Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
global. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia < 70 tahun;
penyakit cardiovascular (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan
kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain menyebabkan sekitar 30%, serta 4%
kematian akibat diabetes. Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan
yang paling sering terjadi dan paling sering dijumpai di klinik karena diagnosisnya
sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi. Gastritis
dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari suatu
penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup seseorang.

Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa


negara dunia dan mendapatkan hasil dari angka persentase kejadian gastritis di dunia ,
diantaranya Inggris 22% , China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis
29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk
setiap tahunnya. Angka kejadian gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada
populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih tinggi daripada
populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Persentase dari angka
kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8% dan angka kejadian
gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan angka kejadian 274.396
kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun
2011, gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9 %).

1
Masyarakat di Indonesia pada umumnya menganggap gastritis bukan suatu
hal yang serius dan memerlukan penanganan dengan segera, tapi jika hal ini dibiarkan
gastritsi akan berkembang menjadi tukak lambung atau gastritis kronik yang dapat
menyebabkan kematian.

Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep medis penyakit gastritis ?
2. Apa konsep ASKEP penyakit gastritis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis penyakit gastritis.
2. Untuk mengetahui konsep ASKEP penyakit gastritis .

2
BAB II

1.4 Konsep Medis

1.4.1 Definisi

Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang


disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa
lambung. Gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua
tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survei menunjukkan
bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif. Pada usia produktif
masyarakat rentan terserang gejala gastritis karena dari tingkat kesibukan,
gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah
terjadi. Gastritis dapat mengalami kekambuhan dimana kekambuhan yang
terjadi pada penderita gastritis dapat dipengaruhi oleh pengaturan pola makan
yang tidak baik dan juga dipengaruhi oleh faktor stres.

1.4.2 Klasifikasi

Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Gastritis akut

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif
apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.

2. Gastritis kronis

3
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis
adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000,
hal: 188).

1.4.3 Etiologi

Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan
tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat asam lambung
meningkat. Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan
menyebabkan terjadinya iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung dan jika peningkatan asam lambung ini dibiarkan saja
maka kerusakan lapisan lambung atau penyakit gastritis akan semakin parah.

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya


sebagai berikut :

4
 Gastritis Akut

Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin


(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.

 Gastritis Kronik

Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.


Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.

1.4.4 Patofisiologi

1. Gastritis Akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut,seperti beberapa jenis


obat,alkohol,bakteri,virus,jamur,stres akut,radiasi,alergi atau intoksikasi
dari bahan makanan dan minuman garam empedu,iskemia,dan trauma
langsung.

a. Obat-obatan, seperti obat -inflamasi nonsteroid/OAINS


(Indometasin, Ibuprotein dan Asam
Salisilat),sulfonamide,streoid,kokain,agen kemoterapi (Mitomisin,5
fluoro-2-deoxyuridine),salisilat,dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung (gelfand,1999)

b. Minuman beralkohol:seperti whisky,vodka,dan gin

c. Infeksi bakteri: seperti H.pylori (paling sering), H.heimanii ,


streptococci, staphylococci, proteus spesicies, clostridium species,
E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphflis

d. Infeksi virus oleh sitomegalovirus(giannakis,2008)

5
e. Infeksi jamur,seperti candidiasis,Histoplasmosis,dan phycomycosis

f. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,


pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf
pusat, dan refluks usus-lambung.

g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan.Makanan berbumbu dan


minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-
agen penyebab iritasi mukosa lambung.

h. Garam empedu,terjadi pada kondisi refluks garam


empedu(komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim
gastrointestinal)dari usus kecil kemukosa lambung sehingga
menimbulakan respons peradangan mukosa.

i. Iskemia,hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah


kelambung.

j. Trauma langsung lambung,berhubungan dengan keseimbangan


antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas
mukosa,yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa
lambung

2. Gastritis Kronis

6
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan,
lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya
tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel
mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan
pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan
menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999: 162).

7
1.4.5 Pathway

Obat-obatan (NISAD, H. phylori kafein


aspirin, sulfanomida,
steroid, digitalis)

Melekat pada epitel Me produksi bikarbonat


lambung (HCO3)
Menggangu
pembentukan sawat
Menghancurkan lapisan Me kemampuan protek
mukosa lambung
mukosa lambung terhadap asam

Me barrier lambung Menyebabkan difusi


terhadap asam dan pepsin kembali asam lambung &
pepsin
Kekurangan volume
cairan

inflamasi Erosi mukosa lambung Kekurangan volume cairan

Nyeri epigastrium
Me tonus dan peristal Mukosa lambung
lambung kehilangan integritas
jaringan

Me sensori untuk makan Refluk isi duodenum


kelambung

Anoreksia

Mual Dorogan ekspuisi isi


lambung kemulut

Nyeri akut Ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari Muntah
kebutuhan tubuh 8

Kekurangan volume
cairan
1.4.6 Klinis

a. Gastritis akut

Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri


dapat timbul kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat,
gelisah, sakit perut dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh,
tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar pada epigastrium, kejng-
kejng dan lemah.

b. Gastritis kronis

Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai
dengan penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus
peptikum dan dapat terjdi aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.

9
1.4.7 Komplikasi

 Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Gangguan cairan ketika terjadi muntah hebat.

 Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin


B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa,
penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Ulkus
peptikum juga keganasan lambung.

1.4.8 Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo,


1996, seperti di bawah ini :

1. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat


perdarahan.

2. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik
yang berat.

3. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa


lambung.

4. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa


lambung.

5. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan


asam lambung

10
6. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.

7. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H.


Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

8. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan
tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung
puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output)
tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis
sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin
dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

11
1.5 Konsep ASKEP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS

1. Pengkajian

a. Anamnese meliputi :

Nama, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, alamat, suku/bangsa. Dan


agama.

b. Tingkat pendidikan:

bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim


mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap
remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit
perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan
serta memperparah penyakit ini.

c. Riwayat sakit dan kesehatan

 Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah


kanan bawah.

 Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal


dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara
mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.

 Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan


dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat
pemakaian obat.

d. Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)

12
Keadaan umum: tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik
terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.

 B1(breath) : takhipnea

 B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer


lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.

 B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran


dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.

 B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.

 B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,


tidak toleran terhadap makanan pedas.

 B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

2. Fokus Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat

1) Gejala : kelemahan, kelelahan

2) Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap


aktivitas)

b. Sirkulasi

1) Gejala : kelemahan, berkeringat

2) Tanda :

 Hipotensi (termasuk postural)

 Takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)

13
 Nadi perifer lemah

 pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)

 warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan


darah)

 kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan


status syok, nyeri akut, respons psikologik)

c. Integritas ego

1) Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),


perasaan tak berdaya.

2) Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,


perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

d. Eliminasi

1) Gejala: riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena


perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan
dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah
gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik
feses.

2) Tanda :

 nyeri tekan abdomen, distensi

 bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif


setelah perdarahan.

14
 karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea),
konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).

 haluaran urine : menurun, pekat.

e. Makanan / Cairan

1) Gejala:

 anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga


obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).

 masalah menelan : cegukan

 nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah

2) Tanda: muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan
atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan
produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

f. Neurosensi

1) Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,


kelemahan.

2) Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak


cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).

g. Nyeri / Kenyamanan

1) Gejala:

15
 nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).

 nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke


punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulkus gaster).

 nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung


terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong
dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).

 tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).

 faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-


obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.

2) Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,


berkeringat, perhatian menyempit.

h. Keamanan

1) Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA

2) Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar


(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)

i. Penyuluhan / Pembelajaran

16
1) Gejala: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan
perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma
kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan
yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Doengoes, 1999, hal: 455).

3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan darah, Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah


terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang
terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.

b. Uji napas urea, Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa


urea diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan
karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung
dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

c. Pemeriksaan feces, Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H.


Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

17
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas, Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk
ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau
dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.

e. Rontgen saluran cerna bagian atas, Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
rontgen.

18
f. Analisis Lambung, Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan
merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit
lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah
besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

g. Analisis stimulasi, Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran


asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat
yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes
ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.

4. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan


nutrient yang tidak adekuat.
b. Kekurangan volume cairan b.d masukan cairan tidak cukup dan
kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
c. Nyeri akut b.d mukosa lambung teriritasi.
d. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

5. Asuhan Keperawatan NIC-NOC

N Diagnosa NOC NIC


O
1. Ketidak Kriteria Hasil : Nutrition Management :
- Adanya - Kaji adanya
seimbangan
peningkatan alergi
nutrisi berat badan makanan
sesuai dengan - Kolaborasi

19
kurang dari tujuan dengan ahli
- Berat badan gizi untuk
kebutuhan
ideal sesuai menentukan
tubuh b.d dengan tinggi kalori dan
badan nutrisi yang
masukan
- Mampu dibutuhkan
nutrient mengidentifik pasien.
asi kebutuhan - Anjurkan
yang tidak
nutrisi pasien untuk
adekuat. - Tidak ada meningkatkan
tanda-tanda prptein dan
malnutrisi vit. C
- Tidak terjadi - Yakinkan diet
penurunan yang
berat badan digunakan
yang berarti. mengandung
serat untuk
mencegah
konstipasi.
2. Kekuranga Kriteria Hasil : Fluid Management :
n volume - Tekanan - Monitor status
cairan b.d darah, nadi, dehidrasi
masukan suhu tubuh (kelembaban
cairan tidak dalam batas membrane
cukup dan normal. mukosa, nadi,
kehilangan - Tidak ada tekanan darah
cairan tanda-tanda )
berlebihan dehidrasi - Monitor vital
karena - Elastisitas sign
muntah. turgol kulit - Monitor
baik, masukan
membrane makanan/caira
mukosa n dan hitung
lembab, tidak intake kalori

20
ada rasa haus harian.
yang - Monitor status
berlebihan nutrisi.
- Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien makan.
- Tawarkan
snack (jus
buah segar)
- Kolaborasi
dengan
dokter.
3. Nyeri akut Kriteria Hasil : Pain Management :
b.d mukosa - Mampu - Lakukan
lambung mengontrol pengklajian
teriritasi. nyeri (tahu nyeri secara
penyebab kompherensif
nyeri, mampu termasuk
menggunakan lokasi,
tehnik karakteristik,
nonfarmakolo durasi,
gi untuk frekuensi,
mengurangi kualitas dan
nyeri, mencari factor
bantuan) presipitasi.
- Melaporkan - Observasi

21
bahwa nyeri reaksi
berkurang nonverbal dari
dengan ketidaknyama
menggunakan nan.
manajemen - Gunakan
nyeri. teknik
- Mampu komunikasi
mengenali terapeutik
nyeri (skala, untuk
intensitas, mengetahui
frekuensi, dan pengalaman
tanda nyeri) nyeri pasien.
- Menyatakan - Kaji kultur
rasa nyaman yang
setelah nyeri mempengaruh
berkurang. i respon nyeri,
- Evaluasi
pengalaman
nyeri masa
lampau.
- Control
lingkungan
yang dapat
mempengaruh
i nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan
dan

22
kebisingan.
- Pilih dan
lakukan
penangan
nyeri
(farmakologi,
nonfarmakolo
gi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi.
- Tingkatakan
istirahat.
4. Defisiensi Kriteria Hasil : Teaching : disease process
pengetahua
- Pasien dan - Jelaskan
n b.d
penatalaksa keluarga patofisiologi
naan diet
menyatakan dari penyakit
dan proses
penyakit pemahaman dan
tentang bagaimana hal
penyakit, ini
kondisi, berhubungan
prognosis dan dengan
program anatomi, dan
pengobatan. fisiologi,
- Pasien dan dengan cara

23
keluarga yang tepat.
mampu - Gambarkan
menjelaskan tanda dan
kembali apa gejala yang
yang biasa muncul
dijelaskan pada penyakit,
perawat/ tim dengan cara
kesehatan yang tepat.
lainnya. - Gambarkan
proses
penyakit
dengan cara
yang tepat.
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengan cara
yang tepat.
- Sediakan
informasi
pada pasien
tentang
kondisi
dengan cara
yang tepat.

24
6. Evaluasi Keperawatan

a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan


nutrient yang tidak adekuat.

- Masalah teratasi sebagian

- Tindakan dilanjutkan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peradangan pada
mukosa lambung ) :
- Tujuan belum tercapai
- lanjutkan intervensi
c. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak
adekuat (integritas kulit tidak utuh ) :
- Tujuan belum tercapai
- Lanjutkan intervensi
d. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan diet dan proses penyakit
- Masalah teratasi
- Tindakan dihentikan

7. Discharge Planning
a. Hindari minumann alcohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga
terjadi inflamasi dan perdarahan
b. Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan dinding lambung
sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus
c. Atasi stress sebaik mungkin
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun hindari ssyur
dan buah yang sifat asam
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran
balik) asam lambung

25
f. Berolahrga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran
makanan melalui usus
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara
waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks.

26
BAB III
KESIMPULAN

1.6 Kesimpulan

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-
sel radang pada daerah tersebut.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa


kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan
gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang
lainnya.

1.7 Saran

1. Tenaga Keperawatan, Diharapkan mampu memahami tentang


penatalaksanaan pada pasien dengan gastritis.

2. Mahasiswa, Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan


bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gastritis.

27
DAFTAR PUSTAKA

Tusskinah Widya, Masrul,dkk. 2018. Hubungan Pola MAkan Dan Tingkat Stres
Terhadap Kekambuhan Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota
Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 7 No. 2. Hal 217-
225. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/805.

Nurjannah. 2018. Hubungan Antara Umur Dan Jenis Kelamin Dengan Kejadian
Gastritis Kronik Di Klinik Lacasino Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis. Vol. 12, No. 1. Hal, 119-122.
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/810/673.

Hardhi, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction.

28

Anda mungkin juga menyukai