DI LAFI AD, PT. BIOFARMA, PT. VICTORIA ACNE, PT. SIDOMUNCUL, MERAPI
FARMA HERBAL
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Moh. Rizky Wartabone (1603001) Sindi Dilapanga (1603041)
MANADO
2019
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa selesainya laporan PKL ini
tidak terlepas dari dukungan, semangat serta bimbingan dari berbahagai pihak baik bersifat
moril maupun materi. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara
lain kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu
penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Benar (CPOB) .................................. 4
BAB IV PENUTUP
Gambar 2. Salah satu produk Bio Farma Serum Golongan Darah ............................... 25
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri farmasi merupakan penentu dalam ketersediaan obat di mana industri farmasi
berperan dalam memproduksi, dan mendistribusikan obat untuk dapat memenuhi kebutuhan
pasar dan masyarakat. Dalam memproduksi suatu obat, setiap industri farmasi harus dapat
memenuhi Cara pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan
produk yang bermutu. Perkembangan yang sangat pesat dan teknologi farmasi dewasa ini
mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan
CPOB. Produk yang bermutu tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk akhir
saja, melainkan setiap komponen yang berhubungan dengan proses produksi, mulai dari
penyiapan bahan baku, bahan kemas, proses pembuatan, pengemasan, termasuk bangunan
dan personil harus mengikuti Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB merupakan pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang
bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat secara konsisten dapat memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunanya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Aspek-aspek yang berpengaruh dalam CPOB antara lain
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan
mutu, dokumentasi dan inspeksi diri yang meliputi penanganan keluhan terhadap obat,
penarikan kembali obat, dan obat kembalian. Oleh karena itu, industri farmasi bertanggung
jawab untuk menyediakan personil yang berkualitas dan terkualifikasi antara lain penyediaan
apoteker yang cakap, terlatih, bertanggung jawab, dan mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik dan benar.
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mempelajari aspek-aspek CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik) dalam produsi sediaan farmasi
2. Mahasiswa mampu mempelajari bangunan, tata ruang, saran dan prasarana yang
tersedia di industri farmasi
3. Mahasiswa mampu mempelajari peran, tugas farmasis dalam proses produksi
sediaan farmasi.
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aspek-aspek CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik) dalam produsi sediaan farmasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bangunan, tata ruang, saran dan
prasarana yang tersedia di industri farmasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami peran, tugas farmasis dalam
proses produksi sediaan farmasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Farmasi
d. Memiliki secara tepat paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia
masing-masing sebagai penanghung jawab pemastian mutu, produksi, dan
pengawasan mutu: dan
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasiaan.
Dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf
b, bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Izin Usaha Industri Farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan wewenang
pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi
tersebut berproduksi, sedangkan untuk industri farmasi Penanaman Modal Asing (PMA)
masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. I tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya.
a. Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan
usaha tanpa memiliki izin.
d. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak memenuhi
persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau
langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat
jadi, yang diproduksi dengan menerapkan "Good Manufacturing Practices" dalam seluruh
aspek dan rangkaian kegiatan produksi, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat essensial untuk menjamin
bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak
dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau
memelihara kesehatan.
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,
tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut (built
in quality). Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi,
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.
CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat
yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat dilakukan
penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap
dicapai.
Saat ini industri obat diwajibkan untuk melaksanakan produksi sesuai aturan CPOB
edisi 2006. Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi: manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi
diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan
produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta
kualifikasi dan validasi. Berikut ini dijelaskan mengenai masing-masing aspek yang diatur
dalam CPOB edisi 2006.
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau
tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
“Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain
secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya
b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. CPOB adalah bagian dari
pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten
untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan
dalam izin edar dan spesifikasi produk.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar, oleh sebab itu, industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip
CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai
higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan
dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas
tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB, tidak ada yang
terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian
tugas.
Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu
dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh
personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang
lain.
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi,
dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahan lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat
terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan.
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan
sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang
diatur dalam pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan, peralatan.
Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk cukup
efektif dan selalu memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang
berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai
dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu tidak terbatas
pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait
dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal
yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.
Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian pengawasan mutu. Bagian
ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang
dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa
laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan
pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan.
Tujuan Inspeksi Diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek poduksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program Inspeksi Diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila
menggunakan auditor luar yang independen. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara rutin
dan disamping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat
jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan. Prosedur dan Catatan Inspeksi Diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat
program tindak lanjut yang efektif.
Pada aspek–aspek Inspeksi Diri hendaklah dibuat daftar periksa Inspeksi Diri yang
menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa Inspeksi Diri ini
hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi personalia,
bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan
bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan selama
proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan
revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi,
penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan
perbaikan.
Inspeksi Diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik, namun
Inspeksi Diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal satu
kali dalam setahun. Frekuensi Inspeksi Diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap Inspeksi
Diri. Penyelenggaraan Audit Mutu berguna sebagai pelengkap Inspeksi Diri.
Audit Mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit Mutu umumnya dilaksanakan
oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit Mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima
kontrak.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk
Kembalian
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek samping
yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah
diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan
dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan
kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu
atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang
merugikan kesehatan. Penarikan produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau
penghentian pembuatan obat tersebut.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke
pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah keabsahan atau sebab lain
mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan
keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang bersangkutan.
2.2.10 Dokumentasi
Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan
penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi pembuatan dan atau analisis
obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan untuk
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk perubahan dalam pengaturan teknis
atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk yang bersangkutan.
Kontrak hendaklah mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima
kontrak. Pelulusan akhir dalam analisis berdasarkan kontrak harus diberikan oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) pemberi kontrak.
Laporan harus dibuat mengacu pada Protokol Kualifikasi dan/atau Protokol Validasi dan
memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi,
kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan
dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.
a) Kualifikasi Desain
b) Kualifikasi Instalasi
c) Kualifikasi Operasional
d) Kualifikasi Kinerja
a) Validasi Proses
b) Validasi Pembersihan
c) Validasi Ulang
PEMBAHASAN
3.1.1. Sejarah
Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) berasal dari MSL
(Militaire Scheikundig Laboratorium). Lembaga ini berfungsi sebagai tempat pemeriksaan
obat-obatan bagi kebutuhan tentara Belanda.
Pada tanggal 23 Januari 1950 dibentuk panitia pengalihan, sehingga pada tanggal 1 Juni
1950 dilakukan serah terima dari MSL kepada TNI AD yang menjadi dasar dalam penetapan
hari jadi Lafl Ditkesad melalui SK No.Skep 23/1/1997 tanggal 31 Januari 1997. Setelah serah
terima pada tanggal 1 Juni 1950 MSL terbagi menjadi dua :
b. Depot Obat Tentara Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat Angkatan
Darat (DOAD).
b. Depot Obat Angkatan Darat (DOAD) berkembang menjadi Depot Alat Peralatan
Kesehatan (Dopalkes) dan berakhir menjadi Depot Pusat Perbekalan Kesehatan
(Dopusbekkes) Jankesad
Selanjutnya tahun 1985 antara Lafl Jankesad dan Dopusbekkes Jankesad disatukan
kembali menjadi Lafi Ditkesad hingga 31 Maret 2005 dan mulai 1 April 2005 dipisah lagi
menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat ll Ditkesad.
3.1.2. Visi, Misi serta Tujuan
Visi Lafi Ditkesad adalah menjadi salah satu lembaga produksi yang mampu memenuhi
kebutuhan obat bermutu dan aman bagi prajurit, PNS TNI AD dan keluarganya.
1. Memberikan jasa infomasi yang terbaik terhadap penggunaan obat (Rational Use
of Drugs).
3. Terlibat secara aktif dalam fungsi dukungan kesehatan pada penggunaan kekuatan
untuk prajurit tugas operasional.
1. Terwujudnya kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS AD sehingga selalu siap
tugas serta keluarganya sehat terayomi.
Ditkesad mempunyai tugas pokok dalam memberikan pelayanan kesehatan dan dukungan
kesehatan untuk kepentingan TNI AD, PNS dan keluarganya. Sebagai industri famrasi, Lafi
Ditkesad dituntut untuk menghasilkan obat jadi yang bermutu tinggi, aman dan berkhasiat,
meskipun obat-obat tersebut untuk kebutuhan TNI AD dan tidak untuk dipasarkan sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.
Untuk menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan, dalam proses produksinya Lafi
Ditkesad selalu mengacu pada CPOB. Sertifikasi dilakukan oleh BPOM dan merupakan
pengakuan BPOM kepada industri farmasi yang menjalankan prinsip CPOB yang telah
diterapkan.
Obat obat yang diproduksi Lafi Ditkesad adalah berdasarkan pertimbangan “make or
buy” diproduksi di Lafi Ditkesad bila secara ekonomis menguntungkan. Pembelian obat
dilaksanakan bila biaya pembelian lebih murah dari pada biaya produksi. Obat yang
diproduksi Lafi Ditkesad merupakan “me too product” yaitu dengan mencontoh sediaan yang
telah beredar di pasaran. Obat yang diproduksi tidak didaftarkan ke Depkes RI karena hanya
digunakan di lingkungan intern TNI Angkatan Darat.
a. Personalia
Sumber daya manusia atau personil Lafi Ditkesad berdasarkan statusnya terdiri
dari militer dan PNS. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas personilnya maka
Lafi Ditkesad memberikan kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan keahlian,
CPOB dan pertemuan ilmiah lainnya. Pengadaan personil sipil Lafi Ditkesad diterima
melalui tes penerimaan PNS yang dilaksanakan secara terpusat di Angkatan Darat.
Dalam hal ini Lafi Ditkesad hanya berhak mengajukan jumlah dan kualifikasi personil
yang dibutuhkan. Instalasi produksi dan instalasi pengawasan mutu dipimpin oleh
Apoteker yang berlainan, yang tidak saling membawahi. Hal ini telah sesuai dengan
persyaratan CPOB.
b. Sanitasi dan Higiene
Sanitasi dan higiene di Lafi Ditkesad telah diupayakan untuk dapat terus
ditingkatkan sesuai prinsip CPOB. Hal ini dilakukan antara lain dengan jalan
memelihara kebersihan ruangan, peralatan sebelum dan sesudah proses produksi.
Setiap personil yang bekerja di bagian produksi terutama beta laktam harus dalam
keadaan sehat dan setelah proses produksi selesai diwajibkan untuk mandi guna
menghindari terjadinya kontaminasi dari personil ke produk atau sebaliknya.
c. Bangunan
Gedung produksi Lafi Ditkesad terdiri dari gedung produksi beta laktam dan non
beta laktam. Sarana dan prasarana unit produksi non betalaktam sedang dalam tahap
pengembangan sehingga belum sepenuhnya memenuhi persyaratan CPOB. Lafi
Ditkesad sedang merencanakan pembangunan gedung untuk produksi obat golongan
Sefalosporin yang terpisah dari kedua gedung produksi lainnya. Lokasi bangunan
produksi dibuat lebih tinggi dibandingkan dengan jalan dan dilengkapi dengan saluran
pembuangan air untuk mencegah pengaruh banjir (masuknya air ke dalam gedung
produksi). Menurut CPOB, obat yang mengandung Penisilin hendaknya diproduksi
dalam suatu bangunan terpisah yang dilengkapi peralatan pengendali udara khusus
untuk produksi tersebut. Lafi Ditkesad melakukan hal yang serupa yaitu gedung
sediaan beta laktam dan non beta laktam dibuat terpisah yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang, reaksi alergi dan resistensi mikroba di
lingkungan sekitar.
Ruangan-ruangan yang ada dalam gedung produksi Lafi Ditkesad telah dipisahkan
sesuai dengan CPOB. Gedung produksi non beta laktam telah memiliki spesifikasi
kelas mangan seperti kelas D. Gedung produksi beta laktam memiliki klasifikasi kelas
mangan mulai dari kelas A hingga D. Ruangan produksi juga dilengkapi dengan
sistem pengaturan udara (Air Handling System).
Perbedaan tekanan terjadi diantara koridor kelas D dengan ruang unit proses. Hal
ini dapat dibuktikan dengan menggunakan alat pengukur beda tekanan yaitu
anemometer Magnehelic. Tekanan udara di koridor dibuat lebih positif dibandingkan
dengan ruang unit proses agar partikel-partikel obat dari ruang unit proses tidak
mencemari ruang lain dan koridor. Perbedaan tekanan juga dapat di lihat antara ruang
produksi dengan ruang antara. Tekanan ruang antara dibuat minimal sama besar
dengan koridor kelas D gedung non beta lactam, sedangkan untuk gedung beta laktam
tekanan ruang antara dibuat lebih negatif dibandingkan ruang produksi agar debu-
debu dari ruang produksi tidak keluar tanpa pengolahan terlebih dulu. Perbedaan
tekanan ini tergantung dari kegiatan produksi di ruang produksi. Jika produksi
menghasilkan banyak debu, tekanan ruang produksi dibuat lebih negatif dari koridor.
Untuk mengurangi kemungkinan masuknya kontaminan kelas D ke ruang kelas B
beta laktam maka grill outlet disimpan di dekat pintu kelas D dalam ruang antara. Lafi
Ditkesad memiliki gedung produksi beta laktam yang telah memenuhi standar CPOB
baik mangan maupun mesin-mesin dan peralatan pendukung produksi. Ruang kelas A
beta laktam berupa cubicle yang diletakkan di ruang kelas B beta laktam.
Limbah cair yang dihasilkan oleh beta laktam maupun non beta laktam telah
diolah dengan baik di bawah pengawasan instalasi pemeliharaan sesuai dengan
CPOB.
d. Peralatan
Peralatan yang digunakan telah memiliki rancang bangun dan konstruksi yang
tepat serta pemasangan dan penempatan yang benar. Di setiap peralatan telah
dilengkapi dengan nomor identitas dan protap cara penggunaan alat. Tiap tuang unit
proses hanya terdapat satu peralatan. Peralatan yang telah selesai digunakan langsung
dibersihkan sesuai dengan protap pembersihan alat.
e. Produksi
Pelaksanaan produksi telah mengikuti protap yang berisi prosedur pengolahan dan
pengemasan induk yang disertai pemeriksaan dan pengawasan mutu dimulai dari
penyediaan bahan baku, tahap produksi, tahap pengemasan sampai obat siap
didistribusikan. Setiap produk yang akan diproduksi telah memiliki Catatan
Pengolahan dan Pengemasan Bets tersendiri sehingga produk yang dihasilkan
diharapkan dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Setiap personil yang
terlibat dalam proses produksi telah menyadari akan pentingnya mengikuti petunjuk
Catatan Pengolahan dan Pengemasan Bets. Penerapan kedisiplinan setiap personil
produksi untuk mencatat semua kegiatan selama proses produksi berlangsung pada
Catatan Pengolahan dan Pengemasan Bets sangat diperlukan karena merupakan
bagian dari tugas dan tanggung jawabnya.
Dalam tiap alur produksi terdapat parameter kritis yang harus diperhatikan seperti
pada proses pencampuran (homogenitas dan lamanya pencampuran), proses granulasi
(frekuensi vibrasi dan lamanya granulasi), proses pengeringan (suhu dan durasi),
proses pencetakan tablet (gaya tekan mesin cetak) dan proses stripping (suhu dan
kecepatan). Berdasarkan CPOB, parameter kritis ini didokumentasikan dalam
Dokumen Produksi lnduk, dipantau selama proses berlangsung dan dicatat dalam
Catatan Pengolahan dan Pengemasan Induk. Hal ini telah dilaksanakan oleh Lali
Ditkesad, namun diperlukan suatu sistem yang dapat memudahkan dalam
pemantauan, pencarian data dan penyelusuran infomasi.
f. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang terpenting dari alur pembuatan obat
yang baik dengan tujuan untuk menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu
dan sesuai dengan tujuan pengunaannya fungsi pengawasan mutu dengan adanya
laboratorium kimia, fisika dan mikrobiologi sangat membantu dalam proses
pengawasan mutu bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan kemas serta obat jadi
yang telah diproduksi dan pemantauannya dalam distribusi. Untuk evaluasi dicatat di
Catatan Pengolahan Bets. Bila instalasi wastu belum menyatakan lulus maka personil
instalasi produksi tidak dapat melanjutkan pekerjaannya ke unit proses produksi
berikutnya. Selama menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari instalasi wastu.
produk antara dan produk ruahan disimpan dalam ruang karantina dilengkapi dengan
identitas yang jelas sesuai dengan CPOB. Pengawasan yang dilakukan di Instalasi
Pengawasan Mutu meliputi semua fungsi analisis termasuk pengambilan contoh
peninggal, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
obat jadi, program uji stabilitas dan penetapan tanggal kadaluarsa, validasi prosedur
analisa, penyusunan dan penyimpanan spesifikasi yang berlaku bagi tiap bahan baku
dan produk jadi termasuk metode pengujiannya. Namun, di Lali Ditkesad penentuan
tanggal kadaluarsa hanya ditujukan untuk produk beta laktam sedangkan untuk
produk non beta laktam belum dilakukan.
Langkah awal untuk melaksanakan inspeksi diri adalah membentuk tim inspeksi
yang dipilih dari instalasi produksi. wastu, litbang dan pemeliharaan. Konsultan dari
luar dapat diikut sertakan guna penilaian yang lebih objektif. Setelah tim inspeksi
terbentuk maka tim menyusun daftar periksa, melaksanakan inspeksi serta membuat
dokumentasi yang mencakup hasil temuan serta saran perbaikan. Frekuensi inspeksi
diri disesuaikan dengan tujuan inspeksi tersebut.
Untuk mengatasi keluhan terhadap obat maka Lafi Ditkesad telah menyediakan
fasilitas khusus contoh peninggal sehingga bila terjadi keluhan terhadap obat maka
dapat dilakukan pengujian terhadap bets obat tersebut dan penelusuran ulang proses
produksinya. Dengan demikian Lafi Ditkesad telah melaksanakan sesuai CPOB.
Gambar 1
Bio Farma adalah sebuah perusahaan kelas dunia yang adaptif dalam
mengantisipasi trend bisnis dan teknologi di bidang vaksin dan serum.
Logo merupakan adaptasi bentuk pencitraaan dari “Crystal Protein” dan
“Glicoprotein” yang merefleksikan bahwa Bio Farma adalah sebuah perusahaan di
bidang vaksin dan serum.
Mencitrakan ilusi pendar bintang (sparkling). Dalam hal ini pendar bintang yang
dimaknai sebagai semangat dan dinamika Bio Farma yang memiliki masa depan yang
cemerlang.
Warna dominan hijau secara psikologis menyiratkan suatu nilai higienitas dan
kesehatan. jingga dan kuning secara terpadu menyiratkan semangat progresif dan
keberanian untuk berinovasi agar selalu menjadi yang terdepan.
1. Produk Perusahaan
Proses kreasi, inovasi, dan produksi selama bertahun-tahun telah membawa Bio
Farma tumbuh dan berkembang menjadi produsen vaksin dan anti sera kelas dunia.
Bio Farma adalah salah satu dari 23 produsen vaksin di dunia yang telah memenuhi
kualifikasi WHO, dengan kapasitas produksi lebih dari 1 milyar dosis tiap tahun
menjadikan Bio Farma mampu memasok kebutuhan vaksin di dalam negeri maupun
pasar global. Komitmen global yang diemban perusahaan menjadi pendorong utama
dalam upaya membantu negara-negara lain memberantas berbagai penyakit menular.
Sebagai perusahaan dan produk kesehatan global, vaksin yang dihasilkan Bio
Farma tentu harus memenuhi standar internasional. Hal ini mutlak dilakukan karena
keberhasilan imunisasi sangat tergantung dari kualitas vaksin yang dihasilkan. Oleh
karena itu pula, dilakukan pengawasan mutu (Quality Control) yang secara konsisten
dilakukan Bio Farma untuk menjamin mutu (Quality Assurance) agar setiap produk
yang dihasilkan senantiasa terjaga kualitasnya.
Dalam World Health Assembly pada Mei 1992, WHO menghimbau seluruh negara
anggotanya agar hanya menggunakan vaksin yang memenuhi persyaratan WHO dalam
program imunisasinya. Oleh karena itu, produksi dan pengawasan mutu vaksin Bio
Farma selalu dipantau oleh National Control Authority (NCA) yang diakui WHO atau
yang di Indonesia kita kenal sebagai Badan POM (BPOM) RI.
Gambar 1.2
3.3.1. Sejarah
PT Victoria Care Indonesia saat ini telah menjadi mitra kerja terpercaya bagi banyak
perusahaan ritel besar di Tanah Air. Kepercayaan yang telah diraih ini tak lain karena PT
Victoria Care Indonesia senantiasa inovatif dan selalu menjaga mutu produknya. Perusahaan
lokal bertaraf internasional ini berhasil menempatkan diri pada posisi terbaik sebagai
produsen kosmetik, perlengkapan toilet, dan perawatan kesehatan. Selain itu, produknya juga
aman dipakai serta cocok untuk kebutuhan dan kulit wanita Asia khususnya Indonesia.
Pesatnya perkembangan perusahaan yang berbasis di Kota Semarang, Jawa Tengah, ini
lantaran memiliki konsep dan visi-misi yang fokus. Faktor lainnya adalah karena manajemen
yang selalu memegang teguh komitmen untuk menyediakan produk terbaik dan aman
digunakan. Begitu pula dengan meratanya jaringan distribusi. Anak perusahaan SSS Group
ini memiliki target untuk memproduksi kosmetik lainnya agar masuk pasar dunia. Selain
tentunya mempertahankan reputasi sebagai salah satu pelopor industri manufaktur yang
mumpuni dan berdaya saing tinggi.(YNI/Tim Usaha Anda)
1989 : Mr Billy Hartono Salim pendiri perusahaan, mulai mengatur sendiri kecil
perusahaan jasa distribusi dan jaringan untuk produk kosmetik dan wewangian
bernama PT. Karya Asri Perdana Mandiri.
1989 : Mr Billy Hartono Salim pendiri perusahaan, mulai mengatur sendiri kecil
perusahaan jasa distribusi dan jaringan untuk produk kosmetik dan wewangian
bernama PT. Karya Asri Perdana Mandiri.
2001:
- Sebagai bisnis diperluas, ia kemudian membangun pabrik sendiri bernama
PT. Kosmetika Alam Pesona Mandiri (KAPM) dan mulai diproduksi produk
mandi seperti Lulur mandi (body scrub), cologne, juga menjadi pelopor
untuk Sabun Sirih produk Feminine Wash sukses.
- Dengan jaringan yang luas dan pengalaman di bidang distribusi, PT. Vitalis
Indonesia juga ditetapkan sebagai distributor eksklusif.
2005 : Dengan visi untuk memasuki pasar global maka PT. Vitalis Indonesia
bergabung dengan Unza Kelompok perusahaan dan membentuk PT. Unza Vitalis
Indonesia.
2007: Mendirikan perusahaan baru milik PT. Victoria Care Indonesia (VCI) dan
PT. Suka Sukses Sejati (3S) sebagai distributor eksklusif di Indonesia.
Nilai-Nilai Kami :
o Kecepatan Kerja
o Prosedur Sederhana
o Cerdas Berpikir
o Kepuasan Stakeholder
Pabrik Sorot
o Pada tanggal 26 April 2007 PT. Victoria Care Indonesia secara resmi
mengumumkan 1.000 meter persegi pabrik baru di kota Semarang - Jawa Tengah,
sampai dengan USD 10 juta total investasi.
o Pabrik juga telah menerima GMP (Good Manufacturing Process) sertifikasi dari
BPOM untuk memastikan bahwa setiap produk kami diproduksi dan diproses
sesuai dengan standar internasional.
o Dengan sekitar 500 pekerja terdiri dari Produksi, R & D dan QC didukung oleh
mesin manufaktur terbaru dengan kapasitas produksi tinggi, pabrik ini bertujuan
untuk memenuhi permintaan pasar dan juga sebagai batu loncatan untuk mencapai
visi masa depan kita.
Kapasitas produksi mesin ini hingga 2 ton dan dapat menghasilkan sampai 20.000
botol/ 10 ml .
Ruangan-ruangan yang berada dilantai 1 yaitu ruangan yang digunakanuntuk proses
memasukkan produk kedalam wadah dan labelling. Di akhir proseslabelling, akan ada
staf yang bertugas untuk mengecek kembali produk-produktersebut. Jika ada label yang
terlipat atau miring maka akan dipisahkan dandilakukan labelling ulang. Untuk produk
liquid, produk akan dikemas terlebihdahulu kemudian baru diberi label. Sebaliknya untuk
produk liquid dan semisolid,wadah akan diberi label terlebih dahulu selanjutnya diisi
dengan produk. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpahnya produk liquid
dan semisolid ketika proseslabelling.
Proses Packaging merupakan proses selanjutnya yang akan dilakukan diarea packing.
Sebelum produk dimasukkan dalam wadah tersier (kardus) akan adastaf yang bertugas
untuk mengecek kembali produk tersebut apakah sudah layakdipasarkan atau belum. Jika
ada kesalahan, maka produk tersebut akan dipisahkanuntuk dibenahi terlebih dahulu.
Begitu pula pada proses-proses sebelumnya, bahwa dalam setiap akhir proses akan ada
bagian QC (Quality Control) yang akanmemeriksa produk-produk tersebut sebelum
melanjutkan ke proses selanjutnya.Hal ini bertujuan untuk meminimalkan kesalahan yang
terjadi.Setelah produk selesai diproduksi, selanjutnya produk telah siapuntuk
didistribusikan, sebelumnya produk akan disimpan terlebih dahulu digudang
penyimpanan. Ketinggian digudang penyimpanan ini mencapai 12 meter.
Produk akan ditata dengan cara diurutkan sesuai abjad untuk
mempermudah proses pengambilan.Proses pengambilan ini dengan menggunakan metode
FIFO (First in First Out) untuk mencegah adanya produk yang kadaluwarsa karena
terlalu lama berada di gudang penyimpanan.Tempat terakhir dalam industri ini yaitu area
untuk pengolahan limbah.Dalam pengolahan limbah ini akan dipisahkan antara limbah
padat dan cair.
PT.Victoria Care tidak mengolah limbah padat, melainkan akan diberikan kepada
pihak yang berwenang dan dipercaya serta telah bersertifikasi untuk mengolahlimbah
padat tersebutSedangkan untuk limbah cair akan diolah oleh IPAL(Instalasi Pengolahan
Air Limbah) yang berada di PT. Victoria Care itu sendiri.
Air limbah ini tidak akan langsung dibuang, melainkan akan diuji terlebih
dahuludengan 2 cara. Cara pertama yaitu setelah air limbah ini diolah kemudian
akandisiramkan pada tanaman. Selanjutnya tanaman akan dicek secara berkala apakahada
tanaman yang mati dan layu setelah pemberian air limbah ini. Cara keduayaitu akan
dialirkan ke kolam ikan lalu diperiksa kesehatan ikan tersebut secara berkala. Jika kedua
pengujian air limbah ini telah selesai, barulah air limbah akandibuang ke sungai.
Pengujian-pengujian ini perlu dilakukan agar tidak mencemarilingkungan dan
membahayakan masyarakat.
3.4.2. Profil
Alamat lengkap dari pabrik jamu PT. Sido Muncul yang penulis kunjungi adalah: Jl.
Soekarno Hatta Km 28 Kecamatan Bergas – Klepu, Semarang-Indonesia. Nomor Telepon
024 6580-559, 0298 523-515. Fax 024 6580-332, 0298 523-509.
Email simuncul@indosat.net.id. Dan juga alamat lengkap kantor pemasaran PT. Sido Muncul
yaitu, Jl. Cipete Raya No 81 Jakarta 12410, Indonesia. Nomor Telepon 021 765 3535 Fax 765
6522. Email marketing@Sido Muncul.com. Humas PT. Sido Muncul, Jln Cipete Raya No 81
Jakarta Selatan, Indonesia 12410. Website resmi yang dapat diakses www.SidoMuncul.com.
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat untuk memahami prinsip CPOB serta
memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene
yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Manajer Produksi bertugas untuk membuat rencana produksi sesuai dengan target
pemasaran. Bekerjasama dengan Laboratorium dalam pelaksanaan proses
produksi.
g. Manajer R & D
dengan cara uji sampel. Setelah selesai proses pengemasan sekunder kemudian produk siap
untuk didistribusikan.
3.4.6. Hasil Produksi
Hasil produksi dari PT. Sido Muncul terdapat berbagai macam tipe sediaan diantaranya:
No Nama produk Khasiat Gambar
1 Kuku Bima Memberi kekuatan dan
semangat baru. Menguatkan
pinggang/ginjal terutama
bagi mereka yang lemah dan
yang bekerja berat.
Komitmen dari produk Sido Muncul adalah aman, sedangkan kekuatan dari Sido
Muncul adalah produk yang berkualitas. Dalam distribusi produk Sido Muncul dilakukan
oleh PT. Muncul Mekar dan transportasi yang digunakan dinamakan Muncul Armada.
Pemasaran produk baru dipromosikan melalui iklan atau juga bisa berkunjung langsung
ke PT. Sido Muncul. Pada waktu akhir kunjungan penulis menikmati jamu produk Sido
Muncul dan berdiskusi juga tanya jawab dengan Ketua Humas dari Pt. Sido Muncul di
aula yang asri di kawasan agrowisata. Sedangkan Cara untuk mempertahankan produksi
dari PT. Sido Muncul antara lain :
a. Ancaman (Threats)
Ancaman yang datang dari dalam, yaitu seperti: dari karyawan yang biasanya
melakukan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang dapat
merugikan seperti, dari Perusahaan yang memproduksi produk yang sama.
b. Kekuatan (Strengths)
PT. Sido Muncul Tbk menggunakan bahan yang berkualitas dan juga dengan fasilitas
produksi yang bagus.
c. Peluang (Opportunity)
Adanya peluang bagi PT. Sido Muncul Tbk untuk membuat produk yang banyak
peluangnya di pasaran.
d. Kelemahan (Weakness)
Produksi industri yang lain banyak yang meniru dari PT. Sido Muncul Tbk yang akan
menjadi ancaman dan pada saat pengolahan limbah tidak di perlihatkan
prosesnya.
Keberadaan agrowisata PT. Sido Muncul bertujuan untuk mengoleksi tanaman
obat, terutama diprioritaskan pada tanaman – tanaman langka atau yang hampir punah.
Sebagian besar koleksinya terdiri dari tanaman untuk bahan jamu yang dipergunakan
oleh para industri dan lainnya masih dieksplorasi dari alam.
Pada tahun 1999 dirintis pembukaan kawasan khusus untuk lokasi koleksi
tanaman obat yang akhirnya didesain agar lebih menarik untuk dilihat dan dikunjungi.
Secara resmi tempat tersebut dijadikan obyek agrowisata khusus koleksi tanaman obat
yang dirancang terpadu, antara koleksi tanaman obat dengan desain tanaman serta
infrastruktur lainnya.
Lokasi agrowisata tanaman obat PT. Sido Muncul berlokasi dikawasan pabrik
jamu PT. Sido Muncul , Jl. Soekarno hatta, desa Diwak, kecamatan Bergas, Kabupaten
Semarang, jawa Tengah. Menempati lahan seluas 1,5 hektar, ketinggian tempat 440
meter dari permukaan laut. Sarana dan prasarana :
a. Koleksi tanaman obat sejumlah kurang lebih 400 spesies , termasuk tanaman
introduksi yang di datangkan dari luar negeri, antara lain : Echinacea Purpurea,
Tribulus Terrestris, Mintha piperita, Sybilum Marianum dan jamur Ganoderma
Lucidum.
b. Jalan yang bisa dilalui mobil untuk berkeliling lokasi
c. Aula berupa gazebo
d. Kolam ikan danau buatan
e. Kebun bibit dan tempat penjualan bibit tanaman obat
Agrowisata PT. Sido Muncul Tbk memiliki tiga 3 buah misi, yaitu :
a. Misi Ilmiah
Merupakan tempat koleksi tanaman hidup yang diambil dari berbagai tempat,
yang bisa diindikasikan sebagai tanaman obat, terutama tanaman langka sebagai
tanaman stok/ plasma nutfah, yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan sebagai
bahan penelitian lebih lanjut, baik untuk penelitian budidaya/ pengembangan atau
penelitian khasiat sebagai bahan baku jamu baru. Penelitian selain dilakukan oleh
team R&D. PT. Sido Muncul Tbk juga melibatkan atau bisa dilakukan oleh
institusi lain terutama para pelajar dan mahasiswa.
b. Misi Sosial
Agrowisata dibuka untuk umum, siapa saja bisa datang berkunjung, terutama
yang peduli terhadap keanekaragaman hayati alam Indonesia. Agrowisata bisa
memberikan wawasan dan pengetahuan baru kepada masyarakat, terutama
tentang tanaman obat baik mengenai cara budidaya maupun fungsi dan
khasiatnya bagi kesehatan manusia.
c. Misi Ekonomi
Agrowisata sebagai Plasma Nutfah/ Stok tanaman hidup yang bisa dikembangkan
untuk tanaman baru sebanyak-banyaknya di tempat lain. Hasil perbanyakan
tanaman yang berupa bibit atau benih dikembangkan seluas-luasnya di tempat
lain dan hasilnya digunakan sebagai bahan baku industri jamu atau komoditas
tanaman perdagangan.
Tidak semua tanaman yang ada dapat dimanfaatkan sebagai obat langsung. Adapula
jenis tanaman yang berfungsi sebagai obat luar. Misalnya tanaman Mindi yang
berfungsi sebagai pestisida alami bagi tanaman.
Selain untuk pemakaian sendiri, berbagai jenis tanaman obat juga ditanam dalam
berbagai ukuran polibag untuk memudahkan konsumen yang ingin mengoleksi tanaman
obat.
Berikut adalah sebagian tanaman obat yang ada di kebun koleksi Merapi Farma
Herbal: adas , jahe merah, asam jawa, jarak wulung, air mancur, dadap serep, daruju,
daun dewa, daun duduk, daun encok, daun madu, daun pedas, daun perak, daun sendok,
daun wungu, dewandaru, digitalis, dlingo, mahkota dewa, mandokaki, mangkokan,
melati, mengkudu, meniran, menta arvensis, mentha peperita, mimba, mindi, mrico
perdu, mungsi arab, murbei, olix, orang – aring, orok-orok hutan, otot – ototan, sosor
bebek, sri gading, stevia, strobery, sumba keling, tempuyung, temu giring, temu ireng,
temu lawak, temu mangga, temu putih, tolod, trembesi, tribulus, turi.
Obat tradisional dapat diperoleh diindustri jamu atau dengan membuat sendiri
secara sederhana. Namun untuk membuat obat tradisional memerlukan pengetahuan dan
pengalaman yang lebih. Oleh karena itu perlu dilakukan pengenalan pemanfaatan
tanaman obat serta sesuai dengan visi dan misi untuk mengembangkan dan
menyebarluaskan pengetahuan tentang tanaman obat kepada masyarakat luas kan
kekayaan hayati yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Selain kebun koleksi , di Merapi Farma Herbal terdapat outlet yang khusus
menjual jamu godhog. Outlet jamu berada di bagian depan Merapi Farma Herbal.
Luas outlet tersebut adalah 8m x 13m.Di outlet jamu Merapi Farma Herbal,
konsumen data mencicipi jamu godhog yang terbuat atau diracik dari beberapa jenis
herbal yang berupa rajangan tanaman obat, yang diolah melalui beberapa proses secara
bersih untuk mendapatkan produk bermutu.
Saat kunjungan di kami diperkenalkan tanaman obat yang ada di Merapi Farma
Herbal beserta manfaatnya dan diajarkan membuat Olahan dari Jahe Cristal yang
bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, masuk angin dan menghangatkan
badan. Bahan-bahannya yaitu:
Cara Pembuatannya:
3. Setelah mengendap ambil sari jahenya dengan meninggalkan patinya, lalu dituangkan
kedalam wajan (alat memasak) kemudian dimasak.
4. Masukan kayu manis dan serenya, setelah mendidih masukan gula putih.
Cara penggunaan:
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Sebaiknya jika ada kunjungan lagi dari sekolah-sekolah atau dari kampus-kampus
yang lain agar kiranya dapat memberikan informasi mengenai cara pembuatan
produk-produk dengan cara memperlihatkan cara pembuatannya setidaknya dalam
vidio yang jelas.
4.2.2 Intitusi
Arthur D. Little. 2000. Overview of Energy Flow for Industries in Standard Industrial
Classifications 20–39, December, 2000.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pengelolaan Vaksin. Dirjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta.
Elfira, R. 2009. Laporan Kerja Praktek Profesi Farmasi Industri di PT. Pradja
Pharin.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14428/1/09E02316.pdf.
Maward, Teuku dan Tanti Yohanita. 2009. Air Handling Unit. Universitas Sumatra Utara.
www.repository.usu.ac.idbitstream123456789222031 Appendix.pdf. [Diakses Tanggal
28 Januari 2013]
WHO. 2005. WHO Good Manufacturing Practices: water for pharmaceutical use.
LAMPIRAN
Lampiran 1