Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR


(HSKB418)

Dosen Pembimbing

Muhammad Azhari Noor, S.T., M.T.

NIP. 19801119 200501 1 001

OLEH

Trie Nadha Aprilia

1610811320037

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2018
Pr.
1. Studi Kasus Mengenai Konfik Yang Diakibatkan Oleh Sumberdaya Air
2. Tentang Pencabutan UU No. 7 tahun 2004
3. UU terbaru tentang Sumberdaya Air

1. Permasalahan Air Bersih di Negara 1001 Larangan


( Singapura)
Abstraksi
Seperti yang telah diketahui, setelah memisahkan diri dari Malaysia pada 1965,
Singapura mengalami berbagai masalah salah satunya dalam hal pemasokan air. Dalam suatu
kesempatan mewawancarai Direktur 3P Network Department, Public Utility Board di
Singapura, “sudah dicoba dan hasilnya jelek” kata Goerge Madhavan ia juga mengatakan
bahwa tanah di Singapura tidak bisa diandalkan untuk pemasokan air. Kebutuhan akan air
bersih di Negeri 1001 Larangan ini mencapai 1,9 meter kubik perharinya, sementara
Singapura bukanlah kawasan yang memiliki ketersedian air yang melimpah.
Saat 1960-an, Singapura mengandalkan pasokan air dari aliran sungai di Johor,
Malaysia, yang masuk ke wilayah Singapura. Berbekal perjanjian tahun 1961 dan 1962, meski
Singapura merdeka, Malaysia tidak bisa menyetop atau mengalihkan air di sungai Johor.
Itulah pasokan penting bagi Singapura saat itu. Dari aliran sungai itulah perusahaan air
minum di Singapura mengambil dan mengolah airnya menjadi air kemasan ataupun dialirkan
ke setiap rumah tangga di Singapura hingga saat ini.
Perjanjian pertama dengan Malaysia yang ditandatangani tahun 1961 telah berakhir
pada 2011 silam dan kedua negara tidak memperpanjang perjanjian tersebut. Saat ini
Malaysia dan Singapura masih terikat perjanjian tahun 1962 yang berlaku 99 tahun atau akan
berakhir tahun 2061.
Mengatasi hal tersebut, pemerintah Singapura kemudian merancang skema Four
National Taps atau Empat Keran Nasional. Untuk menjamin pasokan air yang beragam dan
berkesinambungan, Singapura mengandalkan resapan air hujan, impor dari Malaysia, daur
ulang NEWater, dan desalinasi atau pemurnian air laut. Rencana reklamasi air ini sebenarnya
telah tercetus sejak 1974, namun kandas karena keterbatasan keilmuan dan teknologi.
Akhirnya pada 1998, digelarlah Studi Reklamasi Air (Singapore NEWater Study) oleh PUB
dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air (MEWR). Pengembangan pun
diintensifkan hingga akhirnya perusahaan NEWater resmi bergerak pada tahun 2003.
Singapura juga telah merancang skema untuk melepas ketergantungan terhadap impor
air dari Johor, rencananya pada tahun 2056, NEWater dapat memenuhi lebih dari 50 persen
kebutuhan air nasional.. Saat ini terdapat empat sumber pasokan air bagi Singapura. Selain
impor, ada pasokan berasal dari air tadahan hujan (cathman water). Air hujan yang masuk ke
drainase dialirkan menuju suatu penampungan (resorvoir) lalu diolah. Hanya saja metode ini
sangat tergantung pada cuaca dan musim. Di musim kemarau seperti Februari hingga Juli,
pasokan air berkurang. Nah, jika pasokan air berkurang, Singapura memiliki sumber air
ketiga, yakni new water. Metode ini mengolah air limbah domestik dan industri agar bisa
langsung digunakan tanpa harus masuk ke reservoir. Keempat, metode destilasi, yakni
menyuling air laut menjadi air bersih untuk minum. Minusnya, metode new water dan
destilasi ini memerlukan penggunaan energi yang besar sehingga biayanya lebih mahal dari
dua metode lainnya.
Pengolahan air sisa rumah tangga alias new water bisa memasok sekitar 30%, dan
penyulingan air laut atawa destilasi sebesar 25%. Total kebutuhan air di Singapura sebanyak
400 juta galon per hari atau sekitar 150 liter bagi setiap orang per hari. Saat ini, dari total
kebutuhan air di Singapura, rumah tangga hanya menghabiskan 45% air, sisanya 55% untuk
industri.
Kini pengelolaan air di Singapura sudah berbeda. Kini Singapura tidak lagi cuma
mengandalkan air impor dari Malaysia. Apalagi air hujan. Air impor dari Malaysia hanya
sumber terkecil dari empat sumber suplai air di Singapura
Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Singapura mengalami konflik pemasokan air sejak berhenti menjadi bagian negara
Malaysia.
2. Kebutuhan air yang banyak menyebabkan negara ini impor air bersih dari Malaysia
dan memutuskan untuk gerakan energi terbarukan untuk mencukupi kebutuhan
negaranya.
3. Singapura kini memiliki 4 suplai air yakni ;
a. Pengolahan air hujan
b. Impor air dari Johor
c. Destilasi air laut
d. Metide New water

2. Alasan Pencabutan UU No. 7 tahun 2004


Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan keberlakuan secara keseluruhan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) karena tidak memenuhi enam
prinsip dasar pembatasan pengelolaan sumber daya air.
Hak penguasaan negara atas air itu dapat dikatakan ada bilamana negara, yang oleh UUD
1945 diberi mandat untuk membuat kebijakan (beleid), masih memegang kendali dalam
melaksanakan tindakan pengurusan (bestuursdaad), tindakan pengaturan (regelendaad),
tindakan pengelolaan (beheersdaad), dan tindakan pengawasan (toezichthoudensdaad),”
Dalam rapat MK diputuskan :
a. Swasta Tidak Boleh Kuasai Pengelolaan Air
Konsep Hak Guna Pakai Air dalam UU SDA harus ditafsirkan sebagai turunan
(derivative) dari hak hidup yang dijamin oleh UUD 1945. Oleh karenanya, pemanfaatan air di
luar Hak Guna Pakai Air, dalam hal ini Hak Guna Usaha Air, haruslah melalui permohonan
izin kepada Pemerintah yang penerbitannya harus berdasarkan pada pola yang disusun dengan
melibatkan peran serta masyarakat yang seluas-luasnya. Oleh karena itu, Hak Guna Usaha Air
tidak boleh dimaksudkan sebagai pemberian hak penguasaan atas sumber air, sungai, danau,
atau rawa.
a. Petani Tidak Dikenai Biaya Pengelolaan SDA
Hal lain yang dipertimbangkan MK, terkait prinsip “penerima manfaat jasa
pengelolaan sumber daya air wajib menanggung biaya pengelolaan” harus dimaknai sebagai
prinsip yang tidak menempatkan air sebagai objek untuk dikenai harga secara ekonomi.
Dengan demikian, tidak ada harga air sebagai komponen penghitungan jumlah yang harus
dibayar oleh penerima manfaat.
“Berdasarkan seluruh pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas tampak bahwa hak
penguasaan oleh negara atas air adalah ‘ruh’ atau ‘jantung’ dari Undang-Undang
SDA sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945,”.
Dengan alasan tersebut, MK pun memeriksa pelaksanaan dari UU SDA, dalam hal ini
Peraturan Pemerintah terkait dengan pengujian UU SDA sehingga apabila maksud tersebut
ternyata bertentangan dengan penafsiran yang diberikan oleh Mahkamah, hal itu
menunjukkan bahwa Undang-Undang yang bersangkutan memang bertentangan dengan
Undang-Undang
Dasar. Dengan dibatalkan keberadaan UU SDA, MK menghidupkan kembali UU Nomor
11 Tahun 1974 tentang Pengairan untuk mencegah kekosongan hukum hingga adanya
pembentukkan undang-undang baru. Karenanya, segala bentuk pengelolaan air tidak lagi
berdasar pada UU SDA, tetapi UU Pengairan
.

3. Perkembangan UU terbaru tentang Sumberdaya Air


Untuk mengganti peraturan No.24 tahun2008 maka terbitlah Peraturan Pemerintah
Nomor 121 Tahun 2015 tentang pengusahaan sumber daya air yang berisikan :
a. BAB I : Ketentuan Umum ( pasal 1-3 )
b. BAB II : Dasar Penyelenggara Pengusahaan Sumberdaya Air (
pasal 4-12 )
c. BAB III : Jenis Pengusahaan Sumberdaya Air ( pasal 13)
d. BAB IV : Perizinan ( pasal 14-44 )
e. BAB V : Wewenang dan Tanggung jawab Pemberi Izin
Pengusahaan Air Tanah ( pasal 45-46 )
f. BAB VI : Pengawasan ( pasal 47-48 )
g. BAB VII : Sanksi Administratif ( pasal 49-58 )
h. BAB VIII : Ketentuan Peralihan ( pasal 59 )
i. BAB IX : Ketentuan Penutup ( pasal 60-61)

Anda mungkin juga menyukai