Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya
lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang
mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang
sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah
cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan


kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai
tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena
glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat
dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang


tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan
penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan
50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut.
Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka
deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
persepsi sensori dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
glaukoma dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
glukoma.
2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.


b. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
c. Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
d. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi glaukoma

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan
segalah akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang
pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan


tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo
Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata


meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)

B. Klasifikasi glaukoma

1. Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu


timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang
sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam
keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia
tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu
:
a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-


95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada,
kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena


ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan,
menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke
saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena
usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya
TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris
memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan
nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi
akibat:

 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak


 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah
kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam
mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan
peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal
dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang
(0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

C. Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi


sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

D. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor


aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor
aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm
dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari
20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi
peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya
aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut


saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).
Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka
panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan Anxietas Kurang pengetahuan


pengelihatan perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan
E. Manifestasi klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)
F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

c. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal


empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :
 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal
 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

d. Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

e. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan
di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas,
2002: 242-248).

G. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut


yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif
(mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut
tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).
Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik
seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor
aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide
(Acetazolam, Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).
Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat
beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol
(Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan


miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan


memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid
untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag
selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk
mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif
dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang


penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan
itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan
untuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi
pengelihatan yang masi ada.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. R (40 tahun) saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit dan
nyeri jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid. Oleh dokter
spesialis mata dilakukan pemeriksaan Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang pandang.
Hasil pemeriksaan teernyata Ny.R menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital saat ini TD :
150/100 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit. Ny. R tidak tahu
kenapa dia sampai mengalami Glaukoma..

A. PENGKAJIAN
1. Data Pasien :
Nama : Ny. R
Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 23 Februari 1973
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Glaukoma

2. Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 12Mei 2013 dengan keluhan orbita dextra terasa
sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
Riwayat Penyakit Sekarang :
KU lemah, hasil pemeriksaan TTV , Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi :
80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat masuk rumah sakit, tetapi dua bulan
yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid.

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan saraf persepsi
sensori

3) Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
Peningkatan air mata
4. Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma
akut).
5. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekaan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma)
Terpajan pada radiasi, steroid/ toksistas fenotiazin
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hati
(biasanya dilakukan sebagai prosedur pasien rawat jalan)
Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan maknaan, perawatan diri, perawatan /
pemeliharaan rumah

ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS : Gangguan persepsi Gangguan penerimaan,
 Klien mengeluh keluhan orbita sensori penglihatan gangguan status organ
dextra terasa sakit jika ditekan ditandai dengan
 Klien mengeluh penglihatan kabur kehilangan lapang
padahal Ny.R sudah menggunakan pandang progresif.
kaca minus 3 pada mata dextra dan
sinistra
 Klien mengatakan dua bulan yang
lalu Ny.R menderita kelainan
Thyroid
DO:
 Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
 Klien terlihat menggunakan
kacamata
 Skala nyeri : 6
 Klien tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil (katarak)
 Klien terlihat pupil menyempit dan
merah / mata keras dengan kornea
berawan (glaukoma darurat)
 Klien terlihat peningkatan produksi
air mata
 Klien terlihat memokuskan saat
meliat sesuatu benda
 Klien terlihat mengerutkan dahi
pada saat melihat
DS : Gangguan rasa Peningkatan tekanan
 Klien mengeluh keluhan orbita nyaman : Nyeri intra okuler (TIO)
dextra terasa sakit jika ditekan
 Klien mengeluh penglihatan kabur
padahal Ny.R sudah menggunakan
kaca minus 3 pada mata dextra dan
sinistra
 Klien mengatakan dua bulan yang
lalu Ny.R menderita kelainan
Thyroid
DO:
 Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
 Skala nyeri : 6
 Klien terlihat menggunakan
kacamata
 Klien terlihat memegangi are kepala
dan sekitar mata
 Klien terlihat memokuskan saat
meliat sesuatu benda
 Klien terlihat mengerutkan dahi
pada saat melihat
B. DIAGNOSA
1. gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori, gangguan
status organ
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai
dengan mual dan muntah

C. INTERVENSI

No Diagnosa Noc Nic


1 Gangguan a. Peningkatan - Monitor TTV
persepsi ketajaman - Monitor ukuran
sensori penglihatan (kanan pupil, ketajaman,
penglihatan kiri) kesimetrisan dan
b. Lapang pandang reaksi
normal - Monitor adanya
c. Pandangan tidak diplopia, pandangan
kabur kabur, nyeri kepala
d. Pandangan tidak - Monitor level
silau kebingungan dan
Penglihatan tidak orientasi
- Monitor tonus otot
pergerakan
- Catat perubahan
pasien dalam
merespon stimulus
2 Gangguan rasa setelah dilakukan tindakan - Lakukan
nyaman. b.d keperawatan selama 2 X 24 pengkajian nyeri
nyeri jam gangguan rasa nyaman secara
dapat teratasi dengan komprehensif
kriteria hasil: termasuk lokasi,
Pain Level karakteristik,
a. Mampu mengontrol durasi, frekuensi,
nyeri (tahu penyebab kualitas dan faktor
nyeri, mampu presipitasi
menggunakan tehnik - Observasi reaksi
nonfarmakologi untuk nonverbal dari
mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
mencari bantuan) - Bantu pasien dan
b. Melaporkan bahwa nyeri keluarga untuk
berkurang dengan mencari dan
menggunakan menemukan
manajemen nyeri dukungan
c. Mampu mengenali nyeri - Kontrol lingkungan
(skala, intensitas, yang dapat
frekuensi dan tanda mempengaruhi
nyeri) nyeri seperti suhu
d. Menyatakan rasa ruangan,
nyaman setelah nyeri pencahayaan dan
berkurang kebisingan
e. Tanda vital dalam - Kurangi faktor
rentang normal presipitasi nyeri
- Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Berikan informasi
tentang nyeri
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
3 Ansietas - Klien mampu - Gunakan pendekatan
mengidentifikasi yang menenangkan
dan mengunkapkan - Temani pasien untuk
gejala cemas memberikan keamanan
- Mengidentifikasi dan mengurangi takut
mengungkspkan dan - Dengarkan dengan
menunjukkan penuh perhatian
tehnik untuk - Identifikasi tingkat
mengontrol cemas kecemasan
- Postur tubuh - Bantu pasien mengenal
ekspresi wajah situasi yang
,bahasa tubuh dan menimbulkankecemasan
tingkat aktivitas - Instruksikan pasien
menunjukkan untuk menggunakan
berkurangnya tehnik relaksasi
kecemasan.
D. IMPLEMENTASI

Tgl /
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Jam
1 6april Nyeri akut b.d agen Managemen nyeri  Klien mengatakan sudah
2019 cidera biologis Melakukan merasa nyaman
(peningkatan TIO) pengkajian nyeri  Pasien dan keluarga
secara komprehensif terlihat semangat dengan
rmasuk lokasi, dukungan tersebut
karakteristik, durasi,  Ruangan Nampak tenang
frekuensi, kualitas  Klien mengerti dengan
dan faktor tehnik non farmakolig
presipitasi  Klien mengatakan tidur
1. Mengobservasi nya teratur
reaksi nonverbal  Klien mengerti dengan
dari informasi nyeri
ketidaknyamanan  Vital klien Nampak
2. Membantu pasien
normal
dan keluarga
untuk mencari
dan menemukan
dukungan
3. Mengontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
4. Mengurangi
faktor presipitasi
nyeri
5. Mengkaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
6. Mengajarkan
tentang teknik
non farmakologi:
napas dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres hangat/
dingin
7. Memberikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Meningkatkan
istirahat
9. Memberikan
informasi tentang
nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur
10. Memonitor vital
sign sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
2 06 april Gangguan persepsi Neurologic  TTV Nampak normal
2019 sensorik (melihat) Monitoring (2620)  Perubahan pasien ampak
b.d perubahan 1. Monitor TTV normal dalam
penerimaan 2. Monitor ukuran meresponstimulus
sensorik pupil,
ketajaman,
kesimetrisan dan
reaksi
3. Monitor adanya
diplopia,
pandangan
kabur, nyeri
kepala
4. Monitor level
kebingungan dan
orientasi
5. Monitor tonus
otot pergerakan
6. Catat perubahan
pasien dalam
merespon
stimulus
BAB IV

PENUTUP

A. Keimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin
lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola
mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati

Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder dan


kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri,
lapang pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalah
dengan pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah.


Jakarta: EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC. 1999.
3. Indriana dan N Istiqomah.

Anda mungkin juga menyukai