Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Dengue Hemoragic Fever ( DHF ) merupakan penyakit yang di sebabkan


oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan vektor aides aigepty. Penyakit DHF ini
sering di alami oleh semua umur pada masyarakat terutama pada anak – anak balita, hal ini di
sebabkan karena penyakit DHF ini merupakan penyakit virus yang pada dasarnya belum bisa
di sembuhkan tapi hanya bisa di lemahkan dan menyerang pada sistem kekebalan tubuh,
sedangkan pada anak – anak balita daya tahan tubuhnya belum sempurna sehingga sangat
resiko tinggi terkena penyakit DHF ( FKUI, 2000).
Berdasarkan laporan badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2002 dari sejumlah negara
melaporkan bahwa angka kejadian ( prevalensi ) penyakit DHF paling banyak di derita di
negara tropis termasuk di Indonesia (WHO, 2002). Berdasarkan dinas kesehatan Indonesia
bahwa angka kejadian penyakit DHF sangat besar yaitu 53000. Dari jumlah data tersebut
paling banyak di daerah jawa. Berdasarkan Dinas kesehatan propinsi Jawa Tengah (2005)
angka kejadian penyakit DHF adalah 5000 balita. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
angka kejadian penyakit DHF sangat besar, hal ini di karenakan bahwa propinsi jawa tengah
termasuk daerah iklim tropis dan juga di sebabkan karena area lingkungannya kotor yaitu
aliran airnya menggenang tidak bisa mengalir sehingga sangat potensial untuk daur hidup
vector aides aigepty ( Dinkes RI, 2005).
B. Tujuan

1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap penyakit DHF.


2. Untuk meningkatkan kemampuan mengobservasi perawat terhadap pengelolaan terhadap
penyakit DHF.
3. Untuk meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan terhadap penyakit DHF.
KONSEP DASAR

A. Pengertian Dengue haemorhagic fever (DHF)


Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(Sir,Patrickmanson,2001).

B. Etiologi
1. Virus dengue sejenis arbovirus.
2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue
1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan
dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus
dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh
diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3
merupakan serotif yang paling banyak.
C. Patofsiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediatorkua tsebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya
perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan
kematian
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi 13 - 15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut, sering disertai
menggigil , saat pasien komposmetis. Gejala klinis yang timbul dan sangat menonjol
adalah terjadinya pendarahan pada saat demam, pendarahan yang terjadi dapat
berupa:
1) Pendarahan pada kulit ( petekie, ekimosis )
2) Pendarahan lain seperti : epitaksis, hematemesis, hematuri, melena Selain
demam dan pendarahan , gejala klinis bisa dijumpai pada penderita DHF
adaslah
3) Keluhan pada saluran pernafasan seperti : pilek dan sakit waktu menelan
4) Keluhan pada saluran pencernaan seperti ; mual muntah tidak nafsu makan,
diare atau konstipasi
5) Keluhan system tubuh yang lain seperti : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot abdomen, pegal – pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata lakrimasi otot- otot sekitar
mata sakit bila di sentuh, dan pergerakan pada bola mata terasa pegal
Pada penderia DHF sering juga di jumpai pembesaran hati dan limpa dan kelenjar
getah bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan. Pada penderita
yang menalami renjatan akan mengalami sianosis perifer ( terutama tampak pada
ujung ujung jari dan bibir ) kulit terasa lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
nadi cepat dan lemah (FKUI, 2000).
E. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium, Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di
jumpai :
a. Ig.G dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat
d. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hiponatremia dan hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia,
aneosinophilia, peningkatan limposit, monosit dan basofil .
f. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
g. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
h. Waktu pendarahan memanjang
i. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis
metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
2) Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada
pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam
dan masa penyembuhan ( 104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan
serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml
3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural
effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

Anda mungkin juga menyukai