
B. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata
(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,
Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis,
glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan
menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Tamsuri, 2008).

C. Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia (Tamsuri, 2008)
D. Manifestasi Klinis Katara
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah
sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi prosedur tindakan
lensa
pembedahan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status
mengabutkan pandangan
organ indera

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptualDiagnostik Degenerasi pd lensa
E. Pemeriksaan
penglihatan
1. Uji mata
KATARAK
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
Post op Nyeri
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth,
2001).
6. Darah putih: dibawah 10.000 normal

F. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan
prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum
dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka
penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan
sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas,
kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan
terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan
pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan
dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi
mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan
klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak
: ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak
yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi
gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).

G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan
uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
BAB III
ASUHAN EPEAWATAN DENGAN KATARAK

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat klien / Data Biologis
Nama : Tn.P
Alamat : Kendari
Tempat, Tanggal lahir/Umur : Kendari ,4 maret 1932
Jenis kelamin :Laki – Laki
Suku : Tolaki
Agama : Islam
Status perkawinan : Duda
Pendidikan :-
Alamat : Kendari
Orang yang paling dekat di hubungi : Anak Kandung
Tanggal pemeriksaan : 01 Maret 2019
2. Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P
dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya
sehingga kurang memperhatikan Tn,P istrinya sudah meninggal dunia
dikarenakan kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi
dengan Ny,S yang mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka
pun tinggal bersama di wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia
hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga
telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan dan
serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan panti sosial
tersebut.
3. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk
memenuhi kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak
lagi sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat
dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam
rumah terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P
tersebut adalah 11 orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2
lagi adalah anak dan menantu dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P
adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.
5. Riwayat Rekreasi
Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama anak -
anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.
6. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal
jauh.
7. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)
Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan
waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya
Tn.P menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau
waktu makan saja.
8. Status kesehatan saat ini
Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn.
Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa
dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p
berobat di klinik baru Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P
mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P
mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik
alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½
porsi, Tn. P mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam
mengkonsumsi makanan.
9. Status kesehatan masa lalu
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak
pernah di rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah
mengalami trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang
padi, sehingga menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan
Tn.P juga mengatakan sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung
berobat, karena pada waktu itu menurut keteranganTn.P belum ada layanan
kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan obat kampung saja.
10. Riwayat keluarga
Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah
meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan
ayah dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun.
Sedangkan ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
TD :190/100 Mmhg
RR : 28 x/i
Pols : 84 x/i
Temp: 36 c
b. Pemeriksaan lain
Kepala
Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak -
acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau
yang khas.Dan Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada
kulit kepala.
Mata
Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan
mata Tn.P hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya
trauma yang terjadi pada Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya
tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak menggunakan kacamata, sehingga dengan
begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat dengan baik.
Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada
mata sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan
baik dikarenakan usia lanjut.
Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa
mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam
telinga Tn.P tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa
mendengar dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.

Hidung
Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan
tidak ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak
ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.
Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3
batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak
kotor dan pucat.Tn.P mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P
mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah
dikarenakan gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya
karies pada gigi Tn.P
Leher
Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri
tidak ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.
Payudara
Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya
kelainan pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak
ditemukan adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar
cairan dari putting susu.
Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru
Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering
mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum
neo napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi
dapat berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat
perubahan warna kaki pada Tn.P
Gastrointestinal
Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan
Tn.Pjuga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati.
Tetapi walaupun Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat
mencerna makanan dengan baik, walaupun sedikit demi sedikit.
Musculoskeletal
Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak
mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan
sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat.
Sistem saraf pusat
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan
kalau dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung.
Karena semakin meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada
memorinya, sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya.
Sistem endokrin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali
jika diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut,
rambut Tn.P putih dengan uban.

Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu
dikarenakan karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan
dirinya, sehingga kulitnya sering mengalami gatal - gatal.
Psikososial
Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga
mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya.
Dan Tn.P juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi.
12. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1.  Ds : Klien mengatakan
pandangan tidak jelas, Penurunan tajam Penurunan
pandangan berkabut. penglihatan persepsi sensori
 Do :visus berkurang, : Penglihatan
penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat
kekeruhan pada lensa mata.

2.  Ds : Pasien mengatakan
cemas dan takut. Kurang pengetahuan Ansietas
 Do : Nadi meningkat, tekanan tentang proses
darah meningkat, wajah penyakit
tampak gelisah, wajah
murung dan sering melamun.

3.  Ds : Klien mengatakan tidak


bisa melihat dengan jelas,
pandangan kabur. Penurunan fungsi Gangguan
 Do : Klien tidak dapat banyak penglihatan perawatan diri
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak -
acakan.
4.  Ds : Klien mengatakan pedih
di daerah mata. Luka dimata Nyeri
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha
memegang daerah mata

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman
penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan
terdapat kekeruhan pada lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah
murung dan sering melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak
dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak -
acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha
memegang daerah mata.
C. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Penurunan persepsi
sensori : Penglihatan
b/d penurunan
ketajaman
penglihatan d/d visus
berkurang,
penurunan
ketajaman
penglihatan, dan
terdapat kekeruhan
pada lensa mata
2 Ansietas b/d kurang
pengetahuan tentang
proses penyakit d/d
Nadi meningkat,
tekanan darah
meningkat, wajah
tampak gelisah,
wajah murung dan
sering melamun.

3 Gangguan
perawatan diri b/d
Penurunan fungsi
penglihatan d/d Klien
tidak dapat banyak
bergerak, kondisi
tubuh tidak rapi dan
tampak acak -
acakan.

4 Nyeri b/d luka dimata


d/d Wajah meringis
menahan sakit, klien
berusaha memegang
daerah mata.

D. Implementasi
Tgl / Hasil/
No Diagnosa Implementasi Paraf
Jam Respon
02
1 Maret
2019
02
2 Maret
2019
3 02 
Maret
2019
4 02
Maret
2019
5 03 
Maret
2019
6 03 
Maret
2019
7 03 1. 
Maret
2019
8 03 
Maret
2019

A. EVALUASI

No Tgl/Jam Diagnosa Perekmbangan Pasien Pelaksana


1 02 Maret Penurunan persepsi S: pasien mengatakan
2019 sensori Penglihatan pandangan masih tak
b/d penurunan jelas
ketajaman O:masih terdapat
penglihatan d/d visus penurunan ketajaman
berkurang, penglihatan dan visus
penurunan berkurang
ketajaman A: masalah belum teratasi
penglihatan, dan P : intervensi dilanjutkan
terdapat kekeruhan
pada lensa mata.

2 02 Maret Ansietas b/d kurang S : pasien mengatakan


2019 pengetahuan tentang sedikit tenang
proses penyakit d/d O : pasien sudah tenang
nadi meningkat, A : masalah sedikit
tekanan darah teratasi
meningkat, wajah P : intervensi dilanjutkan
tampak gelisah,
wajah murung dan
sering melamun.

3 02 Maret Gangguan S : klien mengatakan


2019 perawatan diri b/d pandangan masih
Penurunan fungsi kabur
penglihatan d/d Klien O : klien tidak bisa
tidak dapat banyak bergerak banyak
bergerak, kondisi A : masalah belum teratasi
tubuh tidak rapi dan P : intervensi dilanjutkan.
tampak acak -
acakan.
4 02 Maret Nyeri b/d luka dimata S : pasien mengatakan
2019 d/d Wajah meringis pedih daerah mata
menahan sakit, klien O : pasien meringis
berusaha memegang menahan sakit
daerah mata. A : masalah sedikit
teratasi
P : intervensi dilanjutkan

5 03 Maret Penurunan persepsi S: pasien mengatakan


2019 sensori Penglihatan pandangan masih tak
b/d penurunan jelas
ketajaman O:masih terdapat
penglihatan d/d visus penurunan ketajaman
berkurang, penglihatan dan visus
penurunan berkurang
ketajaman A: masalah belum teratasi
penglihatan, dan P : intervensi dilanjutkan
terdapat kekeruhan
pada lensa mata.

6 03 Maret Ansietas b/d kurang S : pasien mengatakan


2019 pengetahuan tentang sedikit tenang
proses penyakit d/d O : pasien sudah tenang
nadi meningkat, A : masalah sedikit
tekanan darah teratasi
meningkat, wajah P : intervensi dilanjutkan
tampak gelisah,
wajah murung dan
sering melamun.

7 03 Maret Gangguan S : klien mengatakan


2019 perawatan diri b/d pandangan masih
Penurunan fungsi kabur
penglihatan d/d Klien O : klien tidak bisa
tidak dapat banyak bergerak banyak
bergerak, kondisi A : masalah belum teratasi
tubuh tidak rapi dan P : intervensi dilanjutkan.
tampak acak -
acakan.
8 03 Maret Nyeri b/d luka dimata S : pasien mengatakan
2019 d/d Wajah meringis pedih daerah mata
menahan sakit, klien O : pasien meringis
berusaha memegang menahan sakit
daerah mata. A : masalah sedikit
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan

Keperawatan pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma

Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan

hambatan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh

penulis. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang

terdekat dan tim medis lainnya.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang

masalah kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan

keperawatan.dalam tinjauan teoritis penulis menemukan 4 diagnosa

keperawatan, sedangkan dalam tinjauan kasus penulis hanya mengangkat

4 diagnosa keperawatan.Karena selama tahap pengkajian penulis tidak

menemukan semua persamaan antara diagnosa dari tinjauan kasus

dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh pasien

yang di kaji oleh penulis.

3. Intervensi

Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan

yang sesuai dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam

melakukan perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan dan

kesulitan dikarenakan semua rencana tindakan dalam melaksanakan


asuhan keperawatan yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat

berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.

4. Implementasi

Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis

melanjutkan kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

yang disesuaikan dengan perencanaan yang berarti.Karena rencana

tindakan yang dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal

ini dapat terlaksana dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang

baik antara perawat, orang terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di

samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam

tahap ini penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan

mendapat respon dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap

tindakan keperawatan yang di berikan.Meskipun tidak semua masalah

dapat teratasi namun asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak

membantu dalam mengatasi masalah pasien.

B. Saran

1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan

dirinya. Dan kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma

sakura disarankan untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola

makannya, pola istirahatnya, dan sebagainya.


2. Kepada perawat yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan

Balita Wilayah Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih

memperhatikan kondisi pasien. Serta selalu memantau kondisi pasien.

Terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan adanya

kecermatan dan ketelitian terhadap tindakan yang akan dilakukan.

3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai -

Medan diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan dan memenuhi segala perawatan yang

dibutuhkan oleh pasien.

4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan

dapat menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC :

Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan

Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika :

Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal

Bedah.EGC : Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-

anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai