Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG

LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembongkaran adalah merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan
untuk membebaskan batuan atau endapan bijih dari batuan induknya yang kompak
(massive) . Untuk melakukan pembongkaran diperlukan alat-alat yang sesuai dan
tepat untuk berbagai macam batuan. Pemilihan alat-alat yang akan dipakai
tergantung dari faktor - faktor teknik (misalnya jenis dan lokasi batuan) dan
ekonomis (misalnya, harga alat, biaya pembongkaran persatuan volume, serta biaya
pemeliharaan alat). Hal yang umum dalam melakukan pembongkaran untuk batuan
atau endapan bijih yang keras dilakukan dengan peledakan atau blasting.
Pada dasarnya suatu proses peledakan akan terjadi suatu reaksi eksotermis
(panas) dimana bahan pembentuk bahan peledak akan terdekomposisi dan akan
membentuk hasil sehingga hasil reaksi peledakan pada proses energi yang
terkandung dalam handak berbentuk energi potensial akan dilepaskan dan
ditransportasikan kedalam bentuk energi panas.
Peledakan jenjang merupakan peledakan yang memakai lubang bor vertical
atau hamper vertical. Lubang bor diatur dalam satu deretan atau beberapa deretan
sejajar atau kearah bidang bebas. Kondisi batuan dari satu tempat ke tempat yang
lain akan berbeda walaupun jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa
batuan yang akan mempengaruhi karakteristik masa batuan secara fisik maupun
mekanik.
Perlu diamati pula kenampakan struktur geologi, misalnya kekar retakan atau
rekahan, sisipan dari lempung, dan bidang diskontinu lainnya. Kondisi geologi
semacam itu akan mempengaruhi kemampuan ledakan. Tentunya pada batuan yang
relatif kompak dan tanpa di dominasi struktur geologi tersebut di atas, jumlah bahan
peledak yang diperlukan akan lebih banyak untuk jumlah produksi tertentu di
banding batuan yang sudah ada rekahanya. Jumlah bahan peledak tersebut
dinamakan powder factor (PF) yaitu jumlah bahan peledak yang di pakai per m3 atau
ton produksi batuan (kg/m3 atau kg/ton). Dengan demikian kuat suatu batuan pada
daerah tertentu memerlukan jumlah bahan peledak yang tinggi agar kekuatan bahan
peledak melampaui kekuatan batuan.
MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA
093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
a. Merancang Geometri Peledakan pada jenjang;
b. Menentukan Jumlah bahan peledak yang di pakai pada suatu produksi
tertentu.
1.2.2 Tujuan
a. Memahami Prinsip Peledakan Jenjang;
b. Memahami macam pola pengeboran dan pola peledakan;
c. Memahami rangkaian peledakan jenjang.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
a. Kalkulator,
b. Mistar 30 cm,
c. Busur derajat,
d. Alat tulis menulis.
1.3.2 Bahan
a. Kertas HVS,
b. Kertas Grafik.

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Pada dasarnya tujuan dari peledakan adalah untuk membebaskan batuan
atau endapan bijih dari batuan induknya yang tergolong sangat kompak atau massive.
Proses peledakan termasuk dari kegiatan pembongkaran dan pemberaian yang
dilakukan pada tahap eksploitasi tambang atau pada saat penambangan. Pemberaian
geomaterial keras dan kompak dilakukan dengan teknik pemboran dan peledakan.
Kegiatan pemboran dan peledakan yang tidak terencana dengan baik akan
menyebabkan tingginya biaya operasi penambangan dan menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan seperti ground vibration, air blast, dan fly rock.
Kegiatan peledakan dan pemboran dipengaruhi oleh:
a.Karakteristik batuan
b.Karakteristik bahan peledak
c.Rancangan peledakan dan sistem penyalaan
Hasil peledakan sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan dibandingkan
karakteristik bahan peledak yang digunakan. Karakteristik penting yang
mempengaruhi kemampuledakan suatu massa batuan adalah batuan utuh dan massa
batuan.
2.2 Rancangan Geometri Peledakan oleh R. L. Ash
RL.Ash (1967) membuat suatu perhitungan geometri peledakan jenjang
berdasarkan pengalaman empiric yang diperoleh diberbagai tempat dengan jenis
pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda. Sehingga RL. Ash berhasil mengajukan
rumusan-rumusan empiric yang tepat digunakan sebagai pedoman dalam rancangan
awal suatu peledakan batuan. Dalam pelaksanaannya nanti perhitungan RL.Ash
ternyata selalu harus dicoba di lapangan untuk memperoleh gambaran dan perubahan
geometri yang lebih mendekati kondisi sesungguhnya.
Percobaan dilapangan dilakukan dengan cara trial dan error sampai diperoleh
geometri peledaka yang optimal. Dalam praktikum kali ini ada beberapa parameter
perhitungan untuk membuat rancangan geometri peledakan pada jenjang yaitu :
1. Burden
Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan peledak
MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA
093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

dengan bidang bebas yang terdekat atau kearah dimana batuan akan terlempar. Jarak
barden yang terlalu kecil akan menghasilkan bongkaran yang terlalu hancur dan
tergeser jauh dari dinding jenjang dan kemungkinan terjadinya batuan terbang yang
sangat besar. Sedangkan jika jarak burden terlalu besar akan menghasilkan
menghasilkan gelombang Tarik yang sangat lemah dibawah kuat Tarik batuan,
sehingga batuan dalam area burden tidak hancur. Besarnya berden tergantung
karakteristik batuan, karakteristikmbahan peledak dan diameter lubang ledak.

Gambar 2.1 Pengaruh Variasi burden terhadap Lingkungan.

2. Stemming
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian bahan
peledak. Stemming yang terlalu pendek yang dapat mengakibatkan batu terbang
(fly rock) dan suara ledakan yang keras, sedangkan stemming yang terlalu panjang
akan mengakibatkan retakan kebelakang jenjang dan bongkah disekitar dinding
jenjang. Secara tektonik jenjang stemming sama dengan jenjang burden, agar
tekanan ke arah bidang bebas atasdan samping seimbang.
Untuk memampatkan gas-gas peledakan agar tidak keluar terlalu dini melalui
lubang tembak sehingga gas-gas peledakan tersebut terlebih dahulu dapat
mengekspansi rekahan-rekahan pada batuan yang disebabkan gelombang kejut.
MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA
093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

Gambar 2.2 Pengaruh stemming pada kinerja peledakan.

3.Subdrilling
Subdrilling merupakan lubang ledak yang berada dibawah garis lantai jenjang,
yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah peledakan. Pada
tambang batubara harus diberi jarak antara ujung lubang tembak dengan lapisan
batubara yg disebut dengan stand off, untuk menghindari penghancuran batubara.

Gambar 2.3 Variasi subdrilling terhadap kinerja peledakan.


MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA
093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

4.Spacing
Spacing merupakan jarak diantara lubang ledak dalam suatu baris yang
sejajar dengan bidang bebas (Free Face) Jika spacing terlalu besar akan
menghasilkan fragmen yang tidak baik dan dinding akhir yang ditinggalkan
cenderung tidak rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari jarak barden maka
akan mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan mengbatkan gas hasil
ledakan dihamburkan ke atas atmosfer diikuti dengan suara bising.

Gambar 2.4 Interval lubang ledak pada peledakan jenjang.

5. Waktu tunda

Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan


waktu peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh secara beruntun.
Pengaturan waktu ini dapat diterapkan pada peledakan beruntun antar baris bang
ledak. Pola penyalaan adalah suatu urutan waktu peledakan antara lubangbor dalam
satu baris dan antara baris yang satu dengan yg lainnya. Penentuan waktu tunda antar
lubang dipengaruhi oleh tipe batuan.

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

Gambar 2.5 Waktu tunda yang sempurna.

Gambar 2.6 Waktu tunda yang tidak cukup.

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

2.3 Penentuan Powder Factor


Powder factor adalah perbandingan antara berat bahan peledak yang
digunakan dengan jumlah material yang mau diledakkan. Dan berikut klasifikasi
powder factor yang digunakan berdasarkan dari jenis batuanya yang di susun oleh
Bandhari pada tahun 1997.

Tabel 2.1 powder factor peledakan beberapa jenis batuan ( Bandhari,1997 ).

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Geometri Peledakan


Pertama – tama menganalisis parameter yang masuk pada perhitungan
geometri peledakan serta berbagai angka standar yang akan di pakai untuk
membandingkan parameter yang ada pada perhitungan, selanjutnya mencari jarak
tegak lurus terpendek lubang ledak ke arah bidang bebas atau biasa disebut dengan
burden. Jarak barden yang terlalu kecil akan menghasilkan bongkaran yang terlalu
hancur dan tergeser jauh dari dinding jenjang dan kemungkinan terjadinya batuan
terbang yang sangat besar. Sedangkan jika jarak burden terlalu besar akan
menghasilkan menghasilkan gelombang tarik yang sangat lemah dibawah kuat Tarik
batuan, sehingga batuan dalam area burden tidak hancur, kemudian mencari jarak
diantara lubang ledak atau interval dalam satu baris yang sejajar dengan bidang
bebas atau biasa disebut dengan spacing, jika jarak tersebut terlalu besar akan
menghasilkan fragmen yang tidak baik begitupun sebaliknya, dan selanjutnya
mencari geometri yang baik untuk kolom material penutup lubang ledak yang berada
di atas kolom isian bahan peledak atau biasa disebut dengan stemming, jika kolom
material tersebut terlalu pendek dapat mengakibatkan batu terbang dan suara ledakan
yang keras, sedangkan kolom material yang terlalu panjang akan mengakibatkan
retakan ke belakang jenjang dan bongkah di sekitar dinding jenjang, kemudian
menghitung penambahan lubang ledak atau lubang ledak yang berada di bawah garis
lantai jenjang yang biasa di sebut dengan subdrilling yang berfungsi untuk membuat
lantai jenjang relatif rata setelah peledakan, lalu menhitung kedalaman lubang ledak
yang diinginkan berdasarkan standar yang digunakan, selanjutnya menghitung tinggi
jenjang yang berada pada bidang bebas dan terakhir mengurangi tinggi lubang ledak
dengan kolom material penutup untuk mencari jarak kolom isian bahan peledak.

3.2 Menghitung powder factor

Pertama – tama menganalisis parameter yang masuk pada perhitungan untuk


Menentukan jumlah massa bahan peledak yang digunakan untuk menghancurkan 1
m3 material pada suatu kegiatan peledakan di tambang, powder factor itu sendiri

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

merupakan perbangdingan antara berat batuan yang diledakkan dengan berat bahan
peledak yang digunakan kemudian menghitung jumlah massa bahan peledak yang
digunakan, massa bahan peledak itu sendiri didapatkan dari hasil perhitungan antara
panjang kolom isian bahan peledak dengan diameter lubang ledak dan juga jumlah
lubang ledak keseluruhan sehingga akan menghasilkan massa total bahan peledak
dari seluruh lubang ledak, sedangkan untuk berat batuan yang diledakkan di dapat
dari target produksi.

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Peledakan Tambang Emas J RESOURCES pit penambangan SP-01
(ANFO )
Geometri Peledakan
Kb × De
B=
12

Kb = Kb standar × AF1 × AF2


3 D standar
AF1 = √ D batuan

3 160
=√
230

= 𝟎, 𝟖𝟖
3 SG × VOD2
AF2 = √SG standar × VOD standar2

3 0,85 × 11.0622
= √ 1,2 × 12.0002

3 0,85 ×122.367.844
= √ 1,2 × 144.000.000

3 103.922.687,20
=√ 172.800.000

= 𝟎, 𝟖𝟒
Kb = 30 × 0,88 × 0,84
= 𝟐𝟐, 𝟏𝟕𝟔
22,176 ×4"
B = 12

= 7,392 ft
= 𝟐, 𝟐𝟓 𝐦
S = Ks × B = 1,5 × 2,25 = 𝟑, 𝟑𝟕 𝐦
T = Kt × B = 1 × 2,25 = 𝟐, 𝟐𝟓 𝐦
J = Kj × B = 0,3 × 2,25 = 𝟎, 𝟔𝟖 𝐦
H = Kh × B = 3 × 2,25 = 𝟔, 𝟕𝟓 𝐦
L = H − J = 6,75 − 0,68 = 𝟔, 𝟎𝟕 𝐦
PC = H − T = 6,75 × 2,25 = 𝟒, 𝟓 𝐦
MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA
093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

Powder Factor
E
PF =
W
1.280.000 m3
W =
Jumlah hari dalam 1 tahun – Jumlah libur dalam 1 tahun
1.280.000m3
= 365 −52
1.280.000m3
= 313 hari
𝟑
= 𝟒. 𝟎𝟖𝟗, 𝟒𝟔 𝐦 ⁄𝐡𝐚𝐫𝐢

E = PC × de × n
de = 0,508 × De2 × SG
= 0,508 × 42 × 0,85
= 𝟔, 𝟗𝟏 𝐤𝐠
P
n= × Jumlah baris
S
P ×l ×t =V
P × 10,11 × 6,07 = 4.089,46
4.089,46
P = 10,11 ×6,07
4.089,46
P = 61,3677

= 𝟔𝟔, 𝟔𝟒 𝐦
66,64
n = ×3
3,37
= 𝟓𝟗 𝐥𝐮𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐝𝐚𝐤
E = 4,5 × 6,91 × 59
= 𝟏. 𝟖𝟑𝟒, 𝟔𝟏 𝐤𝐠

1.834,61
PF = 4.089,46

𝐤𝐠⁄
= 𝟎, 𝟒𝟓 𝐀𝐍𝐅𝐎
𝐦𝟑

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN
4.1.2 Peledakan Tambang Emas J RESOURCES pit penambangan SP-02
( EMULSI )
Geometri Peledakan
Kb × De
B= 12

Kb = Kb standar × AF1 × AF2


3 D standar
AF1 = √ D batuan

3 160
=√
230

= 𝟎, 𝟖𝟖
3 SG × VOD2
AF2 = √SG standar × VOD standar2

3 1 × 12.3882
= √1,2 × 12.0002

3 1 ×153.462.544
= √1,2 × 144.000.000

3 153.462.544
= √172.800.000

= 𝟎, 𝟗𝟔
Kb = 30 × 0,88 × 0,96
= 𝟐𝟓, 𝟑𝟒𝟒
25,344 ×4"
B = 12

= 8,448 ft
= 𝟐, 𝟓𝟕 𝐦
S = Ks × B = 1 × 2,57 = 𝟐, 𝟓𝟕 𝐦
T = Kt × B = 0,9 × 2,25 = 𝟐, 𝟒𝟒 𝐦
J = Kj × B = 0,3 × 2,57 = 𝟎, 𝟕𝟕 𝐦
H = Kh × B = 2,5 × 2,25 = 𝟔, 𝟒𝟐 𝐦
L = H − J = 6,42 − 0,77 = 𝟓, 𝟔𝟓 𝐦
PC = H − T = 6,42 × 2,44 = 𝟑, 𝟗𝟖 𝐦

Powder Factor
E
PF =
W

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN
1.280.000 m3
W =
Jumlah hari dalam 1 tahun – Jumlah libur dalam 1 tahun
1.280.000m3
= 365 −52
1.280.000m3
= 313 hari
𝟑
= 𝟒. 𝟎𝟖𝟗, 𝟒𝟔 𝐦 ⁄𝐡𝐚𝐫𝐢

E = PC × de × n
de = 0,508 × De2 × SG
= 0,508 × 42 × 1
= 𝟖, 𝟏𝟑 𝐤𝐠
P
n= × Jumlah baris
S
P ×l ×t =V
P × 7,71 × 5,65 = 4.089,46
4.089,46
P = 7,71 ×5,65
4.089,46
P = 43,56

= 𝟗𝟑, 𝟖𝟖 𝐦
93,88
n = ×3
2,57
= 𝟏𝟎𝟗 𝐥𝐮𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐝𝐚𝐤
E = 4,5 × 6,91 × 59
= 𝟑. 𝟓𝟐𝟔, 𝟗𝟓 𝐤𝐠

3.526,95
PF = 4.089,46

𝐤𝐠⁄
= 𝟎, 𝟖𝟔 𝐄𝐌𝐔𝐋𝐒𝐈
𝐦𝟑

4.2 Pembahasan

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN
Perbandingan antara Geometri Peledakan Tambang Emas J RESOURCES
pit penambangan SP-01 yang menggunakan handak Ammonium Nitrat Fuel Oil
( ANFO ), dan SP-02 yang menggunakan handak EMULSI.

Gambar 4.2.1 Desain Geometri Peledakan pada aplikasi AUTOCAD ( tampak dari
samping ).

Adapun perbandingan dari segi kecepatan VOD yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.2.2 Desain Geometri Peledakan pada aplikasi AUTOCAD ( tampak dari atas ).

BAB V
MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA
093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada peledakan tambang emas, masing – masing pit penambangan
membutuhkan target produksi 4.089,46 m3 per hari dan pada Geometri Peledakan
tambang emas di pit penambangan SP – 01 dengan bahan peledak ANFO
memerlukan jumlah lubang ledak sebanyak 59 dan kesemuanya memerlukan bahan
peledak seberat 1.834,61 kg dengan jumlah isian untuk satu lubang ledak yaitu
6,91 kg dan untuk menghancurkan 1 m3 material memerlukan 0,45 bahan peledak
pada tambang tersebut, sedangkan geometri peledakan tambang emas di pit
penambangan SP – 02 dengan bahan peledak EMULSI memerlukan jumlah lubang
ledak sebanyak 109 dan kesemuanya memerlukan bahan peledak seberat 3.526,95 kg
dengan jumlah isian untuk satu lubang ledak yaitu 8,13 kg dan untuk menghancurkan
1 m3 material memerlukan 0,86 bahan peledak pada tambang tersebut.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk laboratorium
Penggunaan modul dalam praktikum masih belum terlalu efektif untuk itu
pada saat proses pembelajaran di dalam praktikum perlu adanya Liquid Crystal
Display untuk mengefektifkan penyampaian materi.

5.2.2 Saran untuk Asisten


Setiap asisten harus saling kompak menjelaskan materi dengan tepat tanpa
mengandalkan 1 atau 2 asisten lainya saja.

DAFTAR PUSTAKA
MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA
093 2014 0028 093 2015 0062
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG
LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PERANCANGAN GEOMETRI PELEDAKAN

Asisten Korps., 2018, Modul Bench Blasting., Jurusan Teknik Pertambangan


Fakultas Teknologi Industri UMI, Makassar.
Kramadibrata., Suseno., 2008, Rancangan Peledakan Jenjang., Departemen Teknik
Pertambangan 1 – 90 ITB, Bandung.
Nurwaskito., Arif., 2011, Review Tambang Umum., 1 – 10., Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.

MUHAMMAD ILHAM ROBBANI ALFI REZHA


093 2014 0028 093 2015 0062

Anda mungkin juga menyukai