Uts K3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN UTS

SISTEM PROTEKSI KESELAMATAN

Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Praktikum Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Dibimbing oleh Bapak Hary Suswanto

Oleh:
Bagas Wahyu Puriyantoko
(140533606345)
S1 PTI’14 OFF A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
OKTOBER 2015
Sistem Proteksi untuk Keselamatan

Listrik adalah salah satu bentuk sumber daya atau energi potensial yang banyak memberikan
manfaat, ideal, praktis dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak mekanik, pemanas,
pencahayaan, dll. Disisi lain listrik dapat menimbulkan bahaya atau bencana yang merugikan baik
manusia, harta benda/materi, apabila pemanfaatan tidak mengikuti kaidah-kaidah teknik kelistrikan,
oleh karena itu setiap peralatan dan pesawat yang digerakkan listrik diperlukan pengamanan yang
memadai guna melindungi peralatan itu sendiri dan bagi operatornya.
Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan, proses
tempat (lingkungan)dan cara – cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja listrik
adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas – tugas atau adanya
tegangan listrik disekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan.
Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh, dan untuk
setiap orang yang menyediakan, melayani, dan menggunakan daya listrik.
Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang di lakukan
terhadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga listrik tersebut. Misalnya
Generator, Transformator, Jaringan Transmisi/distribusi dan lain-lain terhadap kondisi abnormal dari
sistem itu sendiri. Yang di maksud dengan kondisi abnormal tersebut antara lain dapat berupa :
a. Hubung singkat
b. Tegangan lebih/kurang
c. Beban lebih
d. Frekwensi sistem turun/naik
e. dan lain lain.

Seperti yang kita tahu bahwa listrik juga sangat berbahaya jika tidak di koordinasikan dengan
benar. Berikut ini adalah bahaya akibat listrik :
 Bahaya sentuhan langsung
Bahaya yang dimaksudkan adalah ketika bersentuhan langsung pada bagian konduktif yang
secara normal bertegangan

 Bahaya sentuhan tidak langsung


Bahaya yang dimaksudkan adalah ketika bersentuhan pada bagian konduktif yang secara
normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena terjadi kegagalan isolasi.

 Bahaya kebakaran
Bahaya yang dimaksud adalah listrik bisa mengakibatkan kebakaran

Sebelum melakukan instalasi listrik terdapat persyaratan dasar proteksi untuk keselamatan.
Pada instalasi listrik pada umumnya memiliki dua jenis resiko utama, yaitu :
- Arus kejut listrik
- Suhu berlebihan yang sanagat mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar atau efek
cedera lain.
Sesuai dengan PUIL 2000, persyaratan dasar umum dari proteksi untuk keselamatan
dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan ternak, dan keamanan harta benda dari
bahaya dan kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik secara wajar.

Beberapa Pengertian dalam Listrik

1. Instalasi listrik adalah jaringan yang tersusun secara terkoordinasi mulai dari sumber pembangkit
atau titik sambungan suplai daya listrik sampai titik beban akhir sesuai maksud dan tujuan
penggunaanya
2. Besaran listrik, yang harus dipahami, adalah;
a. Tegangan (Volt), diklasifikasikan;
– Tegangan Ekstra Tinggi (TET) >
– Tegangan Tinggi (TT) > 35 KV
– Tegangan Menengah (TM) > 1 KV – 35 KV
– Tegangan Rendah (TR) < 1000 Volt –
– Tegangan Ekstra Rendah < 50 Volt
b. Arus (Ampere)
c. Frekuensi (Hertz)
d. Daya (Watt)
e. Resistansi (Ohm)
Tegangan domestic adalah suplai kepada pelanggan 220/230 Volt, yang artinya adalah nilai tegangan
antara pase dengan netral 220 Volt dan antara pase dengan pase 380 Volt.
Suplai daya pelanggan, setiap suplai kepada pelanggan dicatu dengan jumlah daya tertentu dengan
dipasang pembatas arus (Circuit Breaker) yang tidak dapat dilampaui.
3. Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat membahayakan manusia. Nilai tegangan dan
arus listrik yang dapat mengakibatkan kematian adalah sebagai berikut;
– t (detik) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2
– E (Volt) 90 100 110 125 140 200
– I (mA) 180 200 250 280 330 400
4. Bahaya sentuh langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif yang secara normal bertegangan
5. Bahaya sentuh tidak langsung adalah menyentuh bagian konduktor yang secara normal tidak
bertegangan dan menjadi bertegangan karena kebocoran isolasi.
6. Bahaya sambaran petir adalah bahaya pada manusia dan objek lainnya karena dilalui oleh arus petir
baik langsung maupun tidak langsung.
7. Pengawasan K3 Listrik, Lift dan sistem proteksi petir adalah pengawasan pelaksanaan syarat-syarat
K3 baik secara adiministratif maupun teknik sesuai peraturan dan standar yang berlaku, untuk
menjamin kehandalan dan keamanan operasi instalasi dan peralatan listrik, termasuk lift dan proteksi
bahaya petir.

Dasar Hukum

Listrik selain bermanfaat juga mengandung bahaya yang harus dikendalikan sesuai amanat Undang-
undang No.1 Tahun 1970. Standar teknik perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan
dan pemeriksaan/pengujian instalasi listrik, adalah mengikuti perkembangan penerbitan Peraturan
Umum Instalasi Listrik (PUIL), edisi terakhir dari PUIL yaitu tahun 2000 ditetapkan dengan
Kepmenakertrans No. Kep 75/Men/2002. PUIL berdiri sendiri atau bersifat netral, sebagai panduan
yang tidak mengikat secara hokum. Biasanya standar digunakan sebagai rujukan dalam suatu kontrak
kerja, antara kontraktor/instalatir dengan pemberi kerja. Oleh karena itu PUIL telah ditetapkan dan
diberlakukan secara utuh dengan Peraturan dan Keputusan Menteri, maka semua persyaratan teknis
maupun administratif, menjadi bersifat wajib. Didalam PUIL juga memuat persyaratan khusus
instalasi listrik untuk lift dan instalasi proteksi bahaya sambaran petir, yang kemudian diatur secara
lebih teknis melalui peraturan;
1. Permenaker No. Per 02/Men/1989, mengenai persyaratan instalasi penyalur petir
2. Permenaker No. Per 03/Men.1999, mengatur persyaratan Lift
3. Kepmenaker No Kep 407/M/BW/1999, mengatur lebih lanjut tentang kompetensi teknisi lift
4. Keputusan Dirjen Binawas No Kep 311/BW/2002, mengatur lebih lanjut mengenai sertifikasi
Kompetensi K3 bagi teknisi listrik.

Ruang Lingkup Pengawasan K3 Listrik

1. Ruang lingkup obyek pengawasan tersirat dalam Bab II pasal 2 ayat (2) huruf q UU 1/70, yaitu
tertulis; Di setiap tempat dimana dibangkitkan, diubah, dikumpulkan dan disimpan, dibagi-bagikan
atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air. Dari ketentuan tersebut, ruang lingkup K3 listrik adalah
mulai dari pembangkitan jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan Tinggi (TT),
Tegangan Menengah ( TM ) dan jaringan distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai pada tingkat
distribusi.
2. Undang-undang No1 Tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf q, tertulis; Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat K3 untuk mencegah terkena aliran listrik berbahaya
3. Menurut PUIL 2000, listrik yang berbahaya adalah listrik yang memiliki tegangan lebih dari 25
Volt di tempat lembab atau 50 Volt ditempat normal.
4. Ruang lingkup obyek pengawasan system proteksi petir sesuai Permenaker No. Per-02/Men/1989,
hanya mengatur sambaran petir langsung.

PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN


Proteksi untuk keselamatan menentukan persyaratan terpenting untuk melindungi
manusia, ternak dan harta benda.

Proteksi untuk keselamatan selengkapnya meliputi:


a) Proteksi dari kejut listrik
b) Proteksi dari efek termal (lihat 3.23).
c) Proteksi dari arus lebih
d) Proteksi dari tegangan lebih, khususnya akibat petir
e) Proteksi dari tegangan kurang.
f) Pemisahan dan penyakelaran.
Tindakan proteksi dapat diterapkan pada seluruh instalasi, pada sebagian instalasi atau pada
suatu perlengkapan. Jika kondisi tertentu dari suatu tindakan proteksi tidak memuaskan, maka harus
diambil tindakan tambahan, sehingga dengan gabungan tindakan proteksi tersebut dapat dijamin
tingkat keselamatan yang sama, guna memenuhi sepenuhnya kondisi itu.

1. Proteksi dari kejut listrik

Proteksi dari kejut listrik dianggap sudah terpenuhi jika :

- Tegangan nominal instalasi dapat melampaui batas rentang tegangan I yaitu 50 V arus bolak
balik (a.b) atau 120 V arus searah (a.s)
- Disuplai dari salah satu sumber SELV dan PELV
Sumber SELV dan PELV antarai lain :
o Transformator pemisah pengaman
o Sumber arus yang memberikan tingkat keselamatan yang ekivalen dengan yang
diberikan oleh transformator pemisah pengaman (misal : motor generator dengan
kumparan yang memberikan pemisahan ekivalen)
o Sumber elektronika atau sumber lain yang terpisah dari sikrit yang bertegangan lebih
tinggi
o Gawai elektronik tertentu yang memenuhi standar
o Sumber terpasang berpindah
- Semua kondisi dalam susunan sikrit terpenuhi dan ditambah dengan sirkit tidak dibumikan
(SELV) dan sikrit di bumikan(PELV)
o Sikrit yang tidak dibumikan (SELV) , bagian aktif sikrit SELV harus tidak terhubung
ke bumi atau ke bagian aktif atau ke penghantar proteksi yang merupakan bagian sikrit
lain.
o Sikrit yang dibumikan(PELV) harus dijamin dengan penghalang atau selungkup dan
juga isolasi yang mampu menahan tegangan uji 500 V a.b

Proteksi dari kejut listrik harus diberikan dengan penerapan tindakan yang sesuai, yang berupa:
a. Proteksi dari sentuh langsung atau proteksi dalam pelayanan normal, maupun proteksi dari
sentuh tak langsung atau proteksi dalam kondisi gangguan .

Proteksi sentuh langsung

Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa timbul karena
sentuhan dengan bagian aktif instalasi (sentuh langsung) dengan salah satu cara seperti
berikut ini :
a) mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak.
b) membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan sampai suatu nilai yang lebih kecil
dari arus kejut.

Proteksi sentuh langsung harus dilengkapi dengan :


 Penghalang atau selungkup
 Isolasi yang berkaitan dengan tegangan uji minimum yang dipersyaratkan untuk sikrit
primer

Bagaimanapun, jika isolasi perlengkapan yang merupakan bagian dari sikrit FELV tidak
mampu menahan tegangan uji yang ditentukan untuk sikrit primer, maka isolasi bagian tidak
konduktif dan perlengkapan yang dapat terjangakau harus diperkuat selama pemasangan,
sehingga dapat menahan tegangan uji 1500 V a.b efektif 1 menit.

Proteksi dari sentuh tak langsung

Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang timbul karena sentuhan
dengan bagian konduktif terbuka dalam keadaan gangguan (sentuhan tak langsung) dengan
salah satu cara dibawah ini :
a. mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak.
b. membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan sampai suatu nilai yang lebih kecil
dari arus kejut.
c. pemutusan supplay secara otomatis dalam waktu yang ditentukan pada saat terjadi
gangguan yang sangat mungkin menyebabkan mengalirnya arus melalui badan yang
bersentuhan dengan bagian konduktif terbuka, yang nilai arusnya sama dengan atau
lebih besar dari arus kejut.

Proteksi dari sentuh tak langsung harus dilengkapi dengan :


 Hubungan BKT perlengkapan sirkit PELV ke penghantar proteksi sikrit primer , asalkan
penghantar proteksi tersebut diberikan salah satu tindakan proteksi dengan pemutusan
suplai secara otomatis .
 Hubungan BKT perlengkapan sikrit FELV ke penghantar ikatan penyama potensial yang
tidak dibumikan dari sikrit primer.

b. Proteksi dari sentuh langsung atau proteksi dalam pelayanan normal (lihat 3.4).
Yang dimaksud dengan sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian aktif
perlengkapan atau instalasi listrik . Bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik adalah
bagian konduktif yang merupakan bagian dari sikrit listriknya, yang dalam keadaan
pelayanan normal umumnya bertegangan atau dialiri arus.
Bahaya sentuh langsung ini dapat diatasi/ ditanggulangi dengan berbagai cara,
antara lain :
 Proteksi dengan isolasi bagian aktif
Dengan memproteksi menggunakan isolasi ini, dimaksudkan untuk mencegah
adanya setiap sentuhan dengan bagian aktif. Seluruh bagian aktif harus tertutup dengan
isolasi yang hanya dapat dilepas dengan merusaknya. Biasanya untuk perlengkapan
yang dibuat oleh pabrik, isolasi peralatan harus sesuai dengan standar perlengkapan
listrik.
 Proteksi dengan penghalang atau selungkup
Proteksi yang diberikan oleh selungkup terhadap sentuh langsung ke bagian
berbahaya adalah proteksi manusia terhadap sentuh dengan bagian aktif tegangan rendah
yang berbahaya, sentuh dengan bagian mekanik yang berbahaya, dan mendekati bagian
aktif tegangan tinggi yang berbahaya di bawah jarak bebas yang memadai di dalam
selungkup. Proteksi ini diberikan oleh selungkup itu sendiri dan oleh penghalang sebagai
bagian dari selungkup atau oleh jarak dalam selungkup.
 Proteksi dengan rintangan
Proteksi dengan rintangan dimaksudkan untuk mencegah sentuh tidak sengaja
dengan bagian aktif, tetapi tidak mencegah sentuh disengaja dengan cara menghindari
rintangan secara sengaja. Setiap rintangan harus mencegah mendekatnya badan dengan
tidak sengaja ke bagian aktif atau sentuh tidak sengaja dengan bagian aktif selama
operasi dari perlengkapan aktif dalam pelayanan normal.
 Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan
Dengan penempatan di luar jangkauan dimaksudkan untuk mencegah sentuh yang
tidak sengaja dengan bagian aktif. Bagian berbeda potensial yang daapt terjangakau
secara simultan jika berjarak tidak lebih dari 2,50 m terhadap lainnya.

 Proteksi tambahan dengan gawai proteksi arus sisa (GPAS)


Penggunaan gawai proteksi arus sisa ini hanya dimaksudkan untuk menambah
tindakan proteksi lain terhadap kejut listrik dalam pelayanan normal.Penggunaan GPAS
dengan arus operasional sisa pengenal tidak lebih dari 30mA, dikenal sebagai proteksi
tambahan dari kejut listrik dalam pelayanan normal, dalam hal kegagalan tindakan
proteksi lainnya atau karena kecerobohan pemakai.

Meskipun sentuh langsung dapat ditanggulangi dengan hal – hal diatas, tapu sentuh
langsung juga tidak dapat dihindari karena masalah teknis dan operasi seperti pada mesin
las, tungku lebur, dan instalasi elektrolitik, bahayanya dapat dicegah jika lantai ruang kerja
tempat operator berdiri dilapisi isolasi atau operator menggunakan sepatu berisolasi atau
menggunakan perkakas lain yang berisolasi. Selain itu pada ruangan harus dipasang tanda
bahaya untuk mengingatkan operator sebelum bekerja.

c. Proteksi dari sentuh tak langsung atau proteksi dalam kondisi gangguan
Sentuh tak langsung adalah sentuh pada BKT perlengkapan atau instalasi listrik yang
menjadi bertegangan akibat kegagalan isolasi.
BKT atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang bukan merupakan bagian
dari sikrit listriknya, yang dalam pelayanan normal tidak bertegangan, tetapi dapat menjadi
bertegangan dalam kondisi gangguan.
Kegagalan isolasi harus dicegah dengan cara :
 Perlengkapan listrik harus dirancang dan dibuat dengan baik
 Bagian aktif harus diisolasi dengan bahan yang tepat
 Instalasi listrik harus dipasang dengan baik.
Tindakan proteksi harus dilakukan sebaik-baiknya agar tegangan sentuh yang terlalu
tinggi karena kegagalan isolasi tidak dapat terjadi atau tidak dapat bertahan. Tegangan
sentuh yang terlalu tinggi adalah tegangan sentuh yang melampaui batas rentang tegangan I
yaitu > 50 V a.b. efektif.Khusus untuk tempat lembab/basah atau ruang kerja dalam industri
pertanian tegangan sentuh yang terlalu tinggi adalah tegangan sentuh yang > 25 V a.b.
efektif.

Cara proteksi :
Proteksi dari sentuh tak langsung (dalam kondisi gangguan) meliputi:
 Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis
 Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi ekivalen
 Proteksi dengan lokasi tidak konduktif
 Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi.

2. Proteksi dari Efek Thermal

Instalasi listrik harus disusun sedmikian rupa sehingga tidak ada resiko tersulutnya bahan
yang mudah terbakar karena tingginya suhu atau busur api listrik. Demikian pula tidak akan ada
resiko luka bakar pada manusia maupun ternak selama perlengkapan listrik beroperasi secara
normal.
Manusia, perlengkapan magun (terpasang tetap) , dan bahan magun (terpasang tetap) yang
berdekatan dengan perlengkapan listrik harus diberi proteksi dari efek panas yang berbahaya
yang dihasilkan oleh perlengkapan listrik , atau radiasi termal, terutama efek berikut ini :
- Pembakaran atau penurunan mutu (degradasi bahan)
- Resiko luka bakar
- Pemburukan fungsi keselamatan dari perlengkapan yang terpasang

a) Proteksi dari kebakaran


Perlengkapan listrik tidak boleh menimbulkan bahaya kebakaran pada bahan yang
didekatnya. Untuk pemasangannya harus mengikuti setiap instruksi dari pabrikan. Jika
perlengkapan magun (terpasang tetap) dapat mencapai suhu permukaan yang dapat
menyebabkan bahaya kebakaran pada bahan yang berada didekatnya , maka perlengkapan
harus :
- dipasang pada atau dalam bahan yang akan tahan terhadap suhu tersebut dan
mempunyai konduktans termal yang rendah,atau
- diberi tabir terhadap elemen konstruksi bangunan, yang terbuat dari bahan yang akan
tahan terhadap suhu tersebut dan mempunyai konduktans termal yang rendah;
- dipasang sedemikian rupa agar memungkinkan disipasi panas yang aman pada jarak
yang cukup dari setiap bahan yang dapat terkena efek termal yang merusak karena
suhu tersebut, dan setiap sarana penyangga mempunyai koduktans termal yang
rendah.

Jika busur api atau latu (percikan api) dapat dipancarkan oleh perlengkapan yang
dalam pelayanan normal terhubung secara permanen, maka perlengkapan harus :

- seluruhnya terselungkup dalam bahan tahan busur api, atau


- diberi tabir oleh bahan tahan busur api terhadap elemen bangunan yang dapat terkena
efek termal yang merusak dari busur api,atau
- dipasang sedemikian rupa agar memungkinkan pemadaman busur api dengan aman
pada dengan aman pada jarak yang cukup dari elemen bangunan yang dapat terkena
efek termal yang merusak dari busur api tersebut.

Bahan tahan busur api yang digunakan untuk tindakan proteksi ini harus tidak dapat
terbakar, berkonduktivitas termal rendah, dan mempunyai tebal yang memadai untuk
memberikan kestabilan mekanis. Perlengkapan magun (terpasang tetap) yang
menyebabkan pemusatan atau konsentrasi panas harus berada pada jarak yang cukup dari
setiap benda atau bagian bangunan magun (terpasang tetap), sehingga benda atau elemen
bangunan tersebut dalam kondisi normal tidak dapat terkena suhu yang berbahaya.
Bila mana perlengkapan listrik dalam satu lokasi berisi cairan yang mudah terbakar
dalam jumlah yang signifikan, maka harus diambil tindakan pencegahan untukmencegah
cairan yang terbakar dan hasil pembakaran cairan (api, asap, gas beracun) menyebar ke
bagian bangunan yang lain.
Contoh tindakan pencegahan
1. Lubang drainase untuk menampung kebocoran cairan dan menjamin pemadamannya
saat terjadi kebakaran
2. Instalasi perlengkapan dalam ruang tahan api yang memadai dan diberi penghalang
atau sarana lain untuk mencegah cairan yang terbakar menyebar ke bagian bangunan
yang lain, ruang tersebut berventalasi hanya ke atmosfir lua

b) Proteksi dari luka bakar

Bagian perlengkapan listrik yang dapat terjangkau dalam jangkauan tangan tidak
boleh mencapai suhu yang mungkin menyebabkan luka bakar pada manusia, dan harus
memenuhi batas yang sesuai yang dinyatakan dalam Tabel dibawah ini Semua bagian
instalasi yang dalam pelayanan normal, bahkan selama periode singkat, mungkin mencapai
suhu yang melampaui batas yang dinyatakan dalam Tabel dibawah ini harus dilindungi
untuk mencegah setiap sentuh yang tidak disengaja.

Bagaimanapun, nilai dalam Tabel tidak berlaku untuk perlengkapan yang memenuhi
batas suhu untuk permukaan terbuka bagi keselamatan dari luka bakar yang ditetapkan
dalam standar untuk jenis perlengkapan tersebut.

Batas suhu dalam pelayanan normal untuk bagian perlengkapan yang dapat
terjangkau dalam jangkauan tangan

Bagian yang dapat Bahan dari permukaan yang Suhu maksimum


terjangkau dapat terjangkau
Sarana genggam operasi Logam 55
Bukan logam 65

Bagian yang dimaksudkan Logam 70


untuk disentuh tetapi bukan Bukan logam 80
sarana genggam
Bagian yang tidak perlu Logam 80
disentuh untuk operasi Bukan logam 90
normal

c) Proteksi dari panas lebih

Sistem pemanas udara paksa

Sistem pemanas udara paksa harus sedemikian sehingga elemen pemanasnya, selain
daripada pemanas gudang sentral, tidak dapat diaktifkan sampai aliran udara yang
ditentukan telah tersedia dan dinonaktifkan jika aliran udara dihentikan.
Sebagai tambahan, sistem tersebut harus mempunyai dua gawai pembatas suhu yang
independen satu sama lain untuk mencegah dilampauinya suhu yang diizinkan di dalam pipa
(dak) udara. Rangka dan selungkup elemen pemanas harus dari bahan yang tidak dapat
terbakar.

Peranti yang menghasilkan air panas atau uap panas

Seluruh peranti yang menghasilkan air panas atau uap panas harus diberi proteksi
dari panas lebih ketika desain atau pemasangan dalam semua kondisi pelayanan. Kecuali
jika peranti secara keseluruhan memenuhi standar yang sesuai, maka proteksi harus dengan
sarana gawai tanpa setelan ulang sendiri yang sesuai, yang berfungsi tidak tergantung dari
termostat. Jika peranti tidak mempunyai keluaran yang bebas, maka harus dilengkapi juga
dengan gawai yang membatasi tekanan air.

3. Proteksi dari Arus Lebih.


Arus lebih adalah satu dari dua bahaya keamana utama yang harus dikendalikan dalam
system pengkabelan. Bahaya dari aurs lebih adalah resiko timbulnya api.
1. Tipe arus lebih (over current)

Overload (Beban Lebih)

Over load terjadi ketika arus yang mengalir dalam suatu system melebihi dari biasanya (
50 % ~ 100 % lebih tinggi). Over load tidak terjadi secara tiba, tiba tetapi bertahap. Jika
masalah ini gagal untuk diselesaikan, cabel penghantar akan menjadi panas dan meleleh,
sehingga memungkinkan kabel penghantar menjadi terbuka. KOndisi panas pada penghantar
ini mungkin cukup menimbulkan api.
Pada penggunaan di rumah tangga, over load biasanya terjadi akibat pemakaian peralatan
listrik yang terlalu banyak pada waktu yang bersamaan, atau menghubungkan suatu peralatan
listrik dengan beban kerja tinggi pada stop kontak yang tidak mencukupi kapasitasnya.

Short Circuit (hubung SIngkat)

Hubung singkat adalah terhubungnya fasa dan netral, atau anatar fasa dengan
pentanahan. Koneksi antar keduanya kemungkinan memiliki resistansi rendah, dan arus yang
emngalir akan menjadi ratusan/ribuan kali lebih tinggi dalam system.
Dalam prakteknya, pada instalasi rumah tangga, pengamann beban lebih dan hubung singkat,
keduanya menggunakan salah satu dari fuse (sekering) atau MCB (miniature cirduit breaker).

2. Peralatan pengamanan arus lebih.


1. Fuse (sekering)
Sekering adalah peralatan utama yang akan membatasi aliran arus dalam suatu
rangkaian listrik. Sekering terdiri dari sebuah kawat memanjang dan tipis yang kan menjadi
panas dan putus ketika arus melebili level tertentu.
Ada dua macan sekering yang sering digunakan dalam rumah tangga :
Cartridge fuse memiliki kawat yang tertutup dalam silinder tertutup, yang terhubung pada
masing-masing sisinya.
Semi-enclosed (re-wirable) adalah jenis sekering yang memungkinkan untuk dikawati
kembali.
Kerugian dari penggunaan sekering. Jika sekering putus, dan kita tidak mendapatkan rating
sekering yang sesuai.
Peralatan proteksi listrik yang sangat popular saat ini adalah MCB (miniature circuit breaker).
MCB dapat bekerja sebaik over current circuit breaker, dan juga memiliki tuas untuk
memutuskan arus seceara manual.
2. Karaketristik Sekering dan MCB
Karakteristik sekering dan MCB dinilai dalam amps. Secara normal disebut sebagai
rated current atau nominal current.

Gambar 1.1

Axis horizontal menunjukkan arus yang mengalir pada MCB/fuse pada suatu
rangkaian yang diproteksi, sedangkan axis vertical menujukkan lamanya waktu diaman
peralatan tersebut tetap dialiri arus sebelum bekerja (trip).
Berikut sedikit penjelasan grafik diatas. Baik sekering atau MCB, meskipun mereka
emmiliki arus nominal yang sama, akan tetapi memiliki cara ekrja yang berbeda. Sebagai
contoh, untuk bekerja dengan ekcepatan 0.1 s, MCB membutuhkan arus 128 amps,
sedangkan sekering membutuhkan 300 amps.

4. Pemilihan MCB dan Sekering


Nominal current rule
Nominal current dari sekering/MCB harus kurang dari current rating kabel yang
dilindunginya, akan tetapi melebihi dari arus yang biasa/terus menerus mengalir normal.
Tripping Rule
Arus yang lebih dari 1.45kali arus nominal harus dapat menyebabkan peralatan proteksi
beekrja tidak kruang adri 1 jam.
Disconnection time rule
Pada kondisi hubung singkat, maka sekering/MCB harus dapat bekerja dengan seketika.
Penghantar aktif harus diberi proteksi dengan satu atau lebih gawai untuk pemutusan
suplai
secara otomatis pada saat beban lebih (lihat 3.24.3) dan hubung pendek (lihat 3.24.4)
kecuali dalam hal arus lebih dibatasi sesuai dengan 3.24.6. Selanjutnya proteksi dari beban
lebih dan dari hubung pendek harus dikoordinasikan sesuai dengan 3.24.5.
CATATAN :
a) Penghantar aktif yang diberi proteksi dari beban lebih sesuai dengan 3.24.3 dianggap
juga diberi
proteksi dari gangguan yang mungkin menyebabkan arus lebih dengan besaran yang sama
dengan arus beban lebih.
b) Untuk kondisi penerapannya lihat IEC 364-4-473.
c) Proteksi penghantar sesuai dengan ini tidak perlu memproteksi perlengkapan yang
dihubungkan pada penghantar.

5. Sifat gawai proteksi

Gawai yang menjamin proteksi dari arus beban lebih maupun arus hubung pendek.
Gawai proteksi ini harus mampu memutus setiap arus lebih sampai dengan dan termasuk
arus hubung pendek prospektif pada titik gawai dipasang.
Gawai proteksi tersebut dapat berupa :
a) pemutus sirkit dilengkapi dengan pelepas beban lebih (lihat IEC 157-1);
b) pemutus sirkit bersama dengan pengaman lebur (PL atau sekering);
c) jenis PL atau kawat PL sebagai berikut :
1). pengaman lebur gI yang diuji sesuai dengan IEC 269-2 dan IEC 269-3.
2). pengaman lebur yang mempunyai kawat PL gII diuji dengan perlengkapan
(rig) uji khusus yang mempunyai konduktivitas termal tinggi.

CATATAN :

a). PL terdiri dari semua bagian yang membentuk gawai proteksi yang lengkap.
b). Penggunaan gawai proteksi yang mempunyai kapasitas pemutusan di bawah nilai
arus hubung pendek prospektif di tempat pemasangannya harus memenuhi persyaratan
3.24.4.3.1

3.24.2.2 Gawai yang hanya menjamin proteksi dari arus beban lebih

Gawai tersebut umumnya berupa gawai proteksi waktu tunda invers yang kapasitas
pemutusnya dapat berada di bawah nilai arus hubung pendek prospektif pada titik dimana
gawai tersebut dipasang. Gawai ini harus memenuhi persyaratan 3.24.3.
SNI 04-0225-2000

3.24.2.3 Gawai yang hanya menjamin proteksi dari arus hubung pendek

Gawai tersebut dapat dipasang jika proteksi beban lebih dicapai dengan sarana lain
atau jika
IEC 364-4-473 mengizinkan proteksi beban lebih ditiadakan. Gawai tersebut harus mampu
memutus arus hubung pendek sampai dengan dan termasuk arus hubung pendek prospektif
dan harus memenuhi persyaratan 3.24.4.

3.24.3 Proteksi dari arus beban lebih

3.24.3.1 Umum
Gawai proteksi harus disiapkan untuk memutus setiap arus beban lebih yang
mengalir pada
penghantar sirkit sebelum arus tersebut dapat menyebabkan kenaikan suhu yang merusak
isolasi, sambungan, terminasi atau sekeliling penghantar.

3.24.3.2 Koordinasi antara penghantar dan gawai proteksi

Karakteristik operasi suatu gawai yang memproteksi kabel terhadap beban lebih
harus
memenuhi dua kondisi sebagai berikut :
a) IB £ In £ Iz;
b) I2 £ 1,45. Iz;
dengan :
IB = arus yang mendasari desain sirkit.
Iz = kemampuan hantar arus (KHA) kontinu dari kabel (lihat BAB 7)
In = arus nominal dari gawai proteksi.

CATATAN 1 : Untuk gawai proteksi yang dapat diatur, arus nominal In adalah setelan arus
yang dipilih.
I2 = arus yang menjamin operasi efektif gawai proteksi; dalam praktek I2 diambil sama
dengan :
1) arus operasi dalam waktu konvensional untuk pemutus sirkit
2) arus pemutusan (peleburan ) dalam waktu konvensional untuk PL jenis gI.
3) 0,9 kali arus pemutusan dalam waktu konvensional untuk PL jenis gII.

CATATAN 2 :

a). Faktor 0,9 diperhitungkan terhadap pengaruh perbedaan pada kondisi pengujian
antara PL jenis gI
dan kawat PL jenis gII, sebab kawat PL jenis gII umumnya diuji dalam perlengkapan uji
konvensional dimana kondisi pendinginannya lebih baik.
b). Proteksi sesuai dengan Ayat ini tidak menjamin proteksi yang lengkap dalam hal
tertentu, misalnya
terhadap arus lebih terus menerus yang kurang dari I2, yang perlu menghasilkan pemecahan
yang
ekonomis. Oleh karena itu dianggap bahwa sirkit didesain sedemikian sehingga beban lebih
kecil
yang berdurasi lama tidak akan sering terjadi.
4. Proteksi dari Tegangan Lebih Akibat Petir.
Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat yang berfungsi melindungi atau
mengamankan suatu sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara membatasi tegangan
lebih (over voltage) atau arus lebih (over current) yang mengalir pada sistem tersebut, dan
mengalirkannya ke tanah (ground). Dengan demikian alat pengaman harus dapat menahan
tegangan sistem agar kontinuitas pelayanan ke pusat beban (load center) tidak terganggu
hingga waktu yang tidak terbatas. Dan harus dapat melalukan atau mengalirkan arus lebih
dengan tidak merusak alat pengaman dan peralatan jaringan yang lain. Oleh karena itu fungsi
alat pengaman adalah :
1. melindungi sistem terhadap kondisi beban lebih (over load) dan hubung singkat (chort
circuit).
2. melindungi sistem terhadap gangguan fisik dari luar terutama untuk saluran
udara(overhead line). Misalnya karena sambaran petir, sambaran induksi awan
bermuatan listrik dan sebagainya.
3. mengisolir bagian sistem yang terkena gangguan.
4. melindungi public/personal terhadap adanya jaringan tegangan tinggi, terutama pada
tempat-tempat yang padat penduduknya atau tempattempat dimana jaringan listrik
melintasi jalan lalu lintas umum.
1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya
gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
2. Mengurangi kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya
gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal.
3. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak melebar pada sistem
yang lebih luas.
4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi kepada
konsumen.
5. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga listrik.
6. Menjaga kestabilan sistem tenaga
7. Menghindari hilangnya keuntungan perusahaan
Untuk meningkatkan keandalan jaringan distribusi tenaga listrik, cara terbaik adalah
dengan jalan merencanakan sistem isolasi yang cukup tahan terhadap tegangan lebih dan
mengkoordinasikan alat-alat pengaman yang mempunyai keandalan tinggi terhadap
bahaya elektris. Koordinasi pengaman ini dinyatakan dalam bentuk langkah-langkah
yang diambil untuk menghindarkan gangguan pada sistem penyaluran tenaga listrik
dengan jalan membatasi gangguan-gangguan karena tegangan lebih atau arus lebih,
sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada peralatan jaringan.

Dalam upaya menanggulangi terhadap bahaya tegangan lebih atau arus lebih, maka
persyaratan yang diperlukan bagi alat pengaman yang baik adalah :

1. Dapat melepaskan tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan hubung singkat (short
circuit) terhadap sistem.
2. Dapat memutuskan arus lebih atau arus susulan dalam waktu yang cepat.
3. Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang tinggi, dalam arti nilai
perlindungan antara tegangan lebih maksimum yang diperbolehkan pada saat pelepasan
dengan tegangan maksimum system yang dapat dipertahankan sesudah terjadi pelepasan.
4. Mempunyai kepekaan (sensitivity) yang tinggi pada saat operasi.
5. Harus dapat bekerja dalam waktu singkat.
Oleh karena itu kontinuitas penyaluran tenaga listrik banyak tergantung pada kualitas
sistem jaringan distribusi itu sendiri, Makin komplek konfigurasi jaringan distribusi
(seperti bentuk network atau mesh) makin banyak peralatan yang digunakan.

5. Proteksi dari tegangan kurang dan pemisahan dan penyakelaran

Seringkali kita mendengar adanya kebakaran yang dipicu oleh listrik. Banyak orang
kehilangan nyawa akibat kena sengatan listrik. Masalah utama dalam mempelajari
kelistrikan adalah tidak terlihat dan tidak bisa diraba, bahkan kita tidak mau merabanya.
Kita tahu ada listrik setelah melihat akibatnya, misal lampu menyala, kipas berputar, dan
radio bersuara.
Ada tiga bahaya yang diakibatkan oleh listrik, yaitu kesetrum (sengatan listrik),
panas atau kebakaran, dan ledakan. Kesetrum atau sengatan listrik akan dirasakan jika arus
listrik melalui tubuh kita. Biasanya arus akan mulai dirasakan jika arus yang mengalir lebih
dari 5 mA. Pada arus yang kecil, aliran arus hanya akan mengakibatkan kesemutan atau
kehilangan kemampuan untuk mengendalikan tangan. Pada arus yang besar, arus listrik bisa
membakar kulit dan daging kita. Yang paling bahaya adalah jika arus tersebut mengalir
melalui jantung atau otak. Perlu dicatat bahwa yang membahayakan adalah aliran arus
listrik, bukan tegangan listrik. Walaupun tegangannya tinggi, bisa saja tidak membahayakan
asalkan arusnya sangat kecil.

Bahaya kedua adalah panas atau kebakaran. Panas muncul karena adanya aliran arus
melalui suatu resistansi. Besarnya panas sebanding dengan kwadrat arus, besarnya
resistansi, dan waktu. Jika kita menggunakan kabel yang terlalu kecil maka resistansinya
besar sehingga kawat bisa mengalami pemanasan. Kawat yang panas bisa menyebabkan
terbakarnya isolasi kabel sehingga mengakibatkan terjadinya hubungsingkat. Kontak atau
sambungan tak sempurna juga bisa menyebabkan timbulnya panas yang membakar isolasi
kabel. Menutup lampu, menutup kipas angin, menutup layar komputer dengan bahan yang
mudah terbakar juga membahayakan.

Bahaya ketiga adalah ledakan. Saat terjadi hubungsingkat, arus listrik yang mengalir
akan sangat besar. Arus yang sangat besar bisa menyebabkan kenaikan temperatur yang
sangat cepat sehingga menyebabkan naiknya tekanan udara secara cepat. Untuk instalasi
perumahan, bahaya ini mungkin tidak terlalu besar karena arus hubungsingkat yang
mungkin terjadi tidak terlalu besar.

Peraturan instalasi listrik yang pertama kali digunakan sebagai pedoman beberapa
instansi yang berkaitan dengan instalasi listrik adalah AVE (Algemene Voorschriften voor
Electrische Strekstroom Instalaties) yang diterbitkan sebasgai Norma N 2004 oleh dewan
normalisasi pemerintah hindia belanda. Untuk menampung perkembangan di bidang
instalasi listrik misalnya karena adanya ketentuan baru dalam IEC yang dipandang penting
untuk dimasukkan dalam PUIL atau karena adanya saran, tanggapan dari masyarakat
pengguna PUIL, maka dikandung maksud bila dipandang perlu akan menerbitkan
amandemen pada PUIL 2000. Untuk menangani hal-hal tersebut telah dibentuk panitia tetap
PUIL. Panitia tetap PUIL dapat diminta pendapatnya jika terdapat ketidakjelasan dalam
memahami dan menerapkan ketentuan PUIL 2000. Untuk itu permintaan penjelasan dapat
ditujukan kepada Panitia tetap PUIL.

Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediaannya harus memenuhi aspek
handal, aman dan akrab dengan lingkungan. Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh
sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenuhi ketentuan dan persyaratan yang
berlaku. Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengamanan (protection
system) yang baik, benar, handal atau tepat sesuai dengan kebutuhan sistem yag ada.
Proteksi sistem tenaga listrik merupakan perlindungan atau pengaman pembangkitan
(pembangkit tenaga listrik), penyalur (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi
pemanfaatan.
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada
bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi
adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi
dan melokalisirnya dan membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir
bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian listrik
dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal dengan
kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu sistem
proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu :
a. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan relai proteksi terhadap segala macam gangguan
dengan tepat, yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya.
Sensitifitas suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran
penggerak saat peralatan proteksi mulai beroperasi. Nilai terkecil besaran
penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus gangguan dalam daerah
yang dilindunginya.
b. Selektif dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang
harus diisolir apabila relai proteksi mendekati gangguan. Bagian yang dipisahkan
dari sitem yang sehat sebisanya adalah bagian yang terganggu saja. Diskriminatif
berarti suatu sistem proteksi harus mampu membedakan antara kondisi normal
dan kondisi abnormal. Ataupun membedakan apakah kondisi abnormal tersebut
terjadi di dalam atua di luar daerah proteksinya.
c. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia peralatan dan
stabilitas operasi.
d. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi sebagaimana
yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila gagal bekerja pada saat
dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja.
e. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari pertimbangan
nilai ekonomisnya. Suatu relai proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis
mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya.
f. Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).
g. Proteksi pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan
yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama
tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin independen seperti
halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan relai-relai tersendiri. Seringkali
hanya tripping CB dan trafotrafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya.
Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zonanya yang
berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan cirkuit breaker tidak dilindungi.
Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan, remote back up)
akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.

Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen
sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam perancangan
suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin
terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan. Dari analisa gangguan, dapat ditentukan
sistem proteksi yang akan digunakan, seperti : spesifikasi switchgear, rating circuit breaker
(CB) serta penatapan besaranbesaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting
relay) untuk keperluan proteksi.
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-
peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan
lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat
berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah,
asinkron dan lain-lain. Dengan kata lain sistem proteksi bermanfaat untuk :
1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat
gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat
proteksi yang digunakan makan akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada
kemungkinan kerusakan alat.
2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil
mungkin.
3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu
lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif.
Jika terjadi gangguan pada sistem, operator akan merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoperasikan cirkuit-cirkuit breaker yang tepat untuk
mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang
terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan
tersebut secara manual.

Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan
proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan
yang tidak normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan cirkuit breaker yang tepat
untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut
sering disebut dengan relai. Proteksi dan tripping otomatik cirkuit-cirkuit yang berhubungan,
mempunyai dua fungsi pokok yaitu :
1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap
beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-
gaya mekanik dst.

Koordinasi antara relai dan cirkuit breaker (CB) dalam mengamati dan memutuskan
gangguan disebut sebagai sistem proteksi.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja
maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan
dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan
tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang
berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berlebihan pula, sedangkan
pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan kuadrat dari arus. Proteksi harus sanggung
menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai angka yang berbahaya.
Proteksi dapat dilakukan dengan sekering atau cirkuit breaker. Proteksi juga harus sanggup
menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan
peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity”
atau repturing capacity.
Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus
menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja.
3. Sistem proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup
lama, sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Sistem proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan
oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan(discriminative)” hanya pada
rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap
beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan
sebelum terjadi overheating. Jadi overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi
inverse terhadap kuadrat dari arus. Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika
action dari sekarang atau cirkuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum
arus dapat mencapai angka yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan
mekanik.
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem
transmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up akan
bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mengeluarkan bagian yang terganggu.
Komponen-komponen sistem proteksi Secara umum, komponen-komponen sistem
proteksi terdiri dari :
1. Circuit Breaker. CB (Sakelar Pemutus, PMT)
2. Relai
3. Trafo arus (Current Transformer, CT)
4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)
5. Kabel kontrol
6. Catu daya, Supplay (baterai)

Jenis-jenis relai Berdasarkan cara kerja


1. Normal terbuka. Kontak sakelar tertutup hanya jika relai dihidupkan
2. Normal tertutup. Kontak sakelar terbuka hanya jika relai dihidupkan
3. Tukar-sambung. Kontak sakelar berpindah dari satu kutub ke kutub lain saat relai
dihidupkan.
4. Bila arus msuk pada gulungan maka seketika gulungan, maka seketika gulungan
akan berubah menjadi medan magnet, gaya magnet inilah yang akan menarik
luas sehingga sakelar akan bekerja.
Jenis – jenis relai
Berdasarkan konstruksi
1. Relai menggrendel. Jenis relai yang terus bekerja walaupun sumber tenaga
kumparan telah dihilangkan.
2. Relai lidi. Digunakan untuk pensakelaran cepat daya rendah. Terbuat dari dua
lidi feromagnetik yang dikapsulkan dalam sebuah tabung gelas. Kumparan
dililitkan pada tabung gelas.

Relai adalah sebuah saklar elektronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian elektronik
lainnya. Relai terdiri dari 3 bagian utama, yaitu :
1. Koil : lilitan dari relai
2. Common : bagian yang tersambung dengan NC (dalam keadaan normal)
3. Kontak : terdiri dari NC dan NO

Gangguan - gangguan pada sistem tenaga listrik

Gangguan yang terjadi pada system tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya.
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal dimana keadaan ini
dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan tenaga listrik. Secara umum
klasifikasi gangguan pada sistem tenaga listrik disebabkan oleh 2 faktor, yaitu :
1. Gangguan yang berasal dari sistem
2. Gangguan yang berasal dari luar sistem

Penyebab gangguan yang berasal dari sistem antara lain :


1. Tegangan dan arus abnormal
2. Pemasangan yang kurang baik
3. Kesalahan mekanis karena proses penuaan
4. Beban lebih
5. Kerusakan material seperti isolator pecah, kawat putus atau kabel cacat isolasinya.

Upaya mengatasi gangguan


Dalam sistem tenaga listrik, upaya untuk mengatasi gangguan dapat dilakukan dengan cara :

1. Mengurangi terjadinya gangguan


Gangguan tidak dapat dicegah sama sekali, tapi dapat dikurangi kemungkinan terjadinya
sebagai berikut :
a. Peralatan yang dapat diandalkan adalah peralatan yang minimum memenuhi
persyaratan standart yang diuktikan dengan type test, dan yang telah terbukti
keandalannya dari pengalaman. Penggunaan peralatan di bawah mutu standart adalah
sumber gangguan
b. Penentuan spesifikasi yang tepat dan design yang baik sehingga semua peralatan
tahan terhadap kondisi kerja normal maupun dalam keadaan gangguan, baik secara
elektris, thermis maupun mekanis.
c. Pemasangan yang benar sesuai dengan design, spesifikasi dan petunjuk dari pabrik.
d. Penggunaan kawat tanah pada SUTT/SUTET denga tahanan pentanahan kaki tiang
yang rendah. Untuk pemeriksaan dan pemeliharaan, maka konduktor pertanahannya
harus dapat dilepas dari kaki tiangnya.
e. Penebangan atau pemangkasan pohon-pohon yang berdekatan dengan kawat fasa
SUTM dan SUTT harus dilakukan secara periodik. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan tidak hanya jaraknya dalam keadaan tidak ada angin, melainkan juga
dalam keadaan pohonpohon tersebut ketika ditiup angin.
f. Penggunaan kawat atau kabel udara berisolasi untuk SUTM harus dipilih dan
digunakan secara selektif.
g. Operasi dan pemeliharaan yang baik.
h. Menghilangkan atau mengurangi penyebab gangguan atau kerusakan melalui
penyelidikan.

2. Mengurangi akibat gangguan


Meghilangkan gangguan sama sekali dalam suatu sistem tenaga listrik merupakan usaha
yang tidak mungkin dapat dilakukan. Oleh karena itu maka usaha yang dapat dilakukan
adalah mengurangi akibat kerusakan yang ditimbulkannya. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan adalah :
a. Mengurangi besarnya arus gangguan. Untuk mengurangi arus gangguan dapat dilakukan
dengan cara : menghindari konsentrasi pembangkitan (mengurangi short circuit level)
menggunakan reaktor dan menggunakan tahanan untuk pentanahan netralnya.
b. Penggunaan lighting arrester dan penentuan tingkat dasar isolasi (BIL) dengan
koordinasi isolasi yang tepat.
c. Melepaskan bagian sistem yang terganggu dengan menggunakan cirkuit breaker dan
relai pengaman.
d. Mengurangi akibat pelepasan bagian sistem yang terganggu dengan cara :
1. Penggunaan jenis relai yang tepat dan penyetelan relai yang selektif agar bagian
yang terlepas sekecil mungkin.
2. Penggunaan saluran double.
3. Penggunaan automatic reclosing.
4. Penggunaan sectionalizer pada JTM
5. Penggunaan spindle pada JTM atau setidaknya ada titik pertemuan antar saluran
sehingga ketika ada kerusakan atau pemeliharaan tersedia alternative supply
untuk maneuver.
6. Penggunaan peralatan cadangan.
e. Penggunaan pola load shedding dan sistem spliting untuk mengurangi akibat
kehilangan pembangkit.
f. Penggunaan relai dan cirkuit breaker yang cepat dan AVR dengan response yang
cepat pula untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan gangguan instability
(lepas sinkron).

Tipe proteksi
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main protection) dan
proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama adalah pertahanan utama dan akan
membebaskan gangguan pada bagian yang akan di proteksi secepat mungkin. Mengingat
keandalan 100% tidak hanya dari perlindungan tetapi juga dari trafo arus, trafo tegangan dan
pemutus rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan perlindungan pembantu
(auxiliary protection) oada alat proteksi tersebut. Proteksi pembantu bekerja bila relai utama
gagal dan tidak hanya melindungi daerah berikutnya dengan perlambatan waktu yang lebih
lama dari pada relai utamanya. Misalnya proteksi tegangan kurang pada transformator yaitu
dengan memasang relai tegangan kurang pada transformator. Relai tegangan kurang
berfungsi sebagai pengaman dari gangguan internal. Bedanya relai ini hanya bekerja apabila
terjadi penurunan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh hubung singkat. Pemasangan
relai proteksi pada transformator daya bertujuan untuk mengamankan peralatan/sytem
sehingga kerugian akibat gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin.
Prinsip kerja relai proteksi yang digunakan adalah jika relai tersebut mendeteksi gangguan
baik berupa gas, suhu, tekanan dan arus gangguan hubun singkat, terlebih dahulu diawali
dengan bunyi alarm atau lampu indikator menyala sebelum relai tersebut bekerja.

Cara pertama untuk mengamankan instalasi listrik adalah dengan memasang


pentanahan yang baik. Pentanahan biasanya dilakukan dengan menanam batang tembaga
sedalam tiga meter ke tanah. Diusahakan tahanan pentanahan yang didapat kurang dari 25
Ohm. Jika penanaman sedalam tiga meter masih menghasilkan tahanan yang tinggi, kita
harus menanam lagi batang tembaga lain dan menyambungkannya ke batang tembaga yang
pertama. Jika tersedia, batang pentanahan ini harus disambung dengan batang pentanahan
penangkal petir. Setelah itu, kawat netral yang datang dari PLN harus disambung ke batang
atau elektroda pentanahan yang telah dibuat. Setelah itu, semua bagian logam dari peralatan
(yang pada keadaan normal tidak dialiri arus) harus disambung ke elektroda pentanahan
tersebut.
Tujuan utama dari pentanahan ini ada tiga. Pertama, menjamin bahwa tegangan titik
netral relatif terhadap tanah sama dengan atau mendekati nol. Kedua, menjamin bahwa
semua bagian logam peralatan tegangannya selalu mendekati nol sehingga aman jika
tersentuh oleh tubuh kita. Ketiga, jika terjadi hubung singkat antara kawat dengan bagian
logam peralatan, arus listrik bisa mengalir cukup besar sehingga bisa terdeteksi oleh
pengaman sehingga bisa segera diputus. Dengan pemutusan yang segera, pemanasan bisa
dihindari sehingga mencegah terjadinya kebakaran.

Selain harus dipasang oleh ahlinya, demi keamanan kita harus menggunakan
peralatan listrik yang sesuai standar. Ukuran kabel harus sesuai dengan kebutuhannya.
Bahan isolasi yang dipakai harus sesuai dengan peruntukannya. Kabel yang terlalu kecil bisa
menyebabkan kabel mengalami pemanasan lebih yang bisa menimbulkan kebakaran. Isolasi
yang tidak sesuai akan mudah sobek dan mudah terbakar jika kawat di dalam kabel
mengalami pemanasan.

Pengaman atau MCB juga harus sesuai ukurannya dan benar pemasangannya.
Gunakan stop kontak yang sesuai dengan standar. Jangan melakukan pencabangan terlalu
banyak di suatu titik. Kontak yang tidak sempurna bisa menyebabkan terjadinya pemanasan
dan membakar bahan isolasi. Jangan pernah mencabut kontak tusuk (colokan) peralatan
listrik dengan menarik kabelnya. Idealnya, semua peralatan listrik yang beredar di Indonesia
harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam praktek, banyak sekali beredar
peralatan yang tidak sesuai standar. Banyak konsumen memilih peralatan hanya berdasarkan
harga.

KESIMPULAN

Bahaya akibat listrik


- Bahaya sentuhan langsung
Bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang secara normal bertegangan.
- Bahaya sentuhan tidak langsung
Bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang secara normal tidak bertegangan, menjadi
bertegangan karena terjadi kegagalan isolasi.
- Bahaya kebakaran
Bahaya listrik yang bisa mengakibatkan kebakaran.

Proteksi listrik
1. Proteksi internal
- Pengaman/ pembatas arus: fuse, sekring, MCB, NFB, dll.
- Komponen/ indikator panel: pilot lamp, AVO meter, dll.
- Isolator
- Pentanahan (grounding)
2. Proteksi eksternal
- Penyalur petir
- Arrester/ pengaman peralatan listrik

Sistem proteksi untuk keselamatan


- Proteksi dari kejut listrik
- Proteksi dari efek thermal
- Proteksi dari arus lebih
- Proteksi dari tegangan lebih akibat petir
- Proteksi dari tegangan kurang
- Pemisahan dan penyakelaran

Prinsip proteksi bahaya listrik


- Mencegah mengalirnya arus listrik melalui tubuh manusia
- Membatasi nlai arus listrik dibawah arus kejut listrik
- Memutuskan suplai secara otomatik paa saat terjadi gangguan

Tegangan sentuh yang berbahaya


- >50 Volt AC di ruang normal
- >25 Volt AC di ruang lembab

Proteksi bahaya sentuhan langsung


- Isolasi bagian aktif
- Penghalang atau selungkup
- Rintangan
- Jarak aman atau diluar jangkauan
- Gawai proteksi arus sisa
- Isolasi lantai kerja

Penyebab kebakaran akibat listrik


- Pembebanan lebih
- Sambungan tidak sempurna
- Perlengkapan tidak standard
- Pembatas arus tidak sesuai
- Kebocoran isolasi
- Listrik stastik
- Sambaran petir

Sistem proteksi petir


Konsepsi proteksi bahaya sambaran petir
1. Perlindungan sambaran langsung
Dengan memasang instalasi penylaur petir pada bangunan.
2. Perlindungan sambaran tidak langsung
Dengan melengkapi peralatan pengaman tegangan pada jaringan instalasi listrik (arester).
Instalasi penyalur petir yang tidak memenuhi syarat dapat mengundang bahaya.

Pengawasan K3 instalasi penyalur petir dituntut profesional dan memiliki kompetensi :


- Memahami peraturan dan standard teknik K3 yang luas
- Ahli mengidentufikasi sumber bahaya dan
- Ahli membuat rekomendasi syarat K3 sesuai standard

Daftar Pustaka
(Online)(http://kuliahelektro.blogspot.co.id/2011/03/proteksi-sistem-tenaga-listrik-dan.html)
diakses 10 Oktober 2015
(Online)( http://pii.or.id/bahaya-listrik-dan-pencegahannya/) diakses 11 Oktober 2015
(Online)http://catatanteknik.blogspot.co.id/2014/04/bahaya-listrik-proteksi-listrik-dan.html
diakses 10 Oktober 2015
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) SNI 04-0225-2000.

Anda mungkin juga menyukai