SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG
1. FORMULA
R/Atrofin Sulfat 1%
NaCl q.s
Benzalkoni Chloridum 0,01%
Dinatrii Edetas 0,05%
Aqua Pro Injection ad 10 mL
4. MONOGRAFI
4.1 Monografi Zat Aktif
4.1.1 Atropin Sulfat
Zat C ∆tb a
Atropin Sulfat 1% 0,07 0,07
Benzalkonii Chloridum 0,01% 0,09 0,0009
Dinatrium Edetat 0,05% 0,13 0,0065
Jumlah 0,0774
8. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini telah dilakukan tentang pembuatan obat tetes mata
dengan menggunakan zat aktif atropin sulfat. Sediaan tetes mata ini digunakan
untuk mediatris dan siklopegia. Obat yang memiliki sifat medriatris merupakan
golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata (dapat
membesar pupil mata), midriasis dapat mengakibatkan fotopobia. Selain itu atropin
dapat digunakan untuk siklopegia (dengan melemahkan otot siliari) sehingga
memungkinkan mata untuk fokus pada obyek yang dekat. Atropin sulfat bekerja
dengan menghambat reseptor muskarinik constrictor pupillae dan M. ciliaris lensa
mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme
akomodasi). Konsentrasi atropin sulfat untuk memberikan efek pada sediaan tetes
mata yaitu 100 mg dalam 10 ml volume tetes mata.
Pembuatan sediaan obat tetes atropin sulfat dibuat dengan menggunakan pelarut
air. Atropin sulfat memiliki sifat sangat mudah larut dalam air, sehingga pada
pembuatanya juga stabil dengan pelarut air. Pembawa air yang digunakan yaitu a.p.i
(aqua pro injeksi). Pada formulasinya ditambahakan zat tambahan yaitu
Natrium klorida (NaCl) sebagai pengisotonis. Sehingga perlu ditambahkan NaCl
agar isotonis dan untuk mencapai isohidris pH sediaan harus tetap diperhatikan
dalam rentang kestabilan bahan. Obat tetes mata dengan zat aktif atropin sulfat ini
memiliki stabilitas pH sediaan pada rentang 3,5-6,0. Pada sediaan dilakukan cek
pH setelah proses pembuatan, dimana diperoleh pH sediaan sebesar 5 hal ini telah
masuk rentang sesuai dengan pH stabilitas tetes mata atropin sulfat yaitu 3,5-6,0.
Uji Ini merupakan uji yang sangat penting dan erat kaitannya terhadap stabilitas
bahan yang terdapat dalam sediaan. Selain NaCl, pada formulasi ini digunakan
benzalkonium chloridium sebagai bahan pengawet. Semua larutan untuk mata harus
dibuat steril dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk
menjamin sterilitas selama pemakaian. Walaupun obat tetes mata yang dibuat sudah
steril tetapi perlu penambahan pengawet karena obat tetes mata yang dibuat ini
digunakan dalam multiple dose, sehingga besar kemungkinan terjadi kontaminasi
mikroba dari udara saat obat tetes mata dibuka ketika akan digunakan. Pengawet
dalam obat tetes mata harus memenuhi syarat yaitu efektif dan efisien (harus aktif
terhadap Pseudomonas aeruginosa), tidak berinteraksi dengan zat aktif dan eksipien
lain, tidak iritan terhadap mata dan tidak toksik. Pengawet yang dipilih adalah
benzalkonium klorida karena efektif dalam dosis rendah (0,01 – 0,02 %) sangat
aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, reaksi antimikrobanya cepat dan stabilitas
tinggi pada rentang pH lebar, tetapi masih kompatibel dengan zat aktif dan eksipien
lain. Zat tambahan lain yang digunakan yaitu dinatrium edetat sebagai agen
pengkhelat dengan konsentrasi 0,005-0,1% b/v. Umumnya Na2EDTA ditambahkan
untuk meningkatkan aktivitas amonium kuartener salah satunya yaitu
benzalkonium klorida. Dalam sediaan obat mata, benzalkonium klorida adalah
pengawet yang sering digunakan kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain,
terutama dengan dinatrium EDTA untuk meningkatkan aktivitas melawan
Pseudomonas aeruginosa.
Pada pembuatan sediaan obat tetes mata ini ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan yaitu ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan, sterilitas
akhir dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat
pertumbuhan dari mikroorganisme selama penggunaan serta isotonisitas dari
larutan. Berdasarkan hal tersebut pembuatan tetes mata ini dibuat dengan metode
sterilitas teknik aseptik, karena sediaan tetes mata ini menggunakan kemasan
plastik maka metode yang digunakan aseptik. Keadaan steril pada tetes mata sangat
diperlukan, karena apabila tetes mata yang digunakan telah terkontaminasi
mikroorganisme maka dapat terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan
hilangnya daya penglihatan atau terlukanya mata.
Kemudian pada sediaan tetes mata ini, selain dilakukan sterilisasi aseptik
dilakukan pula proses penyaringan dengan kertas saring untuk memastikan bahwa
sediaan tidak adanya endapan yang ada pada larutan. Tetes mata steril selain harus
bebas mikroba harus isotonis dan isohidris. Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat
mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat
menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya.
Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima dari pada hipotonis. Jika tonisitas
tetes mata tidak mendekati cairan mata, maka pada pemakaian dapat menimbulkan
rasa nyeri dan iritasi.
Pengerjaan sterilisasi metode aseptis dilakukan dalam ruang bersih kelas A
dengan latar belakang kelas B. Dalam pembuatannya di ruang kelas A harus
dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) yang bertujuan agar proses pengerjaan
benar-benar steril dan sediaan yang dibuat dapat terhindar dari adanya pirogen
karena Laminar Air Flow (LAF) merupakan alat yang memiliki pola pengaturan
dan penyaring aliran udara secara kontinyu melewati tempat kerja, sehingga tempat
kerja tersebut bebas dari debu dan spora-spora yang mungkin jatuh kedalam
sediaan. Kecepatan udara pada Laminar Air Flow (LAF) ini yaitu 0,36-0,54 m/detik
karena apabila kurang dari 0,36 m/detik maka partikel tidak bisa terbawa dan tidak
boleh lebih dari 0,54 m/detik menghindari terjadinya udara turbulen sehingga akan
menimbulkan kontaminasi. Selain aliran tersebut LAF memiliki sinar UV yang
berfungsi untuk mensterilkan udara dengan membunuh bakteri melalui mitasi gen.
Selanjutnya tetes mata steril dikemas dalam botol plastik yang tertutup kedap
kemudian dilakukan evaluasi sediaan. Evaluasi umum yang dilakukan pada sediaan
tetes mata yaitu uji kejernihan, penampilan fisik wadah dan pH.. Berdasarkan uji
penampilan fisik wadah , hal ini menunjukan tidak adanya perubahan apapun dan
sediaan berada dalam kondisi baik. Setelah itu pada sediaan dilakukan uji
kejernihan yang berfungsi untuk memastikan bahwa seluruh partikel-partikel dalam
sediaan tersebut homogen atau terlarut sempurna dalam pelarutnya. dan pada
sediaan didapat hasil yang jernih. Artinya sediaan memenuhi syarat dengan sifat
semua bahan yang terdapat dalam formula dapat larut dengan baik.
9. KESIMPULAN
Berdasarkan pembuatan sediaan tetes mata atropin sulfat ini dapat disimpulkan
bahwa sediaan memenuhi syarat dan hasil evaluasi sediaan yang didapat berupa
larutan yang jernih dan memiliki pH sediaan
10. DAFTAR PUSTAKA
American Society of Health System Pharmacists. 2011. AHFS Drug
Information. Maryland: Bethesda.