Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“PUISI”

Dosen Pengampu :

Kelompok II

1. Ai Hamidah
2. Devi Linda Sari
3. Dewi Nurrohmah
4. Fatmawati
5. Ilah Robiatin Hidayah
6. Mega Novita
7. Ninda Setiarini
8. Silvi Diyah W
9. Widia Saputri

Kelas : B

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

T.A 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata
sebuah imitasi (Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil
sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (Sarjidu, 2004:
2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi,
yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Puisi, Novel cerita/cerpen
(tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna
membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia puisi. Selain tentang
pengertian dan unsur – unsur puisi, makalah ini juga memuat catatan tentang
ragam dan teknik membaca puisi serta dilengkapi juga dengan panduan untuk
membuat puisi agar menarik untuk dibaca.
Demikian gambaran isi makalah ini dari penulis. Akhir kata, kami ucapkan
terima kasih.
Latar Belakang Masalah
Puisi adalah seni tertulis dimana Bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun
perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan
dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan
imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga
merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam
keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-
lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan
pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang
terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut
menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala
'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam
menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi
baru
Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk
syair Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-
17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian
Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama
itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi
baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh
keindahan untuk dikerjakan.

masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan puisi?
2. Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam karya sastra puisi?
3. Apa sajakah jenis-jenis puisi di Indonesia?

Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari puisi
2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PUISI
1. Perkembangan Sejarah Puisi di Dunia
Puisi adalah salah satu karya sastra tertua dalam sejarah manusia. Puisi yang
tertua yaitu epos gilgames, dari milenium ke-3 SM dan sumeria (di Mesopotamia,
Irak). Yang dituliskan dalam naskah tuisan kuno berbentuk baji pada tablet tanah
liat. Kemudian papirus. Puisi dan syair-syair mitologo lainnya seperti epos iliad
dan odyssey karya Homerus, Old Iran buku-buku yang Gathic dan Yasna Avwsta,
Epik Nasional Romawi, Virgil Aeneid, dan India epos Ramayana dan
Mahabharata, juga kitab-kitab kebijaksanaan Tao dan Konfusius, atau tradisi
sastra lokal seperti pantun, gurindam, seloka, dsb. semuanya disajikan dalam
syair-syair yang indah.
Beberapa masyarakat kuno, seperti Shi Jing dari Cina, salah satu dari Lima
Klasik Konfusianisme, puisi dikembangkan dari karya-karya puitis yang ritual
serta pentingnya estetika. Baru-baru ini, para pemikir telah berjuang untuk
menemukan definisi yang bisa mencakup perbedaan formal sama besarnya
antara Chaucer Canterbury Tales dan Matsuo Oku Bashō itu tidak Hosomichi,
serta perbedaan dalam konteks agama Tanakh mencakup puisi, puisi cinta, dan
rap.
Puisi sebagai bentuk seni. Banyak karya kuno dari Veda India (1700 – 1200
SM) dan Zoroaster’s Gathas (1200 – 900 SM) ke Odyssey (800 – 675 SM), telah
disusun dalam bentuk puisi untuk membantu menghafal lisan dalam prasejarah
dan masyarakat kuno. Puisi muncul di antara catatan-catatan paling awal
kebudayaan, dengan puitis fragmen-fragmen yang ditemukan pada awal monolit,
runestones, dan stelae.
Dalam kata-kata puisi terekam peristiwa-peristiwa yang mengilhami
penyairnya sehingga kita dapat ikut melihat isi pikiran penyair dan merasakan apa
yang ia alami sehingga dapat melacak sejarah hidup seorang penyair bahkan
sejarah suatu bangsa.
2. Perkembangan Sejarah Puisi di Indonesia
Indonesia memiliki sastrawan dan penyair yang terkenal dari generasi ke
generasi. Setiap generasi memiliki perbedaan ciri khas berdasarkan tema yang
diangkat dalam seriap karya sastra. Perbedaan ini dipengaruhi oleh keadaan sosial
politik bangsa indonesia saat itu.
Dengan terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ
Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri,
muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini
ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang
bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik
yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses
reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi
kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel pada saat itu. Bahkan,
penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji
Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut
meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka. Banyak karya
sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku baik yang dikelola resmi oleh
pemerintah, organisasi non-profit maupun situs pribadi.1

B. PENGERTIAN PUISI
Banyak ahli sastra yang berusaha mendefinisikan puisi berdasarkan
berbagai sudut pandang. Meskipun demikian, pengertian – pengertian atau
definisi yang diberikan belum dapat dianggap sebagai definisi puisi yang baku.
Sebagai gambaran, berikut disajikan beberapa definisi puisi yang dikemukakan
para ahli sastra. Menurut James Reeves, puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya
dan penuh daya pikat. Herbert Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan
bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan
efek keindahan. Adapun Thomas Carlile mengatakan bahwa puisi merupakan
ungkapan pikiran yang bersifat musikal.

1 https://belajarpuisigratis.blogspot.com/p/sejarah-puisi.html by Diposting oleh Ajeng's


Listblog di 09.15 SELASA, 09 AGUSTUS 2016
Pernyataan Carlile sejalan dengan apa yang diungkapkan Dunton bahwa
puisi itu adalah pemikiran manusia secara kongkrit dan artistik dalam bahasa serta
berirama (seperti musik). Sebuah puisi mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam
susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam
dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu
merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah
dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1995:7).
Dari berbagai pendapat tersebut, (Herman J. Waluyo 1995:25) berusaha
membuat rekaman definisi puisi, yaitu :
“Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengosentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya”.
Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang
terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun kekayaan makna yang
terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa
yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan dalam sehari – hari.
Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun kaya makna. Kata – kata yang
digunakan adalah kata – kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan
pengertian.

C. UNSUR – UNSUR PUISI


Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu
kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi
keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi)
yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain.
Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam
prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah
kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat,
tapi pada puisi baru tak ada batasan.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah
biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait
biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi
yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama
(ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan
bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut
dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),
tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan
dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah
salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima.
Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi,
yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait.
Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi
penulis puisi disampaikan. Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa
dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur
batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1. Tema (sense)
Sebuah puisi memiliki inti pokok pembicaraan meskipun puisi itu berbicara
banyak hal. Akan tetapi, semua yang dibicarakan atau digambarkan harus menuju
pada inti pembicaraan pokoknya atau memperkuat pembicaraan pokoknya.
Tema sering dapat diartikan sebagai ide dasar dari suatu puisi atau semua
bentuk karya tulis. Tema menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi.
Munculnya tema tertentu dalam pikiran penyair akan memberikan dorongan yang
kuat untuk menghasilkan karya puisi sesuai tema tersebut.
Misalnya, ketika muncul ide atau gagasan yang kuat berupa hubungan
antara penyair dan Tuhan. Maka puisinya akan bertema ketuhanan. Begitu pula
ketika muncul ide atau gagasan yang berkaitan dengan persoalan sosial, maka
puisinya akan bertema kritik sosial.
2. Rasa (feeling),
Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial
dan psikologi penyair, misalkan latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,
kelas sosial dan lain sebagainya. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan
dalam menyikapi sautu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair
memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan berbentuk puisi saja, tetapi lebih
banyak tergantung pada wawasan pengetahuan, pengalaman, dan keptibadian
yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
3. Nada (tone),
Nada yatu sikap penyair terhadap bacaannya. Nada berhubungan dengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong,
menganggap bodoh dan rendah pembaba, dan lain-lain.
4. Amanat/Tujuan/Maksud (Itention)
Amanat/Tujuan/Maksud adalah sadar mampu tidak, ada tujuan yang
mendorong penyiar menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum
penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi,
adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyait untuk engungkapkan hakikat
puisi. Struktur puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Perwajahan puisi (Tipografi)
Perwajahan puisi (Tipografi), yaitu bentuk pusis seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang
tidak selalu dimulai dengan huruf kappitl dan diakhiri debfab tanda titik. Ha-hal
tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2. Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipillih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitanyya dengan makna, keselarasan bunyi
dan urutan kata.
3. Imaji (Citraan)
Imaji (Citraan) adalah gambaran yang disajikan dalam sebuah puisi, baik
yang menyentuh indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
sebagainya. Tujuan dan penggambaran yang demikian adalah agar pembaca
benar–benar dapat dibawa memasuki pengalaman yang diungkapkan penyair.
Pembaca dapat ikut merasakan dan mengalami serta diajak melihat secara lebih
jelas. Ada beberapa bentuk citraan yakni sebagai berikut.
a. Citraan penglihatan
Citraan penglihatan ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan
penglihatan mampu memberikan rangsangan sehingga hal – hal yang tidak
terlihat menjadi seolah – olah terlihat.
b. Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
c. Citraan Perabaan
Citraan perabaan atau citraan tactual adalah citraan yang dapat
dirasakan oleh indera peraba (kulit).
d. Citraan Penciuman
Citraan penciuman atau pembauan disebut juga citraan alfactory.
Citraan atau pengimajian melalui indera penciuman ini akan memperkuat
kesan dan makna sebuah puisi.
e. Citraan Pencicipan atau Pencecapan
Citraan pencicipan disebut juga dengan citraan gustatory, yakni citraan
yang muncul dari puisi sehingga kita seakan – akan mencicipi suatu benda
yang menimbulkan rasa asin, pait, asam, manis atau pedas.
f. Citraan Gerak
Citraan gerak adalah gerak tubuh atau otot yang menyebabkan kita
merasakan atau melihat gerakan tersebut. Munculnya citraan gerakan
membuat gambaran puisi menjadi lebih dinamis.
3. Kata kongkret
Kata kongkret, yitu kat yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan muncul imaji, kata-kata ini berhunungan dengan kiasan atau
lambang. Misal kata kongkret “salju” melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup dan lain sebaginya.
4. Bahasa figuratif
Bahasa figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128).
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan
banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut
juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile,
personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme,
antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem proprte, hingga
paradoks.
5. Musikalitas Puisi
Sebuah puisi menarik bukan saja karena isinya yang indah dan berguna,
tetapi juga karena bunyinya yang indah. Bunyi itu disebabkan oleh rangkaian kata
– kata si penyair yang terpilih, terartur dan berfungsi dalam keseluruhan puisinya.
Juga bunyi kata – kata yang teratur berulang, keras, lemah, tekanan yang berulang
dan bunyi akhir kata yang berulang menimbulkan imaji dan keindahan bunyi yang
menjadi salah satu nilai puisi. Musikalitas puisi biasanya terdiri atas unsur – unsur
irama (bunyi), rima (persamaan bunyi), dan metrum (ukuran).
6. Gaya Bahasa
Bahan utama sastrawan menciptakan karya sastra adalah bahasa. Dengan
alat inilah sastrawan mengucapkan kemauan, pikiran, dan perasaannya kepada
orang lain secara menarik untuk dapat mengikat pendengar dan pembaca, tiap
sastrawan mempunyai kemampuan sendiri dalam mengolah bahasa. Adanya gaya
sastrawan yang berbeda – beda disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
a. Bahasa jamannya
b. Konfensi sastra jamannya
c. Ide sastrawan
d. Pengalaman sastrawan
D. RAGAM DAN JENIS PUISI
1) Berdasarkan Zaman
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama:
 Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
 Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
 Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
 Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
 Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-
mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
 Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
 Seloka adalah pantun berkait.
 Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat.
 Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
 Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10
baris.
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
 Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
 Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
 Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
 Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
 Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
 Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
 Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
E. Teknik Pembuatan Puisi
Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang dipublikasikan
di buku, di koran, di internet, maupun yang masih tetap mengendap di tangan
penulis atau bahkan sudah hilang, entah ke mana rimbanya.
Berbagai ragam tema bahasan juga pernah diungkapkan lewat puisi, mulai dari
kehidupan sehari-hari, budaya, sains, politik dan tentu saja tentang cinta yang
banyak sekali ditemukan, khususnya puisi yang dituliskan oleh kaum remaja.
Tentu, puisi-puisi ini dilahirkan dari berbagai macam proses kelahiran.
Sebenarnya, jika dicermati, menurut pengalaman, puisi itu merupakan ungkapan
kata bermakna yang dihasilkan dari berbagai macam proses kelahiran masing-
masing.
Proses kelahiran ini ada beberapa tahap, antara lain :
1. TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA DIRI
Puisi pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri,
terutama pada faktor fisik. Misalnya pada saat berkaca.
2. TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA DIRI
Pada tahap ini akan lahir puisi yang mampu mengungkapkan rasa atau perasaan
diri sendiri atas obyek yang bersinggungan atau berinteraksi. Perasaan yang
terungkap bisa berupa sedih, senang, benci, cinta, patah hati, dan lain-lain,
misalnya tatkala melihat meja, akan bisa lahir sebuah puisi
3. TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA OBYEK LAIN
Pada tahap ini puisi dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan dituliskan
begitu saja apa adanya, tanpa tambahan kata bersayap atau metafora, misalnya
tatkala melihat meja, kemudian muncul gagasan untuk menulis puisi.
4. TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA OBYEK LAIN
Pada tahap ini penulis puisi mencoba berusaha mengungkapkan peraaan suatu
obyek, baik perasaan orang lain maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-
olah menjelma menjadi manusia. Misalnya tatkala melihat orang muda bersandar
di bawah pohon rindang, dapat sebuah terlahir puisi.
5. TAHAP MENGUNGKAPKAN KEHADIRAN YANG BELUM HADIR
Pada tahap ini puisi sudah merupakan hasil kristalisasi yang sangat mendalam atas
segala fakta, rasa dan analisa menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan
waktu, menuju kejadian di masa depan. Mengungkapkan Kehadiran yang belum
hadir artinya melalui media puisi, puisi dipandang mampu untuk menyampaikan
gagasan dalam menghadirkan yang belum hadir, yaitu sesuatu hal yang
pengungkapannya hanya bisa melalui puisi, tidak dengan yang lain. Misalnya cita-
cita anak manusia, budaya dan gaya hidup masyarakat di masa depan, dan lain-
lain. Salah satu contoh yang menarik adalah lahirnya puisi paling tegas dari para
pemuda Indonesia, tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta, atas prakarsa
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), dalam Sumpah Pemuda.
Saat Sumpah pemuda yang berbentuk puisi ini diikrarkan, bangsa Indonesia masih
tersekat-sekat dalam kebanggaan masing-masing suku, ras dan bahasa serta masih
dijajah oleh kolonial Belanda. Melalui Puisi Sumpah Pemuda, lamat laun terjadi
pencerahan pada seluruh komponen bangsa akan pentingnya persatuan, sehingga
jiwa persatuan itu sanggup dihadirkan di dalam setiap individu bangsa Indonesia,
meskipun kemerdekaan dan persatuan belum terwujud. Dan menunggu sampai
dengan di raihnya kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
F. Teknik Pembacaan Puisi
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran/tujuan makna
dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair? Ada beberapa tahapan
yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain:
Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan
membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan
oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari
untaian kata yang tersurat.
Vocal
Artikulasi
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
Diksi
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
Tempo
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan
menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus
menyambung atau mencuri nafas.
Dinamika
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama pada
saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan
mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan
yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
Modulasi
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
Intonasi
Tekanan dan laju kalimat.
Jeda
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
Pernafasan.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.
Penampilan
Salah satu factor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah kepribadian atau
performance diatas pentas. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak gugup,
berwibawa dan meyakinkan (tidak demam panggung).
Gerak
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang
dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
Komunikasi
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan
menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
Ekspresi
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas dengan
ekspresi yang pas dan wajar.
Konsentrasi
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
- Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini
adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter
(dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang
berarti membuat atau mencipta.
- Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi
kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan
memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya
puisi.
- Teknik Pembacaan Puisi.
 Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
 Vocal
 Diksi
 Tempo
 Dinamika
 Modulasi
 Intonasi
 Jeda
 Pernafasan.
 Penampilan
 Gerak
 Komunikasi
 Ekspresi
 Konsentrasi
B. Saran
 Hendaknya pihak sekolah memberikan bimbingan (kurikulum) kepada
siswa yang memiliki potensial di bidang fisika instrument.
 Hendaknya pihak sekolah mengadakan lomba karya tulis ilmih, agar para
penuis puisi akan lebih kompetitif.

Anda mungkin juga menyukai