Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

ANALISIS MODEL ENTERAKSI EDUKATIF

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu


syarat untuk mata kuliah Pengantar Pendidikan yang diampu oleh
Prof. Dr. H. Juhri AM, M.Pd

Disusun oleh:

Buana Paxi 16130005

PROGRAM STUDY BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

NOVEMBER 2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang


Maha Esa karena berkat rahmat-Nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan. Dalam menyusun karya
tulis ini, kami selaku penulis mendapat bantuan dari beberapa pihak.

Karena masih terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki,


kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata,
penulisan, maupun isi serta pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan penyusunan makalah lain
di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami sebagai penulis berharap semoga makalah yang kami
buat dengan susah payah dan penuh perjuangan serta semangat yang membara ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Metro, 30 NOVEMBER 2016

KELOMPOK SEPULUH
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Interaksi Edukatif .....................................................................2
B. Tahap-tahap Interaksi Edukatif .........................................................................4
C. CBSA dalam Interaksi Edukatif ........................................................................6
D. Pola Pelaksanaan Keterampilan Proses.............................................................7
E. Keberhasilan Interaksi Edukatif ........................................................................9
BAB III TANGGAPAN
BAB IV SIMPULAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................12
B. Saran ..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Interaksi yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar manusia dapat
diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut
interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik dan
untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya.
Dalam hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan
berlangsungnya interaksi tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang
direncanakan atau disengaja. Kesadaran dan kesenjangan melibatkan diri dalam
proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai
interaksi belajar.
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yang
artinya didalam prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilai
yang diyakininya. Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan, tujuan ini
menentukan cara dan bentuk interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses
menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar
pada siswa .
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan
sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan
hubungan yang bermakna dan kreatif.
Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan
pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif
dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP INTERAKSI EDUKATIF


Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sdar
tujuan dengan sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku menuju
kedewasaan anak didik. Pestalozi mengatakan bahwa makna dan tujuan
pendidikan itu adalah hilfe zur selbsthilfe, astinya adalah pertolongan untuk
pertolongan diri.
Interaksi edukatif dalam pelaksanaanya tidak sepi dari masalah, ketika
teori itu sudah dianggap sempurna atau sesuai teori, namun dalam pelaksanaanya
ternyata banyak menemui kendala diantaranya ketika seorang pendidik dalam
proses mengajarnya telah sesuai dengan teori dan stratergi pembelajarannya
namun murid belum mampu memahami dari pelajaran yang telah diberikan.
Maka untuk membantu guru dalam membuat paham palajaran terhadap
anak didik, ada beberapa prinsip untuk menuju anak didik yang kreatif dan aktif.
Didalam penerapan prinsip-prinsip ini harus mempertimbangkan akibat kepada
anak didik, apabila prinsip ini tidak dikuasai dengan benar oleh pendidik maka
tidak akan terjadi pengajaran yang kondusif seperti yang telah direncanakan sejak
awal.
Prinsip-prinsip itu adalah:
 Prinsip Motivasi
Motifasi adalah membuat anak didik menjadi semangat untuk belajar,
motifasi anak didik yang satu dengan yang lain berbeda sehingga perlu ada
variasi didalam memberikan motifasi. Motifasi ekstrinsik yang bersumber
dari luar perlu diberikan oleh pendidik, salah satunya dengan diberikan
hadiah, pujian dan sebagainya, kemudian pendidik harus mampu
mendorong rasa igin tahu, ingin mencoba, mandiri, dan ingin maju dari
dalam anak didik, sehingga anak didik dapat tumbuh dan berkembang dan
berhasil.
 Prinsip Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki
Setiap anak didik mempunyai latar belakang pengalaman dan pengetahuan
yang berbeda, maka dengan latar belakang itu seorang pendidik harus
memperhatikan bahan apersepsi dari yang dibawa setiap anak didik dari
lingkungan kehidupan mereka, apabila latar belakang itu dapat dikaitkan
dengan penjelasan guru, maka akan memudahkan anak didik dalam
menerima pelajaran, memahami pengalaman, dan dapat memusatkan
perhatian anak didik.
 Prinsip Mengarah Kepada Titik Pusat Perhatian Tertentu
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk pola akan dapat
mengaitkan bagian yang terpisah dalm suatu pelajaran, pola dapat
membantu anak didik dalam memusatkan suatu masalah yang hendak
dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab dan
merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
 Prinsip Keterpaduan
Penjelasan yang dikaitkan antara satu pokok bahasan dengan pokok
bahasan yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda. Misalnya, dalam
menjelaskan pokok bahasan moral dalam mata pelajaran pendidikan
Pancasila, guru menghubungkannnya dengan masalah akhlak dalam mata
pelajaran akidah akhlak. Katerpaduan dalam pembahasan dan peninjauan
ini akamn memnbantu dalam memadukan perolehan belajar dalam
kegiatan interaksi edukatif.
 Prinsip Pemecahan Masalah yang Dihadapi
Interaksi edukatif dalam kegiatannya perlu menciptakan masalah untuk
dipecahkan anak didik dikelas sebagai proses pembelajaran, ini dikaitkan
dengan indikator kemampuan anak didik terhadap pelajarannya, sehingga
anak didik mampu menyelesaikan masalah yang akan dihadapinya.
 Prinsip Mencari, menemukan, dan Mengembangkan Sendiri
Anak didik sebagai individu yang mempunyai potensi mencari dan
mengembangkan dirinya. Anak didik harus diberi ruang yang secukupnya
oleh guru agar dapat mencari, menemukan, dam mengembangkan
imfomasi yang ada.
 Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Prinsip yang dikembangkan dalam konsep belajar secara realistis, atau
belajar sambil bekerja (learning by doing). Belajar sambil melakukan
aktifitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik lebih tahan
lama tersimpan didalam benak anak didik.
Sebuah teori tidak akan mampu tersimpan dengan lama apabila tidak
disertai denagn praktek, praktek akan lebih mudah diingat dalam otak
karena suatu pekerjaan itu sudah pernah dilakukan.
 Prinsip Hubungan Sosial
Arti dalam hubungan sosial ini adalah saling bekerja sama dalam proses
belajar, yaitu belajar dalam model kelompok. Belajar bersama merupakan
salah satu cara untuk menggairahkan anak didik dalam menerima pelajaran
dari guru, anak didik yang bersemangat apabila belajar sendiri akan lebih
bersemangat apabila dilibatkan dalam kerja kelompok. Tugas akan lebih
mudah dikerjakan, apabila dikerjakan dengan berkelompok.
 Prinsip Perbedaan Individual
Dalam proses pembelajara, guru dihadapkan dengan segala perbedaan
yang berasal dari setiap individu, maka seorang pendidik harus mampu
memahami setiap perbedaan-perbedaan yang muncul dari anak didik.
Keberhasilan akan dicapai dengan sukses apabila pendidik mampu
memahami anak didiknya tersebut.

B. TAHAP-TAHAP INTERAKSI EDUKATIF


R.D. Conners, mengidentifikasikn tugas mengajar guru yang bersifat
suksesif menjadi tiga tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap sebelum
pangajaaran (pre-active), tahap pengajaran (inter-active), dan tahap sesudah
pengajaran (post-active).
Dengan tahap-tahap itu maka guru dapat mengikuti uraian sebagai berikut:
A. Tahap Sebelum Pengajaran
Tahap ini adalah penyusunan program oleh seorang guru, seperti
pelaksanaan kurikulum, program tahunan, dan perencanaan program
pembelajaran. Adapun aspek yang berkaitan dengan perencanaan program di atas
yaitu:
 Bekal bawaan anak didik.
 Perumusan tujuan pembelajaran.
 Pemilihan metode.
 pemilihan pengalaman-pengalaman dalam belajar.
 Pemilihan bahan dan peralatan belajar.
 Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik anak didik.
 mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia.
 mempertimbangkan pola pengelompokan.
 mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar.
B. Tahap Pengajaran
Antara guru dan anak didik disini akan berinteraksi begitu juga anak didik
dengan sesamanya. Dan dengan kelompok. Ini adalah tahap pelaksanaan dari
aspek-aspek yang telah direncanakan, diantaranya dengan pertimbangan sebagai
berikut:
 Pengelolaan dan pengendalian kelas.
 Penyampaian informasi.
 Penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal.
 Merangsang tanggapan balik dari anakl didik.
 Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar seperti yang telah dijelaskan di
atas.
 Meneliti kesulitan-kesulitan dalam belajar.
 Mempertimbangkan perbedaan individual.
 Mengevaluasi kegiatan dari proses interaksi edukatif.
C. Tahap Setelah Pelajaran
Pada tahap ini dilaksanakan setelah proses tatap muka antara guru dan
anak didik, diantaranya adalah:
 Menilai pekerjan anak didik.
 Menilai dari individu seorang guru.
 Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya.

C. CBSA DALAM INTERAKSI EDUKATIF


Cara belajar siswa aktif (CBSA) atau student active learning bukan
dislipin ilmu atau teori, melainkan merupakn cara, teknik atau dengan kata lain
disebut tegnologi. Menurut teori pengajaran CBSA adalah konsekuensi logis dari
pengajaran yang seharusnya terjadi, yaitu tuntutan logis dari hakikat belajar dan
hakikat mengajar.
Konsepnya adalah suatu proses kegiatan interaksi edukatif yang subyeknya
adalah anak didik yang terlibat secara intelektual dan emusional, sehingga anak
didik bisa berpartisipasi dalam melakukan proses kegiatan belajar. Dilihat dari
subyek anak didik, CBSA sebagai proses kegiatan yang dilakukan oleh anak didik
dalam rangka belajar, sedangkan dari guru adalah bagian dari strategi mengajar
yang menuntut keaktifan optimal dari subyek anak didik.

1. Penerapan CBSA dalam Interaksi Edukatif


Kegiatan belajar mengajar harus bisa membuat anak didik menjadi anak
yang aktif, ini didukung dengan perencanaan yang telah dibuat, kegiatan belajar
dikelas oleh anak didik harus bisa menjadi proses pembelajaran yang aktif dengan
beberapa prinsip yang dilakukan oleh seorang guru dalam upaya mengaktifkan
pembelajaran, dalam upayanya yaitu mewujudkan stimulus belajar, perhatian,
motivasi, penguatan, dan umpan balik serta pemakaian dan pemindahan.
2. Indikator CBSA
Ini dilihat dari lima komponen yaitu aktivitas belajar anak didik, aktivitas
guru, program belajar anak didik, situasi belajar dan sarana belajar, uraiannya
adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas Belajar Anak Didik
Meliputi penerapan konsep, aktif dalam pemacahan masalah, partisipasi
dalam tugas, berpendapat, penggunaan sarana belajar dan beruipaya menilai hasil
belajar yang dicapai serta ada pertanyn/meminta tanggapan dari seorang guru.
b. Aktivitas Guru mengajar
Guru memberikan konsep-konsep yang telah direncanakan, pemberian
tugas/masalah, membantu dalam belajar, memberi motifasi, melaksanakan
metode, pelaksanaan penilaian dan terakhir penjelasan tentang tercapainya tujuan
belajar.
c. Program Belajar
Disajikan dalam bentuk uraian dan dipecahkan oleh anak didik,
mengandung fakta, mengembangkan kemampuan, ada media dan alat bantu,
urutan secara sistematis dan dapat melayani sesuai perbedaan antara anak didik.
d. Suasana Belajar
Bersifat bebas untuk melakukan interaksi, terjalin hubungan sosial antara
guru dan murid dan menarik bagi anak didik.
e. Sarana Belajar
Dalam berbagai pelajaran ada alat yang tersedia, pengaturan ruang yang
sesuai dan guru bukan satu-satunya sumber belajar melainkan sebagai
pembimbing bagi anak didik.

3. Indikator keberhasilan Belajar


Ada beberapa indikator untuk dijadikan tolak ukur keberhasilan belajar
anak didik, yaitu sebagai berikut:
 Penguasaan vahan pelajaran dan penguasaan teknik atau cara mempelajari
suatu vahan pelajaran.
 Waktu yang diperlukan dalam penguasaan bahan pelajaran
 Teknik yang digunakan dan yang telahdikuasai
 Timbulnya motifasi dan ketrampilan dalam memecahkan masalah
 Kesediaan anak didik untuk menerima pandangan oranglain dan memberi
gagasan atau komentar terhadap pendapat orang lain.
D. POLA PELAKSANAAN KETERAMPILAN PROSES DAN CBSA
1. Pelaksanaan Ketrampilan Proses
Pendekatan dalam proses interaksi edukatif, dengan tujuan meningkatkan
kemampuan anak didik menyadari, memahami dan menguasai rangkaian bentuk
kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai. Yang dimaksud
dengan rangkaian disini adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.
A. Tujuan dan LingkupKegiatan
Bertujuan pengembangan kreativitas dengan lingkup kegiatan bertolak pada fisik
dan mental yang sesuai dengan pribadi anak didik.
B. Asas Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaanya diantaranya harus sesuai dengan tujuan kurikulum,
mempunyai pemikiran bahwa kemampuan ada dalam setiap anak didik serta
pemberian motivaasi, dorongan dan ada pembinaan terhadap kemampuan anak
didik untuk mengolah hasil temuannya.
C. Bentuk Pelaksanaan Kegiatan
Dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya; mengamati, pengklasifikasian,
penafsiran, prediksi atau gambaran, penerapan, merencanakan penelitian, dan
komunikasi.
D. Langkah-Langkah Pelaksanaan Ketrampilan Proses
 Pendahuluan, yaitu mempersiapkan mental anak didik untuk
menerima bahan pelajaran baru.
 Pelaksanaan, berisi penjelasan materi, perumusan hasil pengamatan,
penafsiran hasil diskusi kelompok, dan menginformasikan kepada
oraang lain, misaaala dengan ceramah atau mengarang.
 Penutup, yaitu pengkajian ulang kegiatan yang telah dilakukan, ada
tes akhir atau ada tugas yang lain.
2. Pelaksanaan Cara belajar siswa Aktif
A. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan CBSA
Tujuannya adalah membentuk siswa yang aktif dalam belajar dengan
pengembangan kemampuan pribadi anak didik, dengan kegiatan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran materi atau konsep belajar.
2. Merasakan dan mengalami kegunaan dan mengembangkan rasa
ingin tahu.
3. Belajar dalam kelompok, belajar sendiri, dan mencoba menemukan
kejadian dari gagasan baru.
4. Mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam menghasilkan
penemuan baru.
B. Asas pelaksanaan kegiatan CBSA
Yaitu motivasi, kesiapan dalam belajar, jalinan sosial, belajar dan
berbuat, anak didik dapat menumbuhkan potensinya dan kecerdasan
memecahkan masalah.
C. Bentuk Pelaksanaan kegiatan CBSA
Selalu berusaha melibatkan anak didik sebanyak mengkin dalm proses
interaksi edukatif dalam bentuk perorangan atau kelompok.
D. Langkah-Langkah CBSA
 Pendahuluan, membicarakan pelajaran yang telah lalu dengan
tugasnya, pengajuan pertanyaan, menunjuk gambar atau model yang
berkaitan dengan bahan yang baru akan diajarkan.
 Kegiatan, yaitu penyampaian pelajaran disertai dengan pengajuan
pertanyaan oleh anak didik, tanggapan atas pertanyaan dan guru
sebagai penengah dan pembimbing.
 Evaluasi dengan tes akhir secara lisan atau tertulis
 Penutup, dengan tugas kokurikuler sesuai dengan program yang telah
ada.
E. KEBERHASILAN INTERAKSI EDUKATIF
A. Pengertian, apabila sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sejak
awal pertemuan.
B. Indikator, meliputi daya serap terhadap pelajaran.
C. Penilaian Keberhasilan, yaitu berupa tes Formatif ( perbaikan proses
interaksi edukatif suatu bahan), tes Subsumatif (diperhitungkan dalam
rapor), tes Sumatif (mengukur daya serap pada satu periode).
D. Tingkat keberhasilan:
 Istimewa : seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai.
 Baik sekali: sebagian besar pelajaran dikuasai.
 Baik: hanya rata-rata yang dapat dikuasai.
 Kurang : apabila pelajaran yang dikuasai kurang.
e. Program perbaikan
1. Apabila 75% anak didik yang mengikuti proses interaksi berhasil dengan
maksimal maka dapat melanjutkan kepada tema yang baru.
2. Apabila 75% anak didik yang mengikuti proses interaksi berhasil kurang
maksimal maka hendaknya dilakukan perbaikan (remidali).
Dalam proses keberhasilan, pengukuran harus benar-benar valid dan lugas,
perbaikan biasanya mengandung kegiatan :
1. Mengulang pokok bahasan.
2. Mengulang sebagian pokok bahasan
3. Memecahkan masalah bersama-sama
4. Memberikan tugas khusus
BAB IV

SIMPULAN

A. Kesimpulan
Istilah interaksi pada dasarnya menekankan pada hubungan timbal balik
antara orang satu dengan orang lainnya. Sebagai makhluk sosial,
kecenderungan manusia untuk berhubungan dengan yang lain melahirkan
komunikasi dua arah, baik melalui bahasa atau perbuatan karena ada aksi
maka reaksi pun terjadi dan inilah unsur yang membentuk interaksi.
Namun perlu di pahami bahwa tidak semua interaksi dapat di katakan dengan
interaksi edukatif atau interaksi pendidikan. Oleh karena itu, yang di maksud
dengan interaksi edukatif di sini adalah interaksi yang berlangsung dalam
suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Tahap – tahap interaksi edukatif diantaranya yaitu tahap sebelum pengajaran,
tahap pengajaran dan tahap sesudah pengajaran.

B. Saran
Suatu model pembelajaran yang bertujuan agar siswa berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran sangatlah baik namun yang terpenting haruslah guru
sebagai pendidik sekaligus pengajar harus dapat menggunakan berbagai
teknik, strategi dan model pembelajaran interaktif yang sesuai dengan minat
siswa. Selain itu guru juga harus pandai menggunakan model interaktif yang
cocok dengan materi yang akan diajarakan, tujuan dari pembelajaran dan
memahami karakter siswa agar mudah untuk mengarahkan siswa.
Mungkin dengan pembahasan masalah diatas mengenai interaksi edukatif
dapat sebagai panduan bagi guru bagaimana memilik metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi siswa.
DAFTAR RUJUKAN

Anitah,Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press


Djamarah, Syaiful Bahri, Drs.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hasibuan, J.J. Drs., Dip. Ed. Drs. Moedjiono.1992. Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.
Wingkel. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT
Gramedia

Anda mungkin juga menyukai