Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin tahun semakin maju
dan sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan yang salah satunya adalah
dalam bidang pendidikan, yang merupakan suatu upaya untuk menjembatani
sebuah peralihan dari masa sekarang ke masa yang akan datang yakni melalui
sebuah suntikan-suntikan inovasi yang diharapkan akan dapat mencapai efisiensi
dan efektifitas.
Di zaman globalisasi ini makna inovasi disalahartikan oleh kebanyakan
orang, baik itu kalangan masyarakat yang terendah hingga kalangan masyarakat
intelektual. Sehingga apa yang terjadi, penerapan inovasi yang salah satunya
dalam bidang pendidikan yang merupakan bagian sentral dalam menjalani
kehidupan kita sehari-hari salah digunakan. Maka perlu ditanamkan secara
mendalam pemahaman tentang inovasi itu sendiri, baik dari segi tujuan
diadakannya sebuah inovasi, apa kekurangan serta kelebihan inovasi itu sendiri,
komponen-komponen inovasi, manfaatnya untuk masyarakat apa serta
bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-sehari dan lain sebagainya.
Banyak Masyarakat mengetahui dan memahami sesuatu yang baru tetapi belum
mau menerima apalagi menerapkannya. Hal ini terjadi karena mindset tentang
inovasi masih minim, hal itu bisa kita siasati dengan mempelajari secara
mendalam akan makna inovasi sesungguhnya serta segala sesuatu yang
berhubungan dengan inovasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latarbelakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hakikat difusi dan diseminasi inovasi?

1
2. Apa Pengertian inovasi pendidikan?
3. Apa tujuan dari inovasi pendidikan?
4. Apa saja yang menjadi komponen dasar inovasi?
5. Siapa sajakah yang menjadi sasaran dalam inovasi pendidikan?
6. Bagaimana proses keputusan inovasi?
7. Faktor-Faktor apa saja Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan?
8. Upaya apa saja yang telah dilakukan dalam pendidikan?
C. Tujuan
Berdasar rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Dapat memahami hakikat difusi dan diseminasi inovasi pendidikan
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui apa itu inovasi pendidikan.
3. Untuk menjelaskan dan memahami tujuan inovasi dalam menjalankan
tugasnya.
4. Untuk menjelaskan dan mengetahui komponen dasar dari inovasi.
5. Untuk menjelaskan dan mengetahui sasaran dalam melaksanakan inovasi
sehingga inovasi menjadi tepat sasaran.
6. Dapat menjelaskan proses keputusan inovasi
7. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja Yang Mempengaruhi Proses
Inovasi Pendidikan
8. Untuk menjelaskan dan mengetahui upaya-upaya apa saja yang telah
dilakukan dalam pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Difusi dan Diseminasi Inovasi


Difusi ialah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota
sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu.
Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya saling tukar
informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat
(konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan.
Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga
masyarakat tentang inovasi. Jadi difusi dapat merupakan salah satu tipe
komunikasi yakni komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang
dikomunikasikan adalah hal yang baru (inovasi). Rogers membedakan antara
sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam sistem difusi
sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal seperti: kapan dimulainya difusi
inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya, dan sebagainya,
dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau pimpinan agen pembaharu.
Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien
(warga masyarakat) bekerja sama dengan beberapa orang yang telah menerima
inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi desentralisasi yang secara ekstrim tidak
perlu ada agen pembaharu. Warga masyarakat itu sendiri yang
bertanggungjawab terjadinya difusi inovasi.
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan,
diarahkan, dan dikelola. Jadi kalau difusi terjadi secara spontan, maka diseminasi
dengan perencanaan. Dalam pengertian ini dapat juga direncanakan terjadinya
difusi. Misalnya dalam penyebaran inovasi penggunaan pendekatan ketrampilan
proses dalam proses belajar mengajar. Setelah diadakan percobaan ternyata
dengan pendekatan keterampilan proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara efektif dan siswa aktif belajar. Maka hasil percobaan itu perlu
didesiminasikan. Untuk menyebarluaskan cara baru tersebut, dengan cara

3
menatar beberapa guru dengan harapan akan terjadi juga difusi inovasi antar
guru di sekolah masing-masing. Terjadi saling tukar informasi dan akhirnya
terjadi kesamaan pendapat antara guru tentang inovasi tersebut.
B. Pengertian Inovasi Pendidikan
Kata ”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang
baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan
kata innovation menjadi kata Indonesia yaitu ”inovasi”. Inovasi kadang-kadang
juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil
penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata
dari bahasa Inggris ”discovery” dan ”invention”. Dari definisi para ahli mengenai
inovasi secara garis besar, inovasi adalah suatu perubahan yang terjadi dalam
suatu bidang, yang bertujuan untuk memperbaiki segala proses, produk, barang
atau jasa dalam mencapai tujuan tertentu yang lebih baik.
Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah dalam
pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat lembaga pendidikan
maupun arti luas di sistem pendidikan nasional. Kemajuan suatu lembaga
pendidikan sangat berpengaruh pada outputnya sehingga akan muncul
pengakuan yang rill dari siswa, orang tua dan masyarakat. Namun sekolah/
lembaga pendidikan tidak akan meraih suatu pengakuan rill apabila warga
sekolah tidak melakukan suatu inovasi di dalamnya dengan latar belakang
kekuatan, kelemahan tantangan dan hambatan yang ada.
Proses inovasi pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan
oleh individu atau organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai
menerapkan (implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti
bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu
terjadi perubahan. Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu
berlangsung akan berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain
tergantung pada kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian
pula selama proses inovasi itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang

4
berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir
C. Tujuan Inovasi Pendidikan
Tujuan utama dari inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan,
yakni kemampuan dari sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana,
termasuk struktur dan prosedur organisasi. Selain itu, tujuan inovasi pendidikan
adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas. Seiring dengan
peningkatan mutu pendidikan, inovasi pendidikan khususnya inovasi
pembelajaran dilakukan agar terciptanya program pembelajaran yang inovatif.
Program pembelajaran yang inovatif didesain menjadi sebuah kegiatan yang
menarik agar suasana pembelajaran di dalam kelas tidak membosankan.
Kreativitas dan inovasi juga dapat mencorakkan situasi pembelajaran yang ceria.
Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi
agar dapat mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat
diperoleh hasil yang maksimal.
D. Komponen Dasar Inovasi Pendidikan
1. Inovator, yang merupakan komponen yang utama dalam proses inovasi,
dimana inovator memegang peranan penting dalam melaksanakan
inovasi.
2. Inovasi, inovasi disini adalah adanya permasalahan yang akan
dipecahkan.
3. Adanya komunikasi dengan saluran tertentu artinya adanya sebuah
pertukaran informasi antara anggota masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Karena komunikasi merupakan alat untuk
menyampaikan informasi mengenai inovasi dari seorang ke orang lain.
4. Waktu, waktu merupakan elemen yang tidak kalah pentingnya dalam
proses inovasi karena waktu merupakan aspek utama dalam proses untuk
mengkomunikasikan sebuah inovasi. Peranan dimensi waktu dalam proses
inovasi terdapat pada tiga hal yaitu, proses keputusan dalam mengambil
kebijakan untuk memutuskan sebuah inovasi, kemudian kepekaan

5
seseorang terhadap inovasi, dan yang terakhir yaitu kecepatan
penerimaan inovasi.
E. Sasaran Inovasi Pendidikan
1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan
merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar
mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan
kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar
kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak
dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru
antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar
yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu,
baik dengan siswa maupun antar sesama guru, pengalaman dan
keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan,
keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai
dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat
besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan
mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang
diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya,
karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah
bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka
menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas
mereka.
Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang
utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas
sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter,
sebagai motivator dan lain sebagainya.
2. Siswa

6
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses
belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam
proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar
melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan
dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini
bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,
walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada
perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama
yang harus dilaksanakan dengan konsekuen.
Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya
dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima
pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk,
dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan
inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau
dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan
inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan
sebelumnya.
3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih meliputi program pengajaran dan
perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap
sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan,
kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam
pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-
program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan
berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.
4. Fasilitas

7
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa
diabaikan dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar
mengajar. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan
akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama
fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam
mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu,
jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu
diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan
sebagainya.
5. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, tanpa melibatkan
masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan
bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan
masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator
dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan
F. Proses Keputusan Inovasi
1. Pengertian
Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu
(unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya
inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi,
penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi
inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung
seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam
jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai
gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya
akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkannya.
Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan
tipe keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidaktentuan
(uncertainty) tentang sesuatu (inovasi). Misalnya kita harus mengambil

8
keputusan antara menghadiri rapat atau bermain olah raga, maka kita
sudah tahu apa yang akan dilakukan jika olah raga begitu pula apa yang
akan dilakukan jika menghadiri rapat. Rapat dan olah raga bukan hal yang
baru. Pertimbangan dalam mengambil keputusan mana yang paling
menguntungkan sesuai dengan kondisi saat itu. Keputusan ini bukan
keputusan inovasi.
Tetapi jika kita harus mengambil keputusan untuk mengganti
penggunaan kompor minyak dengan kompor gas, yang sebelumnya belum
pernah tahu tentang kompor gas, maka keputusan ini adalah keputusan
inovasi. Proses pengambilan keputusan mau atau tidak mau
menggunakan kompor gas, dimulai dengan adanya serba ketidak tentuan
tentang kompor gas. Masih terbuka berbagai alternatif, mungkin lebih
bersih, lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi juga mungkin berbahaya,
dan sebagainya. Untuk sampai pada keputusan yang mantap menerima
atau menolak kompor gas perlu informasi. Dengan kejelasan informasi
akan mengurangi ketidak tentuan dan berani mengambil keputusan.
2. Model Proses Keputusan Inovasi
Menurut Roger, proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (a)
tahap pengetahuan, (b) tahap bujukan, (c) tahap keputusan, (d) tahap
implementasi, dan (e) tahap konfirmasi. Berikut penjelasannya :
a. Tahap Pengetahuan
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu
tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan
ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian
menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri
untuk mengetahui inovasi. Seseorang menyadari atau membuka
diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan
secara pasif. Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi
biasanya tentu berdasarkan pengamatannya tentang inovasi itu

9
sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga
kepercayaannya.
b. Tahap Bujukan
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi,
seseorang membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi
terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan
mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi
yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang
tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang
inovasi.
Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang
memegang peran. Seseorang akan berusaha mengetahui lebih
banyak tentang inovasi dan menafsirkan informasi yang
diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi
disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan
karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan
inovasi. Dalam tahap persiasi ini juga sangat penting peran
kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi
di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan
penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi
yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanya
gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika
mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.
Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya
penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Diharapkan
hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi
atau dengan dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian
antara menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi. Namun perlu
diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas masih ada
jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan

10
inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap,
dan penerapan (praktek).
c. Tahap Keputusan
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika
seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan
menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti
sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti
tidak akan menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan
menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika
mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian
dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba
dengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat
dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.
Dalam kenyataan pada setiap tahap proses keputusan
inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Ada dua macam penolakan
inovasi yaitu: (1) penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah
melalui proses mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau
mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan akhir
menolak inovasi, dan (2) penolakan pasif artinya penolakan inovasi
dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
d. Tahap Implementasi
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila
seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini
berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan
penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek. Pada
umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi.
Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan
menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi
karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.

11
e. Tahap Konfirmasi
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap
keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali
keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan
dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya
berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan
menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu
yang tak terbatas.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Inovasi Pendidikan
Lembaga pendidikan formal adalah suatu subsistem dari sistem sosial, jika
terjadi perubahan dalam sistem sosial maka lembaga pendidikan formal juga
mengalami perubahan, demikian sebaliknya. Olehnya itu, lembaga pendidikan
mempunyai beban ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya dan
mempersiapkan generasi muda agar dapat menghadapi tantangan kemajuan
jaman. Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan
bersumber pada dua hal yaitu : kemauan sekolah (lembaga pendidikan) untuk
mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan masyarakat dan adanya
usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan sistem
sosial terjadi hubungan yang erat dan saling mempengaruhi.
Ada tiga hal yang berpengaruh besar terhadap kegiatan di sekolah
(lembaga pendidikan) :
1. Faktor kegiatan belajar mengajar.
Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan
belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru
sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam
bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola
kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan.

12
Dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar,
terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa
pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang
(setengah) profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian. Beberapa
alasan mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar
mengandung banyak kelemahan:
a) Hubungan interpersonal guru dan siswa.
Dengan kemampuan yang sama belum tentu menghasilkan prestasi
belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian
pula sebaliknya, dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh guru
yang berbeda belum tentu menghasilkan prestasi belajar yang
sama, meskipun para guru tersebut telah memenuhi persyaratan
sebagai guru yang profesional.
b) Kegiatan belajar mengajar terisolasi dari kritik teman sejawat.
Kegiatan guru di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari
kegiatan kelompok, guru yang lain tidak mengetahui, maka sukar
untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Apa
yang dilakukan guru di kelas seolah-olah sudah merupakan hak
mutlak tanggung jawabnya. Padahal mungkin masih banyak
kekurangannya.
c) Ketiadaan kriteria yang baku tentang keefektifan belajar mengajar.
Kriteria pengelolaan kegiatan belajar mengajar sukar ditentukan
karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan keberhasilan
kegiatan belajar siswa.
d) Waktu yang terbatas.
Dengan keterbatasan waktu guru tidak mungkin dapat melayani
siswa dengan memperhatikan perbedaan individual satu dengan
yang lain.
e) Tujuan pembelajaran yang sama untuk siswa yang berbeda.

13
Berdasarkan perbedaan individual siswa, akan lebih tepat jika
pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara yang
sangat fleksibel. Kenyataannya guru dituntut untuk mencapai
perubahan tingkah laku yang sama bagi semua anak dan jika ini
tidak tercapai dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas
profesionalnya.
f) Minimnya waktu untuk meningkatkan kompetensi.
Dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya,
guru diperhadapkan pada ketiadaan keseimbangan antara
kemampuan dan wewenang mengatur beban kerja, tanpa bantuan
dari lembaga dan tanpa insentif yang memadai. Hal ini
menyebabkan program pertumbuhan jabatan atau peningkatan
profesi guru mengalami hambatan.
g) Banyaknya tuntutan.
Tuntutan kerja yang banyak membuat guru kesulitan dalam
menentukan skala prioritasnya, misalnya yang mana didahulukan
perubahan tingkah laku atau kognitif siswa. Dan masih banyak lagi
tuntutan yang lain.
2. Faktor internal dan eksternal
Keunikan dari sistem pendidikan adalah baik pelaksana maupun
klien adalah kelompok manusia. Perencana inovasi pendidikan harus
memperhatikan mana kelompok yang mempengaruhi dan mana kelompok
yang dipengaruhi. Faktor internal yang dimaksud adalah siswa, siswa
menjadi pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan
berbagai kebijakan pendidikan. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam
proses inovasi pendidikan ialah orang tua, baik secara moral maupun
finansial.
Di Amerika yang berperan sebagai faktor ekstenal adalah juga para
pembayar pajak pendidikan yang diatur tersendiri berdasarkan pada
kemampuan atau kekayaan masing-masing. Ahli pendidik (profesi

14
pendidikan) merupakan faktor internal dan juga faktor eksternal seperti
guru, administrator pendidikan, konselor. Para ahli luar organisasi sekolah
seperti pengawas, inspektur, penilik sekolah, konsultan dan pengusaha
yang membantu pengadaan fasilitas sekolah. Para penatar guru dan
organisasi persatuan guru juga dapat dipandang sebagai faktor eksternal.
3. Sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan)
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan aturan yang
dibuat pemerintah, mulai dari cara berpakaian, kegiatan waktu istirahat,
sampai pada kegiatan belajar di kelas. Dengan aturan tersebut timbul
permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil
kebijakan dalam melakukan tugasnya yang disesuaikan dengan kondisi
dan situasi setempat. Demikian pula sejauh mana kesempatan yang
diberikan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya
guna menghadapi tantangan kemajuan jaman. Dampak dari keterbatasan
tersebut menimbulkan siklus otoritas yang negatif bagi guru yang
dikemukakan oleh Florio (1973) dan dikutip oleh Zaltman (1977).
H. Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan
Penerapan Musik Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Seperti yang telah kita ketahui bahwa music memiliki manfaat yang banyak
terutama bagi kehidupan. Manfaat dari music sendiri selain untuk menghibur,
terapi kesehatan, dan kepribadian, juga dapat memberi pengaruh baik bagi
kegiatan belajar. Menurut Hal A. Lingerman pada bukunya The Healing Energies
of Music, dengarkanlah musik yang disuka ketika mengerjakan sesuatu. Beliau
pernah melakukan sebuah studi yang menunjukkan bahwa musik dapat
menyentuh bagian otak yang bertugas mengatur konsentrasi. Dari hal tersebut
tentu akan mampu memicu cara kerja otak agar bekerja lebih cepat. Jadi music
tidak semata-mata digunakan untuk pelengkap sebuah proses belajar mengajar.
Tapi, music juga bisa digunakan untuk mendukung sebuah proses belajar agar
lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Berdasarkan penelitian yang telah

15
dilakukan oleh Lingerman, terdapat tiga jenis music yang dapat digunakan
sebagai pendukung dalam proses belajar. Ketiga jenis music tersebut yaitu:
1. Musik Klasik
Musik klasik adalah pilihan terbaik untuk mengiringi kegiatan belajar.
Musik klasik era Barok dapat memaksimalkan fungsi otak dilihat
dari Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI). Menurut pandangan
Lingerman, musik klasik dinilai ampuh untuk menyimpan berbagai
informasi dalam memori agar menjadi lebih teratur dan rapi. Musik klasik
yang dapat memudahkan untuk menambah pengetahuan serta
meningkatkan kecerdasan adalah music klasik karya dari Mozart. Music
Mozart ini dinilai sangat efektif jika diterapkan dalam sebuah kegiatan
belajar, terutama dalam pelajaran hafalan, karena music Mozart memiliki
ini ketukan nanda yang mampu meningkatkan daya serap dan kinerja
otak.
2. Musik elektronik instrumental
Music elektronik juga dapat mendukung terciptanya kondisi belajar yang
kondusif. Musik yang bersifat instrumental dan menenangkan sangat baik
didengarkan saat mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan angka dan
statistik. Contohnya, EDM, electro pop, dan shoe gaze. Mendengarkan
musik ini, mengerjakan PR matematika dan fisika dapat jauh lebih
menyenangkan.
3. Musik POP
Genre music POP juga memiliki pengaruh baik untuk membantu kegiatan
belajar. Terutama saat mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan
dengan cepat. Music POP mampu membantu menenangkan kinerja otak
sehingga akan sangat efektif jika diterapkan ketika pikiran sedang kacau
karena dikejar oleh deadline.

Dari ketiga jenis music diatas dapat disimpulkan bahwa semuanya memiliki
kelebihan dan manfaat masing-masing dalam kegiatan belajar mengajar. Dari

16
banyaknya kelebihan penerapan music dalam kegiatan belajar mengajar yang
telah dijelaskan diatas, tentu metode ini juga memiliki kekurangan yang harus
diperhatikan agar kegitan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.
Penerapan music dalam kegiatan belajar ini memang sangat membantu siswa
dalam berbagai hal, namun masih ada yang perlu diperhatikan dari penerpan
metode tersebut yaitu, bahwa tidak setiap siswa mampu memanfaatkan music
sebagai alat untuk membantu meningkatkan kinerja otak. Tidak sedikit siswa
yang malah terganggu dan sulit untuk berkonsentrasi jika mendengarkan music
ketika sedang belajar. Hal tersebut tentu harus diperhatikan dalam penerapan
music dalam kegitan belajar.

Analisis SWOT
1. Strength (kekuatan)
a. Pembelajaran menjadi lebih berwarna
b. Mengurangi tingkat kejenuhan pada siswa
c. Mudah menerima informasi dalam keadaan senang
d. Menyeimbangkan kinerja otak kanan dan kiri
e. Merangsang kemampuan bepikir dan kreatiifitas
2. Weakness (kelemahan)
a. Menenuntut kemampuan dalam mengendalikan kelas dengan baik
b. Musik yang dimasukan kedalam KBM harus benar-benar sesuai
dengan keadaan peserta didik
c. Tidak semua genre music bisa digunakan dalam pembelajaran
3. Opportunities (peluang)
a. Banyak siswa yang merasa jenuh dengan pembelajaran
konvensional
b. Sering mengalami kendala dalam proses penerimaan informasi
terutama saat mulai menginjak waktu siang
4. Threats (ancaman)
a. Banyak metode lain yang lebih efektif

17
b. Metode lain, terkadang memiliki kelemahan yang lebih sedikit

Langkah-langkah pemecahan masalah

1. Pilihlah genre music yang benar-benar sesuai dengan keadaan siswa


2. Sering menggunakan music dalam setiap pembelajaran agar siswa
menjadi lebih terbiasa

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Pada hakekatnya yang menjadi sasaran menerima dan menerapkan inovasi adalah
adalah individu atau priabadi sebagai anggota sistem sosial (warga masyarakat). Maka
dengan demikian maka pemahaman tentang proses inovasi pendidikan yang
berorientasi pada individu tetap merupakan dasar untuk memahami proses inovasi
dalam organisasi. Dengan memahami proses difusi inovasi dalam organisasi akan
mudah untuk memahami proses difusi pendidikan, karena pada dasarnya pelaksana
pendidikan beserta komponen-komponennya adalah suatu organisasi.

18

Anda mungkin juga menyukai