Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi.
Katalis ikut bereaksi, namun pada akhir reaksi akan terbentuk lagi.
Fischer tropsch yaitu reaksi sintesis dengan bahan baku gas CO dan H2 dengan bantuan
katalis untuk menghasilkan rantai hidrokarbon yang panjang, contoh bensin, dan lain-lain.
Fischer tropsch dimanfaatkan dengan alasan ketersediaan energi fosil yang semakin langka.
Untuk itu diadakan solusi berupa proses fischer tropsch.
Fischer tropsch bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang menentukan adalah:
3.Penyangga, yang berfungsi memperluas luas permukaan katalis, sehingga membuat rantai
hidrokarbon yang dihasilkan lebih panjang
2.Ni: tidak dapat digunakan di reaksi sintesis karena menghasilkan gas metana
4.Co: dengan umurnya yang lebih lama daripada Fe dan stabilitas reaksi lebih baik
Berbagai katalis dapat digunakan untuk proses Fischer-Tropsch, namun yang paling umum
digunakan adalah logam transisi seperti kobalt, besi, dan ruthenium. Nikel juga dapat
digunakan, tetapi cenderung membentuk metana. Kobal kelihatannya katalis yang paling
aktif, walaupun besi juga cukup baik dan lebih cocok untuk sintesis gas berhidrogen rendah
seperti yang berasal dari batu bara karena reaksi promosi konversi udara-gas. Di samping
katalis logam aktif yang biasanya mengandung sejumlah promoter, termasuk kalium dan
tembaga, serta tinggi daerah permukaan yang mendukung seperti silika, alumina, atau zeolit.
Tidak seperti logam lain yang digunakan pada proses ini (Co, Ni, Ru) yang tetap dalam
bentuk logam selama proses sintesis, katalis besi cenderung membentuk beberapa tahap
reaksi kimia, termasuk berbagai besi oksida dan besi karbida selama reaksi. Kontrol dari
transformasi fase ini merupakan tahap penting dalam menjaga aktivitas katalis dan mencegah
dari gangguan partikel katalis.
Katalis Fischer-Tropsch dikenal sangat peka terhadap keberadaan senyawa belerang yang
bersifat racun. Sensitivitas dari katalisator belerang lebih tinggi untuk katalisis kobal daripada
daripada besi. Katalis kobal lebih diutamakan untuk sintesis Fischer-Tropsch bila bahan
bakunya adalah gas alam yang memiliki aktivitas lebih tinggi dari katalisasi kobal. Gas alam
memiliki tingkat rasio yang tinggi antara hidrogen dan karbon, sehingga konversi udara-gas
tidak diperlukan lagi untuk katalis kobal. Katalis besi adalah pilihan untuk bahan baku
berkualitas rendah seperti batu bara atau biomassa. Sementara katalis besi juga rentan
terhadap keracunan belerang dari batubara dengan yang mengandung belerang tinggi, maka
semakin rendah biaya katalisator dapat mengakibatkan katalis pada bagian depan reaktor
yang ekonomis. Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, besi dapat mengkatalisasi
konversi udara-gas untuk meningkatkan rasio karbon hidrogen untuk membuat reaksi lebih
baik selektif.
1.Kalium
2.Silika
3.Gamma alumina
Prosesnya dimulai dengan membuat gas sintetis yaitu gas H2 atau hidrogen dan gas CO atau
karbon monoksida. Gas H2 mudah terbakar dan gas CO sangat beracun, tapi semuanya
dikontrol dalam bejana tertutup. Pembuatan gas diawali dengan membakar batubara dengan
gas oksigen kedap udara supaya lebih efisien. Batu bara akan membara berwarna merah
kemudian dimasukkan uap air, jika mulai padam dialirkan lagi oksigen dan seterusnya. Maka
akan dihasilkan campuran gas yang kemudian dimurnikan seperti terjadi di banyak industri
kimia. Selanjutnya diperoleh syngas yaitu H2 dan CO yang siap direaksikan menjadi molekul
yang lebih tinggi dan banyak dibutuhkan.
WhatsAppLineTwitterTelegramFacebook
Sejak perang dunia ke-II, Jerman mengalami krisis bahan bakar. Di tengah
krisis tersebut, ilmuwan jerman, Franz Fischer dan Hans Tropsch, menemukan
sebuah metode baru untuk mengubah batu bara menjadi minyak bumi buatan
pada tahun 1920. Dikarenakan keberhasilan metode tersebut, maka proses untuk
membuat minyak bumi buatan disebut proses Fischer-Tropsch (FT).
Proses Fischer-Tropsch (FT) memproduksi senyawa hidrokarbon sintetis
melalui reaksi gas hidrogen (H2) (biasa digunakan oleh industri pupuk untuk
membuat pupuk urea) dan karbon monoksida (CO) (merupakan gas hasil
pembakaran bensin atau solar di kendaraan). Gas H2 dan CO akan bereaksi pada
permukaan logam transisi (unsur-unsur logam yang berada pada golongan 3 –
12 dan blok d pada tabel periodik seperti besi (Fe), mangan (Mn), dan lain-lain)
(Reni, 2011). Bahan baku yang biasa digunakan dalam proses ini yaitu batu
bara, gas alam atau biomassa. Biomassa merupakan bahan organik yang berasal
dari tumbuhan, hewan, limbah pertanian, limbah industri, sisa metabolisme
makhluk hidup seperti kotoran ternak atau manusia, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan gas H2 dan CO dapat melalui proses gasifikasi. Gasifikasi
merupakan proses mengubah biomassa menjadi gas sintetis (syngas) dengan
pemanasan suhu tinggi. Syngas terdiri dari Gas metana (CH4), CO dan H2 yang
merupakan produk utama gasifikasi. Terdapat pula produk samping yaitu tar
(senyawa hidrokarbon kompleks seperti benzena, toluena, dan lain-lain), HCN,
H2S, NH3, debu dan arang. Oleh karena itu, syngas hasil gasifikasi dapat
menjadi bahan baku pada proses FT.
Kombinasi antara gasifikasi biomassa dan sintesis Fischer-tropsch atau Biomass
Gasification Fischer-Tropsch (BGFT) merupakan cara alternatif untuk
memproduksi bahan bakar terbarukan. Katalis adalah suatu bahan kimia yang
dapat mempercepat reaksi, tanpa ikut terkonsumsi dalam suatu reaksi dan
mengarahkan bahan baku ke produk yang diinginkan sehingga hasil samping
dapat dikurangi. Katalis yang digunakan dalam sintesis Fischer-Tropsch adalah
logam transisi berupa Fe (besi), Co (kobalt), Ni (nikel) atau Ru (rutenium).
Katalis besi lebih banyak digunakan karena harganya murah dan memiliki
keaktifan yang relatif lebih tinggi. Untuk meningkatkan jumlah produk, katalis
Fe membutuhkan bantuan Mangan (Mn) sebagai promotor (pendukung katalis).
Katalis Fe-Mn telah digunakan di industri sintesis FT selama bertahun-tahun
(Rao, 1992 dalam Ika, 2011). Industri FT tersebut memproduksi berbagai
senyawa hidrokarbon seperti diesel dan bensin, tetapi karena aktivitas industri
dan transportasi yang semakin meningkat maka senyawa hidrokarbon yang
sangat dibutuhkan adalah diesel (solar) atau biasa disebut green diesel (FT-
Diesel) (Fitria, 2009). Skema untuk proses produksi FT-Diesel dari syngas yang
dihasilkan dari gasifikasi biomassa dijelaskan pada Gambar 1.
Referensi:
H.Soerawidjaja, Tatang. 2010. Peran Bioenergi dan Arah-arah Utama
LitBangRap-nya di Indonesia. Institut Teknologi Bandung : Bandung
Defi, Triyana. 2013. Fischer-Tropsch Pada Katalis dan Katalisis. Riau :
Universitas Riau
Sumanti, Ika. 2011. Sintesis Fischer-Tropsch Dengan Menggunakan
Katalis Fe-Mn Industri. Depok : Universitas Indonesia
Yulistiani, Fitria. 2009. Kajian Tekno Ekonomi Pabrik Konversi Biomassa
Menjadi Bahan Bakar Fischer-Tropsch Melalui Proses Gasifikasi. Bandung
: Institut Teknologi Bandung
Budiman, Arief. 2014. Potensi Pengembanga Bio-Compressed Methane
Gases (Bio-CMG) Dari Biomassa Sebagai Pengganti LPG dan BBG.
Yogyakarta : Pusat Studi Energi, UGM
Boerrigter, H, H Den Uil, dan H P Calis. 2002. Green Diesel From
Biomass By Fischer-Tropsch Synthesis : New Insights In Gas Cleaning and
Process Design. Strasbourg : Shell Global Solutions International and
Energi Research Centre of Netherlands.
Penerapan Fischer-Tropsch Sintesis Biomassa Untuk Konversi Ke Liquid.
Diambil dari : https://www.scribd.com/doc/310270904/Penerapan-Fischer-
Tropsch-Sintesis-Biomassa-Untuk-Konversi-Ke-Liquid (18 Agustus 2017)
Banowati, Reni. 2011. Logam Transisi. Yogyakarta : Universitas Islam
Indonesia
Tipikal produk.
Reaksi kimia.
Kondisi operasi.
Tipikal proses FT.
Tipe2 reaktor yg digunakan.
Licensor teknologi utk FT.
Referensi.
Pengenalan
Proses Fischer-Tropsch adalah proses katalisis untuk mengkonversi syngas
menjadi campuran produk2 yg bisa dipisahkan menjadi bahan bakar sintesis,
pelumas, dan petrokimia [2].
Bahan baku utk menghasilkan syngas pada dasarnya adalah senyawa apapun
yg mengandung atom karbon dan hydrogen. Contohnya adalah batubara, gas
alam, biomassa, dan limbah organik. Setelah bahan2 baku tsb diumpankan ke
unit spt gasifikasi (utk bahan baku batubara, biomassa, dan limbah organic)
atau gas reforming (utk bahan baku gas alam), syngas yg diproduksi tidak ada
bedanya lg. Produk utamanya adalah syngas, yaitu CO dan H 2. Ditambah dgn
gas2 sampingan spt CO2, H2O, dan gas2 hidrokarbon ringan spt methane.
Secara historis, proses FT ini dimulai di Jerman dalam persiapannya
menjelang perang dunia kedua. Afrika Selatan lewat SASOL mengembangkan
lebih lanjut utk menghasilkan liquid fuel dari coal, yg terkenal dgn nama coal
to liquid (CTL). Usaha ini dilakukan dalam rangka menutupi kekurangan
impor bahan bakar karena embargo akibat politik apartheid mereka [2].
Khusus utk GTL (gas to liquid), pertimbangan bisnis dan strategisnya dapat
diringkas sbb [3]:
Gas alam yg murah di bbrp tempat Harga minyak dan gas yg sgt bervariasi
Konsumsi bahan bakar global yg meningkat Ketersediaan melimpah bahan bakar yg bersih
dan ekivalen dgn bahan bakar konvensional
Market bahan bakar yg sudah tertata rapi Bbrp perusahaan mengklaim bahwa penjualan
LNG memberikan keuntungan yg lbh baik drpd
GTL
Kualitas produk yg lbh tinggi daripada produk dari Efisiensi karbon dan efisiensi energy yg lbh
konvensional minyak bumi rendah drpd proses2 perminyakan yg setara.
Tipikal produk
Hasil tipikal synthesis FT dari syngas, biasa disebut syncrude (synthetic
crude), adalah sbb [2]:
FT syncrude property HTFT (300 – 350oC) LTFT (200 – 240oC)
Wax 0% 20-25%
Oxygenates 10-15% ~ 5%
Licensor spt Sasol dan Shell memiliki unit hydroprocessing masing2 utk
meningkatkan kualitas dari syncrude ini. Hasil dari hydroprocessing unit ini
adalah produk2 (naphtha, jet fuel/kerosene, diesel) yg bisa digunakan di unit2
konvensional lain.
GTL naphtha
GTL naphtha adalah naphtha yg sgt baik sbg umpan unit steam cracking di
industry petrokimia. Dibandingkan dgn naphtha konvensional dari crude oil,
hasil steam cracking dari GTL naphtha menghasilkan yield ethylene dan
propylene yg lbh tinggi [3]. Yield C5+ dari GTL naphtha lbh rendah drpd dari
naphtha konvensional. Ini jg menandakan bahwa ring benzene (yg berada di
C5+) hasil dari GTL naphtha sgt minimal. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik proses synthesis FT itu sendiri yg mmg menghasilkan rantai
lurus paraffin.
GTL diesel
GTL diesel adalah produk berkualitas tinggi dgn bilangan cetane yg sgt tinggi
dan kandungan sulfur yg sgt rendah. Tetapi, GTL diesel memiliki karakteristik
lubrikasi yg relatif lebih rendah dan kandungan energi yg lbh rendah drpd
diesel konvensional. Oleh sebab ini, GTL diesel lbh cocok digunakan sbg
bahan campuran drpd sbg bahan bakar diesel secara keseluruhan.