Anda di halaman 1dari 19

AGUSTUS 2017

SOLUSIO PLASENTA

Dr. Wirijanto, Sp.OG.


NIP.19720502 200502 1 004
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD SAWERIGADING
PALOPO
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan semesta alam, Sang Penguasa Ilmu dan Yang Maha
Berkehendak atas segala kejadian di muka bumi. Penulis bersyukur karena atas
petunjuk serta kehendak-Nya makalah ini dapat selesai dengan baik
Terimakasih penulis ucapkan seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ilmiah ini. Semoga balasan terbaik bagi kita semua.
Makalah berjudul “Solusio Plasenta” ini disusun sebagai bentuk aktualisasi
diri penulis dalam dunia keilmuan yang dituangkan dalam sebuah karya tulis
ilmiah.
Dalam makalah ini dibahas secara mendalam mengenai definisi,
epidemiologi, etiologi, faktor risiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis,
penatalaksanaan, serta pencegahan solusio plasenta.
Besar harapan penulis, makalah ini tidak sekedar menjadi lembaran kertas
penyimpanan. Namun benar-benar dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman yang baik kepada penulis maupun seluruh pembaca sekalian.

Palopo, Agustus 2017

Dr. Wirijanto, Sp.OG.


NIP.19720502 200502 1 004

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2. Batasan Masalah ................................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 2
1.5. Metode Penulisan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1. Definisi ............................................................................................................... 3
2.2. Epidemiologi ...................................................................................................... 3
2.3. Etiologi dan Faktor Risiko.................................................................................. 4
2.4. Klasifikasi ........................................................................................................... 4
2.5. Patofisiologi ........................................................................................................ 7
2.6. Gambaran Klinis................................................................................................. 8
2.7. Diagnosis ............................................................................................................ 9
2.8. Penatalaksanaan................................................................................................ 10
2.9. Komplikasi ....................................................................................................... 13
2.10. Prognosis .......................................................................................................... 14
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | iii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Plasenta merupakan bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Plasenta memiliki peran sebagai tempat pertukaran zat,
penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, dan sebagai barier1. Melihat
pentingnya peranan plasenta, maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin ataupun mengganggu proses
persalinan. Kelainan pada plasenta dapat berupa gangguan fungsi dari plasenta,
gangguan implantasi plasenta, maupun pelepasan plasenta sebelum waktunya
yang disebut solusio plasenta.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni antara minggu 22 dan lahirnya anak.
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Frekuensi solusio
plasenta di Amerika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Saat ini
kematian maternal akibat solusio plasenta mendekati 6%.
Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum
yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di
Indonesia. Pada tahun 1988 kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000)
dan 50-100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. Di
negara berkembang, penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, pre-eklamsi/eklamsi.
Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan,
sosioekonomi, usia ibu hamil, dan paritas.

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 1


1.2. Batasan Masalah
Dalam makalah ini dibahas mengenai etiologi, epidemiologi, etiologi,
faktor risiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, serta penatalaksanaan pada
solusio plasenta.

1.3. Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun sebagai sumber rujukan ilmiah yang komprehensif
mengenai kasus solusio plasenta khususnya di bagian Obsetetri dan Ginekologi
RSUD Sawerigading Kota Palopo.

1.4. Manfaat Penulisan


Melalui makalah ini diharapkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
solusio plasenta semakin bertambah sehingga pada praktik di masyarakat,
diharapkan penanganan awal, diagnosis, serta penatalaksanaan pada pasien dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien.

1.5. Metode Penulisan


Makalah ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan dari beberapa
literatur berupa buku ajar, buku pedoman, publikasi ilmiah, serta artikel yang
dimuat dalam jurnal kedokteran terakreditasi.

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Solusio plasenta adalah kondisi terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
sebelum waktunya yakni antara minggu 20 dan lahirnya anak. Plasenta secara
normal terlepas setelah bayi lahir.
Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio
placentae, accidental haemorrhage, premature separation of the normally
implanted placenta.

2.2. Epidemiologi
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Kejadiannya
bervariasi dari 1 di antara 75 sampai 830 persalinan. Frekuensi solusio plasenta di
Amerika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Solusio plasenta merupakan
salah satu penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Saat ini kematian maternal akibat
solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan penyebab 20-35%
kematian perinatal.
Pada tahun 1988 kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000)
dan 50-100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. Di
negara berkembang, penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, pre-eklamsi/eklamsi.
Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan,
sosioekonomi, usia ibu hamil, dan paritas.
Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya
tercatat sebesar 1 di antara 8 kehamilan3. Namun, insidensi solusio plasenta
cenderung menurun dengan semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 3


semakin menurunnya jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya
kesadaran masyarakat berperilaku lebih higienis.

2.3. Etiologi dan Faktor Risiko


Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa
keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai
solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko (Tabel 2.1), seperti hipertensi,
riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu, dan paritas yang tinggi.

Tabel 2.1 Faktor Risiko Solusio Plasenta


Faktor Risiko Hubungan dengan risiko
Meningkatnya usia dan paritas 1.3–1.5
Preeklampsia 2.1–4.0
Hipertensi kronik 1.8–3.0
Ketuban pecah dini 2.4–4.9
Kehamilan ganda 2.1
Hidroamnion 2.0
Wanita perokok 1.4–1.9
Trombofilia 3–7
Penggunaan kokain NA
Riwayat solusio plasenta 10–25
Mioma dibelakang plasenta 8 dari 14
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang

2.4. Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus
marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa
seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis).
Perdarahan yang terjadi akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk
seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan
ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina, menyebabkan perdarahan
eksternal (revealed hemorrhage)2 (Gambar 2.1).

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 4


Gambar 2.1 Solusio Plasenta Dengan
Perdarahan Eksternal

Yang lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat
pada dinding rahim, darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di antara
plasenta yang terlepas dan uterus sehingga menyebabkan perdarahan tersembunyi
(concealed hemorrhage) yang dapat terjadi parsial (Gambar 2.2) atau total
(Gambar 2.3)

Gambar 2.2 Solusio Plasenta Parsial Disertai


Perdarahan Tersembunyi

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 5


Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika:
1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban
pecah
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen
bawah rahim.
Perdarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih
besar bagi ibu, tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumptif tetapi juga
karena jumlah darah yang keluar sulit diperkirakan

Gambar 2.3 Solusio Plasenta Total Disertai


Perdarahan Tersembunyi

Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran


klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasneta yang terlepas, yaitu solusio
plasenta ringan, sedang, dan berat.
a. Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml.
Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang
kehitamam. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.
Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 6
b. Solusio Plasenta Sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi
belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti nyeri
pada perut yang terus-menerus, denyut janin menjadi cepat, hipotensi, dan
takikardi.
c. Solusio Plasenta Berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang
keluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum disertai
syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan
gagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.

2.5. Patofisiologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula
dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas
karena robeknya pembuluh darah desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis)
yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat
menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam
vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang
menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil
akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan
tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan demikian, pada tingkat
permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa
menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian
plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali
terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa
kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria
spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian
Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 7
nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma
yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak
sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput
ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina
(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis
yang terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di
dalam uterus (concealed hemorrhage).
Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang
bisa menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi
seperti infark, oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini
berpotensi merusak hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada
solusio plasenta. Dilaporkan merokok berperan pada 15% sampai 25% dari
insidensi solusio plasenta. Merokok satu bungkus perhari menaikkan insiden
menjadi 40%.

2.6. Gambaran Klinis


Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya
perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), nyeri perut dan
uterus tegang terus-menerus mirip his partus prematurus.
Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit yang
menunjukkan gejala. Pada keadaaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali
hematom yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal
plasenta. Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,
sehingga belum keluar dari vagina. Nyeri yang belum terasa menyulitkan
membedakannya dengan plasenta previa kecuali darah yang keluar berwarna
merah segar pada plasenta previa. Tanda vital ibu dan janin masih baik. Pada
inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa
nyeri lokal pada tempat terbentuknya hematom. Kadar fibrinogen darah dalam
batas normal yaitu 350 mg%. Walaupun belum memerlukan intervensi segera
keadaan ringan ini perlu dimonitor terus sebagai upaya mendeteksi keadaan
Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 8
bertambah berat. Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk menyingkirkan
plasenta previa dan mungkin bisa mendeteksi luasnya solusio terutama pada
solusio plasenta sedang atau berat.
Gejala dan tanda pada solusio plasenta sedang seperti rasa nyeri pada perut
yang terus-menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat
janin, perdarahan yang keluar tampak lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulit
dingin, oliguria mulai ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150-250 mg/100 ml,
dan mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai
ada. Rasa nyeri bersifat menetap, tidak hilang timbul seperti pada his yang
normal. Perdarahan pervaginam jelas dan berwarna kehitaman. Pada pemantauan
keadaan janin dengan kardiotokografi bisa jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu
dilakukan tes gangguan pembekuan darah.
Pada solusio plasenta berat perut sangat nyeri dan tegang serta keras
seperti papan (defence musculare) disertai perdarahan berwarna hitam. Oleh
karena itu, palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin dilakukan. Fundus uteri
lebih tinggi daripada yang seharusnya karena telah terjadi penumpukan darah di
dalam uterus pada kategori concealed hemorrhage. Jika dalam masa observasi
tinggi fundus bertambah lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada
inspeksi rahim terlihat membulat dan kulit di atasnya kencang. Pada auskultasi
denyut jantung janin tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan fungsi
plasenta. Keadaan umum menjadi buruk disertai syok. Adakalanya keadaan umum
ibu jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan yang tidak seberapa keluar dari
vagina. Kadar fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada
tromobositopenia

2.7. Diagnosis
Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda
klinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, dan pada solusio
plasenta yang berat terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan
dengan KTG. Namun kadang pasien datang dengan gejala perdarahan tidak
banyak dengan perut tegangan tetapi janin telah meninggal. Diagnosis pasti
Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 9
hanya bisa ditegakkan dengan melihat adanya perdarahan retroplasenta setelah
partus
Ditekankan bahwa tanda dan gejala pada solusio plasenta dapat sangat
bervariasi. Sebagai contoh, pedarahan eksternal dapat deras, namun plasenta yang
terlepas tidak terlalu luas sehingga belum membahayakan janin secara langsung.
Walaupun jarang, mungkin tidak terjadi perdarahan eksternal tetapi plasenta
terlepas total dan sebagai akibatnya janin meninggal. Hurd dkk. (1983) dalam
sebuah penelitian prospektif yang relatif kecil tentang solusio plasenta,
mengidentifikasi frekuensi berbagai gejala dan tanda yang berhubungan.
Perdarahan dan nyeri abdomen adalah temuan tersering. Temuan lain yang
didapatkan adalah perdarahan serius, nyeri punggung, nyeri tekan uterus,
kontraksi uterus yang sering.
Pada penelitian-penelitian lama, USG jarang mengkonfirmasi diagnosis
solusio plasenta. Sebagai contoh, Sholl (1987) memastikan diagnosis secara
sonografis hanya pada 25% wanita. Hal yang sama dikemukakan oleh Glantz dan
Purnell (2002), yang mengkalkulasi hanya 24% dari 149 wanita yang melakukan
USG dapat menyingkirkan kemungkinan adanya solusio plasenta. Yang penting,
temuan negatif pada pemeriksaan USG tidak menyingkirkan solusio plasenta.

2.8. Penatalaksanaan
Terapi solusio plasenta akan berbeda-beda tergantung pada usia kehamilan
serta status ibu dan janin. Pada janin yang hidup dan matur, dan apabila persalinan
pervaginam tidak terjadi dalam waktu dekat, sebagian besar akan memilih seksio
sesaria darurat.
Solusio Plasenta Ringan
Solusio plasenta ringan jarang ditemukan di RS. Pada umumnya
didiagnosis secara kebetulan pada pemeriksaaan USG oleh karena tidak
memberikan gejala klinik yang khas. Apabila kehamilannya kurang dari 36
minggu dan perdarahan kemudian berhenti, perut tidak menjadi nyeri, dna uterus
tidak tegang, maka penderita harus diobservasi dengan ketat. Apabila perdarahan
berlangsung terus dan gejala solusio plasenta bertambah jelas atau dengan
Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 10
pemeriksaan USG daerah solusio plasenta bertambah luas maka dilakukan
terminasi kehamilan
Solusio Plasenta Sedang dan Berat
Pada solusio plasenta sedang sampai berat dilakukan perbaikan keadaan
umum terlebih dahulu dengan resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila janin
masih hidup biasanya dalam keadaan gawat janin, dilakukan seksio sesarea,
kecuali bila pembukaan telah lengkap. Pada keadaan ini dilakukan amniotomi,
drip oksitosin, dan bayi dilahirkan dengan ekstraksi forcep. Apabila janin telah
mati dilakukan persalinan pervaginam dengan cara melakukan amniotomi, drip
oksitosin. Bila bayi belum lahir dalam waktu 6 jam, dilakukan tindakan seksio
sesarea.
Tokolitik
Hurd dkk. (1983) mendapatkan bahwa solusio berlangsung dalam waktu
yang lama dan membahayakan apabila diberikan tokolitik. Towers dkk. (1999)
memberikan magnesium sulfat, terbutalin, atau keduanya kepada 95 di antara 131
wanita dengan solusio plasenta yang didiagnosis sebelum minggu ke-36. Angka
kematian perinatal sebesar 5% dan tidak berbeda dari kelompok yang tidak
diterapi. Namun, penggunaan tokolitik pada penatalaksanaan solusio plasenta
masih kontroversial.
Seksio Sesarea
Pelahiran secara cepat janin yang hidup tetapi mengalami gawat janin
hampir selalu berarti seksio sesarea. Kayani dkk. (2003) meneliti hubungan antara
cepatnya persalinan dan prognosis janinnya pada 33 wanita hamil dengan gejala
klinis berupa solusio plasenta dan bradikardi janin. 22 bayi secara neurologis
dapat selamat, 15 bayi dilahirkan dalam waktu 20 menit setelah keputusan akan
dilakukan operasi. 11 bayi meninggal atau berkembang menjadi Cerebral Palsy, 8
bayi dilahirkan di bawah 20 menit setelah pertimbangan waktu, sehingga cepatnya
respons adalah faktor yang penting bagi prognosis bayi ke depannya. Seksio
sesarea pada saat ini besar kemungkinan dapat membahayakan ibu karena
mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif yang parah.

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 11


Persalinan Pervaginam
Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parah sehingga menyebabkan
janin meninggal, lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila
perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat diatasi bahkan dengan
penggantian darah secara agresif, atau terdapat penyulit obstetri yang
menghambat persalinan pervaginam. Defek koagulasi berat kemungkinan besar
dapat menimbulkan kesulitan pada seksio sesarea. Insisi abdomen dan uterus
rentan terhadap perdarahan hebat apabila koagulasi terganggu. Dengan demikian,
pada persalinan pervaginam, stimulasi miometrium secara farmakologis atau
dengan massage uterus akan menyebabkan pembuluh-pembuluh darah
berkontraksi sehingga perdarahan serius dapat dihindari walaupun defek
koagulasinya masih ada. Lebih lanjut, perdarahan yang sudah terjadi akan
dikeluarkan melalui vagina.
Amniotomi
Pemecahan selaput ketuban sedini mungkin telah lama dianggap penting
dalam penatalaksanaan solusio plasenta. Alasan dilakukannya amniotomi ini
adalah bahwa keluarnnya cairan amnion dapat mengurangi perdarahan dari tempat
implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin dan mungkin faktor-faktor
pembekuan aktif dari bekuan retroplasenta ke dalam sirkulasi ibu. Namun, tidak
ada bukti keduanya tercapai dengan amniotomi. Apabila janin sudah cukup matur,
pemecahan selaput ketuban dengan mempercepat persalinan. Apabila janin
imatur, ketuban yang utuh mungkin lebih efisien untuk mendorong pembukaan
serviks daripada tekanan yang ditimbulkan bagian tubuh janin yang berukuran
kecil dan kurang menekan serviks.
Oksitosin
Walaupun pada sebagian besar kasus solusio plasenta berat terjadi
hipertonisitas yang mencirikan kerja miometrium, apabila tidak terjadi kontraksi
uterus yang ritmik, pasien diberi oksitosin dengan dosis standar. Stimulasi uterus
untuk menimbulkan persalinan pervaginam memberikan manfaat yang lebih besar
daripada risiko yang didapat. Pemakaian oksitosin pernah dipertanyakan
berdasarkan anggapan bahwa tindakan ini dapat meningkatkan masuknya
Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 12
tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu sehingga memacu atau memperparah
kaogulopati konsumtif atau sindroma emboli cairan amnion

2.9. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang
terus berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia,
syok hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal
ginjal. Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari
kematian setelah menderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan
iskemia dan nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta.
Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio plasenta
berulang dilaporkan juga bisa terjadi pada 25% perempuan yang pernah menderita
solusio plasenta sebelumnya. Solusio plasenta kronik dilaporkan juga sering
terjadi di mana proses pembentukan hematom retroplasenta berhenti tanpa
dijelang oleh persalinan. Komplikasi koagulopati dijelaskan sebagai berikut.
Hematoma retroplasenta yang terbentuk mengakibatkan pelepasan retroplasenta
berhenti ke dalam peredaran darah. Tromboplastin bekerja mempercepat
perombakan protrombin menjadi trombin. Trombin yang terbentuk dipakai untuk
mengubah fibrinogen menjadi fibrin untuk membentuk lebih banyak bekuan
utama pada solusio plasenta berat. Melalui mekanisme ini apabila pelepasan
tromboplastin cukup banyak dapat menyebabkan terjadi pembekuan darah
intravaskular yang luas (disseminated intravascular coagulation) yang semakin
menguras persediaan fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan lain.
Curah jantung yang menurun dan kekakuan pembuluh darah ginjal akibat
tekanan intrauterina yang meninggi menyebabkan perfusi ginjal sangat menurun
dan menyebabkan anoksia. Keadaan umum yang terjadi adalah nekrosis tubulus-
tubulus ginjal secara akut menyebabkan kegagalan fungsi ginjal.
Mungkin terjadi ekstravasasi luas darah ke dalam otot uterus dan di bawah
lapisan serosa uterus yang disebut sebagai apopleksio uteroplasental ini, yang
pertama kalinya dilaporkan oleh Couvelaire pada awal tahun 1900-an, sekarang
Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 13
sering disebut sebagai uterus couvelaire. Pada keadaan ini perdarahan
retroplasenta menyebabkan darah menerobos melalui sela-sela serabut
miometrium dan bahkan bisa sampai ke bawah perimetrium dan ke dalam jaringan
pengikat ligamentum latum, ke dalam ovarium bahkan bisa mengalir sampai ke
rongga pernitonei. Perdarahan miometrium ini jarang sampai mengganggu
kontraksi uterus sehingga terjadi perdarahan postpartum berat dan bukan
merupakan indikasi untuk histerektomi

2.10. Prognosis
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil
dan lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio
plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena
tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang
mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janinnya karena
mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi. Solusio plasenta berat mempunyai
prognosis yang paling buruk baik terhadap ibu terlebih terhadap janinnya

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 14


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perdarahan akibat solusio plasenta berhubungan erat dengan angka
kematian bayi dan mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya prematuritas
dan pertumbuhan janin terhambat. Penanganan dan prognosis solusio plasenta
tergantung dari derajat solusio plasenta.

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 15


DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman Sastrawinata. 1985. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman. Hal


102-122.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan


Persalinan; Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru
Lahir (Masalah Ibu); Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Penerbit P.T.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h. 492-513.
Mose, Johanes C. 2004. Penyulit Kehamilan; Perdarahan Antepartum;
Dalam: Obstetri Patologi, edisi ke-2. Editor: Prof. Sulaiman Sastrawinata, dr,
SpOG(K), Prof. Dr. Djamhoer Martaadisoebrata, dr, MPSH, SpOG(K), Prof. Dr.
Firman F. Wirakusumah, dr, SpOG(K). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
dan Padjadjaran Medical Press. h. 91-96
Suyono,Lulu,Gita,Harum,Endang. 2007. Hubungan Antara Umur Ibu
Hamil Dengan Frekuensi Solusio Plasenta di RSUD Dr. Moewardi Surakarta;
Dalam: Cermin Dunia Kedokteran vol.34 no.5.h 233-238
Leveno, Kenneth J. MD; Cunningham, F. Gary MD; Alexander, James M.
MD; Bloom, Steven L. MD; Casey, Brian M. MD; Dashe, Jodi. S MD; et al. 2007.
Obstetrical Complications Section VII, Chapter 35. Obstetrical Hemorrhage. In:
Williams, 22nd edition. Editor: Anne Sydor, Marsha Loeb, Peter J. Boyle. United
States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.
Miller David A.. Obstretric Hemmorhage. February, 2009. from
http//www.obfocus.com/.../bleeding/hemorrhagepa.htm. Accessed December 28,
2009

Solusio Plasenta – dr. Wirijanto,Sp.OG | 16

Anda mungkin juga menyukai