Gastritis
Gastritis
PENDAHULUAN
1
Masyarakat di Indonesia pada umumnya menganggap gastritis bukan suatu
hal yang serius dan memerlukan penanganan dengan segera, tapi jika hal ini dibiarkan
gastritsi akan berkembang menjadi tukak lambung atau gastritis kronik yang dapat
menyebabkan kematian.
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis penyakit gastritis.
2. Untuk mengetahui konsep ASKEP penyakit gastritis .
2
BAB II
1.4.1 Definisi
1.4.2 Klasifikasi
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
2. Gastritis kronis
3
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis
adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000,
hal: 188).
1.4.3 Etiologi
Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan
tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat asam lambung
meningkat. Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan
menyebabkan terjadinya iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung dan jika peningkatan asam lambung ini dibiarkan saja
maka kerusakan lapisan lambung atau penyakit gastritis akan semakin parah.
4
Gastritis Akut
Gastritis Kronik
1.4.4 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
5
e. Infeksi jamur,seperti candidiasis,Histoplasmosis,dan phycomycosis
2. Gastritis Kronis
6
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan,
lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya
tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel
mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan
pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan
menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999: 162).
7
1.4.5 Pathway
Nyeri epigastrium
Me tonus dan peristal Mukosa lambung
lambung kehilangan integritas
jaringan
Anoreksia
Kekurangan volume
cairan
1.4.6 Klinis
a. Gastritis akut
b. Gastritis kronis
Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai
dengan penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus
peptikum dan dapat terjdi aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.
9
1.4.7 Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Gangguan cairan ketika terjadi muntah hebat.
2. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik
yang berat.
10
6. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
8. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan
tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung
puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output)
tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis
sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin
dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
11
1.5 Konsep ASKEP
1. Pengkajian
a. Anamnese meliputi :
b. Tingkat pendidikan:
12
Keadaan umum: tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik
terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.
B1(breath) : takhipnea
2. Fokus Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
b. Sirkulasi
2) Tanda :
13
Nadi perifer lemah
c. Integritas ego
d. Eliminasi
2) Tanda :
14
karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea),
konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
e. Makanan / Cairan
1) Gejala:
2) Tanda: muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan
atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan
produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
f. Neurosensi
g. Nyeri / Kenyamanan
1) Gejala:
15
nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
h. Keamanan
i. Penyuluhan / Pembelajaran
16
1) Gejala: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan
perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma
kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan
yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Doengoes, 1999, hal: 455).
3. Pemeriksaan Diagnostik
17
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas, Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk
ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau
dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas, Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
rontgen.
18
f. Analisis Lambung, Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan
merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit
lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah
besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
19
kurang dari tujuan dengan ahli
- Berat badan gizi untuk
kebutuhan
ideal sesuai menentukan
tubuh b.d dengan tinggi kalori dan
badan nutrisi yang
masukan
- Mampu dibutuhkan
nutrient mengidentifik pasien.
asi kebutuhan - Anjurkan
yang tidak
nutrisi pasien untuk
adekuat. - Tidak ada meningkatkan
tanda-tanda prptein dan
malnutrisi vit. C
- Tidak terjadi - Yakinkan diet
penurunan yang
berat badan digunakan
yang berarti. mengandung
serat untuk
mencegah
konstipasi.
2. Kekuranga Kriteria Hasil : Fluid Management :
n volume - Tekanan - Monitor status
cairan b.d darah, nadi, dehidrasi
masukan suhu tubuh (kelembaban
cairan tidak dalam batas membrane
cukup dan normal. mukosa, nadi,
kehilangan - Tidak ada tekanan darah
cairan tanda-tanda )
berlebihan dehidrasi - Monitor vital
karena - Elastisitas sign
muntah. turgol kulit - Monitor
baik, masukan
membrane makanan/caira
mukosa n dan hitung
lembab, tidak intake kalori
20
ada rasa haus harian.
yang - Monitor status
berlebihan nutrisi.
- Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien makan.
- Tawarkan
snack (jus
buah segar)
- Kolaborasi
dengan
dokter.
3. Nyeri akut Kriteria Hasil : Pain Management :
b.d mukosa - Mampu - Lakukan
lambung mengontrol pengklajian
teriritasi. nyeri (tahu nyeri secara
penyebab kompherensif
nyeri, mampu termasuk
menggunakan lokasi,
tehnik karakteristik,
nonfarmakolo durasi,
gi untuk frekuensi,
mengurangi kualitas dan
nyeri, mencari factor
bantuan) presipitasi.
- Melaporkan - Observasi
21
bahwa nyeri reaksi
berkurang nonverbal dari
dengan ketidaknyama
menggunakan nan.
manajemen - Gunakan
nyeri. teknik
- Mampu komunikasi
mengenali terapeutik
nyeri (skala, untuk
intensitas, mengetahui
frekuensi, dan pengalaman
tanda nyeri) nyeri pasien.
- Menyatakan - Kaji kultur
rasa nyaman yang
setelah nyeri mempengaruh
berkurang. i respon nyeri,
- Evaluasi
pengalaman
nyeri masa
lampau.
- Control
lingkungan
yang dapat
mempengaruh
i nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan
dan
22
kebisingan.
- Pilih dan
lakukan
penangan
nyeri
(farmakologi,
nonfarmakolo
gi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi.
- Tingkatakan
istirahat.
4. Defisiensi Kriteria Hasil : Teaching : disease process
pengetahua
- Pasien dan - Jelaskan
n b.d
penatalaksa keluarga patofisiologi
naan diet
menyatakan dari penyakit
dan proses
penyakit pemahaman dan
tentang bagaimana hal
penyakit, ini
kondisi, berhubungan
prognosis dan dengan
program anatomi, dan
pengobatan. fisiologi,
- Pasien dan dengan cara
23
keluarga yang tepat.
mampu - Gambarkan
menjelaskan tanda dan
kembali apa gejala yang
yang biasa muncul
dijelaskan pada penyakit,
perawat/ tim dengan cara
kesehatan yang tepat.
lainnya. - Gambarkan
proses
penyakit
dengan cara
yang tepat.
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengan cara
yang tepat.
- Sediakan
informasi
pada pasien
tentang
kondisi
dengan cara
yang tepat.
24
6. Evaluasi Keperawatan
- Tindakan dilanjutkan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peradangan pada
mukosa lambung ) :
- Tujuan belum tercapai
- lanjutkan intervensi
c. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak
adekuat (integritas kulit tidak utuh ) :
- Tujuan belum tercapai
- Lanjutkan intervensi
d. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan diet dan proses penyakit
- Masalah teratasi
- Tindakan dihentikan
7. Discharge Planning
a. Hindari minumann alcohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga
terjadi inflamasi dan perdarahan
b. Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan dinding lambung
sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus
c. Atasi stress sebaik mungkin
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun hindari ssyur
dan buah yang sifat asam
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran
balik) asam lambung
25
f. Berolahrga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran
makanan melalui usus
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara
waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks.
26
BAB III
KESIMPULAN
1.6 Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-
sel radang pada daerah tersebut.
1.7 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Tusskinah Widya, Masrul,dkk. 2018. Hubungan Pola MAkan Dan Tingkat Stres
Terhadap Kekambuhan Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota
Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 7 No. 2. Hal 217-
225. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/805.
Nurjannah. 2018. Hubungan Antara Umur Dan Jenis Kelamin Dengan Kejadian
Gastritis Kronik Di Klinik Lacasino Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis. Vol. 12, No. 1. Hal, 119-122.
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/810/673.
Hardhi, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction.
28