Anda di halaman 1dari 65

PRAKTEK KERJA LAPANGAN INDUSTRI

DI LAFI AD, PT. BIOFARMA, PT. VICTORIA ACNE, PT. SIDOMUNCUL, MERAPI
FARMA HERBAL

18 Februari – 24 Februari 2019

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Moh. Rizky Wartabone (1603001) Sindi Dilapanga (1603041)

Aswin Arsyad (1603006) Meilan Blongkod (1603040)

Melani Modeong (1603012) Eftariani Potabuga (1603045)

Khofifah Adam (1603014) Nunung A. Widiastuti (1603069)

Aftigina Butiti (1603023) Githa Ayu Bobihoe (1603072)

Dila Agustina (1603029)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH

MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaaanirrahim. Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Tuhan


Yang Maha Esa karena atas rahmat dan ridah-Nya yang memberikan kekuatan dan
kesempatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan PKL (praktek kerja lapangan)
Industri di LAFI AD, PT. BIOFARMA, PT. VICTORIA ACNE, PT. SIDOMUNCUL,
MERAPI FARMA HERBAL yang berlangsung 18 Februari – 24 Februari 2019 sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan PKL bagi mahasiswa program studi D3 Farmasi STIKES
Muhammadiyah Manado dalam meningkatkan peran serta mahasiswa.

Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa selesainya laporan PKL ini
tidak terlepas dari dukungan, semangat serta bimbingan dari berbahagai pihak baik bersifat
moril maupun materi. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara
lain kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu

Laporan PKL ini disusun sebaik-baiknya namun masih terdapat kekurangan


didalamnya oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Tidak lupa harapan kami semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuann bagi kami

Manado, 3 April 2019

penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN …............................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

DAFTAR BAGAN ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

RINGKASAN ......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Tujuan ......................................................................................................... 1

1.3. Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Industri Farmasi ........................................................................................... 3

2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Benar (CPOB) .................................. 4

BAB III PEMBAHASAN

3.1. LAFIAD (LAFIDITKESAD) ..................................................................... 15

3.2. PT. Bio Farma ............................................................................................. 21

3.3. PT. Victoria Care ........................................................................................ 26

3.4. PT. Sidomuncul .......................................................................................... 32

3.5. Merapi Farma Herbal ................................................................................. 44

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ................................................................................................. 48


4.1. Saran ........................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 49


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo PT.BIOFARMA ................................................................................. 24

Gambar 2. Salah satu produk Bio Farma Serum Golongan Darah ............................... 25
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Produk PT. Victoria Care .............................................................................. 29

Tabel 2. Hasil Produksi PT.Sidomuncul ..................................................................... 39

Tabel 3. Bahan olahan jahe cristal ............................................................................. 46


DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur organisasi ........................................................................................ 34


Bagan 2. Proses Produksi 36 ....................................................................................... 36
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kunjungan ke Pabrik LAFI PUSKESAD ................................................ 49

Lampiran 2. Kunjungan ke Pabrik Biofarma ............................................................... 50

Lampiran 3. Kunjungan ke Pabrik Victoria Care Indonesia ........................................ 51

Lampiran 4. Kunjungan ke Pabrik Sido Muncul ......................................................... 52

Lampiran 5. Kunjungan ke Pabrik Merapi Herbal ...................................................... 53


RINGKASAN

Program Studi D3 Farmasi STIKES Muhammadiyah Manado merupakan institusi


pendidikan kesehatan yang bergerak dalam bidang kefarmasian. Praktek Kerja Lapangan
(PKL) merupakan mata kuliah berkehidupan bermasyarakat di Program Studi D3 Farmasi
yang bertujuan untuk Tenaga Farmasi yang terampil, terlatih, dan mampu mengembangkan
diri dengan baik sebagai Tenaga Kesehatan ysng professional. Kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) Industri merupakan kegiatan pelatihan bagi mahasiswa Program Studi D3
Farmasi untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dan memberi pengalaman bagi
mahasiswa itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan di Industri meliputi mempelajari pengelolaan
perbekalan farmasi dan kinerja kefarmasian dalam pembuatan obat dan alat kesehatan.
Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, memproduksi,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian atau pelayanan, pencatatan dan pelaporan.
Diharapkan mahasiswa praktik dapat mengetahui kegiatan pembuatan dan
pengelolaan yang ada di Lapngan Industri. Praktik Kerja Lapangan Industri ini sangat besar
manfaatnya bagi mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapatkan dari
perguruan tinggi secara langsung. Melalui Praktik Kerja Lapangan Industri ini, diharapkan
dapat menghasilkan seorang tenaga teknis kefarmasian yang benar-benar handal dan
profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Industri farmasi merupakan penentu dalam ketersediaan obat di mana industri farmasi
berperan dalam memproduksi, dan mendistribusikan obat untuk dapat memenuhi kebutuhan
pasar dan masyarakat. Dalam memproduksi suatu obat, setiap industri farmasi harus dapat
memenuhi Cara pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan
produk yang bermutu. Perkembangan yang sangat pesat dan teknologi farmasi dewasa ini
mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan
CPOB. Produk yang bermutu tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk akhir
saja, melainkan setiap komponen yang berhubungan dengan proses produksi, mulai dari
penyiapan bahan baku, bahan kemas, proses pembuatan, pengemasan, termasuk bangunan
dan personil harus mengikuti Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

CPOB merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang
bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat secara konsisten dapat memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunanya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Aspek-aspek yang berpengaruh dalam CPOB antara lain
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan
mutu, dokumentasi dan inspeksi diri yang meliputi penanganan keluhan terhadap obat,
penarikan kembali obat, dan obat kembalian. Oleh karena itu, industri farmasi bertanggung
jawab untuk menyediakan personil yang berkualitas dan terkualifikasi antara lain penyediaan
apoteker yang cakap, terlatih, bertanggung jawab, dan mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik dan benar.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mempelajari aspek-aspek CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik) dalam produsi sediaan farmasi
2. Mahasiswa mampu mempelajari bangunan, tata ruang, saran dan prasarana yang
tersedia di industri farmasi
3. Mahasiswa mampu mempelajari peran, tugas farmasis dalam proses produksi
sediaan farmasi.

1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aspek-aspek CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik) dalam produsi sediaan farmasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bangunan, tata ruang, saran dan
prasarana yang tersedia di industri farmasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami peran, tugas farmasis dalam
proses produksi sediaan farmasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Farmasi

2.1.1 Pengertian Industri Farmasi

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.


245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi
adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses
pembuatan, sedangkan industri bahan baku adalah industri yang memproduksi bahan baku
dimana bahan baku tersebut adalah semua bahan baik bahan berkhasiat ataupun bahan
tambahan yang digunakan dalam proses pengolahan obat.

2.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi

Industri farmasi untuk melaksanakan proses industrinya harus memenuhi ketentuan


yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.1799/Menkes/Per/XII/2010, Usaha Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

a. Badan usaha berupa perseroan terbatas

b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat

c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

d. Memiliki secara tepat paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia
masing-masing sebagai penanghung jawab pemastian mutu, produksi, dan
pengawasan mutu: dan

e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasiaan.

Dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf
b, bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Izin Usaha Industri Farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan wewenang
pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi
tersebut berproduksi, sedangkan untuk industri farmasi Penanaman Modal Asing (PMA)
masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. I tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya.

Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur


dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup, yaitu
memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB.

2.1.3 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi

Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal:

a. Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan
usaha tanpa memiliki izin.

b. Tidak menyampaikan laporan mengenai perkembangan industri selama tiga kali


berturut-turut atau menyampaikan informasi yang tidak benar.

c. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih


dahulu.

d. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak memenuhi
persyaratan dan ketentuan yang berlaku.

e. Tidak memiliki ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau
langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat
jadi, yang diproduksi dengan menerapkan "Good Manufacturing Practices" dalam seluruh
aspek dan rangkaian kegiatan produksi, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat essensial untuk menjamin
bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak
dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau
memelihara kesehatan.

Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,
tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut (built
in quality). Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi,
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.

CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat
yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat dilakukan
penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap
dicapai.

Saat ini industri obat diwajibkan untuk melaksanakan produksi sesuai aturan CPOB
edisi 2006. Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi: manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi
diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan
produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta
kualifikasi dan validasi. Berikut ini dijelaskan mengenai masing-masing aspek yang diatur
dalam CPOB edisi 2006.

2.2.1 Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau
tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
“Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain
secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah:

a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya
b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. CPOB adalah bagian dari
pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten
untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan
dalam izin edar dan spesifikasi produk.

2.2.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar, oleh sebab itu, industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip
CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai
higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan
dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas
tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB, tidak ada yang
terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian
tugas.

Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu
dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh
personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang
lain.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi,
dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahan lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.

Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari


lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil
tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas
hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan perlu
didesinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi
hendaklah disimpan.

Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area


penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi
bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu.
Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan
tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan.

2.2.4 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat
terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan.

Peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya. Permukaan


peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh
menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian di luar batas yang ditentukan.
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas atau pendingin
tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak mempengaruhi
identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. Peralatan
tidak boleh merusak produk akibat katup bocor tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena
perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain
sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai dengan
prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan
hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

2.2.5 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan
sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang
diatur dalam pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan, peralatan.
Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk cukup
efektif dan selalu memenuhi persyaratan.

2.2.6 Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan,


dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan
dan diawasi oleh personil yang kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil
analisa terhadap produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan
proses produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi personalia
sampai dengan pengemasan.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan
penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah tertulis, mudah dipahami
dan dipatuhi oleh karyawan produksi. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat,
tepat dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.
2.2.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang
berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai
dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu tidak terbatas
pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait
dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal
yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.

Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian pengawasan mutu. Bagian
ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang
dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa
laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan
pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan.

Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di


laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program
pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan
sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode
pengujiannya.

Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu


hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan
digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Personil
Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel
dan penyelidikan yang diperlukan.

2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Tujuan Inspeksi Diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek poduksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program Inspeksi Diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila
menggunakan auditor luar yang independen. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara rutin
dan disamping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat
jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan. Prosedur dan Catatan Inspeksi Diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat
program tindak lanjut yang efektif.

Pada aspek–aspek Inspeksi Diri hendaklah dibuat daftar periksa Inspeksi Diri yang
menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa Inspeksi Diri ini
hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi personalia,
bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan
bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan selama
proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan
revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi,
penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan
perbaikan.

Inspeksi Diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik, namun
Inspeksi Diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal satu
kali dalam setahun. Frekuensi Inspeksi Diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap Inspeksi
Diri. Penyelenggaraan Audit Mutu berguna sebagai pelengkap Inspeksi Diri.

Audit Mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit Mutu umumnya dilaksanakan
oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit Mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima
kontrak.

2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk
Kembalian

Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek samping
yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah
diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan
dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan
kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu
atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang
merugikan kesehatan. Penarikan produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau
penghentian pembuatan obat tersebut.

Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke
pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah keabsahan atau sebab lain
mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan
keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang bersangkutan.

Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan


pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat
diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Produk
kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan
bahan atau pemusnahan produk harus disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap
pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.

2.2.10 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi


yang baik merupakan bagian yang esensial dari Pemastian Mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil penerima uraian tugas yang
relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan
yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen
Produksi Induk/Formula Pembuatan, Prosedur, Metode dan instruksi, Laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen sangat
penting.

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan
penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi pembuatan dan atau analisis
obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan untuk
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk perubahan dalam pengaturan teknis
atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk yang bersangkutan.
Kontrak hendaklah mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima
kontrak. Pelulusan akhir dalam analisis berdasarkan kontrak harus diberikan oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) pemberi kontrak.

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang diperlukan


sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan
signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk
hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk
menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.

Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi


hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV)
atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas.
RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data sebagai berikut: kebijakan validasi;
struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang
akan divalidasi; format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan
jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan. Protokol
Validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.

Laporan harus dibuat mengacu pada Protokol Kualifikasi dan/atau Protokol Validasi dan
memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi,
kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan
dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.

Kualifikasi terdiri dari:

a) Kualifikasi Desain
b) Kualifikasi Instalasi

c) Kualifikasi Operasional

d) Kualifikasi Kinerja

e) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional

Validasi terdiri dari:

a) Validasi Proses

b) Validasi Pembersihan

c) Validasi Ulang

d) Validasi Metode Analisis


BAB III

PEMBAHASAN

3.1. LAFI AD (LAFI DITKESAD)

3.1.1. Sejarah

Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) berasal dari MSL
(Militaire Scheikundig Laboratorium). Lembaga ini berfungsi sebagai tempat pemeriksaan
obat-obatan bagi kebutuhan tentara Belanda.

Pada tanggal 23 Januari 1950 dibentuk panitia pengalihan, sehingga pada tanggal 1 Juni
1950 dilakukan serah terima dari MSL kepada TNI AD yang menjadi dasar dalam penetapan
hari jadi Lafl Ditkesad melalui SK No.Skep 23/1/1997 tanggal 31 Januari 1997. Setelah serah
terima pada tanggal 1 Juni 1950 MSL terbagi menjadi dua :

a. Laboratorium Kimia Tentara (LKT) yang kemudian berkembang menjadi


Laboratorium Kimia Angkatan Darat (LKAD).

b. Depot Obat Tentara Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat Angkatan
Darat (DOAD).

Berdasarkan SK Ditkesad No. Kpts/61/10/IX/1960 tanggal 13 September 1960 terhitung


mulai tanggal 8 Juni 1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi Lembaga Farmasi Angkatan
Darat (LAFIAD). Pada tanggal 15 Oktober 1970 LAFIAD dipisah kembali menjadi :

a. LAFIAD yang akhirnya menjadi Lembaga Farmasi Jawatan Kesehatan Angkatan


Darat (Lafi Jankesad).

b. Depot Obat Angkatan Darat (DOAD) berkembang menjadi Depot Alat Peralatan
Kesehatan (Dopalkes) dan berakhir menjadi Depot Pusat Perbekalan Kesehatan
(Dopusbekkes) Jankesad

Selanjutnya tahun 1985 antara Lafl Jankesad dan Dopusbekkes Jankesad disatukan
kembali menjadi Lafi Ditkesad hingga 31 Maret 2005 dan mulai 1 April 2005 dipisah lagi
menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat ll Ditkesad.
3.1.2. Visi, Misi serta Tujuan

Visi Lafi Ditkesad adalah menjadi salah satu lembaga produksi yang mampu memenuhi
kebutuhan obat bermutu dan aman bagi prajurit, PNS TNI AD dan keluarganya.

a. Lafi Ditkesad mempunyai misi sebagai berikut :

1. Memberikan jasa infomasi yang terbaik terhadap penggunaan obat (Rational Use
of Drugs).

2. Membantu fungsi pelayanan kesehatan atas ketersediaan obat atau produk


kesehatan lainnya bagi prajurit, PNS TNI AD dan keluarganya.

3. Terlibat secara aktif dalam fungsi dukungan kesehatan pada penggunaan kekuatan
untuk prajurit tugas operasional.

4. Memanfaatkan kapasitas atau kemampuan produksi untuk kepentingan strategi.

b. Tujuan Lafi Ditkesad adalah sebagai berikut :

1. Terwujudnya kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS AD sehingga selalu siap
tugas serta keluarganya sehat terayomi.

2. Terwujudnya satuan kesehatan lapangan yang tangguh dalam dukungan


kesehatan.

3. Terwujudnya instalasi kesehatan yang prima dalam pelayanan kesehatan.

4. Meningkatnya kemampuan lembaga produksi dalam mendukung bekal


kesehatan.

5. Meningkatnya kemampuan penelitian dan pengembangan dalam mendukung


pembinaan kesehatan melalui kaidah-kaidah ilmiah.

6. Meningkatnya pelaksanaan fungsi organisasi di satuan kesehatan.

3.1.3. Gambaran umum Lafi Ditkesad


Lafi Ditkesad merupakan badan pelaksana pusat di tingkat Ditkesad yang bertugas
membantu Ditkesad dalam memproduksi obat obatan, administrasi logistic, penyimpanan dan
pendistribusian material kesehatan, pemeriksaan laboratorium terhadap bahan bahan farmasi
dan obat jadi, penelitian dan pengembangan serta tugas tugas lain yang ditentukan oleh
Dirkesad. Lafi Ditkesad memiliki kebijakan dan alur kerja berdasarkan komando sehingga
berbeda dengan prosedur dan manajemen industri farmasi lain.

Ditkesad mempunyai tugas pokok dalam memberikan pelayanan kesehatan dan dukungan
kesehatan untuk kepentingan TNI AD, PNS dan keluarganya. Sebagai industri famrasi, Lafi
Ditkesad dituntut untuk menghasilkan obat jadi yang bermutu tinggi, aman dan berkhasiat,
meskipun obat-obat tersebut untuk kebutuhan TNI AD dan tidak untuk dipasarkan sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.

Untuk menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan, dalam proses produksinya Lafi
Ditkesad selalu mengacu pada CPOB. Sertifikasi dilakukan oleh BPOM dan merupakan
pengakuan BPOM kepada industri farmasi yang menjalankan prinsip CPOB yang telah
diterapkan.

Obat obat yang diproduksi Lafi Ditkesad adalah berdasarkan pertimbangan “make or
buy” diproduksi di Lafi Ditkesad bila secara ekonomis menguntungkan. Pembelian obat
dilaksanakan bila biaya pembelian lebih murah dari pada biaya produksi. Obat yang
diproduksi Lafi Ditkesad merupakan “me too product” yaitu dengan mencontoh sediaan yang
telah beredar di pasaran. Obat yang diproduksi tidak didaftarkan ke Depkes RI karena hanya
digunakan di lingkungan intern TNI Angkatan Darat.

a. Personalia

Sumber daya manusia atau personil Lafi Ditkesad berdasarkan statusnya terdiri
dari militer dan PNS. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas personilnya maka
Lafi Ditkesad memberikan kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan keahlian,
CPOB dan pertemuan ilmiah lainnya. Pengadaan personil sipil Lafi Ditkesad diterima
melalui tes penerimaan PNS yang dilaksanakan secara terpusat di Angkatan Darat.
Dalam hal ini Lafi Ditkesad hanya berhak mengajukan jumlah dan kualifikasi personil
yang dibutuhkan. Instalasi produksi dan instalasi pengawasan mutu dipimpin oleh
Apoteker yang berlainan, yang tidak saling membawahi. Hal ini telah sesuai dengan
persyaratan CPOB.
b. Sanitasi dan Higiene

Sanitasi dan higiene di Lafi Ditkesad telah diupayakan untuk dapat terus
ditingkatkan sesuai prinsip CPOB. Hal ini dilakukan antara lain dengan jalan
memelihara kebersihan ruangan, peralatan sebelum dan sesudah proses produksi.
Setiap personil yang bekerja di bagian produksi terutama beta laktam harus dalam
keadaan sehat dan setelah proses produksi selesai diwajibkan untuk mandi guna
menghindari terjadinya kontaminasi dari personil ke produk atau sebaliknya.

c. Bangunan

Gedung produksi Lafi Ditkesad terdiri dari gedung produksi beta laktam dan non
beta laktam. Sarana dan prasarana unit produksi non betalaktam sedang dalam tahap
pengembangan sehingga belum sepenuhnya memenuhi persyaratan CPOB. Lafi
Ditkesad sedang merencanakan pembangunan gedung untuk produksi obat golongan
Sefalosporin yang terpisah dari kedua gedung produksi lainnya. Lokasi bangunan
produksi dibuat lebih tinggi dibandingkan dengan jalan dan dilengkapi dengan saluran
pembuangan air untuk mencegah pengaruh banjir (masuknya air ke dalam gedung
produksi). Menurut CPOB, obat yang mengandung Penisilin hendaknya diproduksi
dalam suatu bangunan terpisah yang dilengkapi peralatan pengendali udara khusus
untuk produksi tersebut. Lafi Ditkesad melakukan hal yang serupa yaitu gedung
sediaan beta laktam dan non beta laktam dibuat terpisah yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang, reaksi alergi dan resistensi mikroba di
lingkungan sekitar.

Ruangan-ruangan yang ada dalam gedung produksi Lafi Ditkesad telah dipisahkan
sesuai dengan CPOB. Gedung produksi non beta laktam telah memiliki spesifikasi
kelas mangan seperti kelas D. Gedung produksi beta laktam memiliki klasifikasi kelas
mangan mulai dari kelas A hingga D. Ruangan produksi juga dilengkapi dengan
sistem pengaturan udara (Air Handling System).

Perbedaan tekanan terjadi diantara koridor kelas D dengan ruang unit proses. Hal
ini dapat dibuktikan dengan menggunakan alat pengukur beda tekanan yaitu
anemometer Magnehelic. Tekanan udara di koridor dibuat lebih positif dibandingkan
dengan ruang unit proses agar partikel-partikel obat dari ruang unit proses tidak
mencemari ruang lain dan koridor. Perbedaan tekanan juga dapat di lihat antara ruang
produksi dengan ruang antara. Tekanan ruang antara dibuat minimal sama besar
dengan koridor kelas D gedung non beta lactam, sedangkan untuk gedung beta laktam
tekanan ruang antara dibuat lebih negatif dibandingkan ruang produksi agar debu-
debu dari ruang produksi tidak keluar tanpa pengolahan terlebih dulu. Perbedaan
tekanan ini tergantung dari kegiatan produksi di ruang produksi. Jika produksi
menghasilkan banyak debu, tekanan ruang produksi dibuat lebih negatif dari koridor.
Untuk mengurangi kemungkinan masuknya kontaminan kelas D ke ruang kelas B
beta laktam maka grill outlet disimpan di dekat pintu kelas D dalam ruang antara. Lafi
Ditkesad memiliki gedung produksi beta laktam yang telah memenuhi standar CPOB
baik mangan maupun mesin-mesin dan peralatan pendukung produksi. Ruang kelas A
beta laktam berupa cubicle yang diletakkan di ruang kelas B beta laktam.

Limbah cair yang dihasilkan oleh beta laktam maupun non beta laktam telah
diolah dengan baik di bawah pengawasan instalasi pemeliharaan sesuai dengan
CPOB.

d. Peralatan

Peralatan yang digunakan telah memiliki rancang bangun dan konstruksi yang
tepat serta pemasangan dan penempatan yang benar. Di setiap peralatan telah
dilengkapi dengan nomor identitas dan protap cara penggunaan alat. Tiap tuang unit
proses hanya terdapat satu peralatan. Peralatan yang telah selesai digunakan langsung
dibersihkan sesuai dengan protap pembersihan alat.

e. Produksi

Pelaksanaan produksi telah mengikuti protap yang berisi prosedur pengolahan dan
pengemasan induk yang disertai pemeriksaan dan pengawasan mutu dimulai dari
penyediaan bahan baku, tahap produksi, tahap pengemasan sampai obat siap
didistribusikan. Setiap produk yang akan diproduksi telah memiliki Catatan
Pengolahan dan Pengemasan Bets tersendiri sehingga produk yang dihasilkan
diharapkan dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Setiap personil yang
terlibat dalam proses produksi telah menyadari akan pentingnya mengikuti petunjuk
Catatan Pengolahan dan Pengemasan Bets. Penerapan kedisiplinan setiap personil
produksi untuk mencatat semua kegiatan selama proses produksi berlangsung pada
Catatan Pengolahan dan Pengemasan Bets sangat diperlukan karena merupakan
bagian dari tugas dan tanggung jawabnya.
Dalam tiap alur produksi terdapat parameter kritis yang harus diperhatikan seperti
pada proses pencampuran (homogenitas dan lamanya pencampuran), proses granulasi
(frekuensi vibrasi dan lamanya granulasi), proses pengeringan (suhu dan durasi),
proses pencetakan tablet (gaya tekan mesin cetak) dan proses stripping (suhu dan
kecepatan). Berdasarkan CPOB, parameter kritis ini didokumentasikan dalam
Dokumen Produksi lnduk, dipantau selama proses berlangsung dan dicatat dalam
Catatan Pengolahan dan Pengemasan Induk. Hal ini telah dilaksanakan oleh Lali
Ditkesad, namun diperlukan suatu sistem yang dapat memudahkan dalam
pemantauan, pencarian data dan penyelusuran infomasi.

f. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang terpenting dari alur pembuatan obat
yang baik dengan tujuan untuk menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu
dan sesuai dengan tujuan pengunaannya fungsi pengawasan mutu dengan adanya
laboratorium kimia, fisika dan mikrobiologi sangat membantu dalam proses
pengawasan mutu bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan kemas serta obat jadi
yang telah diproduksi dan pemantauannya dalam distribusi. Untuk evaluasi dicatat di
Catatan Pengolahan Bets. Bila instalasi wastu belum menyatakan lulus maka personil
instalasi produksi tidak dapat melanjutkan pekerjaannya ke unit proses produksi
berikutnya. Selama menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari instalasi wastu.
produk antara dan produk ruahan disimpan dalam ruang karantina dilengkapi dengan
identitas yang jelas sesuai dengan CPOB. Pengawasan yang dilakukan di Instalasi
Pengawasan Mutu meliputi semua fungsi analisis termasuk pengambilan contoh
peninggal, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
obat jadi, program uji stabilitas dan penetapan tanggal kadaluarsa, validasi prosedur
analisa, penyusunan dan penyimpanan spesifikasi yang berlaku bagi tiap bahan baku
dan produk jadi termasuk metode pengujiannya. Namun, di Lali Ditkesad penentuan
tanggal kadaluarsa hanya ditujukan untuk produk beta laktam sedangkan untuk
produk non beta laktam belum dilakukan.

Kegiatan pengemasan dilakukan sesuai dengan Catatan Pengemasan Bets. Seksi


kemas akan memeriksa hasil pengemasan primer dan melengkapi kemasan sebelum
mengemasnya dalam folding box atau sak plastik. Pengawasan terhadap pengemasan
dilakukan dengan cara menimbang setiap folding box dan master box. Bila didapatkan
penyimpangan pada hasil penimbangan berarti ada kekeliruan dalam proses
pengemasan seperti jumlah strip obat, brosur, sendok takar, serta folding box sehingga
dapat dilakukan perbaikan. Setelah seksi kemas menyelesaikan tugasnya maka obat
jadi diserahkan dari instalasi produksi (seksi kemas) ke instalasi simpan. Obat jadi
akan disimpan di gudang karantina instalasi simpan sampai instalasi wastu
menyatakan release. Setelah dinyatakan release, seksi kemas akan membuat Bukti
Pengeluaran intern untuk instalasi penyimpanan.

Langkah awal untuk melaksanakan inspeksi diri adalah membentuk tim inspeksi
yang dipilih dari instalasi produksi. wastu, litbang dan pemeliharaan. Konsultan dari
luar dapat diikut sertakan guna penilaian yang lebih objektif. Setelah tim inspeksi
terbentuk maka tim menyusun daftar periksa, melaksanakan inspeksi serta membuat
dokumentasi yang mencakup hasil temuan serta saran perbaikan. Frekuensi inspeksi
diri disesuaikan dengan tujuan inspeksi tersebut.

Untuk mengatasi keluhan terhadap obat maka Lafi Ditkesad telah menyediakan
fasilitas khusus contoh peninggal sehingga bila terjadi keluhan terhadap obat maka
dapat dilakukan pengujian terhadap bets obat tersebut dan penelusuran ulang proses
produksinya. Dengan demikian Lafi Ditkesad telah melaksanakan sesuai CPOB.

3.2. PT. BIOFARMA


3.2.1. Sejarah perusahaan
PT Bio Farma (Persero) adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang kepemilikan
sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Bio Farma sebagai satu-satunya produsen
vaksin untuk manusia di Indonesia, selama ini telah mendedikasikan seluruh sumber daya
yang dimilikinya untuk memproduksi vaksin dan anti sera yang berkualitas internasional
untuk mendukung program imunisasi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
Indonesia yang memiliki kualitas derajat kesehatan yang lebih baik.
PT. Bio Farma Persero (Bio Farma) merupakan satu-satunya BUMN yang memproduksi
vaksin untuk kebutuhan imunisasi nasional. Selain memproduksi vaksin untuk imunisasi, Bio
Farma juga memproduksi beberapa jenis vaksin lainya seperti vaksin DTP, BCG dan anti
sera. Bio Farma telah memberikan andil besar dalam meningkatkan derajat kesahatan dari
generasi ke generasi khususnya untuk Bangsa Indonesia.
PT Bio Farma (Persero) adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang kepemilikan
sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Bio Farma sebagai satu-satunya produsen
vaksin untuk manusia di Indonesia, selama ini telah mendedikasikan seluruh sumber daya
yang dimilikinya untuk memproduksi vaksin dan anti sera yang berkualitas internasional
untuk mendukung program imunisasi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
Indonesia yang memiliki kualitas derajat kesehatan yang lebih baik.
PT. Bio Farma Persero (Bio Farma) merupakan satu-satunya BUMN yang memproduksi
vaksin untuk kebutuhan imunisasi nasional. Selain memproduksi vaksin untuk imunisasi, Bio
Farma juga memproduksi beberapa jenis vaksin lainya seperti vaksin DTP, BCG dan anti
sera. Bio Farma telah memberikan andil besar dalam meningkatkan derajat kesahatan dari
generasi ke generasi khususnya untuk Bangsa Indonesia. Bio Farma menjalankan roda
organisasinya di atas lahan seluas 91.058 m2 bertempat di Jalan Pasteur No. 28 Bandung,
untuk fasilitas produksi, penelitian dan pengembangan, pemasaran dan administrasi, dan
seluas 282.441 m2 yang berlokasi di Cisarua, Lembang, Kabupaten Bandung Barat untuk
pengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan laboratorium. Selain itu guna mendukung
kelancaran operasional, perusahaan juga memiliki Kantor Perwakilan yang bertempat di
Gedung Arthaloka Lt. 3 JI. Jend. Sudirman No.2, Jakarta.
Bidang usaha utama Bio Farma adalah memproduksi vaksin dan anti sera yang bermutu
tinggi serta berdaya saing kuat yang didukung oleh penelitian dan pengembangan, pemasaran
dan distribusi serta usaha pelayanan jasa pemeriksaaan laboratorium kesehatan dan imunisasi,
sehingga mendapatkan keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan.
Sifat usaha PT. Bio Farma (Persero) adalah melayani kebutuhan pasar domestik dan
global yaitu: (1) Pasar pemerintah untuk memenuhi kebutuhan vaksin EPI (Expanded
Program on Immunization) untuk Program Imunisasi Nasional; (2) Pasar swasta nasional (3)
Pasar internasional, terutama UNICEF sebuah lembaga international yang berkonsentrasi
memperjuangkan berbagai kepentingan dan hak kaum anak-anak dan wanita di seluruh dunia,
untuk produk-produk yang telah memperoleh sertifikasi WHO (World Healt Organozation)
yang merupakan sebuah lembaga yang fokus terhadap bidang kesehatan dunia.
Upaya Bio Farma dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
Indonesia adalah dengan melalui program imunisasi. Meski upaya ini telah mampu
menyelamatkan jutaan jiwa setiap tahunnya, namun tetap saja tidak menjadi jaminan
keselamatan dan kesehatan jiwa manusia dari penyakit-penyakit tersebut di berbagai tempat,
terutama di negara miskin dan negara dengan derajat kesehatan yang masih rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan vaksin sangatlah besar dalam
upaya memberantas penyakit dan mengendalikan penyebaran penyakit menular di seluruh
dunia. Penyakit menular merupakan masalah kesehatan global, yang penanggulangannya
memerlukan dukungan secara internasional. Imunisasi merupakan hasil metode kesehatan
yang paling efektif dan ekonomis untuk mencegah penyakit menular.
WHO telah menjadikan imunisasi sebagai program global melalui Expanded Program on
Immunization (EPI), termasuk di dalamnya adalah program khusus untuk eradikasi Polio,
Eliminasi Campak dan Tetanus. Di Indonesia, program imunisasi merupakan program
nasional dengan sasaran utama sekitar 5 juta bayi yang lahir setiap tahun, 27,6 juta anak usia
sekolah, dan 15 juta wanita usia subur.
Bio Farma dapat memenuhi seluruh kebutuhan vaksin untuk program imunisasi nasional
di Indonesia dan sebagian kebutuhan vaksin dunia.. Sebuah perjalanan yang panjang bagi
sebuah perusahaan yang memiliki peran penting bagi salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan manusia. Sejarah Bio Farma tidak bisa dilepaskan dari kisah sejarah Bangsa ini.
Kehadiranya sangat erat dengan perjalanan sejarah bangsa ini.

3.2.2. Visi dan Misi Perusahaan


“Dilandasi oleh kinerja internal yang solid serta ketanggapan dalam mengantisipasi trend
bisnis dan perkembangan teknologi vaksin dan serum, Bio Farma berkomitmen untuk
menggapai prestasi cemerlang dan menjadi perusahaan kelas dunia”.
a. Visi
Menjadi produsen vaksin dan anti sera yang berdaya saing global.
b. Misi

1. Memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan vaksin dan anti sera


yang berkualitas internasional untuk kebutuhan Pemerintah, swasta
nasional, dan internasional.

2. Mengembangkan inovasi vaksin dan anti sera sesuai dengan kebutuhan


pasar.
3. Mengelola perusahaan agar tumbuh dan berkembang dengan
menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemegang saham, dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya.
3.2.3. Logo Perusahaan

Gambar 1

Gambar Logo PT. Bio Farma (Persero)

Sumber : File Bagian Public Relations Bio Farma

Bio Farma adalah sebuah perusahaan kelas dunia yang adaptif dalam
mengantisipasi trend bisnis dan teknologi di bidang vaksin dan serum.
Logo merupakan adaptasi bentuk pencitraaan dari “Crystal Protein” dan
“Glicoprotein” yang merefleksikan bahwa Bio Farma adalah sebuah perusahaan di
bidang vaksin dan serum.
Mencitrakan ilusi pendar bintang (sparkling). Dalam hal ini pendar bintang yang
dimaknai sebagai semangat dan dinamika Bio Farma yang memiliki masa depan yang
cemerlang.
Warna dominan hijau secara psikologis menyiratkan suatu nilai higienitas dan
kesehatan. jingga dan kuning secara terpadu menyiratkan semangat progresif dan
keberanian untuk berinovasi agar selalu menjadi yang terdepan.
1. Produk Perusahaan
Proses kreasi, inovasi, dan produksi selama bertahun-tahun telah membawa Bio
Farma tumbuh dan berkembang menjadi produsen vaksin dan anti sera kelas dunia.
Bio Farma adalah salah satu dari 23 produsen vaksin di dunia yang telah memenuhi
kualifikasi WHO, dengan kapasitas produksi lebih dari 1 milyar dosis tiap tahun
menjadikan Bio Farma mampu memasok kebutuhan vaksin di dalam negeri maupun
pasar global. Komitmen global yang diemban perusahaan menjadi pendorong utama
dalam upaya membantu negara-negara lain memberantas berbagai penyakit menular.
Sebagai perusahaan dan produk kesehatan global, vaksin yang dihasilkan Bio
Farma tentu harus memenuhi standar internasional. Hal ini mutlak dilakukan karena
keberhasilan imunisasi sangat tergantung dari kualitas vaksin yang dihasilkan. Oleh
karena itu pula, dilakukan pengawasan mutu (Quality Control) yang secara konsisten
dilakukan Bio Farma untuk menjamin mutu (Quality Assurance) agar setiap produk
yang dihasilkan senantiasa terjaga kualitasnya.
Dalam World Health Assembly pada Mei 1992, WHO menghimbau seluruh negara
anggotanya agar hanya menggunakan vaksin yang memenuhi persyaratan WHO dalam
program imunisasinya. Oleh karena itu, produksi dan pengawasan mutu vaksin Bio
Farma selalu dipantau oleh National Control Authority (NCA) yang diakui WHO atau
yang di Indonesia kita kenal sebagai Badan POM (BPOM) RI.

Gambar 1.2

Salah satu produk Bio Farma Serum Golongan Darah


Sumber : File Bagian Public Relations Bio Farma

3.3. PT. VICTORIA CARE

3.3.1. Sejarah

PT Victoria Care Indonesia saat ini telah menjadi mitra kerja terpercaya bagi banyak
perusahaan ritel besar di Tanah Air. Kepercayaan yang telah diraih ini tak lain karena PT
Victoria Care Indonesia senantiasa inovatif dan selalu menjaga mutu produknya. Perusahaan
lokal bertaraf internasional ini berhasil menempatkan diri pada posisi terbaik sebagai
produsen kosmetik, perlengkapan toilet, dan perawatan kesehatan. Selain itu, produknya juga
aman dipakai serta cocok untuk kebutuhan dan kulit wanita Asia khususnya Indonesia.
Pesatnya perkembangan perusahaan yang berbasis di Kota Semarang, Jawa Tengah, ini
lantaran memiliki konsep dan visi-misi yang fokus. Faktor lainnya adalah karena manajemen
yang selalu memegang teguh komitmen untuk menyediakan produk terbaik dan aman
digunakan. Begitu pula dengan meratanya jaringan distribusi. Anak perusahaan SSS Group
ini memiliki target untuk memproduksi kosmetik lainnya agar masuk pasar dunia. Selain
tentunya mempertahankan reputasi sebagai salah satu pelopor industri manufaktur yang
mumpuni dan berdaya saing tinggi.(YNI/Tim Usaha Anda)

PT Victoria Care Indonesia ( Wisma SSK )


Alamat : Jl. Daan Mogot KM 11 Lt.5 Jakarta 1170
Telepon : (021) 54368111 Fax : (021) 543 75220
Email : smd@3s.co.id
Pabrik : Kawasan Industri Candi Blok 5A Gatot Subroto, Krapyak
Ngaliyan, Semarang
Telepon/Fax : (024) 7620966 / 7621624
Perusahaan ini memproduksi kosmetik, perlengkapan mandi, dan perawatan
kesehatan.Dengan total investasi sekitar USD 10 juta dan 500 pekerja di 10.000 meter
persegi.

 1989 : Mr Billy Hartono Salim pendiri perusahaan, mulai mengatur sendiri kecil
perusahaan jasa distribusi dan jaringan untuk produk kosmetik dan wewangian
bernama PT. Karya Asri Perdana Mandiri.
 1989 : Mr Billy Hartono Salim pendiri perusahaan, mulai mengatur sendiri kecil
perusahaan jasa distribusi dan jaringan untuk produk kosmetik dan wewangian
bernama PT. Karya Asri Perdana Mandiri.
 2001:
- Sebagai bisnis diperluas, ia kemudian membangun pabrik sendiri bernama
PT. Kosmetika Alam Pesona Mandiri (KAPM) dan mulai diproduksi produk
mandi seperti Lulur mandi (body scrub), cologne, juga menjadi pelopor
untuk Sabun Sirih produk Feminine Wash sukses.
- Dengan jaringan yang luas dan pengalaman di bidang distribusi, PT. Vitalis
Indonesia juga ditetapkan sebagai distributor eksklusif.
 2005 : Dengan visi untuk memasuki pasar global maka PT. Vitalis Indonesia
bergabung dengan Unza Kelompok perusahaan dan membentuk PT. Unza Vitalis
Indonesia.
 2007: Mendirikan perusahaan baru milik PT. Victoria Care Indonesia (VCI) dan
PT. Suka Sukses Sejati (3S) sebagai distributor eksklusif di Indonesia.

Nilai-Nilai Kami :

o Kecepatan Kerja

o Prosedur Sederhana

o Cerdas Berpikir

o Kuat Team Work

o Kepuasan Stakeholder

o Layanan Nasabah yang Unggul

o Proses dikelola Standar

o Integritas Kuat dan Tinggi

 Pabrik Sorot
o Pada tanggal 26 April 2007 PT. Victoria Care Indonesia secara resmi
mengumumkan 1.000 meter persegi pabrik baru di kota Semarang - Jawa Tengah,
sampai dengan USD 10 juta total investasi.
o Pabrik juga telah menerima GMP (Good Manufacturing Process) sertifikasi dari
BPOM untuk memastikan bahwa setiap produk kami diproduksi dan diproses
sesuai dengan standar internasional.

o Dengan sekitar 500 pekerja terdiri dari Produksi, R & D dan QC didukung oleh
mesin manufaktur terbaru dengan kapasitas produksi tinggi, pabrik ini bertujuan
untuk memenuhi permintaan pasar dan juga sebagai batu loncatan untuk mencapai
visi masa depan kita.

3.3.2. Visi / Misi / Motto Perusahaan


Ø Memimpin proses pengembangan produk baru, dan memastikan produk
yang dikembangkan sesuai dengan kualitas standard yang sudah ditentukan.

Ø Memimpin program efisiensi terhadap produk yang di buat.

3.3.3. Produk PT.victoria care


NO PRODUK
1 FOR HIM BODY SPRAY

2 FOR HIM EDT


3 JA HWA WHITENING CREAM
4 JA HWA TRANSPARENT SOAP
5 JA HWA CLARIFYING TONER
6 JA HWA CLEANSING MILK
7 JA HWA FRECKLE SOLUTION SERUM
8 JA HWA TWO WAY CAKE
9 JA HWA ACNE CREAM
10 MIRANDA HAIR COLOR
11 MIRANDA HAIR VITAMIN
12 VICTORIA BODY SCENT
13 VICTORIA EDT
14 HERBORIST FEMINIME WASH
15 HERBORIST LULUR
16 HERBORIST BODY BUTTER
17 HERBORIST AROMATHERAPY
18 HERBORIST SABUN SERE
19 HERBORIST SABUN BERAS
20 HERBORIST FRUITY SOAP
21 HERBORIST MESSAGE OIL
22 HERBORIST OLIVE OIL
23 SIX SENCE K-POP
24 SIX SENCE WHITENING BODY LOTION
25 NU FACE MASK
26 NU FACE FACIA CUTTON
27 1221 MAN
28 1221 WOMAN
29 IRIA GOATS MILK HAND & BODY LOTION
30 HAND & BODY LOTION
31 WHITENING FACE SOAP
32 WHITENING SHOWER CREAM
Tabel 1. Produk PT.victoria care

3.3.4. Kegiatan kunjungan industry PT. Victoria Care


Kunjungan berikutnya yaitu mengunjungi PT. Victoria Care Indonesia yang
beralamatkan di Kawasan Industri Candi Blok 5A Gatot Subroto, Krapyak Ngaliyan,
Semarang. PT. Victoria Care Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT. Suka Sukses
Sejati yang berlokasi di Jakarta. Perusahaan ini merupakan badan usaha yang berbentuk
Perseroan Terbatas dan bergerak di bidang produksi kosmetik, perlengkapan mandi dan
perawatan kesehatan.Sejak berdiri pada tahun 2007 PT. Victoria Care Indonesia telah
mengantongi sertifikat Good Macufacturing Practis (GMP) atau Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) dari BPOM.
Rombongan kami tiba di Pabrik pukul 09.00 dan di terima salah satu perwakilan
perusahaan sekitar pukul 10.00. Setelah mendapat sedikit pengarahan, kami diarahkan
menuju Lab pengendalian mutu. Laboratorium ini dibagi menjadi beberapa bagian, ada yang
bersekat/ruangan khusus dan ada yang hanya dibatasi menggunakan garis berwarna kuning.
Bagian yang pertama adalah ruang fisika, disinilah proses pembuatan produk pertama kali
dimulai yaitu proses penimbangan. Proses penimbangan sendiri ada dua yaitu penimbangan
kecil menggunakan timbangan analitik, biasanya dilakukan untuk sampling atau percobaan
pembuatan sediaan, yang kedua adalah penimbangan besar yaitu proses penimbangan
berskala produksi, di ruang fisika hanya mengkonversikan jumlah dari bahan yang harus
ditimbang, sedangkan untuk penimbangan bahan skala produksi terdapat tempat yang
terpisah. Selain itu diruang fisika juga dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter,
pengukuran kekentalan/viscositas dengan viscometer khususnya untuk sediaan lulur dan
handbody.
Selanjutnya yaitu ruang kimia, disinilah semua sediaan yang diproduksi diolah dan di uji
secara kimiawi diantara uji tersebut yaitu penggunaan string hot plate yang digunakan untuk
melelehkan padatan skala kecil, alat untuk menguji kelembaban produk pada kulit, alat untuk
uji saponifikasi untuk herborist sampo zaitun. Ruang ketiga yaitu rak standar bahan baku,
sampel bahan baku yang digunakan untuk produksi di letakkan pada temapt kusus dan
disimpan dalam rak/lemari standar bahan baku, begitu juga dengan sampel seluruh produk
jadi, fungsi dari ruangan ini adalah untuk mengontrol mutu produk apabila sewaktu-waktu
diperlukan pengujian ulang, standar bahan baku diantaranya ekstrak sabun sere, bibit parfum,
dan lain lain. Terdapat beberapa ruang lain seperti ruang uji mikrobiologi, R&D dan ruang
standar bahan kemas.
Selesai dari lab, dilanjutkan ke bagian produksi, sebelum memasuki ruang produksi
setiap orang harus mengenakan kelengkapan seperti topi, masker, covershoes dan jaslab.
Terdapat 2 lantai area industri, lantai pertama untuk proses filling, pelabelan produk dan juga
area packing serta gudang, dan lantai 2 adalah tempat produksi skala besar. Hampir 90%
proses produksi sudah otomatis menggunakan mesin, tetapi tetap membutuhkan SDM
sebagai operatornya. Dilantai 2 terdapat 3 ruangan utama yaitu :
a. Ruang Mixing Produk Padat dan Cream
Produk yang din proses disini adalah sabun, handbody dan sampo. Untuk sabun dapat
menampung sampai dengan 500 kg bahan baku untuk sekali produksi, waktu yang
dibutuhkan untuk sekali produksi kurang lebih 4-6 jam kerja, sedangkan untuk cream
kapasitasnya sampai 2 ton. Dari proses mixing ini kemudian bahan setengah jadi akan di
cetak di lantai 1.
b. Ruang Produksi Produk Halal
Perusahaan ini sudah memiiki produk yang tersertifikasi halal MUI yaitu produk daun
sirih dan minyak zaitun.
c. Ruang Produksi Cair

Kapasitas produksi mesin ini hingga 2 ton dan dapat menghasilkan sampai 20.000
botol/ 10 ml .
Ruangan-ruangan yang berada dilantai 1 yaitu ruangan yang digunakanuntuk proses
memasukkan produk kedalam wadah dan labelling. Di akhir proseslabelling, akan ada
staf yang bertugas untuk mengecek kembali produk-produktersebut. Jika ada label yang
terlipat atau miring maka akan dipisahkan dandilakukan labelling ulang. Untuk produk
liquid, produk akan dikemas terlebihdahulu kemudian baru diberi label. Sebaliknya untuk
produk liquid dan semisolid,wadah akan diberi label terlebih dahulu selanjutnya diisi
dengan produk. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpahnya produk liquid
dan semisolid ketika proseslabelling.
Proses Packaging merupakan proses selanjutnya yang akan dilakukan diarea packing.
Sebelum produk dimasukkan dalam wadah tersier (kardus) akan adastaf yang bertugas
untuk mengecek kembali produk tersebut apakah sudah layakdipasarkan atau belum. Jika
ada kesalahan, maka produk tersebut akan dipisahkanuntuk dibenahi terlebih dahulu.
Begitu pula pada proses-proses sebelumnya, bahwa dalam setiap akhir proses akan ada
bagian QC (Quality Control) yang akanmemeriksa produk-produk tersebut sebelum
melanjutkan ke proses selanjutnya.Hal ini bertujuan untuk meminimalkan kesalahan yang
terjadi.Setelah produk selesai diproduksi, selanjutnya produk telah siapuntuk
didistribusikan, sebelumnya produk akan disimpan terlebih dahulu digudang
penyimpanan. Ketinggian digudang penyimpanan ini mencapai 12 meter.
Produk akan ditata dengan cara diurutkan sesuai abjad untuk
mempermudah proses pengambilan.Proses pengambilan ini dengan menggunakan metode
FIFO (First in First Out) untuk mencegah adanya produk yang kadaluwarsa karena
terlalu lama berada di gudang penyimpanan.Tempat terakhir dalam industri ini yaitu area
untuk pengolahan limbah.Dalam pengolahan limbah ini akan dipisahkan antara limbah
padat dan cair.
PT.Victoria Care tidak mengolah limbah padat, melainkan akan diberikan kepada
pihak yang berwenang dan dipercaya serta telah bersertifikasi untuk mengolahlimbah
padat tersebutSedangkan untuk limbah cair akan diolah oleh IPAL(Instalasi Pengolahan
Air Limbah) yang berada di PT. Victoria Care itu sendiri.
Air limbah ini tidak akan langsung dibuang, melainkan akan diuji terlebih
dahuludengan 2 cara. Cara pertama yaitu setelah air limbah ini diolah kemudian
akandisiramkan pada tanaman. Selanjutnya tanaman akan dicek secara berkala apakahada
tanaman yang mati dan layu setelah pemberian air limbah ini. Cara keduayaitu akan
dialirkan ke kolam ikan lalu diperiksa kesehatan ikan tersebut secara berkala. Jika kedua
pengujian air limbah ini telah selesai, barulah air limbah akandibuang ke sungai.
Pengujian-pengujian ini perlu dilakukan agar tidak mencemarilingkungan dan
membahayakan masyarakat.

3.4. PT. SIDO MUNCUL


3.4.1. Sejarah
PT. Sido Muncul bermula dari sebuah industri rumah tangga pada tahun 1940, dikelola
oleh Ibu Rahkmat Sulistio di Yogyakarta, dan dibantu oleh tiga orang karyawan. Banyaknya
permintaan terhadap kemasan yang lebih praktis, mendorong beliau memproduksi jamu
dalam bentuk yang praktis (serbuk), seiring dengan kepindahan beliau ke Semarang , maka
pada tahun 1951 didirikan perusahan sederhana dengan nama Sido Muncul yang berarti
“Impian yang terwujud” dengan lokasi di Jl. Mlaten Trenggulun. Dengan produk pertama dan
andalan, Jamu Tolak Angin. Produk jamu buatan Ibu Rakhmat mulai mendapat tempat di hati
masyarakat sekitar dan permintaannya pun terus meningkat.
Dalam perkembangannya, pabrik yang terletak di Jl. Mlaten Trenggulun ternyata tidak
mampu lagi memenuhi kapasitas produksi yang besar akibat permintaan pasar yang terus
meningkat, maka di tahun 1984 pabrik dipindahkan ke Lingkungan Industri Kecil di Jl.
Kaligawe, Semarang. Akibat pasar yang terus bertambah, maka pabrik mulai dilengkapi
dengan mesin-mesin modern, demikian pula jumlah karyawannya ditambah sesuai dengan
kapasitas yang dibutuhkan, kini jumlah karyawannya sekitar 2000 orang lebih.
Untuk mengantisipasi kemajuan dimasa datang, perlu untuk membangun unit pabrik
yang lebih besar dan modern, maka di tahun 1997 diadakan peletakan batu pertama
pembangunan pabrik baru di Klepu, Ungaran oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke-10 dan
disaksikan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan saat itu, Drs. Wisnu Kaltim.
Pabrik baru yang berlokasi di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran, diresmikan oleh
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia waktu itu, dr. Achmad
Sujudi pada tanggal 11 November 2000. Saat peresmian pabrik, Sido Muncul sekaligus
menerima dua sertifikat yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat inilah yang
menjadikan PT. Sido Muncul sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar farmasi, karena
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan yaitu bangunan sesuai, dari lantai, atap dan
sebagainya. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektar, lahan
Agrowisata 1,5 hektar, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
Secara pasti PT. Sido Muncul bertekad untuk mengembangkan usaha di bidang jamu
yang benar dan baik. Tekad ini membuat perusahaan menjadi lebih berkonsentrasi dan
inovatif. Disamping itu diikuti dengan pemilihan serta penggunaan bahan baku yang benar,
baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitasnya akan menghasilkan jamu yang baik. Untuk
mewujudkan tekad tersebut, semua rencana pengeluaran produk baru selalu didahului oleh
studi literatur maupun penelitian yang intensif, menyangkut keamanan, khasiat maupun
sampling pasar. Untuk memberikan jaminan kualitas, setiap langkah produksi mulai dari
barang datang , hingga produk sampai ke pasaran, dilakukan dibawah pengawasan mutu yang
ketat.
Produk-produk PT. Sido Muncul antara lain: jamu tradisional, jamu komplit, permen,
minuman kesehatan, food suplement, dan jamu instan. Produk-produk yang dihasilkan
perusahaan jamu ini selalu laris manis di masyarakat. Lihat saja produk Kuku Bima, Kuku
Bima Energi dan Tolak Angin telah terbukti sebagai produk yang memiliki merek yang kuat
dengan diterimanya berbagai penghargaan dari tahun ke tahun yaitu Merek Terpopuler,
Indonesian Customer Satisfaction Index (ICSA), Indonesian Best Brand Award (IBBA),
Golden Best Brand Award, Platinum Best Brand Award, The Word of Mouth Marketing
(WOMM), Cakram Award, Marketing Award, The Indonesia Herbal Medicine Award, The
Indonesian Original Brands Apreciation, dan Indonesia Most Popular Brand In Social
Media, dan Indonesian Original Brand Apreciation. Saat ini PT. Sido Muncul dipimpin oleh
Bapak Irwan Hidayat sebagai direktur utama.

3.4.2. Profil
Alamat lengkap dari pabrik jamu PT. Sido Muncul yang penulis kunjungi adalah: Jl.
Soekarno Hatta Km 28 Kecamatan Bergas – Klepu, Semarang-Indonesia. Nomor Telepon
024 6580-559, 0298 523-515. Fax 024 6580-332, 0298 523-509.
Email simuncul@indosat.net.id. Dan juga alamat lengkap kantor pemasaran PT. Sido Muncul
yaitu, Jl. Cipete Raya No 81 Jakarta 12410, Indonesia. Nomor Telepon 021 765 3535 Fax 765
6522. Email marketing@Sido Muncul.com. Humas PT. Sido Muncul, Jln Cipete Raya No 81
Jakarta Selatan, Indonesia 12410. Website resmi yang dapat diakses www.SidoMuncul.com.

3.4.3. Visi dan Misi


Visi
Menjadi industri jamu yang dapat memberikan manfaat pada masyarakat dan
lingkungan.
Misi
a. Meningkatkan mutu pelayanan di bidang herbal tradisional.
b. Mengembangkan research/penelitian yang berhubungan dengan pengembangan
pengobatan dengan bahan-bahan alami.
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membina kesehatan
melalui pola hidup sehat, pemakaian bahan-bahan alami dan pengobatan secara
tradisional.
d. Ikut mendorong pemerintah/ instansi resmi agar lebih berperan dalam
pengembangan pengobatan tradisional.
3.4.4. Struktur Organisasi

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat untuk memahami prinsip CPOB serta
memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene
yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Bagan 1. Struktur organisasi

Beberapa Keterangan dari Bagan Struktur Organisasi:


a. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurus, baik
Perseroan maupun usaha Perseroan dan memberi nasihat kepada Direksi.
b. Direksi
Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk
kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya. Setiap anggota
Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan
tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
Anggaran dasar Perseroan.
c. Direktur Utama

Tugas dari Direktur Utama yaitu mengkoordinasi semua kegiatan yang


berhubungan dengan ketenagakerjaan dan membuat peraturan bagi karyawan.
d. Komite Audit

Komite Audit bertugas dan bertanggung jawab untuk:


1. Memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris mengenai laporan atau hal-
hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris dan
mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris.
2. Menelaah laporan keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan kepada publik.
e. Direktur Keuangan

Tugasnya yaitu mengkoordinasi semua kegiatan keuangan, merencanakan


anggaran perusahaan, membuat draf gaji dan menentukan kebijakan pengeluaran
dan pemasukan perusahaan.
f. Manajer Produksi

Manajer Produksi bertugas untuk membuat rencana produksi sesuai dengan target
pemasaran. Bekerjasama dengan Laboratorium dalam pelaksanaan proses
produksi.
g. Manajer R & D

Tugasnya yaitu melakukan penelitian dan pengembangan produk baru, mengawasi


pelaksanaan teknis dan kualitas produksi, menetapkan standar bahan baku dan
produk jadi, serta membuat laporan internal produksi.
h. Manajer Keuangan

Mengkoordinasi semua kegiatan dibagian keuangan, termasuk didalamnya


membuat anggaran, diposisi transaksi keuangan, membuat laporan realisasi
anggaran gaji, serta membuat laporan secara berkala untuk mengetahui
perkembangan usaha yang dijalankan.
i. Manajer Akuntansi

Tugasnya yaitu membuat laporan secara berkala untuk mengetahui perkembangan


usaha yang dijalankan, membantu kepala bagian administrasi dalam membuat
pembukuan baik dalam pembuatan faktur-faktur pembelian dan pemasaran
barang dari perusahaan lain.

3.4.5. Proses Produksi PT. Sido Muncul


Proses produksi jamu di PT. Sido Muncul ini yang pertama adalah penerimaan bahan
baku, lalu segera dicek oleh Tim Quality Control (QC) setelah terbukti memenuhi standar
penerimaan dan standar penggunaan kemudian bahan baku dimasukkan ke dalam gudang
penyimpanan bahan baku. Bahan baku yang akan dipakai diambil dari gudang penyimpanan
bahan baku kemudian disortasi, setelah disortasi kemudian bahan baku dicuci, dikeringkan,
digiling, baru kemudian dicampur (mixing). Kemudian di uapkan, di cetak, lalu dimasukkan
dalam wadah dan di beri label.
Pada proses pencampuran bahan penulis tidak diperkenankan untuk melihatnya
karena merupakan rahasia perusahaan. Sesudah proses pencampuran selesai kemudian
hasilnya dialirkan melalui pipa-pipa untuk dilakukan proses pengemasan primer (packaging
primer) menggunakan mesin dua line dan delapan line. Kemudian masuk ke proses
pengemasan sekunder (packaging sekunder), disini produk yang sudah jadi dicek kembali

Bagan 2. Proses Produksi

dengan cara uji sampel. Setelah selesai proses pengemasan sekunder kemudian produk siap
untuk didistribusikan.
3.4.6. Hasil Produksi
Hasil produksi dari PT. Sido Muncul terdapat berbagai macam tipe sediaan diantaranya:
No Nama produk Khasiat Gambar
1 Kuku Bima Memberi kekuatan dan
semangat baru. Menguatkan
pinggang/ginjal terutama
bagi mereka yang lemah dan
yang bekerja berat.

2 Tolak Angin Untuk mengobati masuk


angin dan perut kembung.

3 Tolak Angin Untuk meredakan penyakit


Flu flu

4 Tolak Angin Tolak Angin Herbal


Permen Peppermint lozenges, terbuat
dari bahan-bahan alami dan
madu, bermanfaat untuk
menghangatkan badan,
melegakan pernafasan dan
tenggorokan. Baik di saat
melakukan perjalanan jauh.
5 Pegel Linu Mengobati lelah, pegel linu,
Komplit nyeri pada otot-otot dan
tulang-tulang di seluruh
tubuh setelah bekerja,
berolah raga atau melakukan
perjalanan jauh/bepergian.

6 Kuku Bima Sebagai suplemen yang


Ener-G bermanfaat untuk membantu
memulihkan stamina dan
menyegarkan tubuh `
7 untuk menjaga kehalusan
Kunyit Asam kulit, menghilangkan bau
Fiber mulut dan bau badan serta
baik untuk pencernaan.

8 Jahe Wangi untuk menghilangkan rasa


sakit/nyeri dan gejala-gejala
yang berhubungan dengan
rematik.

9 ESTE-EMJE Rasanya enak dan


Ginseng menyegarkan. Sangat
dianjurkan diminum rutin
untuk menjaga stamina dan
kesehatan
10 Anak Sehat untuk membantu
meningkatkan nafsu makan,
dan daya tahan tubuh anak
agar menjadi kuat dan
tumbuh sehat.

Tabel 2. Hasil Produksi

3.4.7. Kegiatan kunjungan industri PT. SIDO MUNCUL


Saat kunjungan di PT. Sido Muncul Semarang, dimulai dari gudang bahan baku yang
terdiri dari simplisia (kering) dan non simplisia. Pada simplisia kering terdapat 160 macam
simplisia ada akar, batang, daun, buah, biji simplisia-simplisia tersebut datang dari Dieng,
Wonosobo, Solo dan lain sebagainya. Proses penyimpanan dilakukan digudang penyimpanan.
Persediaan bahan baku dengan sistem FIFO (First In First Out) , masuk pertama keluar
pertama. Hal ini dilakukan agar tidak ada bahan baku yang menumpuk atau tersimpan terlalu
lama yang berakibat pada rusaknya bahan baku. Sebelum bahan baku diterima untuk proses
selanjutnya, terlebih dahulu sampel dari bahan baku tersebut di teliti oleh tim QC (Quality
Control), mempunyai tiga tugas utama adapun tugas utama dari tim QC (Quality Control)
adalah:
a. Mengecek tentang kebenaran bahan baku
Dalam hal ini tim QC (Quality Control) mengecek, apakah bahan baku yang
datang sudah sesuai pesanan.
b. Mengecek tentang kebersihan bahan baku
Bersih disini bukan hanya bersih dari kotoran-kotaran yang terlihat oleh mata
(tanah, lumpur, kerikil, plastik), tetapi yang terpenting adalah bersih dari bakteri-
bakteri yang sifatnya merugikan.
c. Mengecek kadar air bahan baku
Bahan baku tersebut kadar airnya tidak boleh lebih dari 10%. Apabila lebih dari
10%, maka kandungan zat aktif dalam bahan baku akan sedikit. Misalnya kunyit,
jika banyak kandungan air maka warna kuning pada olahan sedikit berkurang.
Bahan baku disimpan dalam gudang penyimpanan. Persediaan bahan baku
dengan sistem FIFO (First In First Out) atau masuk pertama keluar pertama, agar
tidak ada bahan baku yang menumpuk atau tersimpan terlalu lama dan mengakibatkan
rusaknya bahan baku. Simplisia yang akan dipakai disimpan dalam karung yang
dialasi dengan ampal tujuannya agar bahan baku dalam karung tidak terjadi
kelembaban dan ada juga bahan baku yang diletakkan pada rak bersusun.
Dalam ruang penyimpanan bahan baku harus memenuhi syarat :
a. Bahan masuk benar
b. Bahan baku harus bersih
c. Bahan baku harus disimpan dalam bentuk kering
Dalam pengendalian kualitas bahan baku yang dilakukan ialah :
a. Pemisahan kotoran (penyortiran)
b. Pemotongan, guna mempermudah proses penghalusan
c. Pencucian kembali untuk memastikan bahan benar-benar bersih
d. Dikeringkan menggunakan oven
e. Penyortiran bahan kering, bahan yang berkualitaslah yang dipilih
f. Masuk dalam pengamatan tim pengendali mutu, guna memastikan sudahkah
bahan baku memenuhi standar
Pada gudang ini menggunakan lantai biasa bukan keramik agar jika
dibersihkan akan lebih mudah karena lantai biasa tidak ada sekat seperti keramik.
Setiap dua jam sekali ruang gudang bahan baku di ukur kelembabanya menggunakan
alat pengatur suhu yang di cek secara berkala guna mempertahankan suhu agar tetap
konstan. Pada gudang bahan baku para karyawan melakukan pencucian bahan dengan
mesin, sortasi atau memisahkan bahan dari kotoran, melakukan pengeringan dengan
oven, masuk pada QC (Quality Control) untuk menguji kadar air, lalu dikemas dengan
karung. Disana juga terdapat ruang administrasi untuk pencatatan keluar masuknya
bahan baku.
Bahan baku non simplisia atau bahan baku jadi diantaranya ada gula pasir,
susu, krim dan sebagainya. Bahan tersebut diambil sampel untuk diuji kelayakannya,
ketika lolos akan masuk ke gudang berikutnya untuk diproses lebih lanjut. Pada
proses pencampuran bahan penulis tidak diperkenankan untuk melihatnya karena
merupakan rahasia perusahaan.
Sesudah proses pencampuran selesai kemudian hasilnya dialirkan melalui
pipa-pipa untuk dilakukan proses pengemasan primer (packaging primer)
menggunakan mesin dua line dan delapan line, proses pengemasan primer adalah
mengemas jamu pertama kali per sachet, satu jam menghasilkan 300 sachet sediaan
contohnya Beras Kencur, ESTE-EMJE dan sebagainya. Kemudian masuk ke proses
pengemasan sekunder (packaging sekunder), yaitu mengemas secara langsung secara
manual dengan cara memasukan kedalam toples atau dus dari sediaan masing-masing,
isi dari satu dus lima sachet kecuali sediaan anak sehat sebelas sachet, disini produk
yang sudah jadi dicek kembali dengan mengambil sampel secara random yaitu
meneliti dalam setiap pengemasan karyawan pada bagian ini meggunakan topi
berwarna putih untuk menandakan bahwa karyawan tersebut adalah bagian
pengecekan atau penelitian setiap kemasan dalam dus atau toples. Setelah selesai
proses pengemasan sekunder kemudian produk siap untuk didistribusikan.
Ruang laboratorium dalam PT. Sido Muncul sangat banyak. Laboratorium
ISO17025 produk yang dihasilkan adalah produk yang aman, berkhasiat, rasa dan
aroma khas dan seterusnya. Pada laboratorium di lantai dua terdapat:
a. Laboratorium Formulasi yaitu membuat formulasi dalam suatu produk
b. Laboratorium Produksi yaitu percobaan untuk resep baru dengan sedikit produksi
dalam skala kecil yang bertujuan untuk mengantisipasi kerugian dalam skala yang
besar
c. Laboratorium Mikrobiologi yaitu untuk menerima sampel dari sediaan untuk
menganalisis adanya bakteri
d. Laboratorium Instrumentasi yaitu untuk mengetahui adanya logam berat,
pestisida, dan mengetahui kandungan minyak atsiri
e. Laboratorium kimia yaitu untuk mengetahui zat yang terkandung dalam bahan
baku.Yang dilengkapi peralatan HPLC ( High Pressure Liquid
Chromatography ), GC ( Gas Chromatography ) dan TLC Scanner ( Thin Layer
Chromatography )
f. Laboratorium Uji Stabilitas yaitu dengan alat bernama Climatic Chamber
digunakan untuk mengetahui kestabilan produk, dianalisa secara berkala,
kemudian digunakan untuk menetapkan kadaluarsa produk. Biasanya produk
mampu bertahan dalam 14 – 18 bulan.
g. Laboratorium Farmakologi yaitu digunakan untuk menguji produk apakah ada
efek samping dan penentuan dosis yang sesuai pada hewan percobaan seperti
mencit.
Pada lantai dua selain ruang laboratorium juga terdapat perpustakaan yang
bertujuan untuk referensi para peneliti. Disana juga terdapat almari yang didalamnya
banyak kenang-kenangan atau hadiah dari pengunjung misal plakat dan sebagainya.
Ruang contoh tertinggal atau arsip sebagai sampel. Ruang tersebut digunakan
untuk menyimpan sampel produksi yang akan di cek kesetabilanya dengan selang waktu
3 bulan sekali. Sehingga jika ada saran atau kritik dari konsumen pihak industri dapat
meneliti kembali hasil produksinya tersebut melalui sampel sesuai dengan kode
produksinya. Sampel produk disimpan dengan baik, sampel dapat disimpan sampai satu
tahun setelah masa kadaluarsa (ED) dan kemudian sampel dimusnahkan dan bibakar
dengan mesin.
Dalam pembuatan tolak angin cair dilantai dua, pengunjung tidak diperkenankan
masuk untuk melihat pengolahan dan pencampuran bahan baku hal ini merupakan
rahasia sebuah perusahaan. Kemudian produk tolak angin dilakukan pengecekan oleh tim
QC (Quality Control) dilantai bawah, jika sudah sesuai standar yang ditentukan di
lakukan pengemasan sekunder.
Dalam ruang produksi kuku bima energi juga dilakukan produksi primer dan
produki sekunder, satu paketnya terdapat 60 sachet, rasa anggur 80% dan ada 8 (delapan)
varian rasa. Di ruang produksi kuku bima penulis juga tidak diperkenankan masuk sama
seperti ruang produksi tolak angin. Pegawai yang masuk pada ruang produksi semuanya
harus steril. Pada tanggal 23 November 2007 di Semarang produk kuku bima energi
diresmikan oleh Mbah Maridjan.
Limbah cair dan padat dari produk yang dihasilkan PT. Sido Muncul, jika
dibuang aman, akan tetapi pabrik ini mengolah limbah sendiri agar bermanfaat. Pada
limbah cair yang berasal dari pencucian jahe, alang-alang dan bahan baku lainnya, air
tersebut akan dijernihkan digunakan sebagai penyiraman tanaman atau air hidran dan
dimanfaatkan sebagai pemadam kebakaran. Sedangkan pada limbah padat, organik yang
berasal dari ampas jamu atau ekstrak yang mengandung mikroba untuk kesuburan
tanaman yaitu dibuat pupuk organik, herbavan satu liter, dan nutrisi ternak untuk ayam
dan ikan, limbah padat anorganik diantaranya sampah plastik misal untuk produk
kadaluarsa langsung dimusnahkan pada mesin insalator yang bersuhu 8000C -10000C.

Komitmen dari produk Sido Muncul adalah aman, sedangkan kekuatan dari Sido
Muncul adalah produk yang berkualitas. Dalam distribusi produk Sido Muncul dilakukan
oleh PT. Muncul Mekar dan transportasi yang digunakan dinamakan Muncul Armada.
Pemasaran produk baru dipromosikan melalui iklan atau juga bisa berkunjung langsung
ke PT. Sido Muncul. Pada waktu akhir kunjungan penulis menikmati jamu produk Sido
Muncul dan berdiskusi juga tanya jawab dengan Ketua Humas dari Pt. Sido Muncul di
aula yang asri di kawasan agrowisata. Sedangkan Cara untuk mempertahankan produksi
dari PT. Sido Muncul antara lain :

a. Ancaman (Threats)
Ancaman yang datang dari dalam, yaitu seperti: dari karyawan yang biasanya
melakukan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang dapat
merugikan seperti, dari Perusahaan yang memproduksi produk yang sama.
b. Kekuatan (Strengths)
PT. Sido Muncul Tbk menggunakan bahan yang berkualitas dan juga dengan fasilitas
produksi yang bagus.
c. Peluang (Opportunity)
Adanya peluang bagi PT. Sido Muncul Tbk untuk membuat produk yang banyak
peluangnya di pasaran.
d. Kelemahan (Weakness)
Produksi industri yang lain banyak yang meniru dari PT. Sido Muncul Tbk yang akan
menjadi ancaman dan pada saat pengolahan limbah tidak di perlihatkan
prosesnya.
Keberadaan agrowisata PT. Sido Muncul bertujuan untuk mengoleksi tanaman
obat, terutama diprioritaskan pada tanaman – tanaman langka atau yang hampir punah.
Sebagian besar koleksinya terdiri dari tanaman untuk bahan jamu yang dipergunakan
oleh para industri dan lainnya masih dieksplorasi dari alam.
Pada tahun 1999 dirintis pembukaan kawasan khusus untuk lokasi koleksi
tanaman obat yang akhirnya didesain agar lebih menarik untuk dilihat dan dikunjungi.
Secara resmi tempat tersebut dijadikan obyek agrowisata khusus koleksi tanaman obat
yang dirancang terpadu, antara koleksi tanaman obat dengan desain tanaman serta
infrastruktur lainnya.
Lokasi agrowisata tanaman obat PT. Sido Muncul berlokasi dikawasan pabrik
jamu PT. Sido Muncul , Jl. Soekarno hatta, desa Diwak, kecamatan Bergas, Kabupaten
Semarang, jawa Tengah. Menempati lahan seluas 1,5 hektar, ketinggian tempat 440
meter dari permukaan laut. Sarana dan prasarana :
a. Koleksi tanaman obat sejumlah kurang lebih 400 spesies , termasuk tanaman
introduksi yang di datangkan dari luar negeri, antara lain : Echinacea Purpurea,
Tribulus Terrestris, Mintha piperita, Sybilum Marianum dan jamur Ganoderma
Lucidum.
b. Jalan yang bisa dilalui mobil untuk berkeliling lokasi
c. Aula berupa gazebo
d. Kolam ikan danau buatan
e. Kebun bibit dan tempat penjualan bibit tanaman obat
Agrowisata PT. Sido Muncul Tbk memiliki tiga 3 buah misi, yaitu :

a. Misi Ilmiah

Merupakan tempat koleksi tanaman hidup yang diambil dari berbagai tempat,
yang bisa diindikasikan sebagai tanaman obat, terutama tanaman langka sebagai
tanaman stok/ plasma nutfah, yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan sebagai
bahan penelitian lebih lanjut, baik untuk penelitian budidaya/ pengembangan atau
penelitian khasiat sebagai bahan baku jamu baru. Penelitian selain dilakukan oleh
team R&D. PT. Sido Muncul Tbk juga melibatkan atau bisa dilakukan oleh
institusi lain terutama para pelajar dan mahasiswa.

b. Misi Sosial

Agrowisata dibuka untuk umum, siapa saja bisa datang berkunjung, terutama
yang peduli terhadap keanekaragaman hayati alam Indonesia. Agrowisata bisa
memberikan wawasan dan pengetahuan baru kepada masyarakat, terutama
tentang tanaman obat baik mengenai cara budidaya maupun fungsi dan
khasiatnya bagi kesehatan manusia.

c. Misi Ekonomi

Agrowisata sebagai Plasma Nutfah/ Stok tanaman hidup yang bisa dikembangkan
untuk tanaman baru sebanyak-banyaknya di tempat lain. Hasil perbanyakan
tanaman yang berupa bibit atau benih dikembangkan seluas-luasnya di tempat
lain dan hasilnya digunakan sebagai bahan baku industri jamu atau komoditas
tanaman perdagangan.

3.5. MERAPI FARMA HERBAL


Merapi Farma Herbal adalah salah satu kawasan wisata belanja yang berusaha ikut
berperan dalam melestarikan kekayaan budaya bangsa dengan mengembangkan tanaman
obat tradisional, dan obat tradisional. Merapi Farma Herbal berdiri pada tahun 1999, dan
pemiliknya bernama Sidik Raharjo. Merapi Farma Herbal terletak di Jl. Kaliurang Km
21,5 Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Penggunaan obat tradisional dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat semakin
meningkat. Penggunaan tanaman obat yang dikenal sebagai obat tradisional merupakan
salah satu jawaban untuk mengatasi masalah masyarakat dalam hal pemenuhan
kebutuhan kesehatan, karena obat tradisional lebih murah, mudah diperoleh, dan efek
sampik relative kecil. Selain itu, adanya tren masyarakat yang menggunakan bahan-
bahan alami maupun gerakan back to nature, yang menyadari efek samping dari obat
kimia, mendorong masyarakat untuk menggunakan obat tradisional.
Merapi Farma Herbal memiliki kebun koleksi yang didalamnya terdapat berbagai
macam tanaman obat. Terdapat lebih dari 200 jenis tanaman obat. Luas kebun tanaman
obat tersebut adalah 6m x 25m. Saat menyusuri kebun koleksi yang tertata rapi di
Merapi Farma Herbal, pengunjung dapat mengenali setiap jenis tanaman dengan mudah,
karena setiap tanaman di pot sudah diberi keterangan nama, berikut bagian dari tanaman
yang diambil sebagai bahan jamu.

Tidak semua tanaman yang ada dapat dimanfaatkan sebagai obat langsung. Adapula
jenis tanaman yang berfungsi sebagai obat luar. Misalnya tanaman Mindi yang
berfungsi sebagai pestisida alami bagi tanaman.
Selain untuk pemakaian sendiri, berbagai jenis tanaman obat juga ditanam dalam
berbagai ukuran polibag untuk memudahkan konsumen yang ingin mengoleksi tanaman
obat.
Berikut adalah sebagian tanaman obat yang ada di kebun koleksi Merapi Farma
Herbal: adas , jahe merah, asam jawa, jarak wulung, air mancur, dadap serep, daruju,
daun dewa, daun duduk, daun encok, daun madu, daun pedas, daun perak, daun sendok,
daun wungu, dewandaru, digitalis, dlingo, mahkota dewa, mandokaki, mangkokan,
melati, mengkudu, meniran, menta arvensis, mentha peperita, mimba, mindi, mrico
perdu, mungsi arab, murbei, olix, orang – aring, orok-orok hutan, otot – ototan, sosor
bebek, sri gading, stevia, strobery, sumba keling, tempuyung, temu giring, temu ireng,
temu lawak, temu mangga, temu putih, tolod, trembesi, tribulus, turi.
Obat tradisional dapat diperoleh diindustri jamu atau dengan membuat sendiri
secara sederhana. Namun untuk membuat obat tradisional memerlukan pengetahuan dan
pengalaman yang lebih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengenalan pemanfaatan
tanaman obat serta sesuai dengan visi dan misi untuk mengembangkan dan
menyebarluaskan pengetahuan tentang tanaman obat kepada masyarakat luas kan
kekayaan hayati yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Selain kebun koleksi , di Merapi Farma Herbal terdapat outlet yang khusus
menjual jamu godhog. Outlet jamu berada di bagian depan Merapi Farma Herbal.
Luas outlet tersebut adalah 8m x 13m.Di outlet jamu Merapi Farma Herbal,
konsumen data mencicipi jamu godhog yang terbuat atau diracik dari beberapa jenis
herbal yang berupa rajangan tanaman obat, yang diolah melalui beberapa proses secara
bersih untuk mendapatkan produk bermutu.

Saat kunjungan di kami diperkenalkan tanaman obat yang ada di Merapi Farma
Herbal beserta manfaatnya dan diajarkan membuat Olahan dari Jahe Cristal yang
bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, masuk angin dan menghangatkan
badan. Bahan-bahannya yaitu:

No Nama Bahan Ukuran


1 Jahe basah 1500 g
2 Gula putih 1500 g
3 Sere bumbu 2 batang
4 Kayu manis 20 gr
5 Garam Secukupnya
6 Air 600 cc
Tabel 3. Bahan olahan jahe cristal

Cara Pembuatannya:

1. Jahe basah di lembutkan (ditumbuk) kemudian dicampur air, lalu diperas

2. Biarkan mengendap kurang lebih 30 menit s/d 2 jam.

3. Setelah mengendap ambil sari jahenya dengan meninggalkan patinya, lalu dituangkan
kedalam wajan (alat memasak) kemudian dimasak.

4. Masukan kayu manis dan serenya, setelah mendidih masukan gula putih.

5. Terus diaduk da dimasak sampai mengkristal.

6. Setelah mengkrital diangkat dan siap untuk digunakan.

Cara penggunaan:

Ambil 20 gr jahe wangi, cairkan dengan 150 cc air.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

4.2.1 Lapangan Industri

1. Sebaiknya jika ada kunjungan lagi dari sekolah-sekolah atau dari kampus-kampus
yang lain agar kiranya dapat memberikan informasi mengenai cara pembuatan
produk-produk dengan cara memperlihatkan cara pembuatannya setidaknya dalam
vidio yang jelas.

2. Lebih ditingkatkan produk-produk baru dalam Negeri agar masyarakat terjamin


dalam hal kesehatan yang bermutu.

4.2.2 Intitusi

1. Sebaiknya Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) agar waktu kunjungan ke


industri – industri di perpanjang agar mahasiswa mendapat pengetahuan yang
lebih dan tidak kualahan di perjalanan menuju industri-industri yang selanjutnya

2. Lebih ditingkatkan lagi ketelitian dalam pemilihan waktu keberangkatan Praktek


Kerja Lapangan Lapangan Industri (PKLI) agar tidak lagi menunda-nunda waktu
keberangkatan.
DAFTAR PUSTAKA

7 Pilar. 2011. Water Treatment. Available online at: http://filter-penjernih-air.7pilar.net/


[diakses tanggal 29 Januari 2013].

Anonim, 2009. Pengenalan Peralatan Laboratorium Biologi. Available online at:


http://belindch.wordpress.com/ [diakses tanggal 26 Januari 2013].

Arthur D. Little. 2000. Overview of Energy Flow for Industries in Standard Industrial
Classifications 20–39, December, 2000.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Jakarta.

Berlow, L.H., How vaccine is made. Tersedia di : http://www.madehow.com/Volume-


2/Vaccine.html. Diakses pada Januari 2013.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pengelolaan Vaksin. Dirjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta.

Elfira, R. 2009. Laporan Kerja Praktek Profesi Farmasi Industri di PT. Pradja
Pharin.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14428/1/09E02316.pdf.

Maward, Teuku dan Tanti Yohanita. 2009. Air Handling Unit. Universitas Sumatra Utara.
www.repository.usu.ac.idbitstream123456789222031 Appendix.pdf. [Diakses Tanggal
28 Januari 2013]

Priyambodo B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.

WHO. 2005. WHO Good Manufacturing Practices: water for pharmaceutical use.
LAMPIRAN

Lampiran 1

Kunjungan ke Pabrik LAFI PUSKESAD (Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan


Darat)
Lampiran 2

Kunjungan ke Pabrik Biofarma


Lampiran 3

Kunjungan ke Pabrik Victoria Care Indonesia


Lampiran 4

Kunjungan ke Pabrik Sido Muncul


Lampiran 5

Kunjungan ke Pabrik Merapi Herbal

Anda mungkin juga menyukai